Klinting, Somagede, Banyumas

desa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
Revisi sejak 11 Januari 2019 04.20 oleh 120.188.85.40 (bicara) (Data ditambahkan)


Klinting adalah desa di kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia.

Klinting
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBanyumas
KecamatanSomagede
Kode pos
53193
Kode Kemendagri33.02.09.2004 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°32′26″S 109°20′24″E / 7.54056°S 109.34000°E / -7.54056; 109.34000

Nama desa itu sendiri diambil dari salah satu dusun (grumbul) tempat balai desa tersebut berada. Desa Klinting terbagi dalam 13 grumbul, antara lain :

1. Grumbul Klinting (Ibukota Desa)

2. Grumbul Wanasara Wetan

3. Grumbul Wanasara Kulon

4. Grumbul Karangpucung Kidul

5. Grumbul Karangpucung Lor

6. Grumbul Tugu

7. Grumbul Jenggot Mersi

8. Grumbul Gandasuli Wetan

9. Grumbul Gandasuli Kulon

10. Grumbul Cangkring

11. Grumbul Jumbul Lor (Depok)

12. Grumbul Jumbul Wetan

13. Grumbul Jumbul Kulon

14. Grumbul Lemah Tumpeng

Desa Klinting berbatasan dengan Desa Kemawi di sebelah timur, Desa Karanggintung dan Desa Karangsalam di sebelah selatan, Desa Tanggeran di sebelah barat dan Desa Somagede di sebelah utara.

Geografis

Desa Klinting berada di lereng rangkaian Pegunungan Kendheng yang merupakan daerah perbukitan di selatan cekungan Sungai Serayu bagian tengah. Morfologi tanah di Desa Klinting secara umum merupakan lahan subur yang cocok ditanami berbagai tanaman palawija dan bermacam perdu serta kayu sehingga banyak warga desa memanfaatkan lahannya sebagi pertanian Tumpangsari. Desa ini di bagian selatan merupakan punggung bukit memanjang seperti Leter U. Bagian tengah ke utara merupakan lereng curam dengan dialiri sungai-sungai kecil hingga dataran rendah di perbatasan utara. Desa Klinting dengan lanskep lereng perbukitan dan tanah yang gembur seperti ini maka patut dimasukan wilayah yang rawan bencana alam tanah longsor.

Ekonomi

Mayoritas penduduk bermata pencaharian dengan menjadi petani nira kelapa (Ndheres) yang menghasilkan produk Gula Jawa (Indhel). Daerah yang banyak menghasilkan gula jawa adalah Karangpucung, Wanasara dan Jumbul. Sementara daerah Gandasuli dan Cangkring bergantung pada sawah terasering. Kemudian warga desa juga sebagian merantau ke kota-kota besar dan juga ada yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negeri Jiran, Timur Tengah dan Asia Timur. Sebagian yang lain berprofesi macam-macam mulai dari guru, karyawan swasta hingga pedagang.

Selain itu, di desa ini tepatnya di Grumbul Klinting terdapat industri kecil rambut palsu yang merupakan cabang pabrik rambut palsu di Kecamatan Banyumas. Di Grumbul Wanasara Wetan terdapat industri rumahan konveksi pakaian yang memperkerjakan sekitar sepuluh orang. Serta juga di Grumbul Karangpucung Lor dikembangkan perkebunan Jambu Biji sebagai rintisan Agrowisata. Dan di Gandasuli Wetan terdapat petani penyadap Karet.

Pertanian

Desa Klinting mayoritas merupakan lahan pertanian multigungsi dan majemuk. Setidaknya ada tiga garis besar jenis lahan di Di Desa ini, yakni Lahan perkebunan Tumpangsari dan Palawija, Lahan Persawahan dan hutan Garapan. Pertama, di daerah Jumbul hingga Karangpucung terdapat pepohonan Sengon (Mirah), Cengkih dan Kelapa yang sangat signifikan ditanam. Kelapa menjadi tanaman utama karena menghasilkan Nira yang kemudian diproses menjadi Gula Jawa. Cengkih merupakan tanaman musiman sehingga ketika panen raya warga desa berbondong-bondong memetiknya sebagai penghasilan sekunder. Sementara pohon sengon menjadi semacam tabungan yang akan ditebang ketika ada keperluan finansial yang mendesak dan urgen.

Tanaman Palawija seperti Petai, Jengkol, Melinjo, Rempah-rempah, Singkong, Pisang hingga Nanas juga secara gencar ditanam. Khusus nanas menjadi semacam tumbuhan pembatas yang ditempatkan pada tepian terasering ataupun tegalan lahan. Untuk mencegah longsor juga biasanya ditanami pepohonan kokoh seperti Jambe ( Pinang), Mahoni, Jati dan Nangka. Belakangan juga warga desa utamanya di daerah Jumbul dan Wanasara muncul tren menanam Durian. Tren ini ditengarai pengaruh dari adanya kompleks Petani Durian di Desa Alasmalang dan Pedagang Durian sepanjang Jalan Raya alternatif Sokawera-Kemranjen. Kompleks dan Jalan Raya tersebut berjarak sekitar dua kilometer ke arah barat dari Desa Klinting.

Kedua, Desa Klinting di daerah Gandasuli merupakan lahan pertanian padi. Lahan padi tersebut berupa sawah terasering yang dialiri sungai-sungai kecil. Sebenarnya tipikal sawah di sini adalah Sawah Tadah Hujan, tetapi ketika musim kering tiba biasanya ditanami tumbuhan yang lebih resisten terhadap cuaca seperti Kedelai, Kacang Ijo dan Jagung. Di sekitaran sawah khususnya di Grumbul Cangkring terdapat budidaya Ikan seperti Ikan Nila, Munjair, Gurameh dan Lele.

Ketiga, di Desa Klinting terdapat hutan yang merupakan tanah garapan maupun swadaya. Seperti Daerah Karangpucung hingga Gandasuli Kulon dan Jumbul Kulon terdapat hutan Alas Tuo. biasanya warga desa selain membudidayakan tanaman, hutan tersebut dirambah untuk mencari Kayu Bakar (suluh) dan Pakan Ternak (ramban). Begitupun di Hutan Lembah Curuggadung. Hutan ini terletak di sebelah selatan daerah Jumbul dan Wanasara. Sementara di sisi timur daerah Gandasuli dan Jumbul terdapat hutan Seprih. Hutan ini berupa hutan swadaya seperti dua hutan sebelumnya dan juga garapan pohon homogen Karet.

Agama

Mayoritas agama di Desa Klinting adalah agama Islam dengan menempatkan Masjid Al Furqon di Grumbul Jumbul Wetan sebagai masjid terbesar di desa ini. Kerap kali pula di Masjid ini diadakan kegiatan keagamaan seperti Hari Raya Kurban, Pengajian rutin Ibu-ibu, Peringatan Maulid Nabi hingga Taman Pendidikan Al-Quran. Islam yang berkembang di Desa Klinting erat kaitannya sengan Organisasi Masyarakat Nahdatul Ulama. Sementara itu di Daerah Wanasara mayoritas beragama Hindu. Keberadaan agama ini ditegaskan lewat berdirinya tempat peribadatan berupa pura yang bernama Pura Giri Kendheng. Di tempat ini pula diadakan acara keagamaan seperti Galungan, Kuningan, Pujawali dan Nyepi. Pura ini juga menjadi sentral kegiatan Agama Hindu di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Selain kedua agama tersebut, terdapat kepercayaan spiritual kejawen. Tetapi, data terkini belum ditemukan karena jumlahnya sangat sedikit dan kemungkinan sudah berasimilasi dengan agama resmi. Tetapi jejak kepercayaannya masih tampak seperti Dupa dan Sesajen di tempat Keramat, Kuburan ataupun di Acara Pernikahan.

Seni dan Budaya

Tradisi yang berkembang tak jauh berbeda dengan Budaya Jawa pada umumnya. Budaya yang terpengaruh Islam dan Warisan Kerajaam Hindu-Budha. Adapun sejumlah kebudayaan di Desa Klinting yaitu :

1. Ebeg Banyumasan

Kesenian ini adalah tarian Kuda Lumping yang diiringi musik tabuhan Gamelan (Gending) Banyumasan.Biasanya juga diiringi lagu dari penyanyi wanita yang disebut sindhen. Daya tarik kesenian ini ada pada saat sang penari kesurupan (mendhem).

2. Lengger Banyumasan

Kesenian Lengger adalah tarian gemulai dan lembut oleh perempuan dan biasanya diiringi dengan Calung Banyunasan.

3. Wayang Kulit Gagrag Banyumasan

Wayang kulit ini merupakan wayang kukit yang mempunyai ciri khas tersendiri dibanding wilayah lainnya seperti Mataraman, Cirebonan maupun Kasurakartanan.

4. Kepungan, Tahlilan dan Slametan

Budaya ini adalah berupa perkempulan sekelompok kepala keluarga biasanya per-RT yang memanjatkan doa-soa dan ayat suci dalam Agam Islam. Pemanjatan doa ini dipimpin pemuka agama atau tetua desa (kayim) dan diiringi jamuan makanan si empunya rumah. Perbedaanya dari ketiga budaya tersebut pada maksud doanya. Kepungan biasanya untuk memperingati ulang tahun, peristiwa tertentu maupun hari-hari penting tertentu. Sementara Tahlilan biasanya dikhususkan untuk anggoya keluatga yang meninggal. Misal saat 7 hari berturut-turut setelah kepergian Almarhum, 40 hari, 100 hari, 400 hari dan 1000 hari. Dan Slametan biasanya diadakan ketika mendapat rezeki berlimpah, Panen Raya, Wisuda Anak Bangun Rumah.

5. Gotong - royong

Gotong' royong di Desa Klinting berusaha bertahan di tengah gerusan zaman. Sejumlah gotong-royong masih nampak seperti Ronda Malam, Kerja Bakti, Sambatan Membangun Rumah dan Musyawarah Warga.

6. Begalan

Begalan adalah tradisi berupa peragaan sandiwara antara perampok dan pedagang yang banyak mengupas makna pesan kehidupan.

Flora dan Fauna

Desa Klinting mempunyai flora langka bernama Suweg dan Bungai Bangkai meskipun jumlahnya sudah sangat jarang. Desa ini juga mempunyai jamur endemik, yakni Jamur Bulan yang biasanya terdapat di Bawah pohon sengon dan Jamur So yang biasanya terdapat di bawah pohon Melinjo. Selain itu, terdapat pula kacang Benguk dan Brantawali.

Desa ini juga memiliki fauna khas sebagai hewan ternak. Hewan ternak tersebut yakni Kambing (wedhus) bervarietas Kacang. Kambing ini dibudidayakan oleh sebagian besar penduduknya dengan cara swadaya penempatan di kandang yang letaknya biasanya di pekarangan rumah. Warga desa juga biasanya beternak unggas seperti Ayam Kampung, Enthog, Merpati (Dara) hingga Angsa. Selain hewan ternak, terdapat juga hewan peliharaan yakni Anjing. Hewan ini secara signifikan terdapat di Grumbul Wanasara. Hewan ini dipelihara dengan bebas berkeliaran di tengah pemukiman penduduk.

Di sungai-sungai kecil dan kedhung - kedhung terdapat Udang Batu, Ikan Betik, Ikan Wader(Lunjar) Ikan Gabus (Bogo) dan Pelus. Di hutan-hutan tak jarang juga terdapat hewan endemik seperti Ular Sanca Kembang (Ula Weling) Burung Kepodang, Burung Kutilang, Burung Emprit Gantil, Burung Elang Jawa (Gaok), Semut Kroto, Burung Hantu (Buwek), Luwak (Nggarangan) dan Tupai. Sayangnya, banyak perburuan liar menyebabkan hewan-hewan endemik tersebut berkurang populasinya. Bahkab hewan-hewan yang sudah punah seperti Lutung Jawa (Kethek), Babi Hutan (Celeng) dan Macan Kumbang di Desa Klinting ini habis ditengarai karena aktivitas perburuan tersebut.