Daftar sultan Utsmaniyah

artikel daftar Wikimedia
Revisi sejak 9 Juni 2019 03.43 oleh LaninBot (bicara | kontrib) (Perubahan kosmetik tanda baca)

Para sultan Wangsa Utsmaniyah menguasai wilayah kekuasaan transkontinental yang sangat luas mulai dari tahun 1299 hingga 1922. Pada puncak kejayaannya, Kesultanan Utsmaniyah berkuasa mulai dari Hongaria hingga ke bagian utara Somalia di sebelah selatan, dan dari Aljazair di sebelah barat hingga Irak di sebelah timur. Ibu kotanya mula-mula adalah Bursa di Anatolia, kemudian dipindahkan ke Edirne pada tahun 1366 dan ke Konstantinopel atau Istanbul pada tahun 1453 setelah kejatuhan Konstantinopel yang merupakan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur.[1] [2] Pada tahun 1617, hukum pergantian keturunan dalam kesultanan ini diubah dari "siapa yang kuat akan menang" menjadi suatu sistem yang didasarkan atas tingkat senioritas agnatik (ekberiyet), yaitu tahta akan diteruskan oleh laki-laki tertua dalam keluarga. Ini menyebabkan sejak abad ke-17 sultan yang meninggal jarang digantikan oleh putranya, tetapi biasanya oleh seorang paman atau saudara laki-laki.[3] Sistem "senioritas agnatik" (agnatic seniority) dipertahankan sampai pembubaran kesultanan, meskipun pada abad ke-19 ada usaha yang gagal untuk mengganti dengan sistem "primogeniture" (keturunan tertua).[4]

Sultan Utsmaniyah
Bekas Kerajaan
Imperial
Lambang Kesultanan
Suleiman I (1520–1566)
Penguasa pertama Osman Gazi
Penguasa terakhir Mehmed VI
Gelar Sapaan:
Hünkarım (Baginda)
Padişah efendim (Tuanku Kaisar)
Sultanım (Sultanku)
Kediaman resmi *Istana Topkapı (1460an–1853)
*Istana Dolmabahçe (1853–1889; 1909-1922)
*Istana Yıldız
(1889–1909)
Pendirian 27 Juli 1299
Pembubaran 1 November 1922

Status

Kesultanan Utsmaniyah adalah monarki mutlak pada hampir sepanjang sejarahnya. Pemimpin Utsmaniyah berada di puncak hierarki dan berperan sebagai pemimpin politik, militer, kehakiman, sosial, dan keagamaan, dan itu tercermin dalam berbagai gelar yang disandangnya. Secara teori, pemimpin Utsmaniyah hanya bertanggung jawab kepada Allah dan syariat-Nya yang mana dia adalah pelaksana dari syariat tersebut.

Meski pemimpin Utsmaniyah secara teori adalah pemimpin absolut, pada kenyataannya, pengaruhnya terbatas pada beberapa hal. Keputusannya sangat dipengaruhi oleh anggota penting dinasti, para pejabat, pihak militer, dan pemuka agama.[5] Mulai akhir abad keenam belas, sebagian besar kewenangan pemimpin Utsmaniyah dalam pemerintahan mulai dialihkan kepada wazir agung (setara perdana menteri). Para wanita dalam harem istana, biasanya ibu suri (valide sultan) atau permaisuri (haseki sultan) juga menjadi salah satu pihak paling berpengaruh dalam memandu kebijakan pemimpin Utsmaniyah. Pada masa yang disebut sebagai Kesultanan Wanita, para wanita harem bahkan memiliki pengaruh sangat besar dalam pemerintahan dan menjadi penguasa dari balik tirai.[6]

Gelar

Para pemimpin Utsmaniyah menyandang berbagai gelar yang tiap-tiap gelar memiliki makna tersendiri. Beberapa gelar tersebut antara lain 'sultan', 'khan', 'padişah', dan 'khalifah'.

Sebagai kepala negara

 
Standard Kesultanan Utsmaniyah

Meskipun daftar Sultan Utsmaniyah selalu dimulai dari Osman I yang merupakan bapak dari Wangsa Utsmaniyah, gelar sultan baru secara resmi digunakan pada masa Murad I, cucu Osman, yang berkuasa 1362 sampai 1389. Dua pemimpin Utsmaniyah sebelumnya, Osman dan Orhan, menggunakan gelar bey, gelar Turki yang dapat disejajarkan dengan adipati.

Di Indonesia dan Barat, pemimpin Utsmaniyah lebih dikenal dengan 'sultan'. Sultan adalah gelar pemimpin Islam yang berasal dari bahasa Arab yang bermakna "kewenangan" atau "kekuatan". Gelar ini mulai digunakan pada masa Kekhalifahan Abbasiyah dan perlahan digunakan untuk berbagai pemimpin Muslim berdaulat.Kedudukan gelar sultan lebih tinggi dari 'amir' dan tidak dapat dibandingkan dengan 'malik', gelar bahasa Arab untuk raja. Sejak abad keenam belas, gelar sultan tidak hanya digunakan oleh pemimpin Kesultanan Utsmaniyah, tetapi juga semua anggota Wangsa Utsmaniyah, juga permaisuri dan ibu suri, dengan laki-laki menggunakan gelar sultan di depan namanya, sedangkan wanita di belakang namanya. Misalnya, Şehzade Sultan Mehmed dan Mihrimah Sultan, putra dan putri Sultan Suleiman Al Qanuni. Penggunaan ini menegaskan konsep Utsmani terkait kekuasaan sebagai kewenangan keluarga.[7]

Bersama sultan, para pemimpin Utsmaniyah juga menggunakan gelar khan di belakang namanya (misal, Sultan Suleiman Khan). Khan adalah gelar bagi pemimpin bangsa Turki yang berasal dari Asia Tengah. Salah satu tokoh terkenal yang juga menggunakan gelar ini adalah Jengis Khan. Penggunaan gelar ini menunjukkan keterikatan Utsmaniyah dengan para pendahulu mereka yang berasal dari Asia Tengah.[7]

Gelar yang sering digunakan di kalangan masyarakat Utsmaniyah sendiri untuk merujuk pemimpin mereka adalah padişah (پادشاه, dibaca pa-di-syah)[8] yang berarti 'kaisar'. Hal ini sebagai pernyataan bahwa status Utsmaniyah berada di atas kerajaan sebagaimana status kaisar berada di atas raja. Gelar ini diadopsi dari bahasa Persia dan mulai digunakan pada masa Sultan Mehmed II.

Setelah penaklukan Konstantinopel pada 1453, Sultan Mehmed II juga menyandang gelar Kaysar-i-Rûm atau 'Kaisar Romawi'. Gelar ini menyatakan bahwa para pemimpin Utsmaniyah adalah pewaris dari Kekaisaran Romawi. Sultan Mehmed II juga menyatakan dirinya sebagai pelindung bagi Gereja Ortodoks.

Semua gelar kepala negara ini terus dipegang pemimpin Wangsa Utsmaniyah sampai dibubarkannya Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1922.

Sebagai pemimpin dunia Islam

Pemimpin Utsmaniyah juga menyandang gelar khalifah yang merupakan gelar bagi pemimpin dunia Islam. Gelar ini mulai diklaim oleh Murad I, meski pada saat itu Wangsa Abbasiyah yang berada dalam perlindungan Kesultanan Mamluk Mesir masih menyandang gelar khalifah secara resmi. Setelah penaklukan Kesultanan Mamluk oleh Utsmaniyah pada tahun 1517 di masa Sultan Selim I, Wangsa Abbasiyah menyerahkan gelar khalifah kepada pemimpin Utsmaniyah. Dengan ini, pemimpin Utsmaniyah secara simbolis berperan sebagai pemimpin dunia Islam, meski bukan pemimpin dalam artian kepala negara seluruh dunia Islam karena semua negara Islam memiliki pemimpin berdaulatnya sendiri.

Pada keberjalanannya, gelar khalifah tidak digunakan oleh pemimpin Utsmaniyah hampir selama dua abad sampai Utsmaniyah kalah perang dengan Kekaisaran Rusia yang saat itu dipimpin oleh Maharani Yekaterina II. Dalam Perjanjian Küçük Kaynarca (1774) antara Utsmaniyah dengan Rusia, pemimpin Utsmaniyah kemudian menggunakan statusnya sebagai khalifah (bukan sebagai sultan) untuk menegaskan kepemimpinan relijiusnya atas umat Muslim di Rusia.[9] Ini adalah pertama kalinya di masa Utsmaniyah, gelar khalifah digunakan di luar batas Kesultanan Utsmaniyah dan diakui oleh pihak Eropa.[10] Gelar ini lebih sering digunakan dan lebih nyata pengaruhnya pada masa Sultan Abdul Hamid II yang berusaha menyatukan dunia Islam untuk melawan pengaruh Barat yang semakin menguat. Dengan statusnya sebagai khalifah, Abdul Hamid II meminta pihak Kesultanan Sulu untuk tunduk dengan kekuasaan Amerika demi menghindari konflik yang lebih besar antara Barat dan Islam.[11] Kerjasama yang tercipta antara angkatan bersenjata Amerika dan Kesultanan Sulu tidak lain adalah bujukan Khalifah Utsmaniyah kepada pihak Kesultanan Sulu.[12]

Setelah Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan pada 1922, pemimpin Wangsa Utsmaniyah masih mempertahankan gelar khalifahnya selama dua tahun sampai kemudian lembaga kekhalifahan juga dibubarkan pada 1924. Dengan ini, Wangsa Utsmaniyah adalah keluarga besar terakhir yang menyandang gelar khalifah.

Daftar sultan

Tabel di bawah ini berisi informasi para sultan Utsmaniyah, juga kalifah Utsmaniyah, diurutkan berdasarkan kronologi. Tughra adalah lambang atau tanda kaligrafi yang digunakan oleh para sultan Utsmaniyah yang dituliskan pada semua dokumen resmi dan uang koin, dan lebih melambangkan sang sultan daripada portret sang sultan. Kolom "Catatan" berisi informasi mengenai orangtua dan nasib tiap sultan. Bila pemerintahan seorang sultan tidak berakhir dengan kematian wajar, alasannya ditandai dengan cetak tebal.

# Nama
Masa kekuasaan
Gambar Tughra Orangtua Catatan
Masa Kebangkitan
(27 Juli 129920 Juli 1402)
1 Osman I
Ghazi (ksatria)
sekitar 1299 – 1323/1324
 
[c]
Ertuğrul
  • Osman awalnya mewarisi jabatan ayahnya sebagai adipati (bey) yang berkuasa di bawah Kesultanan Seljuk. Saat terjadi gonjang-ganjing dalam Kesultanan Seljuk, Osman memerdekakan diri pada 27 Juli 1299.
  • Berkuasa sampai wafat.[13]
2 Orhan I
Ghazi (ksatria)
1323/1324 – Maret 1362
   
  • Osman I
  • Malhun, putri adipati Turki Anatolia[14] atau wazir (menteri) Kesultanan Seljuk[15] atau Syaikh Edebali
Berkuasa sampai wafat.[16]
3 Murad I
Hüdavendigâr (penguasa)
Maret 1362 – 15 Juni 1389
   
  • Orhan
  • Nilüfer (Holofira)
  • Pemimpin Utsmaniyah pertama yang secara resmi menyandang gelar sultan, yakni sejak 1383
  • Terbunuh di medan Pertempuran Kosovo pada 15 Juni 1389.[17]
4 Bayezid I
Yıldırım (petir)
Juni 1389 – 20 Juli 1402
   
  • Murad I
  • Gülçiçek
  • Tertangkap pada Pertempuran Ankara (de facto akhir masa pemerintahan);
  • Meninggal di pengasingan Akşehir pada 8 Maret 1403.[18]
Perang Saudara[d]
(20 Juli 14025 Juli 1413)
İsa
Çelebi (tuan)
Sultan Anatolia Barat: 1403 – 1405/1406
Süleyman
Çelebi (tuan)
Sultan Rumelia pertama: 20 Juli 1402 – 17 Februari 1411[19]
  Bayezid I
Musa
Çelebi (tuan)
Sultan Rumelia kedua: 18 Februari 1411 – 5 Juli 1413[21]
 

Bayezid I

  • Menyandang gelar Sultan Rumelia untuk bagian Eropa dari kesultanannya tersebut[22] pada 18 Februari 1411, tepat setelah kematian Süleyman Çelebi.
  • Terbunuh pada 5 Juli 1413 oleh pasukan Mehmed Çelebi di Pertempuran Çamurlu Derbent dekat Samokov di Bulgaria.[23]
Mehmed
Çelebi (tuan)
Sultan Anatolia Timur: 1403–1406
Sultan Anatolia: 1406–1413
 
  • Bayezid I
  • Devlet
Masa Kebangkitan
(5 Juli 141329 Mei 1453)
5 Mehmed I
Kirişci (putra tuan)
5 Juli 1413 – 26 Mei 1421
   
  • Bayezid I
  • Devlet
  • Menjadi Sultan Utsmaniyah tunggal setelah mengalahkan saudara-saudaranya
  • Berkuasa sampai wafat.[24]
6 Murad II
Koca (Agung)
26 Mei 1421 – Agustus 1444
   
  • Mehmed I
  • Emine, putri penguasa Dulkadir[25]
  • Masa kekuasaan pertama
  • Turun takhta pada 1444 untuk putranya, Mehmed II.[26]
7 Mehmed II
Agustus 1444 – September 1446
   
  • Murad II
  • Hatice Halime Hüma[27]
  • Masa kekuasaan pertama
  • Menyerahkan takhta kepada ayahnya setelah pemberontakan Yanisari[26]
Murad II
Koca (Agung)
September 1446 – 3 Februari 1451
   
  • Masa kekuasaan kedua;
  • Dipaksa kembali bertakhta setelah terjadi pemberontakan Yanisari;[28]
  • Berkuasa sampai mangkat[25]
Masa Keemasan
(29 Mei 1453 – 11/12 September 1683)
Mehmed II
Fatih (sang penakluk)
Qayser-i Rûm (Kaisar Romawi)
3 Februari 1451 – 3 Mei 1481)
   
8 Bayezid II
Veli (wali)
22 Mei 1481 – 24 April 1512)
   
  • Mehmed II
  • Emine Gülbahar
  • Dikenal karena menampung umat Yahudi dan Muslim yang diusir dari semenanjung Iberia oleh umat Katolik
  • Turun takhta
  • Meninggal dekat Didymoteicho pada 26 Mei 1512.[30]
9 Selim I
Yavuz (tegas)
24 April 1512 – 22 September 1520)
   
  • Bayezid II
  • Gülbahar
  • Dikenal akan perluasan wilayah kesultanan secara dramatis
  • Menjadi khalifah setelah Wangsa Abbasiyah menyerahkan kedudukan tersebut pada 1517
  • Berkuasa sampai wafat.[31]
10 Suleiman I
Al Qanuni (pemberi hukum)
Muhteşem (yang luar biasa/yang agung)
30 September 1520 – 6 September 1566
   
  • Pemimpin Utsmaniyah yang berkuasa paling lama
  • Di masanya, banyak yang menyebut bahwa Kesultanan Utsmaniyah berada di puncak kejayaannya
  • Berkuasa sampai wafat.[32]
11 Selim II
Sari (pirang)
29 September 1566 – 21 Desember 1574
   
  • Berkuasa sampai wafat.[33]
12 Murad III
22 Desember 1574 – 16 Januari 1595
   
  • Selim II
  • Afîfe Nurbanu
  • Berkuasa sampai wafat.[34]
13 Mehmed III
Adli (adil)
27 Januari 1595 – 20 atau 21 Desember 1603
   
  • Murad III
  • Safiye
  • Berkuasa sampai wafat;[35]
14 Ahmed I
Bakhti (Keberuntungan)
21 Desember 1603 – 22 November 1617
   
  • Mehmed III
  • Handan
  • Berkuasa sampai wafat.[36]
15 Mustafa I
Deli (gila)
22 November 1617 – 26 Februari 1618
   
  • Mehmed III
  • Halime
16 Osman II
Genç (yang muda)
26 Februari 1618 – 19 Mei 1622
   
  • Ahmed I
  • Mahfiruz Hatice
  • Diturunkan melalui pemberontakan Yanisari pada 19 Mei 1622;
  • Dibunuh pada 20 Mei 1622 oleh Wazir Agung Kara Davud Paşa[38]
Mustafa I
Deli (gila)
19 Mei 1622 - 10 September 1623
   
  • Masa kekuasaan kedua;
  • Kembali bertakhta setelah pembunuhan keponakan laki-lakinya, Osman II;
  • Diturunkan karena cacat mental dan dipenjara hingga meninggal di Istanbul pada tanggal 20 Januari 1639.[37]
17 Murad IV
Ghazi (ksatria)
10 September 1623 - Februari 1640
   
  • Ahmed I
  • Mâhpeyker Kösem
  • Berkuasa sampai wafat.[39]
18 Ibrahim I
Deli (gila)
9 Februari 1640 - 8 Agustus 1648
   
  • Ahmed I
  • Mâhpeyker Kösem
  • Diturunkan pada 8 Agustus 1648 melaui kudeta yang dipimpin oleh Syaikhul-Islam;
  • Dicekik mati di Istanbul pada 18 Agustus 1648[40] atas perintah Wazir Agung Mevlevî Mehmed Paşa
19 Mehmed IV
Avci (pemburu)
8 Agustus 1648 - 8 November 1687
   
  • Ibrahim
  • Turhan Hatice
  • Diturunkan pada 8 November 1687 setelah kekalahan Utsmaniyah di Pertempuran Mohács Kedua;
  • Meninggal di Edirne pada 6 Januari 1693.[41]
Masa Stagnasi dan Reformasi
(11/12 September 1683 – 20 Oktober 1827)
20 Suleiman II
8 November 1687 - 22 Juni 1691
   
  • Ibrahim I
  • Saliha Dil-aşub
  • Berkuasa sampai wafat.[42]
21 Ahmed II
Khan Ghazi (khan ksatria)
22 Juni 1691 - 6 Februari 1695
   
  • Ibrahim I
  • Hatice Muazzez
  • Berkuasa sampai wafat.[43]
22 Mustafa II
Ghazi (ksatria)
6 Februari 1695 – 22 Agustus 1703
   
  • Mehmed IV
  • Emetullah Rabia Gülnûş
  • Diturunkan pada 22 Agustus 1703 karena pemberontakan Yanisari yang dikenal sebagai Kejadian Edirne;
  • Meninggal di Istanbul pada tanggal 8 Januari 1704.[44]
23 Ahmed III
22 Agustus 1703 – 1/2 Oktober 1730
   
  • Mehmed IV
  • Emetullah Rabia Gülnûş
  • Diturunkan karena pemberontakan Yanisari yang dipimpin oleh Patrona Halil;
  • Meninggal pada tanggal 1 Juli 1736.[45]
24 Mahmud I
Ghazi (ksatria)
Kambur (bungkuk)
2 Oktober 1730 – 13 Desember 1754
   
  • Mustafa II
  • Sâliha Sebkat-î
  • Berkuasa sampai wafat.[46]
25 Osman III
Sofu (saleh)
13 Desember 1754 – 29/30 Oktober 1757
   
  • Mustafa II
  • Şehsüvar
  • Berkuasa sampai wafat.[47]
26 Mustafa III
Yenilikçi (inovatif pertama)
30 Oktober 1757 – 21 Januari 1774
   
  • Ahmed III
  • Emine Mihrişah
  • Berkuasa sampai wafat.[48]
27 Abd-ul-Hamid I
21 Januari 1774 – 6/7 April 1789
   
  • Ahmed III
  • Rabia Şerm-î
  • Berkuasa sampai wafat.[49]
28 Selim III
Bestekar (komposer)
7 April 1789 – 29 Mei 1807
   
  • Mustafa III
  • Mihrişah
  • Diturunkan karena pemberontakan Yanisari yang dipimpin oleh Kabakçı Mustafa yang menentang reformasinya;
  • Dibunuh oleh pembunuh misterius Istanbul pada 28 Juli 1808[50] atas perintah Sultan Mustafa IV.
29 Mustafa IV
29 Mei 1807 – 28 Juli 1808
   
  • Abdul Hamid I
  • Nükhetsezâ
  • Diturunkan karena pemberontakan yang dipimpin oleh Alemdar Mustafa Pasya;
  • Dieksekusi Istanbul pada 17 November 1808[51] atas perintah Sultan Mahmud II.
Masa Modernisasi
(1827 – 24 Juli 1908)
30 Mahmud II
Islahatçı (reformator)
28 Juli 1808 – 1 Juli 1839
   
  • Abdul Hamid I
  • Membubarkan para Yanisari sebagai akibat dari "Insiden yang Menguntungkan" pada 1826;
  • Berkuasa sampai wafat.[52]
31 Abd-ul-Mejid I
Tanzimatçı (reformis kuat)
1 Juli 1839 – 25 Juni 1861
   
  • Mahmud II
  • Bezmialem
  • Mengumumkan Perintah Kekaisaran "Hatt-i Sharif" dari Gülhane (Tanzimât Fermânı)]] yang meluncurkan periode reformasi dan reorganisasi Tanzimat pada tanggal 3 November 1839 atas usulan tokoh reformasi Wazir Agung Koca Mustafa Reşid Pasha (Great Mustafa Rashid Pasha);
  • Menerima Islâhat Hatt-ı Hümayun (Maklumat Reformasi Kesultanan) (Islâhat Fermânı) pada tanggal 18 Februari 1856;
  • Berkuasa sampai wafat.[53]
32 Abd-ul-Aziz I
25 Juni 1861 – 30 Mei 1876
   
  • Mahmud II
  • Pertevniyal
  • Diturunkan oleh menteri-menterinya;
  • Ditemukan tewas (bunuh diri atau dibunuh) lima hari kemudian.[54]
33 Murad V
30 Mei 1876 – 31 Agustus 1876
   
  • Abdul Mejid I
  • Şevk-Efzâ
  • Diturunkan karena keinginannya untuk mereformasi kesultanan;
  • Diperintahkan untuk tinggal di Istana Çırağan hingga ia meninggal pada 29 Agustus 1904.[55]
34 Abd-ul-Hamid II
Ulu Han (khan yang luhur)
31 Agustus 1876 – 27 April 1909
   
  • Abdul Mejid I
  • Tirimüjgan
  • Pendirian Kekuasaan Konstitusional Pertama pada tanggal 23 November 1876 kemudian ditangguhkan pada 13 Februari 1878;
  • Restorasi Kekuasaan Konstitusional Kedua pada tanggal 3 Juli 1908;
  • Diturunkan setelah Insiden 31 Maret (pada 13 April 1909);
  • Diasingkan di Istana Beylerbeyi hingga meninggal pada tanggal 10 Februari 1918.[56]
35 Mehmed V
Reşad (pengikut jalan kebenaran)
27 April 1909 – 3 Juli 1918
   
  • Abdul Mejid I
  • Gülcemal
  • Berkuasa sebagai simbol belaka dengan kendali pemerintahan berada di tangan Tiga Pasya: Mehmed Talât, İsmail Enver, dan Ahmed Cemal (Djemal) sampai wafat.[57]
36 Mehmed VI
Vahideddin (pemersatu agama (Islam))
4 Juli 1918 – 1 November 1922
   
  • Abdul Mejid I
  • Gülistü
  • Sultan Utsmaniyah terakhir;
  • Kesultanan Utsmaniyah dihapuskan;
  • Meninggalkan Istanbul pada 17 November 1922;
  • Mati di pengasingan di Sanremo, Italia pada 16 Mei 1926.[58]
Kekhalifahan Republik
(18 November 1922 – 3 Maret 1924)
Abd-ul-Mejid II
18 November 1922 - 3 Maret 1924
 
[c]
  • Abdul Aziz I
  • Hayranıdil[59]
  • Khalifah terakhir;
  • Dipilih sebagai khalifah oleh "Majelis Nasional Besar Turki";
  • Diasingkan setelah pembubaran lembaga kekhalifahan;[60]
  • Meninggal di Paris, Prancis pada tanggal 23 Agustus 1944.[61]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Stavrides 2001, p. 21
  2. ^ Quataert 2005, p. 91
  3. ^ Quataert 2005, p. 92
  4. ^ Karateke 2005, pp. 37–54
  5. ^ Glazer 1996, "Ottoman Institutions"
  6. ^ Peirce, Leslie. "The sultanate of women". Channel 4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-03. Diakses tanggal 2009-04-18. 
  7. ^ a b Peirce, Leslie P. (1993). The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire. New York: Oxford University Press, Inc. ISBN 0-19-507673-7. 
  8. ^ M'Gregor, J. (July 1854). "The Race, Religions, and Government of the Ottoman Empire". The Eclectic Magazine of Foreign Literature, Science, and Art. Vol. 32. New York: Leavitt, Trow, & Co. hlm. 376. OCLC 6298914. Diakses tanggal 2009-04-25. 
  9. ^ Glassé, Cyril, ed. (2003). "Ottomans". The New Encyclopedia of Islam. Walnut Creek, CA: AltaMira Press. hlm. 349–351. ISBN 978-0-7591-0190-6. OCLC 52611080. Diakses tanggal 2009-05-02. 
  10. ^ The Cambridge History of Islam I: The Central Islamic Lands (dalam bahasa Turki). Cambridge University Press. 1970. 
  11. ^ Mustafa Akyol (18 July 2011). Islam without Extremes: A Muslim Case for Liberty. W. W. Norton. hlm. 159–. ISBN 978-0-393-07086-6. 
  12. ^ J. Robert Moskin (19 November 2013). American Statecraft: The Story of the U.S. Foreign Service. St. Martin's Press. hlm. 204–. ISBN 978-1-250-03745-9. 
  13. ^ "Sultan Osman Gazi". Kementerian Budaya dan Pariwisata Republik Turki. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  14. ^ Sakaoğlu, Necdet (2008). Bu mülkün kadın sultanları: Vâlide sultanlar, hâtunlar, hasekiler, kadınefendiler, sultanefendiler. Oğlak Publications. hlm. 29. ISBN 978-9-753-29623-6. .
  15. ^ "Consorts Of Ottoman Sultans (in Turkish)". Ottoman Web Page. 
  16. ^ "Sultan Orhan Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  17. ^ "Sultan Murad Hüdavendigar Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  18. ^ "Sultan Yıldırım Beyezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  19. ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans :Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe yayınları, İstanbul,2009,ISBN 975-6480-17-3 p 314
  20. ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans:Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe yayınları, İstanbul, 2009, ISBN 975-6480-17-3 p 314
  21. ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan), Milliyet yayınları, İstanbul. p 58-60.
  22. ^ Prof. Yaşar Yüce-Prof. Ali Sevim: Türkiye tarihi Cilt II, AKDTYKTTK Yayınları, İstanbul, 1991 p 74-75
  23. ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan), Milliyet yayınları, İstanbul. p. 58-60.
  24. ^ "Sultan Mehmed Çelebi Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  25. ^ a b "Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  26. ^ a b "Chronology: Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-04-07. 
  27. ^ "Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  28. ^ Kafadar 1996, p. xix
  29. ^ "Chronology: Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2010-07-15. 
  30. ^ "Sultan II. Bayezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  31. ^ "Yavuz Sultan Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  32. ^ "Kanuni Sultan Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  33. ^ "Sultan II. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  34. ^ "Sultan III. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  35. ^ "Sultan III. Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  36. ^ "Sultan I. Ahmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  37. ^ a b "Sultan I. Mustafa". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  38. ^ "Sultan II. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  39. ^ "Sultan IV. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  40. ^ "Sultan İbrahim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  41. ^ "Sultan IV. Mehmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  42. ^ "Sultan II. Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  43. ^ "Sultan II. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  44. ^ "Sultan II. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  45. ^ "Sultan III. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  46. ^ "Sultan I. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  47. ^ "Sultan III. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  48. ^ "Sultan III. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  49. ^ "Sultan I. Abdülhamit Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  50. ^ "Sultan III. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  51. ^ "Sultan IV. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  52. ^ "Sultan II. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  53. ^ "Sultan Abdülmecid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  54. ^ "Sultan Abdülaziz Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  55. ^ "Sultan V. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  56. ^ "Sultan II. Abdülhamid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  57. ^ "Sultan V. Mehmed Reşad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  58. ^ "Sultan VI. Mehmed Vahdettin Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  59. ^ As̜iroğlu 1992, p. 13
  60. ^ As̜iroğlu 1992, p. 17
  61. ^ As̜iroğlu 1992, p. 14

Bacaan lanjutan

Pranala luar