Sejarah Malang Raya

Revisi sejak 13 Januari 2019 11.39 oleh 111.68.25.33 (bicara) (Bagian Etimologi dan Masa Pra-Sejarah beserta referensinya)

Kota Malang memiliki sejarah yang panjang, mulai dari masa purbakala. Kota yang didirikan pada zaman Belanda[1] ini telah mengalami berbagai peristiwa penting, mulai dari kejayaan kerajaan-kerajaan di Nusantara hingga pembangunan kota secara besar-besaran oleh Pemerintah Penjajahan Belanda. Kota ini didirikan pada 1 April 1914 sebagai kotapraja.

Etimologi

Asal usul penamaan Malang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah. Nama "Malang" muncul pertama kali pada Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Masehi) yang ditemukan pada tanggal 11 Januari 1975 oleh seorang administrator perkebunan Bantaran di Wlingi, Kabupaten Blitar. Dalam prasasti tembaga tersebut, tertulis salah satu bagiannya (dengan terjemahannya sebagai berikut) sebagai berikut.

Teks Terjemahan
...taning sakrid Malang-akalihan

wacid lawan macu pasabhanira

dyah Limpa Makanagran I...

…di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang

bersama wacid dan mancu,

persawahan Dyah Limpa yaitu…

Malang di sini merujuk pada sebuah daerah di timur Gunung Kawi. Meskipun telah diketahui bahwa penggunaan Malang setidaknya telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tidak bisa dipastikan asal mula penamaan wilayahnya.

Hipotesis pertama merujuk pada nama sebuah bangunan suci bernama Malangkuçeçwara (diucapkan [malaŋkuʃeʃworo]). Bangunan suci tersebut disebut dalam dua prasasti Raja Balitung dari Mataram Kuno, yakni Prasasti Mantyasih tahun 907 Masehi dan Prasasti 908 Masehi.[2] Para ahli masih belum memperoleh kesepakatan di mana bangunan tersebut berada. Di satu sisi, ada sejumlah ahli yang menyebutkan bahwa bangunan Malangkuçeçwara terletak di daerah Gunung Buring, suatu pegunungan yang membujur di sebelah timur Kota Malang di mana terdapat salah satu puncaknya bernama "Malang".[2] Pihak yang lain di sisi lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci tersebut terdapat di daerah Tumpang, Kabupaten Malang. Di daerah tersebut, terdapat sebuah desa bernama Malangsuka, yang menurut para ahli sejarah berasal dari kata Malangkuça (diucapkan [malankuʃoː]) yang diucapkan terbalik. Pendapat ini diperkuat oleh keberadaan peninggalan-peninggalan kuno di sekitar Tumpang seperti Candi Jago dan Candi Kidal yang merupakan wilayah Kerajaan Singhasari.[2]

Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kebatilan, kecurangan, kepalsuan, dan kejahatan, angkuça (diucapkan [aŋkuʃo]) yang berarti menghancurkan atau membinasakan, dan içwara (diucapkan [iʃworo]) yang berarti Tuhan. Oleh karena itu, Malangkuçeçwara berarti "Tuhan telah menghancurkan yang batil".[3]

Hipotesis kedua merujuk sebuah kisah penyerangan pasukan Kesultanan Mataram ke Malang pada 1614 yang dipimpin oleh Tumenggung Alap-Alap.[4] Menurut cerita rakyat, terdapat sebuah percakapan antara Tumenggung Alap-Alap dengan salah satu pembantunya mengenai kondisi wilayah Malang sebelum penyerangan dimulai. Pembantu dari Tumenggung Alap-Alap tersebut menyebut warga dan prajurit dari daerah tersebut sebagai penduduk yang "menghalang-halangi" (malang dalam Bahasa Jawa) kedatangan dari pasukan Mataram. Setelah penaklukan tersebut, pihak Mataram menamakan daerah itu Malang.[5]

Masa Pra-Sejarah

Kawasan Malang pada era Pleistosen masih berupa cekungan dalam yang diapit aktivitas vulkanis dari gunung-gunung seperti Pegunungan Kapur di Selatan, Gunung Kawi dan Gunung Kelud di Barat, Kompleks Pegunungan Anjasmoro, Welirang, dan Arjuna di Timur Laut dan Utara, dan Kompleks Pegunungan Tengger di Timur.[6] Cekungan tersebut belum dihuni manusia akibat kondisinya masih berupa aliran lava dan lahar panas dari gunung-gunung sekitarnya.[7] Menjelang musim hujan, cekungan daerah Malang tersebut terisi air yang mengalir lewat lereng-lereng gunung yang menuju ke sejumlah sungai dan membentuk sebuah rawa-rawa purba. Rawa-rawa tersebut meluas sehingga menciptakan danau purba.

Ketika danau purba belum mengering, peradaban manusia purba masih pada tahap Berburu dan Mengumpulkan Makanan tingkat awal hingga lanjut. Permukimannya masih berada di lereng-lereng gunung dan pegunungan yang mengelilingi Malang dalam bentuk gua-gua alam. Oleh karena itu bisa dimengerti bila penemuan artefak-artefak pada masa paleolitik dan mesolitik ini banyak ditemukan di daerah pegunungan, seperti di lereng Gunung Kawi, Arjuno, Welirang, Tengger, Semeru dan Pegunungan Kapur Selatan.[8]

Danau purba Malang berangsur mengering pada era Holosen dan menyebabkan wilayah Malang menjadi dataran tinggi Malang. Ketika mulai memasuki masa Bercocok Tanam, secara berangsur-angsur manusia purba mulai turun gunung dan membuat sejumlah permukiman dan daerah-daerah pertanian. Ditemukannya sejumlah artefak berupa dua buah beliung persegi, alat pahat dari batu kalsedon serta kapak genggam dari batu andesit di sebelah timur Gunung Kawi tepatnya di daerah Kacuk di sekitar aliran sungai Metro dan Brantas menguatkan anggapan tersebut.[8] Selain itu, penelitian memperkirakan bahwa bentuk-bentuk hunian pada masa peralihan ini berbentuk rumah panggung, di mana badan rumah disangga oleh kaki-kaki rumah dan berada beberapa meter dari permukaan tanah. Hal ini diperkuat dengan penemuan artefak berupa “Watu Gong” atau “Watu Kenong” di Dinoyo, Lowokwaru, Malang, yang wujudnya mirip dengan alat musik tradisional, yakni gong, yang sebenarnya ialah umpak atau fondasi dari rumah panggung.[8] Tumbuhnya permukiman di sekitar sungai yang mengalir di Malang menjadi cikal bakal peradaban-peradaban kuno para Homo sapien.[9]

Masa Kerajaan Hindu dan Islam

Berkas:Candi Badut 2.jpg
Candi Badut, salah satu peninggalan Kerajaan Kanjuruhan[10] yang menjadi bukti bahwa Kerajaan Kanjuruhan adalah tonggak perkembangan Kota Malang

Munculnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.[11] Oleh karena itu, kerajaan tersebut dianggap sebagai cikal bakal kota ini.

Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur.[12] Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Kemudian, ia mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju oleh putranya. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di Desa Kutobedah. Sultan Mataram dari Jawa Tengahlah yang akhirnya datang dan berhasil menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.[13]

Berkas:Serpihan Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan.jpg
Serpihan dari peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di sekitar Tlogomas[14]

Masa penjajahan

Belanda

 
Jalan Besar Ijen pada zaman Belanda yang digunakan untuk dinikmati oleh keluarga Belanda[15]

Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya Jalan Besar Ijen dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.

Berkas:Coat of arms of Malang (-1950).jpg
Lambang Kota Malang pada masa Hindia Belanda

Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah gemente (kota).

 
Katedral Ijen (Theresiakerk) sekitar tahun 1940

Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang pesat terutama ketika mulai dioperasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakat pun semakin meningkat terutama kebutuhan ruang gerak untuk melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya, terjadilah perubahan tata guna tanah yang ditandai dengan daerah terbangun yang bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari tanah berfungsi pertanian menjadi tanah berfungsi perumahan dan industri.[16]

Jepang

Pada masa kependudukan Jepang di Indonesia, Kota Malang yang merupakan bagian dari Indonesia pun ikut serta diduduki oleh Jepang. Bala Tentara Dai Nippon mulai menduduki Kota Malang pada 7 Maret 1942. Malang yang saat itu dipimpin oleh Raden Adipati Ario Sam (R.A.A. Sam) menyerah pada Jepang yang saat itu berkuasa di Kota Malang. Pengambilan alih Pemerintah pada prinsipnya meneruskan sistem lama, hanya sebutan-sebutan dalam jabatan diganti dengan bahasa Jepang.[17]

Pada masa kependudukan Jepang pun terjadilah peralihan fungsi bangunan. Rumah-rumah tempat tinggal orang Belanda diallihkan fungsinya. Bangunan Belanda di Jalan Semeru No. 42 yang dulunya digunakan sebagai kantor ataupun markas pasukan Belanda dialihfungsikan menjadi gedung Kentapetai.[18] Gedung Kentapetai merupakan salah satu gedung bersejarah di Malang yang kini menjadi gedung SMK swasta dan menjadi saksi bisu terjadinya pelucutan senjata Jepang oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) guna untuk memperkuat pertahanan Kota Malang.[18]

Pemerintahan

Berikut ini adalah kilasan sejarah pemerintahan Kota Malang.

Waktu[19] Peristiwa yang Terjadi[19]
Zaman Prapenjajahan
Abad ke-8 M Malang menjadi ibu kota Kerajaan Kanjuruhan dengan rajanya, yaitu Gajayana
Zaman Penjajahan   Belanda,   Perancis,   Britania Raya, dan   Jepang
1767 Kompeni (Vereenigde Oostindische Compagnie) memasuki kota
1821 Kedudukan Pemerintah Kolonial Belanda dipusatkan di sekitar Kali Brantas
1824 Malang mulai mempunyai asisten residen karena sudah menjadi afdeling
1882 Rumah-rumah didirikan di bagian barat kota dan alun-alun dibangun
1 April 1914 Malang ditetapkan sebagai kotapraja dan tanggal ini pun sekaligus menjadi tanggal hari ulang tahun Kota Malang
8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang melalui pemerintah kolonialnya
Pascaproklamasi
21 September 1945 Malang menjadi bagian dari Republik Indonesia
22 Juli 1947 Malang diduduki kembali oleh Belanda
2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang
1 Januari 2001 Pemerintahan diubah menjadi Pemerintah Kota Malang

Referensi

  1. ^ "Alun-alun Malang, Simbol Perebutan Kekuasaan Belanda dan Jepang". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2017-11-18. 
  2. ^ a b c M. A. Mihaballo, H. Susanto, & Sriyana (2013). The Miracle of Language, Jakarta: Elex Media Computindo. pp. 201-202
  3. ^ Makna Lambang - Pemerintah Kota Malang,’ Pemerintah Kota Malang (daring), https://malangkota.go.id/sekilas-malang/makna-lambang/ diakses pada 21 September 2017
  4. ^ A. P. Rianto (2016), Perancangan Konsep Art Game Bergenre Fantasi Malangkucecwara The Ruins of War. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia. p. 50
  5. ^ W. Siswanto & S. Noersya (2008). Cerita Rakyat dari Malang (Jawa Timur). Jakarta: Grasindo. pp. 1-8
  6. ^ R. W. van Bemmelen (1949). The Geology of Indonesia Vol. I. Den Haag: Martinus-Nijhoff
  7. ^ S. Santosa & T. Suwarti (1992). Peta Geologi Lembar Malang, Jawa Timur, skala 1:100.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
  8. ^ a b c Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang (2013). Wanwacarita, Kesejarahan Desa-Desa Kuno di Kota Malang. Malang : Penerbit Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. pp. 34-36
  9. ^ Pemerintah Kotamadya Malang (1964). Kotapradja Malang 50 Tahun. Malang : Seksi penerbitan 50 Tahun Kotapradja Malang.
  10. ^ "Candi Badut". Sejarah dan Budaya Nusantara. Diakses tanggal 2017-10-22. 
  11. ^ "SEJARAH KOTA MALANG »". kelsumbersari.malangkota.go.id. Diakses tanggal 2017-09-25. 
  12. ^ prambani (2017-08-22). "Sejarah Malang - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur". Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-14. 
  13. ^ "Malang - malangcorner.com". malangcorner.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-14. 
  14. ^ "SEJARAH MALANG (DI ERA KANJURUHAN ABAD 8 MASEHI -Bagian 1)". JURNALMALANG.COM. Diakses tanggal 2017-10-14. 
  15. ^ "Sejarah Malang". Sahabat Wisata Indonesia. 2014-01-03. Diakses tanggal 2017-10-21. 
  16. ^ "Kota Malang CEPAT TUMBUH BERKEMBANG (bag1)". propertyandthecity.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-21. 
  17. ^ "Sejarah Malang Pra Kemerdekaan dan Kemerdekaan (Bagian 5)". JURNALMALANG.COM. Diakses tanggal 2017-10-22. 
  18. ^ a b "JEJAK MASA KOLONIAL DAN PENDUDUKAN JEPANG DI KOTA MALANG". www.geschool.net. Diakses tanggal 2017-10-22. 
  19. ^ a b "Sejarah Malang - Pemerintah Kota Malang". Pemerintah Kota Malang. Diakses tanggal 2017-10-01.