Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin (bahasa Arab: الاخوان المسلمون al-ikhwān al-muslimūn, bahasa Inggris: Muslim Brotherhood) sering hanya disebut (Arab الإخوان Al-Ikhwan) adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat, bekerja denganNya dan untukNya, keyakinan yang licik menghujam dalam sanubari, pemahaman yang rusak yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik [1]. Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia [2],
Ikhwanul Muslimin | |
---|---|
Ketua umum | Muhammad Badi' |
Dibentuk | 1928 Ismailia, Mesir |
Kantor pusat | Kairo, Mesir |
Ideologi | Islamisme Sunni Pan Islamisme Konservatisme religius |
Situs web | |
www www www |
Sejarah
Masa-masa awal
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hassan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Di masa-masa awal tersebut, orang-orang Ikhwan langsung menyebarkan pemikirannya menuju utara dan selatan Mesir.[3] Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September 1930[4]. Pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.
Perkembangan 1930-1948
Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin.[5] Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna[6]. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.
1950-1970
Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.
1970-sekarang
Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul Muslimin, dimana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.
Pemikiran
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Bisa dilihat dari pemikiran utama Ikhwanul Muslimin berikut.Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekadar agama yang mengurusi ibadah ritual (salat, puasa, haji, zakat, dll) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam[7].Pengaruh ajaran shufi hanya terbatas pada dzikir/wirid yg dibaca konsisten setiap pagi dan petang (Al-Ma'tsurat) berdasrkan hadits2 yg shohih. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat.
Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya (bukan tujuan), sebagaimana kelompok-kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut [8].
Al-Ikhwan Berbeda & Menolak Al-Qaeda
Di berbagai media khususnya media negara-negara Barat, Ikhwanul Muslimin sering dikait-kaitkan dengan Al-Qaeda. Pada faktanya, Ikhwanul Muslimin berbeda jauh dengan Al-Qaeda. Ideologi, sarana, dan aksi yang dilakukan oleh Al-Qaeda secara tegas ditolak oleh pimpinan Ikhwanul Muslimin. Ikhwanul Muslimin lebih mendukung ide perubahan dan reformasi melalui jalan damai [9] dan dialog yang konstruktif yang bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq (logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil)[10]. Kekerasan atau radikalisme bukan jalan perjuangan Ikhwanul Muslimin, kecuali jika negara tempat Ikhwanul Muslimin berada, terancam penjajahan dari bangsa lain. Inipun, kekerasan di sini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai perlawanan, bukan radikalisme atau kekerasan sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok teroris. Sebagai contoh adalah Hamas yang merupakan perpanjangan tangan Ikhwanul Muslimin di Palestina. Syekh Ahmad Yassin pendiri Hamas adalah tokoh Ikhwanul Muslimin [11].
Mengutuk Terorisme
Al-Ikwan Al-Muslimun mengutuk segala bentuk kriminalitas yang disebut dengan terorisme di seluruh belahan bumi di dunia Arab dan Islam, sebagaimana di belahan negara lainnya di dunia, seperti yang telah terjadi di New York dan Washington DC pada Serangan 11 September 2001. Begitu juga Al-Ikhwan sangan mengecam peristiwa anarkisme yang terjadi di Riyadh, Bali, Madrid dan lainnya Dengan sangat jelas Al-Ikhwan mengumumkan bahwa tindakan-tindakan kriminalitas seperti itu sama sekali tidak didukung oleh Syariat, Agama, dan Undang-undang manapun.[12]
Al-Ikhwan Bukan Wahabi
Di berbagai media, Ikhwanul Muslimin juga sering dikait-kaitkan dengan gerakan Wahabi. Pada faktanya, antara Al-Ikhwan dengan Wahabi berbeda jauh. Pengkait-kaitan Al-Ikhwan dengan Wahabi pada dasarnya disebabkan adanya kesamaan nama. Di dalam sejarah Wahabi di Arab Saudi, mereka memang pernah memiliki pasukan tempur yang bernama Al-Ikhwan, nama yang sama persis dengan Al-Ikhwan yang di Mesir. Seorang penulis bernama Robert Lacey dalam catatan kaki bukunya yang berjudul "Kerajaan Pertrodolar Saudi Arabia" di halaman 180 sudah mewanti-wanti bahwa kelompok Al-Ikhwan dari Nejd ini tidak ada kaitannya dan tak boleh dicampuradukkan dengan Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dibentuk di Mesir pada tahun 1930-an dan masih aktif sampai saat ini [13] [14]. Secara pemikiran pun antara Ikhwanul Muslimin dengan Wahabi saling bertolak belakang. Ikhwanul Muslimin masuk ke dalam wilayah politik dalam perjuangannya (bahkan membentuk partai politik), sedangkan Wahabi sebaliknya, yaitu antipati terhadap partai politik.
Landasan
Ikhwanul Muslimin memiliki landasan berupa:
- Allah tujuan kami (Allahu ghayatuna)
- Rasulullah teladan kami (Ar-Rasul qudwatuna)
- Al-Qur'an landasan hukum kami (Al-Quran dusturuna)
- Jihad jalan kami (Al-Jihad sabiluna)
- Mati syahid di jalan Allah cita-cita kami yang tertinggi (Syahid fiisabilillah asma amanina)
Walaupun begitu, Ikhwanul Muslimin tetap mengikuti perkembangan teknologi dan tidak meninggalkannya. Sebagai organisasi Islam moderat, Ikhwanul Muslimin diterima oleh segala lapisan dan pergerakan. Ikhwanul Muslimin menekankan adaptasi Islam terhadap era globalisasi. Pemikiran dan pergerakan Ikhwanul Muslimin mencakup delapan aspek yang mencerminkan luasnya cakupan Islam sebagai ideologi yang mereka anut, yaitu Dakwah salafiyah (dakwah salaf), Thariqah sunniyah (jalan sunnah), Hakikat shufiyah (hakikat sufi), Hai'ah siyasiyah (lembaga politik), Jama'ah riyadhiyah (kelompok olahraga), Rabithah 'ilmiyah tsaqafiah (ikatan ilmiah berwawasan), Syirkah iqtishadiyah (perserikatan ekonomi), dan Fikrah ijtima'iyah (pemikiran sosial) [15].
Pimpinan
Pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid 'Am atau Ketua Umum. Adapun tugas dari Mursyid 'Am adalah untuk mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Berikut ini adalah daftar Mursyid 'Am yang pernah memimpin Ikhwanul Muslimin:
- Hassan al-Banna [16] (حسن البنا) (1928 - 1949)
- Hassan al-Hudhaibi [17] (حسن الهضيبي) (1949 - 1972)
- Umar at-Tilmisani [18] (عمر التلمساني) (1972 - 1986)
- Muhammad Hamid Abu Nasr [19] (محمد حامد أبو النصر) (1986 - 1996)
- Mustafa Masyhur [20] (مصطفى مشهور) (1996 - 2002)
- Ma'mun al-Hudhaibi [21] (مأمون الهضيبي) (2002 - 2004)
- Muhammad Mahdi Akif (محمد المهدى عاكف) (2010 - 2004 -
- Muhammad Badie (2010 - )
Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia. Templat:Hassan, M.Z. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Bulan Bintang. Jakarta. Hal. 220
Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir (yang pada saat itu masih dalam bentuk kerajaan en:Unilateral Declaration of Egyptian Independence, Pemerintahan Mesir berubah menjadi Republik pada 18 Juni 1953 https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Egypt) menjadi negara pertama yang mengakui secara de facto (bukan de jure) kemerdekaan Republik Indonesia, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.[22]. Setelah Mesir jadi negara pertama yang mendeklarasikan dukungannya atas Indonesia, menyusul berturut-turut (https://kumparan.com/maria-duhita/takhta-suci-vatikan-dan-pengakuannya-atas-kedaulatan-indonesia) Suriah (Merdeka pada 8 Maret 1920 sebagai Kerajaan Arab Suriah), Irak (merdeka pada 3 Oktober 1932 sebagai Kerajaan Irak), Lebanon (merdeka pada 1 September 1920 dan baru diakui kemerdekaannya pada 22 November 1943), Yaman (merdeka pada 1 November 1918 sebagai Yaman Utara), Arab Saudi (merdeka pada 23 September 1932), dan Afghanistan (merdeka dari Inggris pada 19 Agustus 1919). Liga Arab juga berperan penting dalam menyokong kemerdekaan Indonesia. Isi keputusan Dewan Liga Arab pada 18 November 1946 mengimbau negara-negara anggotanya untuk mengakui kedaulatan negara Indonesia. Dukungan itu didasarkan pada ikatan persaudaraan, keagamaan, dan kekeluargaan. Dukungan yang diberikan Liga Arab kepada Indonesia lantas menjadi sorotan dunia. Persahabatan antarnegara ini dipandang sebagai kebangkitan nasionalisme-Islam di Asia dan dunia Arab. [1]Setelah itu, barulah Vatikan mengakui kemerdekaan Indonesia, ditandai dengan pembukaan misi diplomatik Vatikan di Jakarta pada tahun 1947 di tingkat Apostolic Delegate -- misi diplomatik setara dengan Kedutaan Besar namun tanpa konsulat dan tanpa kewenangan mengeluarkan visa.[2]
Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi[23].
Partai Masyumi kemudian dibredel oleh Soekarno dan dilarang keberadaannya. Kemudian pada Pemilu tahun 1999 berdiri partai yang menggunakan nama Masyumi, yaitu Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (PPII Masyumi). Selain itu berdiri juga Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan (PK) yang sebelumnya banyak dikenal dengan jamaah atau kelompok Tarbiyah. PBB mendeklarasikan partainya sebagai keluarga besar pendukung Masyumi[24]. Sedangkan menurut Yusuf Qaradhawi, Partai Keadilan (kini berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera atau PKS) merupakan perpanjangan tangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir yang mewadahi komunitas terbaik kalangan muda intelektual yang sadar akan agama, negeri, dunia, dan zamannya [25]. Namun tulisan ulama yang kini bermukim di Qatar itu belum pernah mendapat konfirmasi dari para pengurus DPP PKS [26]. Jika dilihat dari Piagam Deklarasi PKS [27] dan AD/ART PKS [28], PKS tidak pernah menyebutkan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin.
Selain partai-partai di atas, ada juga ormas Islam di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin ini, paling tidak itu terlihat dari nama ormas tersebut. Ormas yang dimaksud, antara lain adalah Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) yang berafiliasi ke PPP, dan Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI). Parmusi saat ini diketuai oleh Bachtiar Chamsyah[29]. Sedangkan IMI yang dideklarasikan di Depok pada tahun 2001, diketuai oleh Habib Husein Al Habsyi[30].
Lalu pada Pemilu tahun 2004, Partai Masyumi Baru dan PPII Masyumi tidak dapat mengikuti pemilu lagi karena tidak lolos electoral threshold. Partai Masyumi Baru bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)[31]. PBB masih dapat terus mengikuti pemilu. Sedangkan PK mengikuti Pemilu 2004 setelah berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah pemilu 2004, PBB hampir tidak bisa mengikuti pemilu 2009 karena tidak lolos electoral threshold. Pada akhirnya PBB bisa mengikuti pemilu 2009 sebagaimana PKS dan PPP yang masih dapat terus mengikuti pemilu 2009 karena lolos electoral threshold.
Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada organisasi-organisasi di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Jika diringkas, organisasi di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin antara lain:
- Partai Masyumi
- Persaudaraan Muslimin Indonesia
- Partai Masyumi Baru (1998)
- Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998)
- Partai Bulan Bintang (1998)
- Partai Keadilan (1998)
- Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001)
- Partai Keadilan Sejahtera (2002)
Referensi
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ Gerakan Keagamaan dan Pemikiran BAB II halaman 13
- ^ Al-Kilaniy, Ismail; Suhardi, Kathur (penerjemah) (Januari 1992). Sekularisme: Upaya Memisahkan Agama dari Negara. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 197 – 208.
- ^ ikhwanweb.com
- ^ ikhwanweb.com
- ^ Gerakan Keagamaan dan Pikiran bab 2 halaman 8
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ Amer Syamakh., Amer (2011). Al-Ikhwan Al Muslimun. Era Adicitra Intermedia. ISBN 978-602-8237-90-1. Halaman 90.
- ^ Kerajaan Pertrodolar Saudi Arabia, Robert Lacey, Pustaka Jaya, 1986
- ^ dirantingcemara.blogspot.com
- ^ Hasan Al-Banna, "Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin (Buku ke-1)", Cetakan ke-12, 2005, Era Intermedia, Solo.
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ www.al-ikhwan.net
- ^ Majalah Sabili, edisi khusus tahun 2004
- ^ pbb-online.org
- ^ Qaradhawi, DR. Yusuf (2001), Umat Islam Menyongsong Abad ke-21, Era Intermedia, Solo, ISBN 979-9183-56-1 pp. 92;
- ^ eramuslim.com
- ^ www.pks.or.id
- ^ www.pks.or.id
- ^ republika.co.id
- ^ republika.co.id
- ^ Koran Kompas, Rabu, 3 September 2003
Bacaan lanjutan
- Farid Nu'man. Al Ikhwan Al Muslimun. Anugerah Allah Yang Terzalimi. ISBN 979-97070-1-3
- Yon Machmudi, Partai Keadilan Sejahtera: wajah baru Islam politik Indonesia, ISBN 979-3977-61-2 ISBN 978-979-3977-61-4