Gog dan Magog
Gog dan Magog (/ɡɒɡ/; /ˈmeɪɡɒɡ/; Ibrani: גּוֹג וּמָגוֹג Gog u-Magog) muncul dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama sebagai orang-orang individual, atau sebagai suku bangsa, atau sebagai tanah air. Kitab Yehezkiel menggambarkan mereka sebagai musuh-musuh Allah pada akhir zaman, sebuah pandangan eskatologi yang diambil dalam Kitab Wahyu, namun tidak ada hubungan yang dibuat dalam pasal-pasal kitab lainnya dimana kata tersebut muncul.
Dalam sumber-sumber klasik dan abad pertengahan, Gog dan Magog adalah suku bangsa yang bermukim di wilayah yang berada di dalam Gerbang Aleksander, sebuah pembatas legendaris yang yang didirikan oleh Aleksander Agung: Yosefus, yang menulis pada abad ke-1 Masehi, menanggap mereka sebagai bangsa Skithia, dan di seluruh Timur Tengah, mereka diidentifikasikan sebagai suku bangsa nomaden Eurasia yang meliputi suku Hun, suku Khazar, dan bangsa Mongol, yang dikait-kaitkan dengan berbagai legenda mengenai suku Amazon, Yahudi Merah, dan Sepuluh Suku Hilang dari Israel.
Nama mereka muncul dalam Al-Qur'an dengan sebutan Yakjuj dan Makjuj (bahasa Arab: يأجوج ومأجوج Yaʾjūj wa-Maʾjūj), dan dunia Muslim mula-mula mengidentifikasi mereka dengan suku-suku Turkic dari Asia Tengah dan kemudian dengan bangsa Mongol. Pada zaman modern, mereka masih dikaitkan dengan pemikiran apokaliptik, khususnya di Amerika Serikat dan dunia Muslim.
Nama Gog dan Magog
Bagian dari seri |
Eskatologi |
---|
Penyebutan pertama dari kedua nama tersebut tercantum dalam Kitab Yehezkiel, dimana Gog merupakan nama dari seorang individual dan Magog adalah nama dari tanah airnya; dalam Kejadian 10, Magog adalah seseorang dan tidak menyebutkan Gog, dan dalam Kitab Wahyu, Gog dan Magog muncul bersama sebagai dua negara yang bermusuhan di dunia.[1][2] Seseorang dari Suku Ruben[a] dinamai Gog atau Goug seperti yang dicantumkan dalam 1 Tawarikh 5:4, namun kemunculannya tidak berhubungan dengan Gog dari Kitab Yehezkiel atau Magog dari Kitab Kejadian.[4]
Bentuk "Gog dan Magog" dianggap merupakan kependekan dari "Gog dan/dari tanah Magog", berdasarkan pada penggunaannya dalam Septuaginta, terjemahan Yunani dari Alkitab Ibrani.[5] Sebuah contoh dari bentuk kombinasi tersebut dalam bahasa Ibrani (Gog u-Magog) ditemukan, namun konteksnya tidak jelas, dan hanya tercantum dalam sebuah fragmen Naskah Laut Mati.[b][6]
Pengartian nama Gog masih tidak diketahui, dan dalam berbagai kasus, pengarang nubuat Yehezkiel tampaknya memutuskan untuk tidak menjelaskannya lebih lanjut; upaya-upaya dibuat untuk mengidentifikasikannya dengan berbagai tokoh, yang paling terkenal adalah Gyges, seorang raja dari Lydia pada awal abad ke-7, namun beberapa cendekiawan tidak mempercayai bahwa ia berkaitan dengan tokoh sejarah manapun.[7] Nama Magog pun demikian, namun datang dari kata Asiria mat-Gugu, "Tanah Gyges", yang diyakini adalah Lydia.[8] Selain itu, Gog diyakini berasal dari kata Magog ketimbang kata lainnya, dan "Magog" diyakini merupakan sebuah kode untuk Babilonia.[c][9][10]
Teks Yudeo-Kristen
Yehezkiel dan Perjanjian Lama
Kitab Yehezkiel mencatat serangkaian penglihatan yang dialami oleh nabi abad ke-6 SM Yehezkiel, seorang pendeta Bait Salomo yang menjadi salah satu orang buangan pada masa pengasingan Babilonia. Menurut yang ia katakan kepada orang-orang buangan sejawatnya, Peristiwa pengasingan tersebut merupakan hukuman Allah terhadap bangsa Israel karena telah membangkang, namun Allah akan mengembalikan bangsa-Nya ke Yerusalem saat mereka kembali kepadanya.[11] Setelah pesan tersebut dikeluarkan, Yehezkiel 38–39 berkata tentang bagaimana Gog dari Magog dan para antek-anteknya menjanjikan akan mengembalikan bangsa Israel namun saat dihancurkan, saat Allah akan mendirikan sebuah Bait baru dan menempatkan bangsa-Nya di wilayah tersebut selamanya (pasal 40–48).[12]
Datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, tujukanlah mukamu kepada Gog di tanah Magog yaitu raja agung negeri Mesekh dan Tubal dan bernubuatlah melawan dia dan katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku akan menjadi lawanmu, hai Gog raja agung negeri Mesekh dan Tubal ... Orang Persia, Etiopia, dan Put menyertai mereka ... juga Gomer dengan seluruh bala tentaranya, Bet-Togarma dari utara sekali dengan seluruh bala tentaranya, banyak bangsa menyertai engkau.[13]
Dalam seluruh kitab dari Perjanjian Lama, Gog hanya muncul dalam pasal-pasal tersebut.[d][15] Sekutu-sekutu Gog tersebut terdiri dari Mesekh dan Tubal yang merupakan kerajaan abad ke-7 di tengah Anatolia utara Israel, Persia di bagian timur, Etiopia dan Put (Libya) di bagian selatan; Gomer berasal dari suku Kimmeri, sebuah suku nomadik di utara Laut Hitam, dan Beth-Togarmah yang berada di perbatasan Tubal.[16] Perhimpunan tersebut mewakili sebuah aliansi multi-nasional yang berada di sekitaran Israel.[17] "Kenapa penjelasan nabi terhadap sebagian besar bangsa-bangsa tersebut tidak jelas," namun diyakini kekuasaan dan reputasi mereka untuk kekerasan dan misteri "membuat Gog dan perhimpunannya dijadikan lambang musuh dasar, bangkit melawan Allah dan bangsa-Nya".[18] Pesan teologi dari kisah Gog terjadi atas kehendak Allah, dan peristiwa-peristiwa selanjutnya yang tercantum pada pasal 40–48 (pembangunan kembali Bait Allah dan kehadiran abadi Allah kepada bangsa-Nya) menampilkan karakter eskatologi pada peristiwa tersebut .[19]
Bukti internal mengindikasikan bahwa kisah Gog lebih substansial ketimbang pasal-pasal sekitabnya dan ditulis antara abad ke-4 dan ke-2 SM.[20] Pengarang membuat daftar sekutu Gog-nya dengan nama-nama campuran dari Kejadian 10, "Tabel Bangsa-Bangsa"–Magog, Meshek, Tubal, Etiopia, Put, dan Gomer–dengan nama para mitra dagang Tyre dalam Yehezkiel 27, dimana seluruh nama dicantumkan kecuali Magog, ditambah Persia–dan menyatakan bahwa mereka adalah musuh-musuh akhir zaman Israel menurut pengartian Yesaya 66:19, dimana beberapa nama tersebut dan, seperti halnya nubuat Gog, disajikan sebagai sebuah eskatologi.[21]
Gog dan Magog dari Yehezkiel sampai Wahyu
Sepanjang beberapa abad berikutnya, tradisi Yahudi mengubah Gog dari Magog seperti yang tercantum dalam kitab Yehezkiel menjadi Gog dan Magog.[23] Proses tersebut, dan perubahan geografi Gog dan Magog, dapat terlihat pada sastra masa tersebut. Contohnya, buku ke-3 Orakel Sibylline yang berasal dari Yudaisme Mesir pada pertengahan abad ke-2 SM,[24] mengubah "Gog dari Magog" seperti yang tercantum dalam kitab Yehezkiel menjadi "Gog dan Magog," menghubungkan nasib mereka dengan sebelas bangsa lainnya, dan menempatkan mereka "di tengah-tengah sungai Aethiopia"; tempat tersebut dipandang sebagai sebuah lokasi yang aneh, namun geografi kuno terkadang menempatkan Ethiopia di sebelah Persia atau terkadang India.[25] Kalimat tersebut memiliki sebuah teks sangat tidak jelas, dengan beragam manuskrip mengelompokkan mereka pada tulisan-tulisan teks Yunani ke dalam firman, yang berujung pada pembacaan yang berbeda; salah satu grup manuskrip ("grup Y") menghubungkan mereka dengan "Moesia dan Dacia", di timur Eropa, dan lainnya.[26]
Kitab Yobel, dari sekitar masa yang sama, membuat tiga rujukan kepada Gog atau Magog; yang pertama, Magog adalah seorang keturunan dari Nuh, seperti yang tercantum dalam Kejadian 10; yang kedua, Gog adalah sebuah wilayah di sebelah perbatasan Yafet; dan yang ketiga, sebuah bagian dari tanah Yafet bersinggungan dengan Magog.[27] Kitab Henokh, karya antar-perjanjian lainnya, mengisahkan bagaimana Allah memerintahkan Medes dan Parthia (pengganti dari Gog dan Magog) untuk menyerang Yerusalem, dimana mereka dihancurkan.[28] Liber Antiquitatum Biblicarum dari abad ke-1, yang mengisahkan kembali sejarah Alkitab dari Adam sampai Saul, dikenal karena mendaftarkan dan menamai tujuh putra Magog, dan menyebut "ribuan" keturunannya.[29] Taurat Samaria dan Septuaginta (sebuah terjemahan Yunani dari Alkitab Yunani yang dibuat pada beberapa abad terakhir dari era pra-Kristen) sedikit memperkenalkan nama Gog yang pada Alkitab Ibrani diartikan untuk sesuatu yang lain, atau menggunakan kata Magog untuk penggunaan kata Gog dalam versi Ibrani, menandakan bahwa penggunaan nama tersebut telah ditukar.[30]
Kitab Wahyu (Wahyu 19:11–21:8), yang berasal dari abad ke-1 Masehi,[31] mengisahkan bagaimana Iblis ditahan selama seribu tahun, dan bagaimana, saat ia dibebaskan, ia akan menyesatkan "bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, Gog dan Magog," menuju sebuah pertarungan terakhir melawan Yesus dan santo-santonya:[2]
Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut.[32]
Penulisan Midrasik
Setelah kegagalan pemberontakan Bar Kokhba yang anti-Romawi pada abad ke-2 Masehi dimana seorang pemimpin manusia dipandang sebagai mesias yang dijanjikan, Yahudi mulai memasuki zaman mesianik dalam hal supranatural: yang pertama akan datang seorang penggerak mesias Yusuf, yang akan mengalahkan musuh-musuh Israel, yang diidentifikasikan sebagai Gog dan Magog, untuk mepersiapkan jalan bagi mesias Daud; kemudian orang-orang mati akan bangkit, pengadilan ilahi akan datang, dan orang-orang baik akan dihargai.[33] Aggadah, teks eksegetikal homiletik dan non-legalistik dalam sastra rabbinik klasik Yudaisme, menyebut Gog dan Magog sebagai dua nama untuk negara sama yang akan datang melawan Israel pada perang akhir.[34] Kaum rabbi tidak mengaitkan negara atau wilayah secara khusus yang mereka yakini sebagai sebuah lokasi di utara Israel,[35] namun cendekiawan Yahudi besar Rashi mengidentifikasi umat Kristen sebagai sekutu mereka dan berkata bahwa Allah akan menggagalkan rencana mereka untuk membunuh seluruh orang Israel.[36]
Aleksander Agung
Sejarawan Yahudi abad ke-1 Yosefus mengidentifikasikan bangsa Gog dan Magog sebagai Skithia, suku bangsa barbar pengendara kuda dari sekitaran Sungai Don dan Laut Azov. Josefus mengutip sebuah cerita tradisional yang menyatakan bahwa Gog dan Magog dikurung oleh Aleksander Agung di balik gerbang besi di "Pegunungan Kaspia", yang umumnya diidentifikasikan dengan Pegunungan Kaukasus. Legenda tersebut tersebar di kalangan Yahudi sezaman pada masa tersebut, yang bertepatan dengan permulaan Era Kristen.[e][40] Beberapa abad kemudian, kisah tersebut dicantumkan dalam Apokalips Pseudo-Methodius dan Romansa Aleksander.[41]
Teks-teks pendahulu dalam bahasa Suryani
Pseudo-Methodius, yang aslinya ditulis dalam bahasa Suryani, dianggap menjadi sumber kisah Gog dan Magog yang masuk dalam versi-versi Barat Romansa Aleksander.[42][43] Sebuah Legenda Aleksander berbahasa Suryani terawal berisi beberapa penjelasan Gog dan Magog yang berbeda, yang masuk dalam versi Arab yang hilang,[44] atau versi Ethiopia dan kemudian Oriental dari romansa Aleksander.[45][f]
Dalam Legenda Aleksander berbahasa Suryani yang berasal dari tahun 629–630, Gog (bahasa Suryani: ܓܘܓ, gwg) dan Magog (bahasa Suryani: ܡܓܘܓܵ, mgwg) muncul sebagai raja bangsa-bangsa Hun.[g][46] Ditulis oleh seorang Kristen yang berbasis di Mesopotamia, Legenda tersebut dianggap menjadi karya pertama yang menghubungkan Gerbang tersebut dengan gagasan bahwa Gog dan Magog memainkan sebuah peran pada akhir zaman.[47] Legenda tersebut mengklaim bahwa Aleksander mengukir nubuat-nubuat pada wajah Gerbang tersebut, menandai tanggal kapan bangsa-bangsa Hun, yang terdiri dari 24 bangsa, akan meruntuhkan Gerbang tersebut dan dan menguasai sebagian besar wilayah dunia.[h][48][49]
Pseudo-Methodius menambahkan sebuah unsur baru dalam naratif tersebut; dua gunung bergerak bersamaan mempersempit ruang, yang kemudian disegel dengan sebuah gerbang melawan Gog and Magog. Gagasan tersebut juga muncul dalam Romansa Aleksander Barat dan al-Qur'an.[50]
Romansa Aleksander
Legenda Gog dan Magog ini tidak ditemukan pada versi-versi awal Romansa Aleksander dari Pseudo-Callisthenes, yang manuskrip tertuanya beradal dari abad ke-3,[i] namun sebuah interpolasi dalam bentuk sandurannya dibuat sekitar abad ke-8.[j][52] Dalam versi Yunani terpanjang dan terbaru[k] mengisahkan Bangsa-Bangsa Tak Bersih, yang meliputi Goth dan Magoth sebagai raja mereka, dan seluruh orang pada bangsa tersebut memakan ulat, anjing, jenazah dan janin manusia.[53] Mereka bersekutu dengan bangsa Belsiria (Bebrikes,[54] dari Bithinia yang sekarang berada pada Turki Utara), dan disegel di dalam "Payudara dari Utara", sepasang gunung yang berjarak lima puluh hari pawai menuju ke arah utara.[l][53]
Gog dan Magog muncul dalam beberapa versi romansa Perancis Lama berikutnya.[m][55] Dalam Roman d'Alexandre, Bab III, fr (sekitar tahun 1170), Gog dan Magog ("Gos et Margos", "Got et Margot") merupakan negara-negara vassal dari Porus, raja India, yang menyediakan pasukan auksiliaris sejumlah 400,000 pria.[n] Didatangi oleh Aleksander, mereka kabur melalui jalur sempit di pegunungan Tus (atau Turs),[o] dan disegel oleh dinding yang didirikan disana, sampai akhirnya Antikristus datang.[p][56][57] Bab IV dari kisah puitis tersebut mengisahkan bahwa tugas menjaga Gog dan Magog, serta kekuasaan atas Suriah dan Persia diserahkan kepada Antigonus, salah satu penerus Aleksander.[58]
Gog dan Magog juga muncul dalam romansa Aleksander Perancis lama, Roman de toute chevalerie (sekitar 1180) karya Thomas de Kent, yang digambarkan sebagai para penghuni gua yang memangsa daging manusia. Sebuah catatan yang sama tercantum dalam sebuah karya Inggris Abad Pertengahan King Alisaunder (vv. 5938–6287).[59][60][61] Dalam Roman d'Alexandre en prose dari Perancis pada abad ke-13, Aleksander dihadap para kanibal yang mengambil alih peran Gog dan Magog.[62] Kisah tersebut merupakan sebuah kasus transmisi imperfek, semenjak sumber prosa Aleksander, karya Latin buatan Pendeta Agung Leo dari Naples yang dikenal sebagai Historia de Preliis, menyebut "Gogh et Macgogh", setidaknya dalam beberapa manuskrip.[63]
Gog dan Magog tak hanya pemakan daging manusia, dan diilustrasikan sebagai manusia "berhidung sangat lancip" dalam contoh-contoh seperti "peta Henry dari Mainz", sebuah contoh terkenal dari Mappa mundi.[64] Gog dan Magog dikarikaturkan sebagai figur-figur berhidung bengkok pada sebuah miniatur yang menggambarkan serangan mereka ke Kota Suci, yang ditemukan dalam sebuah manuskrip Apokalips dalam bahasa Inggris-Norman.[q][22]
Identifikasi dengan peradaban
Penulis-penulis gereja perdana (seperti Eusebius) kemudian mengidentifikasikan Gog dan Magog dengan bangsa Romawi dan kaisar mereka.[65] Setelah Kaisar menjadi Kristen, Ambrose (meninggal pada 397) mengidentifikasikan Gog dengan bangsa Goth, Hieronimus (meninggal pada 420) dengan Skithia dan Jordanes (meninggal sekitar tahun 555) berkata bahwa bangsa Goth, Skithian dan bangsa Amazon merupakan bangsa yang sama; ia juga mengutip gerbang Aleksander di Kaukasus.[66][r] Penulis Bizantium Procopius berkata bahwa Huns Alexander telah dikurung, dan seorang biarawan Barat yang bernama Fredegar menganggap Gog dan Magog sebagai segerombolan liar dari gerbang Aleksander yang telah membantu kaisar Bizantium Heraclius (610–641) melawan Saracen.[68]
Identifikasi Nomadik
Karena merupakan salah satu bangsa nomadik ketimbang bangsa-bangsa lainnya di wilayah Eurasia, sehingga identifikasi Gog dan Magog dialihkan. Pada abad ke-9 dan ke-10, kerajaan-kerajaan tersebut diidentifikasikan oleh beberapa orang dengan tanah bangsa Khazar, sebuah bangsa Turkic yang berpindah ke agama Yudaisme dan seluruh kekaisarannya mendominasi Asia Tengah–biarawan abad ke-9 Christian dari Stavelot memberi rujukan ke Gazari, berkata bahwa bangsa Khazar adalah mereka yang "tinggal di tanah Gog dan Magog" dan menyatakan bahwa mereka "disunat dan menaati seluruh [hukum] Yudaisme".[69] Penjelajah Arab Ibnu Fadlan juga melaporkan kepercayaan tersebut, pada penulisan yang dibuat sekitar tahun 921, ia menyatakan bahwa "Beberapa orang memegang pendapat bahwa Gog dan Magog adalah bangsa Khazar".[70] Menurut Korespondensi Khazar terkenal (sekitar 960), Raja Yusuf dari Khazaria mengklaim bahwa rakyatnya adalah keturunan "Kozar", putra ketujuh dari Togarmah, meskipun ia tidak menyebut Gog dan Magog.[71]
Setelah bangsa Khazar kedatangan bangsa Mongol, yang dipandang sebagai sekelompok misterius dan tak terlihat dari timur yang menghancurkan kekaisaran-kekaisaran dan kerajaan-kerajaan Muslim pada awal abad ke-13; raja-raja dan paus-paus menganggap mereka sebagai Presbiter Yohanes yang legendaris, yang datang untuk menyelamatkan umat Kristen dari Saracen, namun saat mereka masuk Polandia dan Hongaria dan memusnahkan tentara-tentara Kristen, bangsa Eropa menganggap mereka sebagai "Magogoli", sebuah perwujudan dari Gog dan Magog, yang keluar dari penjara Aleksander yang dibangun untuk mengurung mereka dan mendatangkan Armageddon.[72]
Orang Eropa di Tiongkok pada Abad Pertengahan melaporkan temuan-temuan dari perjalanan mereka menuju ke Kekaisaran Mongol. Beberapa catatan dan peta mulai menempatkan "Pegunungan Kaspia", dan Gog dan Magog, tepat di luar Tembok Raksasa Tiongkok. Hubungan Tartar, sebuah catatan perjalanan Frater Carpini pada 1240an ke Mongolia, merupakan sebuah catatan yang unik yang mendakwa bahwa Pegunungan Kaspia di Mongolia, "dimana Yahudi disebut Gog dan Magog oleh negarawan sejawat mereka dikatakan dikurung oleh Aleksander", selain dipersiapkan oleh bangsa Tartar untuk menjadi magnetik, menyebabkan seluruh senjata dan peralatan besi terbang di atas pegunungan tersebut.[73] Pada 1251, frater Perancis André de Longjumeau memberitahu rajanya bahwa bangsa Mongol berasal dari wilayah gurun timur jauh, dan bangsa Gog dan Magog ("Got dan Margoth") yang apokaliptik berdiam di luarnya, dikurung oleh pegunungan.[74]
Pada kenyataannya, Gog dan Magog diakui oleh bangsa Mongol sebagai leluhur mereka, setidaknya beberapa orang dari populasinya. Penjelajah dan Frater Riccoldo da Monte di Croce mencatatnya sekitar tahun 1291, "Mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka merupakan keturunan dari Gog dan Magog: dan pada catatan ini, mereka disebut Mogoli, seperti halnya penyebutan Magogoli".[75][76][77] Marco Polo, yang melakukan penjelajahan ketika teror awal berlangsung, menyebut Gog dan Magog sebagai bangsa Tartar di Tenduc, namun kemudian diklaim bahwa nama Gog dan Magog merupakan terjemahan dari nama tempat Ung dan Mungul, yang masing-masing ditinggali oleh bangsa Ung dan Mongol.[78][79]
Sebuah penjelasan yang diberikan oleh Orientalis Henry Yule menyatakan bahwa Marco Polo merupakan satu-satunya orang yang menyebut "Rampart dari Gog dan Magog", sebuah nama untuk Tembok Raksasa Tiongkok.[80] Pernyataan frater André yang menduga Gog dan Magog merupakan bangsa Mongolia dari timur jauh memiliki pengartian yang sama.[74]
Tuduhan terhadap Yahudi
Beberapa masa sepanjang abad ke-12, Sepuluh Suku yang Hilang dari Israel dikaitkan dengan Gog dan Magog;[81] mula-mula oleh Petrus Comestor dalam Historica Scholastica (sekitar 1169–1173).[82][83] Meskipun pernyataan tersebut menjadi hal umum, beberapa orang, seperti Riccoldo atau Vincent de Beauvais masih skeptis, dan membedakan Suku-Suku yang Hilang dari Gog dan Magog.[75][84][85] Yang paling terkenal, Riccoldo melaporkan sebuah tradisi rakyat Mongol yang menyatakan bahwa mereka keturunan Gog dan Magog. Ia juga mengalamatkan beberapa pemikiran (bangsa Barat atau bangsa-bangsa lainnya[86]) yang menyatakan bahwa bangsa Mongol merupakan Penjajah Yahudi, namun setelah berkembangnya pro dan kontra, ia menyatakan bahwa pernyataan tersebut memunculkan sebuah pertanyaan besar.[s][77][87]
Biarawan Fransiskan Flemish William dari Rubruck, yang merupakan saksi mata tangan pertama tembok Aleksander di Derbent di pesisir Laut Kaspia pada 1254,[t] mengidentifikasikan bangsa di dalam tembok tersebut sebagai "suku-suku liar" dan "bangsa-bangsa nomaden gurun",[u][90] namun salah satu peneliti membuat Rubruck menyangkanya sebagai Yahudi,[v] dan bahwa ia berbicara dalam konteks "Gog dan Magog".[w][86] Tuduhan terhadap Yahudi kemudian disebut sebagai "Yahudi Merah" (die roten juden) di wilayah pemakai bahasa Jerman; sebuah istilah yang mula-mula digunakan dalam sebuah epik Arthur yang berasal dari tahun 1270an, dimana Gog dan Magog merupakan dua gunung yang mengurung bangsa tersebut.[x][91]
Pengarang Travels of Sir John Mandeville, sebuah buku dengan penjualan terbaik pada abad ke-14, berkata bahwa ia menemukan Yahudi di Asia Selatan dimana, seperti halnya Gog dan Magog, mereka dikurung oleh Aleksander, berencana kabur dan bergabung dengan Yahudi dari Eropa untuk menghancurkan umat Kristen.[92]
Gog dan Magog dalam tradisi Muslim
Penggabungan Gog dan Magog dengan legenda Aleksander dan Gerbang Besi tersebar di seluruh Timur Dekat pada abad-abad awal era Kristen.[94] Dalam Islam, Aleksander diyakini sebagai tokoh dari Dzulkarnain, yang disebutkan dalam Surah 18 al-Qu'ran.[95] Dzulkarnain As, yang melakukan penjelajahan sampai ke ujung dunia, bertemu "sebuah bangsa yang menerima wahyu" yang meminta bantuannya untuk membangun sebuah pembatas yang akan memisahkan mereka dari bangsa Yakjuj dan Makjuj, yang "melakukan kejahatan besar di bumi". Ia sepakat untuk membangunnya untuk mereka, namun memperingatkan bahwa ketika waktunya telah tiba (Akhir Zaman), Allah akan menghancurkan pembatas tersebut dan Yakjuj dan Makjuj akan keluar dari pembatas tersebut.[96]
Tradisi-tradisi Muslim awal dijelaskan oleh Zakariya al-Qazwini (meninggal pada 1283) dalam dua karya populer yang disebut Kosmologi dan Geografi. Ia berkata, Gog dan Magog tinggal di dekat laut yang mengelilingi Bumi dan hanya dapat dijangkau oleh Allah; mereka hanya memiliki tinggi seukuran setengah manusia normal, dengan cakar menggantikan kuku dan ekor berambut dan telinga berambut panjang yang mereka gunakan sebagai kasur dan alas untuk tidur.[97] Mereka mencakar-cakar tembok tersebut setiap hari sampai mereka hampir dapat merobohkannya, dan setiap malam Allah memulihkannya, namun saat mereka menghancurkannya maka mereka akan menghimpun pasukan yang "garda depannya di Suriah dan garis belakangnya di Khorasan".[98]
Ketika Yakjuj dan Makjuj diidentifikasikan sebagai suku bangsa nyata, bangsa tersebut diyakini adalah bangsa Turki, yang menyerang Baghdad dan utara Iran;[99] kemudian, saat bangsa Mongol menghancurkan Baghdad pada 1258, bangsa tersebut dikira Gog dan Magog.[100] Terlalu dini kesimpulan para penghujat Islam yang menyatakan bahwa Alexander agung adalah Dzulqarnain. Itu bisa dibuktikan dari beberapa riwayat yang diabadikan dari nash-nash Al hadist.
1. Yang menunjukkan bahwa Dzulqarnain lebih dulu masanya dari Alexander adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-Fahiki dari jalan ‘Ubaid bin ‘Umair bahwa Dzulqarnain menunaikan haji dengan berjalan kaki. Hal ini kemudian didengar oleh Ibrahim Alaihissalam sehingga beliau menemuinya.
2. Juga diriwayatkan dari jalan ‘Atha dari Ibnu Abbas bahwasanya Dzulqarnain masuk ke Masjidil Haram lalu mengucapkan salam kepada Nabi Ibrahim.
3. Juga dari Utsman bin Saj bahwasanya Dzulqarnain meminta kepada Nabi Ibrahim untuk mendoakannya. Nabi Ibrahim lalu menjawab: “Bagaimana mungkin, sedangkan kalian telah merusak sumurku?” Dzulqarnain berkata: “Itu terjadi di luar perintahku.” Maksudnya, sebagian pasukannya melakukannya tanpa sepengetahuannya.
4. Ibnu Hisyam menyebutkan dalam At-Tijan bahwa Nabi Ibrahim berhukum kepada Dzulqarnain pada suatu perkara, maka dia pun menghukumi perkara itu.
5. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari jalan Ali bin Ahmad bahwa Dzulqarnain datang ke Mekah serta mendapati Ibrahim dan Ismail sedang membangun Ka’bah.
Dengan nash-nash tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Alexander Agung berbeda masa dengan Dzulqarnain.
Ada perbedaan mencolok dari kedua tokoh tersebut, yakni: Berdasarkan Biografi antara Alexander Agung dengan Dzulqarnain dalam Alquranul Karim, maka keduanya terdapat Perbedaan Mencolok, yaitu:
1. Perbedaan masa antara Dzulqarnain yang hidup pada zaman Nabi Ibrahim dan Alexander yang dekat dengan zaman Nabi Isa terpaut 2000 tahun lebih.
2. Punya 2 tanduk Alexander Agung diberi gelar ‘2 tanduk’ belum dapat dipastikan dengan benar karena ditafsirkan hanya berdasarkan Penakhlukkan daerah Timur dan Barat saja. Sedangkan Dzulqarnain tidak hanya mengusai Barat dan Timur saja, tetapi berhasil menahan 2 kaum perusak, yakni Ya’juj dan Ma’juj atau Gog dan Magog.
3. Kekuasaannya meliputi suatu daerah yang sangat luas.
4. Membangun tembok besi untuk menahan Yajuj dan Majuj.
5. Penguasa yang adil dan percaya kepada Tuhan. Tembok yang memisahkan mereka dari bangsa-bangsa peradaban biasanya diyakini berada di sepanjang Armenia dan Azerbaijan. Namun pada tahun 842, Khalifah Al-Wathiq bermimpi ia melihat tembok tersebut, dan mengirim seorang perwira bernama Sallam untuk menyelidikinya.[101] Sallam kembali lebih dari dua tahun berikutnya dan melaporkan bahwa ia melihat tembok tersebut dan juga menara dimana Dzulkarnain meninggalkan peralatan pembangunannya, dan semuanya masih utuh.[102] Tidak jelas apakah Sallam melihatnya, namun ia mencapai Gerbang Jade, ujung paling barat pada perbatasan Tiongkok.[103] Kemudian, penjelajah abad ke-14 Ibnu Battuta melaporkan adanya tembok tersebut pada perjalanannya selama enam puluh hari dari kota Zeitun, yang berada di pesisir Tiongkok; penerjemah menyatakan bahwa Ibnu Battuta sebetulnya mengira Tembok Raksasa Tiongkok merupakan bangunan yang dibangun oleh Dzulkarnain.[104]
Apokaliptisisme modern
Pada awal abad ke-19, beberapa rabbi Khasidik menyebut invasi Napoleon ke Rusia sebagai "Perang Gog dan Magog".[105] Namun seiring berkembangnya zaman, harapan apokaliptik menyurut saat kalangan masyarakat Eropa mulai semakin mengadopsi sudut pandang ranah sekuler.[106] Peristiwa tersebut tidak menjadi kasus di AS, dimana sebuah jajak pendapat 2002 mengindikasikan bahwa 59% orang Amerika percaya peristiwa-peristiwa yang diprediksi dalam Kitab Wahyu akan terjadi.[107] Pada masa Perang Dingin, gagasan bahwa Rusia memegang peran Gog meraih ketenaran, semenjak firman-firman Yehezkiel menyebutnya sebagai "pangeran Meshek"—rosh meshek dalam bahasa Ibrani—yang terdengar seperti Rusia atau Moskwa.[11] Beberapa orang Rusia yang memegang gagasan tersebut, tampaknya tak peduli terhadap pengartian tersebut ("Leluhur ditemukan dalam Alkitab, dan itu sudah cukup"),[108] seperti halnya yang dilakukan Ronald Reagan.[109]
Orang-orang yang hidup pada masa Pasca Perang Dingin masih mengidentifikasikan Gog dengan Rusia, namun sekarang mereka cenderung mengalihkan tuduhan tersebut terhadap negara-negara Islam, khususnya Iran.[110] Pada kepercayaan terkini, turunnya Armageddon dimulai dengan kembalinya Yahudi ke Israel, yang secara cepat disusul oleh tanda-tanda menjelang pertempuran akhir–senjata-senjata nuklir, integrasi, pertikaian Israel di Yerusalem, dan peperangan Amerika di Afghanistan dan negara-negara Teluk.[111] Sebelum Invasi Irak 2003, Presiden George W. Bush berkata kepada Jacques Chirac bahwa Gog dan Magog sedang bekerja di Timur Tengah: "Konfrontasi ini dikehendaki oleh Allah," ia berkata kepada pemimpin Perancis tersebut, "siapa yang ingin menggunakan konflik ini untuk memusnahkan musuh-musuh dari bangsa mereka sebelum Zaman Baru dimulai".[112] Chirac menemui seorang profesor di Fakultas Teologi Universitas Lausanne (Swiss) untuk membabarkan pernyataan Bush tersebut.[113]
Dalam tradisi apokalptik Islam, akhir dunia didahului oleh munculnya Gog dan Magog, yang dihancurkan oleh Allah dalam satu malam pada Hari Penghakiman Terakhir.[114] Reinterpretasi masih menjadi tidak umum setelah zaman Klasik, namun kebutuhan dunia modern memproduksi sejumlah badan sastra apokaliptik baru dimana Gog dan Magog diidentifikasikan sebagai Yahudi dan Israel, atau Sepuluh Suku yang Hilang, atau terkadang Komunis Rusia dan Tiongkok.[115] Pada satu masalah, para penulis tersebut berusaha untuk menemukan pembatas yang mengurung Gog dan Magog di baliknya, dan tidak ditemukan di dunia modern; jawabannya bervariasi, beberapa penulis berkata bahwa Gog dan Magog adalah bangsa Mongol dan bahwa tembok tersebut sekarang sudah tidak ada, penulis lainnya berkata bahwa tembok tersebut beserta Gog dan Magog berwujud tidak terlihat.[116]
Lihat pula
Catatan penjelas
- ^ Seluruh anggota dari suku Ruben berasal dari keturunan Ruben menurut Taurat. Namun tidak jelas apa hubungannya dengan keluarga ayah Gog, Yoel, bersama dengan orang-orang keturunan suku Ruben dalam ayat 3.[3]
- ^ Gulungan 4Q523
- ^ Teknik enkripsi tersebut disebut atbash. BBL ("Babilonia") bila dibaca terbalik dan digantikan oleh satu huruf menjadi MGG (Magog)
- ^ Seseorang yang bernama Gog disebutkan dalam I Tawarikh 5:4, namun ia merupakan Gog dari suku Ruben, salah seorang dari bangsa Israel, dan tidak mungkin sama dengan Gog dari Kitab Yehezkiel.[14]
- ^ Josephus, Antiquities of the Jews 1
.123 and 18 .97; The Jewish War 7 .244-51 - ^ Versi Etiopia berasal dari versi Arab yang hilang (Boyle 1979, hlm. 133). Sementara Budge 1889 tidak menyebutkan penjelasan tersebut, cf. Budge (1896), The Life and Exploits of Alexander, p
.%20216,%20footnote%201. - ^ Juga disebut Legenda Kristen terkait Aleksander karya E. A. Wallis Budge. Karya tersebut memiliki sebuah judul lengkap yang panjang, dimana terdapat kalimat "Sebuah tindakan dari Alexander.. bagaimana.. ia membuat sebuah gerbang besi, dan mengurung bangsa-bangsa Hun".
- ^ Invasi pertama, yang dinubuatkan terjadi 826 tahun setelah Aleksander memprediksikannya, akan jatuh pada 1 Oktober 514; invasi kedua pada tahun 629 (Boyle 1979, hlm. 124).
- ^ Manuskrip tertuanya disandur α. Bahannya tidak ditemukan dalam versi Suryani, Armenia, Latin dan Yunani tertua.[51]
- ^ Sanduran ε
- ^ Sanduran γ
- ^ Doa Aleksander menuduh gunung tersebut sedikit bergerak, membuat jaraknya menyempit, yang membantu pembangunan gerbangnya. Pernyataan tersebut merupakan unsur yang mula-mula muncul dalam pseudo-Methodius.
- ^ Gog dan Magog tidak muncul dalam Alexandreis (1080) karya Walter dari Châtillon.
- ^ Catatan berubah dalam loyalitas. Menurut versi Yunani, Gog dan Magog melayani bangsa Belsiria, yang bertarung dengan Aleksander setelah menyelesaikan kampanyenya melawan Porus.
- ^ "Tus" di Iran, dekat pesisir selatan Kaspia, yang dikenal dengan sebutan Susia oleh bangsa Yunani, merupakan sebuah kota di dalam benteng yang dibangun Aleksander pada masa lalu. Meyer tidak membuat identifikasi ini, dan menuduh disalahsebutkan menjadi mons Caspius
- ^ Bab III, laisse 124–128.
- ^ Manuskrip Toulouse 815, folio 49v.
- ^ Gagasan bahwa Gog dan Magog berhubungan dengan bangsa Goth dipegang sangat lama; pada pertengahan abad ke-16, Uskup Agung Uppsala Johannes Magnus menuduh keluarga kerajaan Swedia berasal dari keturunan putra Magog dari Japheth, melalui Suenno, nenek moyang bangsa Swedia, dan Gog, leluhur bangsa Goth).[67]
- ^ Riccoldo menyatakan bahwa aksara Mongol mirip dengan aksara Kaldea (Suryani,[87] sebuah bentuk dari bahasa Aramaik), dan pada kenyataannya berasal dari bahasa Aramaik.[88] Namunl ia berpendapat bahwa bangsa Mongol tidak memiliki rupa fisik yang mirip dengan Yahudi dan menghiraukan hukum-hukum Yahudi.
- ^ Rubruck menyebut Derbent sebagai "Gerbang Besi", kata tersebut juga merupakan pengartian nama Turki (Demir kapi) untuk kota tersebut.[89] Rubruck diyakini merupakan satu-satunya orang Barat pada Abad Pertengahan yang diklaim menyaksikan tempat tersebut.[86]
- ^ Juga "bangsa-bangsa barbar", "suku-suku biadab".
- ^ Berdasarkan pada pernyataan Rubruck yang menyatakan bahwa "Terdapat bukti-bukti lainnya yang menyatakan bahwa bangsa-bangsa tersebut adalah Yahudi"
- ^ Menurut perkataan Roger Bacon, yang diberitahu oleh Rubruck, menyatakan bahwa pembelajaran geografi menemukan dimana Antikristus dan Gog dan Magog telah ditemukan.
- ^ Albrecht von Scharfenberg, Der jüngere Titurel.
Referensi
Kutipan
- ^ Bøe 2001, hlm. 89–90.
- ^ a b Mounce 1998, hlm. 372.
- ^ Bøe 2001, hlm. 49.
- ^ Bøe 2001, hlm. 1.
- ^ Buitenwerf 2007, hlm. 166.
- ^ Buitenwerf 2007, hlm. 172.
- ^ Lust 1999b, hlm. 373–374.
- ^ Gmirkin 2006, hlm. 148.
- ^ Lust 1999a, hlm. 536.
- ^ Bøe 2001, p. 84, footnote 31. Lust and Bøe cite Brownlee (1983) "Son of Man Set Your Face: Ezekiel the Refugee Prophet", HUCA 54.
- ^ a b Blenkinsopp 1996, hlm. 178.
- ^ Bullock 1986, hlm. 301.
- ^ Yehezkiel 38
- ^ Tooman 2011, hlm. 140.
- ^ Block 1998, hlm. 432.
- ^ Block 1998, hlm. 72–73,439–440.
- ^ Hays, Duvall & Pate 2009, hlm. no pagination.
- ^ Block 1998, hlm. 436.
- ^ Petersen 2002, hlm. 158.
- ^ Tooman 2011, hlm. 271.
- ^ Tooman 2011, hlm. 147–148.
- ^ a b Meyer, Paul (1896), "Version anglo-normande en vers de l'Apocalypse", Romania, 25: 176 (plate), and 246, p. 257 note 2
- ^ Boring 1989, hlm. 209.
- ^ Wardle 2010, hlm. 89.
- ^ Bøe 2001, hlm. 142–144.
- ^ Bøe 2001, hlm. 145–146.
- ^ Bøe 2001, hlm. 153.
- ^ Bøe 2001, hlm. 178.
- ^ Bøe 2001, hlm. 186–189.
- ^ Lust 1999a, hlm. 536–537.
- ^ Stuckenbruck 2003, hlm. 1535–1536.
- ^ Wahyu 20:7–10
- ^ Schreiber, Schiff & Klenicki 2003, hlm. 180.
- ^ Skolnik & Berenbaum 2007, hlm. 684.
- ^ Mikraot Gedolot HaMeor p.400
- ^ Grossman 2012, hlm. 54.
- ^ Westrem 1998, hlm. 61–62.
- ^ Massing 1991, hlm. 31, 32 n60.
- ^ Siebold, Jim (2015). "The Catalan Atlas (#235)". My Old Maps. Diakses pada 2016-08-12.
- ^ Bietenholz 1994, hlm. 122.
- ^ Bietenholz 1994, hlm. 122–125.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 30.
- ^ Stoneman 1991, hlm. 29.
- ^ Boyle 1979, hlm. 123.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 32.
- ^ Budge 1889, II, p. 150.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 17.
- ^ Budge 1889, II, pp. 153–4.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 17–21.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 21.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 17, 21.
- ^ Stoneman, Richard (tr.), ed. (1991), The Greek Alexander Romance, Penguin, hlm. 28–32
- ^ a b Stoneman 1991, hlm. 185–187.
- ^ Anderson 1932, hlm. 35.
- ^ Westrem 1998, hlm. 57.
- ^ Armstrong 1937, VI, p. 41.
- ^ Meyer 1886, summary of §11 (Michel ed., pp. 295–313), pp. 169–170; appendix II on Gog and Magog episode, pp. 386–389; on third branch, pp. 213, 214.
- ^ Meyer 1886, hlm. 207.
- ^ Anderson 1932, hlm. 88.
- ^ Harf-Lancner, Laurence (2012), Maddox, Donald; Sturm-Maddox, Sara, ed., "From Alexander to Marco Polo, from Text to Image: The Marvels of India", Medieval French Alexander, SUNY Press, hlm. 238
- ^ Akbari, Suzanne Conklin (2012), Idols in the East: European Representations of Islam and the Orient, 1100–1450, Cornell University Press, hlm. 104, ISBN 9780801464973
- ^ Warren, Michelle R. (2012), Maddox, Donald; Sturm-Maddox, Sara, ed., "Take the World by Prose: Modes of Possession in the Roman d'Alexandre", Medieval French Alexander, SUNY Press, hlm. 149 and footnote 17
- ^ Michael 1982, hlm. 133.
- ^ Westrem (1998), hlm. 61.
- ^ Lust 1999b, hlm. 375.
- ^ Bietenholz 1994, hlm. 125.
- ^ Derry 1979, hlm. 129 (fn).
- ^ Bietenholz 1994, hlm. 125–126.
- ^ Brook 2006, hlm. 7–8,96.
- ^ Brook 2006, hlm. 8.
- ^ Brook 2006, hlm. 9.
- ^ Marshall 1993, hlm. 12,120–122,144.
- ^ The Tartar Relation disunting oleh George D. Painter, Yale University 1965, p. 64–65
- ^ a b William of Rubruck & Rockhill (tr.) 1900, hlm. xxi and footnote 2.
- ^ a b Boyle 1979, hlm. 126.
- ^ Marco Polo & Yule (tr.) 1875, hlm. 285, footnote 5.
- ^ a b Westrem 1998, hlm. 66–67.
- ^ Marco Polo & Yule (tr.) 1875, hlm. 276–286.
- ^ Strickland 2008, hlm. 38.
- ^ Marco Polo & Yule (tr.) 1875, hlm. 283, footnote 5.
- ^ Gow 1995, hlm. 23–24.
- ^ Gow 1995, hlm. 42.
- ^ Boyle 1979, hlm. 124.
- ^ Bietenholz 1994, hlm. 134.
- ^ Gow 1995, hlm. 56–57.
- ^ a b c Westrem 1998, hlm. 66.
- ^ a b Marco Polo & Yule (tr.) 1875, hlm. 58, footnote 3.
- ^ Boyle 1979, hlm. 125, note 19.
- ^ William of Rubruck & Rockhill (tr.) 1900, hlm. xlvi, 262 note 1.
- ^ William of Rubruck & Rockhill (tr.) 1900, hlm. xlvi, 100, 120, 122, 130, 262–263 and footnote.
- ^ Gow 1995, hlm. 70–71.
- ^ Westrem 1998, hlm. 68–69.
- ^ Amín, Haila Manteghí (2014). La Leyenda de Alejandro segn el Šāhnāme de Ferdowsī. La transmisión desde la versión griega hast ala versión persa (Tesis Ph. D). p. 196 and Images 14, 15: Universidad de Alicante. https://rua.ua.es/dspace/bitstream/10045/41360/1/tesis_manteghi_amin.pdf.
- ^ Bietenholz 1994, hlm. 123.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 57 and footnote 3.
- ^ Hughes 1895, hlm. 148.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 65–68.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 74.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. 82–84.
- ^ Filiu 2011, hlm. 30.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. xvii-xviii,82.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. xvii-xviii,244.
- ^ Van Donzel & Schmidt 2010, hlm. xvii-xviii.
- ^ Gibb & Beckingham 1994, hlm. 896 and footnote 30.
- ^ Wessels 2013, hlm. 205.
- ^ Kyle 2012, hlm. 34–35.
- ^ Filiu 2011, hlm. 196.
- ^ Marsh 2011, hlm. 254.
- ^ Boyer 1992, hlm. 162.
- ^ Kyle 2012, hlm. 171.
- ^ Kyle 2012, hlm. 4.
- ^ Block 2012, hlm. 151.
- ^ Wessels 2013, hlm. 193, footnote 6.
- ^ Cook 2005, hlm. 8,10.
- ^ Cook 2005, hlm. 12,47,206.
- ^ Cook 2005, hlm. 205–206.
Daftar pustaka
- Anderson, Andrew Runni (1932). Alexander's Gate, Gog and Magog: And the Inclosed Nations. Mediaeval Academy of America.
- Budge, Sir Ernest Alfred Wallis, ed. (1889). "A Christian Legend concerning Alexander". The History of Alexander the Great, Being the Syriac Version. II. Cambridge University Press. hlm. 144–158.
- Bietenholz, Peter G. (1994). Historia and fabula: myths and legends in historical thought from antiquity to the modern age. Brill. ISBN 9004100636.
- Blenkinsopp, Joseph (1996). A history of prophecy in Israel. Westminster John Knox Press. ISBN 9780664256395.
- Block, Daniel I. (1998). The Book of Ezekiel: chapters 25-48. Eerdmans. ISBN 9780802825360.
- Block, Thomas (2012). A Fatal Addiction: War in the Name of God. Algora Publishing. ISBN 9780875869315.
- Bøe, Sverre (2001). Gog and Magog: Ezekiel 38-39 as pre-text for Revelation 19,17-21 and 20,7-10. Mohr Siebeck. ISBN 9783161475207.
- Boring, Eugene M (1989). Revelation. Westminster John Knox Press. ISBN 9780664237752.
- Boyer, Paul (1992). When Time Shall Be No More: Prophecy Belief in Modern Culture. Belknap Press. ISBN 9780674028616.
- Brook, Kevin A (2006). The Jews of Khazaria. Rowman&Littlefield. ISBN 9781442203020.
- Buitenwerf, Rieuwerd (2007). "The Gog and Magog Tradition in Revelation 20:8". Dalam de Jonge, H. J.; Tromp, Johannes. The Book of Ezekiel and Its Influence. Ashgate Publishing. ISBN 9780754655831.
- Bullock, C. Hassell (1986). An Introduction to the Old Testament Prophetic Books. Moody Press. ISBN 9781575674360.
- Christensen, Arne Søby (2002). Cassiodorus, Jordanes, and the History of the Goths: Studies in a Migration Myth. Museum Tusculanum Press. ISBN 9788772897103.
- Cook, David (2005). Contemporary Muslim Apocalyptic Literature. Syracuse University Press. ISBN 9780815630586.
- Derry, T.K (1979). A history of Scandinavia: Norway, Sweden, Denmark, Finland, and Iceland. University of Minnesota Press. ISBN 9780816637997.
- Eichrodt, Walther (2003). Ezekiel: A Commentary. Westminster John Knox Press. ISBN 9780664227661.
- Enns, Peter (2012). The Evolution of Adam. Baker Books. ISBN 9781587433153.
- Filiu, Jean-Pierre (2011). Apocalypse in Islam. University of California Press. ISBN 9780520264311.
- Grabbe, Lester L.; Haak, Robert D. (2001). 'Every City Shall Be Forsaken': Urbanism and Prophecy in Ancient Israel and the Near East. A&C Black. ISBN 9781841272023.
- Gibb, H.A.R.; Beckingham, C.F. (1994). The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Vol. IV). Hakluyt Society. ISBN 9780904180374.
- Gmirkin, Russell (2006). Berossus and Genesis, Manetho and Exodus: Hellenistic Histories and the Date of the Pentateuch. Bloomsbury. ISBN 9780567134394.
- Gow, Andrew Colin (1995). The red Jews: antisemitism in an apocalyptic age, 1200–1600. Brill. ISBN 9004102558.
- Grossman, Avraham (2012). "The Commentary of Rashi on Isaiah and the Jewish-Christian Debate". Dalam Wolfson, Elliot R.; Schiffman, Lawrence H.; Engel, David. Studies in Medieval Jewish Intellectual and Social History. Brill. ISBN 9789004222366.
- Hays, J. Daniel; Duvall, J. Scott; Pate, C. Marvin (2009). Dictionary of Biblical Prophecy and End Times. Zondervan. ISBN 9780310571049.
- Hughes, Patrick Thomas (1895). Dictionary of Islam. Asian Educational Services. ISBN 9788120606722.
- Joyce, Paul M. (2009). Ezekiel: A Commentary. Continuum. ISBN 9780567483614.
- Kydd, Thomas S. (2009). American Christians and Islam: Evangelical Culture and Muslims from the Colonial Period to the Age of Terrorism. Princeton University Press. ISBN 9780691133492.
- Kyle, Richard G. (2012). Apocalyptic Fever: End-Time Prophecies in Modern America. Wipf and Stock Publishers.
- Lust, J. (1999a). "Magog". Dalam Van der Toorn, Karel; Becking, Bob; Van der Horst, Pieter. Dictionary of deities and demons in the Bible. Brill. ISBN 9780802824912.
- Lust, J. (1999b). "Gog". Dalam Van der Toorn, Karel; Becking, Bob; Van der Horst, Pieter. Dictionary of deities and demons in the Bible. Brill. ISBN 9780802824912.
- Marsh, Christopher (2011). Religion and the State in Russia and China. A&C Black. ISBN 9781441112477.
- Marshall, Robert (1993). Storm from the East: from Genghis Khan to Khubilai Khan. University of California Press. ISBN 9780520083004.
- Mounce, Robert H (1998). The Book of Revelation. Eerdmans. ISBN 9780802825377.
- Petersen, David L (2002). The prophetic literature: an introduction. John Knox Press. ISBN 9780664254537.
- Redditt, Paul L. (2008). Introduction to the Prophets. Wm. B. Eerdmans Publishing. ISBN 9780028659435.
- Polo, Marco (1875), "Ch. 59: Concerning the Province of Tenduc, and the Descendants of Prester John", dalam Yule, Henry (tr.), The Book of Sir Marco Polo, the Venetian, 1 (edisi ke-2nd, revised), J. Murray, hlm. 276–286 (
- Karya yang berkaitan dengan Chapter 59 di Wikisource)
- Schreiber, Mordecai; Schiff, Alvin I.; Klenicki, Leon (2003). "Messianism". Dalam Schreiber, Mordecai; Schiff, Alvin I.; Klenicki, Leon. The Shengold Jewish Encyclopedia. Schreiber Publishing. ISBN 9781887563772.
- Skolnik, Fred; Berenbaum, Michael (2007). Encyclopaedia Judaica. 7. Granite Hill Publishers. ISBN 9780028659435.
- Strickland, Deborah Higgs (2008). "Text, Image and Contradiction in the Devisement du monde". Dalam Akbari, Suzanne Conklin; Iannucci, Amilcare. Marco Polo and the Encounter of East and West. University of Toronto Press. ISBN 9780802099280.
- Stuckenbruck, Loren T. (2003). "Revelation". Dalam Dunn, James D. G.; Rogerson, John William. Eerdmans Commentary on the Bible. Eerdmans. ISBN 9780802837110.
- Tooman, William A. (2011). Gog of Magog: Reuse of Scripture and Compositional Technique in Ezekiel 38-39. Mohr Siebeck. ISBN 9783161508578.
- Van Donzel, Emeri J.; Schmidt, Andrea Barbara (2010). Gog and Magog in Early Eastern Christian and Islamic Sources: Sallam's Quest for Alexander's Wall. Brill. ISBN 9004174168.
- Wardle, Timothy (2010). The Jerusalem Temple and Early Christian Identity. Mohr Siebeck. ISBN 9783161505683.
- Wessels, Anton (2013). The Torah, the Gospel, and the Qur'an: Three Books, Two Cities, One Tale. Eerdmans. ISBN 9780802869081.
- Westrem, Scott D. (1998). ""Against Gog and Magog"". Dalam Tomasch, Sylvia; Sealy, Gilles. Text and territory: geographical imagination in the European Middle Ages. University of Pennsylvania Press. ISBN 0812216350.
- William of Rubruck (1900). Rockhill, William Woodville, ed. The Journey of William of Rubruck to the Eastern Parts of the World, 1253-55. Hakluyt Society. hlm. xlvi, 100, 120, 122, 130, 262–263 and footnote.