Televisi di Indonesia

gambaran pertelevisian di Indonesia

Stasiun televisi milik Pemerintah Indonesia, TVRI memonopoli siaran televisi di negara ini sampai tahun 1989[1], ketika stasiun televisi swasta pertama, RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) memulai siarannya sebagai stasiun televisi kota/metropolitan dan kemudian diberikan lisensi untuk mengudara secara nasional setahun kemudian.

Seorang juru kamera Metro TV di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, melaporkan pertandingan Piala AFF Suzuki 2010.

Masing-masing stasiun televisi memiliki berbagai program untuk ditayangkan, mulai dari pertunjukan tradisional, seperti pertunjukan wayang, hingga program seperti Indonesian Idol yang mengikuti model serupa di negara Barat. Salah satu acara televisi yang umum ditayangkan di setiap stasiun televisi di negara ini adalah sinetron (singkatan dari sinema elektronik).[2] Sinetron biasanya merupakan sebuah drama seri, mengikuti format opera sabun, namun dapat pula merujuk pada serial fiksi. Serial tesebut terkadang bisa bergenre komedi, seperti Bajaj Bajuri yang populer di masyarakat,[3] menampilkan kehidupan seorang pengemudi bajaj[4] atau Si Doel Anak Sekolahan, serial yang menampilkan kehidupan orang Betawi.[5]

Sejarah

 
Kantor pusat TVRI, stasiun televisi pertama di Indonesia.

Pertama kali masyarakat Indonesia menyaksikan demonstrasi televisi adalah pada tahun 1955, 29 tahun setelah diperkenalkan pada tahun 1926, dan 26 tahun setelah siaran televisi pertama di dunia dibuat pada tahun 1929. Televisi pertama di Indonesia dibawa dari Uni Soviet saat Pameran Perayaan 200 tahun Kota Yogyakarta (Pekan Raja 200 Tahoen Kota Djogjakarta).[6]

Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan Republik Indonesia, R. Maladi, menandatangani perjanjian (SK Menpen) untuk membuat sebuah komite untuk persiapan pembentukan stasiun televisi di Indonesia. Komite ini didirikan sebagai bagian dari persiapan untuk Asian Games keempat. Hanya ada satu tahun untuk membuat studio, menara siaran, dan peralatan teknis lainnya di lokasi bekas Akademi Informasi di Senayan. Dalam waktu persiapan yang singkat, Soekarno memiliki peran yang sangat penting, untuk memilih secara pribadi peralatan dan di mana mereka harus didatangkan dari. Siaran televisi percobaan yang pertama adalah liputan langsung perayaan HUT ke-17 Kemerdekaan Indonesia pada pagi hari 17 Agustus 1962 dari Istana Merdeka Jakarta.[7]

Pukul 14.30, 24 Agustus 1962, warga Jakarta menyaksikan siaran langsung upacara pembukaan Pesta Olahraga Asia 1962 dari Stadion Utama Gelora Bung Karno, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Siaran ini diselenggarakan oleh Divisi Televisi dari Biro Komite Penyelenggara Televisi dan Radio. Tanggal tersebut saat ini dikenal sebagai hari kelahiran Televisi Republik Indonesia atau TVRI, stasiun televisi pertama di Indonesia.

Pada tanggal 20 Oktober 1963, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang pembentukan Yayasan TVRI (Jajasan TVRI) sebagai badan yang mengatur televisi ini. Pada tahun pertama dari siaran TVRI, terdapat 10.000 pemilik televisi di Indonesia. Sejak saat itu, Yayasan TVRI memberikan pajak untuk pemilik televisi sampai tahun 1969, ketika pajak kepemilikan televisi dipindahkan melalui surat dan pengiriman udara ke seluruh negeri. Dari tahun 1963 sampai 1976, TVRI mendirikan stasiun televisi di Yogyakarta (1965), Medan (1970), Makassar (1972), Balikpapan (1973), dan Palembang (1974). Pada tahun 2001, TVRI memiliki 12 stasiun televisi dan 8 studio produksi. Penyiaran berwarna diperkenalkan pada tanggal 1 September 1979[6] di stasiun TVRI nasional dan lokal, yang diperluas ke ibukota provinsi lainnya. TVRI juga mengadopsi saluran kedua untuk pemirsa Jakarta pada saat bersamaan.

Iklan diperkenalkan pada TVRI pada tanggal 1 Maret 1963 untuk mengatasi peningkatan jam siaran. Iklan ini dikenal sebagai Siaran Niaga (secara harfiah berarti "siaran iklan"). Saat ini, iklan-iklan televisi dan umum lainnya dikenal hanya sebagai iklan.[8]

Pada tanggal 16 Agustus 1976, Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) melalui Palapa A1 diresmikan.[9] Satelit komunikasi ini adalah satelit pertama yang dimiliki oleh Indonesia dan salah satu satelit pertama yang dioperasikan oleh negara berkembang.[10] Palapa A1 memiliki 12 transponder yang memungkinkan TVRI untuk mendistribusikan siaran mencapai nasional. Sehingga TVRI memasuki tahun 1980 dengan sistem dwi-saluran, pertama, TVRI Nasional, yang disiarkan secara nasional dengan saluran kedua penyiaran konten lokal dari provinsi dan Jakarta.

 
Penampakan satelit Palapa B2 dari Space Shuttle Challenger setelah dilepaskan oleh STS-41-B tahun 1984.

Pada tanggal 5 Januari 1980, Presiden Soeharto mengeluarkan instruksi untuk menghapus Siaran Niaga dari TVRI.[11] Alasannya adalah dari keyakinan bahwa iklan tersebut dapat menciptakan dampak negatif bagi perkembangan Indonesia selama masa itu. Instruksi ini telah menciptakan pro dan kontra, terutama karena tidak ada penelitian di balik pernyataan ini. Satu bulan kemudian, Departemen Riset dan Penelitian Pengetahuan memutuskan untuk melakukan penelitian tentang dampak iklan terhadap program pembangunan nasional.[6]

Sejak 24 Agustus 1989, stasiun televisi kedua di Indonesia, Rajawali Citra Televisi Indonesia atau RCTI, memulai siarannya secara komersial diresmikan di Jabodetabek dan sekitarnya dengan dekoder bermula dari Jalan Raya Pejuangan Kebon Jeruk, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Siaran RCTI hanya dapat ditangkap oleh televisi berlangganan yang memiliki dekoder dan membayar iuran setiap bulannya yang mencakup wilayah Jabodetabek, di mana pada saat itu siaran RCTI diterima secara terbatas untuk televisi berlangganan yang memiliki dekoder di wilayah Jabodetabek. Meskipun bersiaran kota/metropolitan di Jabodetabek, tetapi ternyata status RCTI pada saat itu adalah televisi berlangganan. Meski pada saat itu RCTI masih berstatus televisi berlangganan di Jabodetabek.[12] Stasiun televisi ini adalah stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi ini dimiliki oleh Bambang Trihatmodjo sebagai perusahaan patungan dengan kepemilikan saat itu adalah Bimantara Citra dan Rajawali Wirabhakti Utama. Tidak seperti TVRI, RCTI diizinkan untuk menyiarkan iklan hingga 15% jam siarannya untuk pertama kalinya yang kini dijadikan sebagai hari jadi hari lahir RCTI. RCTI melepas dekodernya pada akhir 1989. Pemerintah mengizinkan RCTI melakukan siaran gratis secara nasional sejak 24 Agustus 1990, Pada tanggal 24 Agustus 1990, RCTI beroperasi secara terestrial sebagai siaran gratis, RCTI melakukan siaran terestrial ke seluruh Indonesia, RCTI untuk mengudara secara terrestrial setelah membuat RCTI Bandung pada 1 Mei 1991. Bertepatan dengan ulang tahun RCTI ke-4, tepatnya tanggal 24 Agustus 1993, RCTI melakukan siarannya secara nasional. Hingga awal tahun 2001, RCTI memiliki 48 stasiun transmisi di seluruh Indonesia, RCTI mampu menjangkau 452 kota dan menggapai sekitar lebih dari 191 juta potensial pemirsa. Sejak 1 Januari 2003, RCTI dan SCTV mengudara selama 24 jam nonstop. Pada tanggal 24 Agustus 1990, stasiun televisi yang ketiga, Surya Citra Televisi, sebelumnya SCTV atau Surabaya Central Televisi, lahir diresmikan di Surabaya, dengan jangkauan wilayah Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan) sebagai stasiun televisi swasta kedua di Indonesia setelah RCTI yang pada saat itu berstatus televisi lokal di Surabaya. Stasiun televisi ini dimiliki oleh Sudwikatmono sebagai perusahaan patungan dengan kepemilikan saat itu adalah Bimantara Citra melalui anak usahanya, Sindo Citra Media. Meski pada saat itu SCTV masih berstatus televisi lokal di Surabaya.

Pada tanggal 13 September 1990, Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden No. 40 tentang pengumpulan pajak kepemilikan televisi antara Yayasan TVRI dan PT Mekatama Raya, perusahaan swasta milik Sudwikatmono dan Sigit Hardjojudanto. Sejak awal tahun 1991, perusahaan swasta ini adalah badan penanggung jawab untuk menarik pajak kepemilikan televisi dari masyarakat. Alasan untuk perubahan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dari sistem pos dan giro tahun 1969 yang lebih rendah.

Pada tanggal 23 Januari 1991, PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) mulai menyiarkan stasiun televisi pendidikan pertama di Indonesia. Perusahaan itu dikelola oleh Siti Hardijanti Rukmana. Selama tahun-tahun pertama, TPI berbagi saluran dengan TVRI. Fasilitas dan operator didukung oleh TVRI di pagi hari ketika TVRI tidak bersiaran.

Pada 14 April 1992, Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan Film yang memutuskan bahwa Yayasan TVRI akan menarik kembali pajak kepemilikan televisi, setelah satu tahun, PT Mekatama Raya gagal untuk meningkatkan pendapatan.

Pada Oktober 1992, Departemen Penerangan mengeluarkan izin kepada enam perusahaan untuk mendirikan perusahaan televisi swasta: PT Indosiar Visual Mandiri atau Indosiar (Jakarta), PT Sanitya Mandara Televisi (Yogyakarta), PT Merdeka Citra Televisi Indonesia (Semarang, milik Grup Suara Merdeka), PT Ramako Indotelevisi (Batam), PT Cakrawala Andalas Televisi atau ANTV (Bandar Lampung), dan PT Cakrawala Bumi Sriwijaya Televisi (Palembang). Dari semua enam televisi perusahaan, hanya PT Indosiar Visual Mandiri dan PT Cakrawala Andalas Televisi yang dapat menyiarkan secara terus menerus. Pada tanggal 1 Maret 1993, PT Cakrawala Andalas Televisi, sebuah perusahaan patungan antara keluarga Agung Laksono dan Aburizal Bakrie, ANTV secara resmi disiaran nasional ke seluruh Indonesia dari Jakarta. ANTV mengudara secara nasional diluncurkan pada tanggal 1 Maret 1993 untuk pertama kalinya yang kini dijadikan sebagai hari jadi ANTV. PT Indosiar Visual Mandiri, yang dimiliki oleh Grup Salim, memulai siaran perdana komersial secara nasional pada tanggal 11 Januari 1995.[13]

Pada bulan Maret 1998, televisi kabel Indovision, yang dioperasikan oleh PT Matahari Lintas Cakrawala di bawah kepemimpinan Peter F. Gontha, mulai beroperasi sebagai televisi kabel pertama di Indonesia (televisi kabel pertama dioperasikan di Amerika Serikat pada tahun 1972).[14] Sebelumnya, sejak tahun 1996, Indovision telah dioperasikan menggunakan dekoder televisi dan antena parabola.[15]

 
Gedung Trans Media, grup stasiun Trans TV dan Trans7 di Jalan Kapten Tendean, Kelurahan Mampang Prapatan, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Pada Oktober 1999, dari empat belas pemohon yang telah diterima oleh Departemen Informasi, lima perusahaan penyiaran televisi telah lulus seleksi dan menerima izin siaran. Perusahaan-perusahaan ini diantaranya Trans TV (PT Televisi Transformasi Indonesia, dioperasikan oleh PT Para Inti Investindo yang dipimpin oleh Ishadi S.K., mantan kepala TVRI), MetroTV (PT Media Televisi Indonesia, dioperasikan oleh Grup Media Indonesia yang dipimpin oleh Surya Paloh menguasai harian Media Indonesia), Global TV (PT Global Informasi Bermutu, didirikan oleh Timmy Habibie), Lativi (PT Lativi Media Karya, milik Abdul Latief), dan TV7 (PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh, dioperasikan oleh Kompas Gramedia menguasai harian Kompas yang dipimpin oleh Jakoeb Oetama). Metro TV adalah yang pertama kali disiarkan pada 25 November 2000, sebagai stasiun televisi berita pertama di Indonesia.[16]

Pada tanggal 7 Juni 2000, menyusul perubahan pasca pembubaran Departemen Penerangan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, TVRI secara resmi mengubah statusnya menjadi Perusahaan Jawatan.[17]

Penggunaan bahasa Mandarin dilarang pada tahun 1965–1999 di televisi Indonesia, namun penggunaannya tidak datang sampai tahun kemudian. Pada bulan November 2000, MetroTV menjadi stasiun pertama yang menyiarkan program berita dalam bahasa Mandarin untuk stasiun televisi lokal sejak siaran mulai di Indonesia.[18]

Perkembangan siaran televisi

Di awal kemunculannya, televisi digunakan untuk menyiarkan acara penting, seperti Asian Games atau Upacara Kemerdekaan RI dan mengabarkan berita. Seiring dengan perubahan zaman, program televisi menjadi semakin bervariasi dengan adanya program televisi yang lebih bersifat menghibur ketimbang unsur pendidikan. Berikut adalah perkembangan program siaran pada televisi di Indonesia.[19]

Program berita dan pendidikan

 
Mobil siaran RCTI di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, melaporkan pertandingan Piala AFF Suzuki 2010.

Stasiun televisi pertama di Indonesia, TVRI memfokuskan diri untuk menyiarkan konten yang bersifat mendidik dan informatif. Pada saat itu, televisi menjadi alat pemerintah untuk membangun opini publik dengan menyiarkan kegiatan politik dan sosial pemerintah yang berkuasa pada saat itu. TVRI memilki program berita unggulan bernama ‘Dunia Dalam Berita’ dan ‘Berita Nasional’ yang ditayangkan pada jam prime time. Setelah itu, muncul TPI yang awalnya memiliki positioning sebagai stasiun televisi pendidikan pertama di Indonesia yang mendukung siaran TVRI.[20]

TPI pada tahun awalnya berbagi saluran dengan TVRI dan menayangkan beberapa program pendidikan. Setelah Era Orde Baru berakhir, muncul beberapa televisi swasta yang memiliki fokus siaran di konten berita. MetroTV adalah stasiun televisi berita pertama di Indonesia yang mulai siaran di akhir tahun 2000. MetroTV menyiarkan lebih banyak konten berita, talkshow politik dan acara televisi lainnya ketimbang program hiburan.

Hingga kini, muncul stasiun televisi berita lain seperti tvOne, Kompas TV, CNN Indonesia dan lainnya. Selain itu, stasiun televisi lain juga memilki program berita yang cukup populer seperti Liputan 6 (SCTV), Seputar iNews (RCTI), Patroli (Indosiar), dan lainnya. Meski memiliki program berita yang mendidik, tidak dipungkiri pula bahwa beberapa stasiun TV saat ini juga diboncengi niatan politik tertentu sehingga pemberitaan yang dikeluarkan kadang berat sebelah dan tidak adil.[21][22]

Program hiburan

Televisi pada saat ini sebenarnya lebih banyak digunakan sebagai sarana hiburan oleh kebanyakan masyarakat. Televisi dianggap sebagai sarana hiburan yang paling mudah dan murah sehingga masih banyak penduduk Indonesia bergantung pada program hiburan yang ada di stasiun televisi. Perkembangan program hiburan di Indonesia pun sangat beragam dengan persaingan antar stasiun televisi yang juga semakin ketat. Berikut beberapa contoh program hiburan di televisi Indonesia.[23]

  • Sinetron. Sinetron masih menjadi salah satu tayangan hiburan terfavorit di Indonesia. Sejak awal kemunculannya hingga kini, sinetron selalu mendapat tempat teratas sebagai program yang paling banyak ditonton. Sinetron pun memliki perkembangan genre sesuai dengan era nya saat itu. Selain sinetron asli produksi lokal, beberapa sinetron luar juga sempat menghiasi layar kaca Indonesia antara lain telenovela (sinetron dari kawasan Amerika Latin), drama Korea/Asia, drama Hollywood sampai sinetron India dan Turki yang cukup popular belakangan ini.[24]
  • Acara musik. Acara musik pun memiliki perkembangan yang cukup variatif. Dahulu terdapat siaran musik khusus bernama MTV Indonesia yang menayangkan konten musik berupa klip video, tangga lagu populer maupun gelar wicara dengan pelaku musik saat itu, sebelum kemudian muncul era acara musik langsung di televisi.
  • Acara realitas. Acara hiburan jenis ini juga berkembang dengan pesat di Indonesia. Acara realitas selalu memiliki tempat di hati penonton Indonesia.

Jenis siaran televisi Indonesia

 
Produksi program Hikmah Fajar di RCTI tahun 2004.
 
Perangkat siaran dalam mobil siaran RCTI.

Terestrial

Televisi terestrial dimulai dengan pendirian stasiun televisi pertama di Indonesia. Indonesia hanya memiliki satu saluran televisi sampai pembentukan RCTI yang merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Saat ini, stasiun televisi utama nasional free-to-air terrestrial di Indonesia adalah TVRI, RCTI, SCTV, MNCTV, antv, Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans7, tvOne, GTV, Kompas TV, NET., RTV, dan iNews.[25] Televisi terestrial analog di Indonesia saat ini disiarkan menggunakan sistem PAL-B/G dengan suara NICAM stereo. Sejak triwulan pertama 2011 aturan memungkinkan penayangan televisi digital bersamaan dengan dengan televisi analog di beberapa daerah. Indonesia mengadopsi format DVB-T tapi memutuskan untuk mengubah ke DVB-T2 pada tanggal 1 Januari 2012.

Satelit

Televisi satelit dan berlangganan pertama di Indonesia sejak Indovision yang didirikan pada 8 Agustus 1988 dan secara resmi diluncurkan pada 16 Januari 1994. Pada tanggal 12 Desember 2017 nama perusahaan Indovision berubah nama menjadi MNC Vision.[15] Sejak teknologi untuk televisi satelit telah berubah dari analog ke digital. Televisi satelit di Indonesia menggunakan format DVB-S. Hingga saat ini, ada lebih dari lima operator televisi satelit berbayar seperti MNC Vision, Transvision, TOP TV, Aora TV, BiG TV, dan CBS Vision. Televisi satelit gratis tersedia secara nasional melalui berbagai satelit, seperti satelit Palapa-D dan Telkom-4.

Kabel

Televisi kabel pertama di Indonesia sejak PT Broadband Multimedia Tbk di bawah nama merek "Kabelvision" yang didirikan pada 16 Januari 1994 dan secara resmi diluncurkan pada Maret 1999. Pada tahun 2006, perusahaan ini meluncurkan Digital 1 bersama dengan teknologi berubah dari analog ke digital. Perusahaan kemudian mengubah nama perusahaan menjadi PT First Media Tbk pada tanggal 8 September 2007 dan juga meluncurkan merek baru, nama First Media. Kabel sekarang ini hanya tersedia di daerah Jabodetabek, Surabaya, Malang dan Bandung. TV kabel di Indonesia menggunakan format DVB-C.

Mobile

Mobile TV telah dua kategori, free-to-air dan Pay TV. Free-to-air TV tersedia selama bertahun-tahun di Indonesia. Free-to-air adalah dengan menggunakan teknologi seperti analog UHF/VHF. Sekarang free-to-air TV telah mengadopsi teknologi digital. Di Indonesia, free-to-air TV ini menggunakan format DVB-H.

Hanya ada satu operator Mobile Pay TV di Indonesia. Mobile TV saat ini hanya tersedia di Jakarta.

Daftar saluran televisi terrestrial

Nama Pemilik Tanggal Peluncuran Genre Tipe Nama Sebelumnya
TVRI Pemerintah Indonesia 24 Agustus 1962 (1962-08-24) Hiburan umum Publik
RCTI Media Nusantara Citra 24 Agustus 1989 (1989-08-24) Komersial
GTV 08 Oktober 2002 (2002-10-08) tvG (8 Oktober 2002–13 Oktober 2006)
Global TV (13 Oktober 2006–11 Oktober 2017)
MNCTV 20 Oktober 2010 (2010-10-20) TPI (23 Januari 1991 – 20 Oktober 2010)
iNews 06 April 2015 (2015-04-06) Berita dan Olahraga SUN TV (5 Maret 2008 – 25 September 2011)

SINDOTV (26 September 2011 – 6 April 2015)
iNews TV (6 April 2015 - 31 Oktober 2017)

SCTV Surya Citra Media 24 Agustus 1990 (1990-08-24) Hiburan umum Surabaya Centra Televisi (24 Agustus 1990–23 Agustus 1993)
Indosiar 11 Januari 1995 (1995-01-11)
antv Visi Media Asia 01 Maret 1993 (1993-03-01) ANteve (1 Maret 1993–28 Februari 2003)
tvOne 14 Februari 2008 (2008-02-14) Berita dan Olahraga Lativi (30 Juli 2002–14 Februari 2008)
MetroTV Media Group 25 November 2000 (2000-11-25) Berita
Trans TV Trans Media 15 Desember 2001 (2001-12-15) Hiburan umum
Trans7 15 Desember 2006 (2006-12-15) TV7 (23 November 2001–15 Desember 2006)
Kompas TV Kompas Gramedia 09 September 2011 (2011-09-09) Berita dan Olahraga
NET. Net Visi Media 26 Mei 2013 (2013-05-26) Hiburan umum Spacetoon (terrestrial) (23 Maret 2005 – 17 Mei 2013)
RTV Rajawali Corpora 03 Mei 2014 (2014-05-03) B-Channel (1 November 2009–3 Mei 2014)

Saluran yang paling banyak dilihat

Saluran yang paling banyak dilihat selamanya.

Posisi Saluran Kelompok Usaha Total Pangsa Pirsawan (%)
1 RCTI Media Nusantara Citra 62.1%
2 ANTV Visi Media Asia 7.1%
3 SCTV Surya Citra Media 6.1%
4 Indosiar 6.1%
5 MNCTV Media Nusantara Citra 5.1%
6 GTV 4.1%
7 Trans TV Trans Media 3.1%
8 Trans7 3.1%
9 MetroTV Media Group 2.1%
10 tvOne Visi Media Asia 1.1%

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Schwartz, Adam (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s (dalam bahasa Inggris). Allen & Unwin. ISBN 1-86373-635-2. 
  2. ^ Chandra, Yan (7 Maret 2017). "Hidup Televisi Tergantung Sinetron". Tirto.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2017. 
  3. ^ Ardianto, Eka (2005). "Konsumsi Bajaj Bajuri: Sebuah Kekuasaan Pemirsa Televisi, Penelitian Perilaku Konsumen dari Pandangan Kajian-Kajian Budaya". Jurnal Manajemen Prasetiya Mulya. 10: 43–57. ISSN 0854-1752. 
  4. ^ Irawanto, Budi (2006). "Menertawakan Kejelataan Kita: Transgresi Batas-Batas Marginalitas dalam Sinetron Komedi Bajaj Bajuri". Jurnal Ilmu Komunikasi. 3 (1): 49–62. doi:10.24002/jik.v3i1.240. 
  5. ^ Loven, K. (2008). Watching Si Doel: Television, Language, and Cultural Identity in Contemporary Indonesia (dalam bahasa Inggris). Leiden, Belanda: KITLV Press. ISBN 9-067-18279-6. OCLC 872135121. 
  6. ^ a b c Dicky (2002). Kompas Research and Development. Jakarta: Kompas. 
  7. ^ Mailanto, Arsan (16 Februari 2016). "Sejarah Pertama Kali Televisi Masuk ke Indonesia". Okezone.com. Diakses tanggal 22 Agustus 2016. 
  8. ^ Khumaini, Anwar (15 November 2014). "Sejarah iklan televisi di Indonesia". Merdeka.com. Diakses tanggal 14 Januari 2015. 
  9. ^ Ibrahim, Marwah D. (Musim Gugur 2005). "Planning and Development of Indonesia's Domestic Communications Satellite System PALAPA" (PDF). Online Journal of Space Communication (dalam bahasa Inggris) (8): 3. 
  10. ^ "History of Palapa Satellite". Indosat (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2015. Diakses tanggal 14 April 2015. 
  11. ^ Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara 1981/1982 (RAPBN 1981/1982)
  12. ^ "RCTI, Indonesia's First Commercial Television: The Pride of The Nation" (dalam bahasa Inggris). 21 (12). Asiaweek. 6 April 1994. hlm. 6–7. OCLC 969387801. 
  13. ^ Armando, A. (2014). "The Greedy Giants: Centralized Television in Post-authoritarian Indonesia". International Communication Gazette (dalam bahasa Inggris). 76 (4–5): 390–406. doi:10.1177/1748048514524106. 
  14. ^ "Saluran TV Berlangganan". Media Nusantara Citra. Diakses tanggal 22 Januari 2018. 
  15. ^ a b Hanifan, Aqwam F. (17 Juni 2016). Pramisti, Nurul Q., ed. "MNC Sky Vision: Juara yang Selalu Merugi". Tirto.id. Diakses tanggal 18 Juni 2016. 
  16. ^ Departemen Informasi Republik Indonesia (1999) Indonesia 1999: An Official Handbook (No ISBN)
  17. ^ Masduki (Oktober 2017). "Public Broadcasting Reform in the Transitional Society: The Case of Indonesia". Jurnal Komunikasi Indonesia (dalam bahasa Inggris). 6 (2). ISSN 2301-9816. 
  18. ^ "Metro TV breaks Indonesian TV mould". Television Asia. Singapore: Cahners Business Information. November 2000. hlm. 8. 
  19. ^ "Sejarah Televisi di Indonesia dan Perkembangannya". Pakarkomunikasi.com. 20 Mei 2017. Diakses tanggal 22 Januari 2015. 
  20. ^ d’Haenens, L.; Gazali, E.; Verelst, C. (1999). "Indonesian Television News-Making Before and After Suharto". Gazette (dalam bahasa Inggris). Leiden, Belanda. 61 (2): 127–152. doi:10.1177/0016549299061002003. 
  21. ^ Tashandra, Nabilla (18 Juli 2016). "Stasiun Televisi Sarat Kepentingan Politik Pemodal, KPI Periode Lalu Dinilai Mengecewakan". Kompas.com. Diakses tanggal 22 Agustus 2016. 
  22. ^ Putra, M. K.; Djuyandi, Y.; Mani, L. (2017). "News Content Perspective of TV One and Metro TV in Seeing Indonesia Government Policy". Global Media Journal (dalam bahasa Inggris). 15 (29). ISSN 1550-7521. 
  23. ^ Hobart, Mark (2006). "Introduction: Why is Entertainment Television in Indonesia Important?". Asian Journal of Communication (dalam bahasa Inggris). 16 (4): 343–351. doi:10.1080/01292980601012352. 
  24. ^ Armenia, Resty (21 Agustus 2015). "Jokowi Sindir Stasiun Televisi yang Siarkan Sinetron". CNN Indonesia. Diakses tanggal 22 Agustus 2016. 
  25. ^ Rianto, Puji (2012). Dominasi TV Swasta (Nasional): Tergerusnya Keberagaman Isi dan Kepemilikan. Sleman: Pemantau Regulasi dan Regulator Media & Tifa Foundation. ISBN 6-029-78392-0. OCLC 794604022. 

Bacaan lebih lanjut