Universitas Indonesia
"Universitas Indonesia", sering disingkat dengan sebutan "UI", berakar pada institusi pendidikan tinggi tertua di Indonesia (yang pada saat itu dikenal sebagai Hindia Belanda). Kampus utamanya terdapat dibagian utara dari Depok, Jawa Barat, dan kampus utama lainnya terdapat di daerah Salemba dai Jakarta Pusat.
Universitas Indonesia | |
---|---|
Berkas:LogoUI.jpg
Informasi | |
Moto | The university with world class perspective |
Jenis | BHMN |
Didirikan | 1851 |
Rektor | Prof. Dr. der Soz Gumilar Rusliwa Somantri |
Staf akademik | 3600 |
Jumlah mahasiswa | 34.921 (40% are graduate students) [1] |
Sarjana | 13.146 |
Magister | 6.295 |
Doktor | 907 |
Lokasi | , , |
Kampus | area Both urban and rural(Total Area 3,552,713 m²)With 3 areas: Depok, Salemba, Pegangsaan Timur |
Warna | Kuning |
Nama julukan | Jaket Kuning |
Afiliasi | AUN, APRU, ASAIHL |
Situs web | http://www.ui.edu |
UI dianggap sebagai salah satu universitas utama di Indonesia, dengan ranking yang tertinggi di Indonesia pada peringkat Times Higher Education Supplement World University Ranking tahun 2006 [250].[1] UI mendapat rangking 395 di THES World University Rankings tahun 2007, diantara 11000 universitas yang dinilai diseluruh dunia.[2] Selama tahun 2007-2008 Universitas Indonesia telah melalui serangkaian reformasi substantif dibidang akademik dan non-akademik. Sebagai contoh, terdapat peningkatan pendapatan dari Rp 800 Milliar menjadi 1.8 Trilliun Rupiah pertahun. Jumlah publikasi ilmiah juga semakin meningkat.
Rektor UI yang baru terpilih (Juli 2007), Prof. Dr. Der Soz Gumilar Rusliwa Somantri adalah seorang reformis, pekerja kerja, visioner dan merupakan Rektor termuda di Indonesia dengan koneksi jaringan internasional yang luas. Contohnya, bulan Juni 2008 Rektor UI terpilih sebagai anggota Board of Director dari Association of Pacific Rim Universities (APRU) yang merupakan organisasi universitas-universitas riset di dunia.
Menurut survey terakhir dari Globe Asia (2008) UI mendapat rangking pertama diantara universitas-universitas di Indonesia. Laporan ini juga didukung oleh Majalah Tempo, sebuah majalah utama di Indonesia, yang melakukan survey dan analisa tentang ranking universitas dan pendidikan di Indonesia.
Universitas Indonesia dinilai sebagai Universitas yang paling vibrant di Indonesia. Sejak tahun 2004, survey majalah tempo melaporkan fakta bahwa lulusan UI adalah diantara sarjana lulusan terbaik di Indonesia menurut beberapa kriteria seperti kualitas lulusan, citra yang baik, kepuasan industri yang menggunakan tenaga kerja, kualitas pengajaran, metodologi pendidikan, kualitas fasilitas kampus yang berbasis lingkungan taman hutan raya yang hijau, serta keketatan persaingan masuk ke perguruan tinggi.
Sejarah
Sejarah Universitas Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1851. Ketika itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sebuah sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan asisten dokter tambahan. Pelajar di sekolah itu mendapatkan pelatihan kedokteran selama dua tahun. Lulusannya diberikan sertifikat untuk melakukan perawatan-perawatan tingkat dasar serta mendapatkan gelar Dokter Jawa (Javanese Doctor), bergelar demikian karena dokter ini hanya diberi izin untuk membuka praktek di wilayah Hindia Belanda, terutama di pulau Jawa. Pada tahun 1864, program pendidikan tersebut ditambah waktunya menjadi tiga tahun, dan pada tahun 1875 menjadi 7 tahun. Gelar yang diberikan pun berubah menjadi Dokter Medis (Medical Doctor)
Pada tahun 1898, pemerintah kolonial mendirikan sekolah baru untuk melatih tenaga medis, yaitu STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Pendidikan di STOVIA berlangsung selama 9 tahun: 3 tahun setingkat SMP, tiga tahun setingkat SMA, dan tiga tahun lainnya setingkat Diploma. Banyak lulusan STOVIA yang kemudian memainkan peranan penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1924 pemerintah kolonial mendirikan RHS (Rechts Hogeschool) yang bertujuan untuk memenuhi tenaga administrasi sipil rendahan. RHS inilah yang menjadi cikal-bakal Fakultas Hukum UI. Pada tahun 1927 mengubah status dan nama STOVIA menjadi GHS (Geneeskundige Hogeschool). Gedung pendidikan dan pelatihan kedokteran yang digunakan GHS menjadi gedung Fakultas Kedokteran UI saat ini. Banyak alumni GHS yang kemudian berperan besar dalam pendirian Universitas Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Badan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (BPTRI) didirikan di Jakarta. BPTRI memiliki tiga fakultas, yaitu Kedokteran dan Farmasi, Sastra, dan Hukum. Pada tahun yang sama, institusi ini berhasil meluluskan 90 orang sebagai dokter. Ketika tentara kolonial Belanda kembali menguasai Jakarta di akhir tahun 1945, BPTRI dipindahkan ke Klaten, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Pada tanggal 21 Juni 1946 NICA mendirikan sebuah Nood Universiteit atau Universitas Sementara di Jakarta. Pada tanggal 21 Maret 1947, nama Nood Universiteit diganti menjadi Universiteit van Indonesie (UVI). Akhirnya, setelah Jakarta berhasil diambil alih kembali, pemerintah mengembalikan BPTRI ke Jakarta dan menggabungkannya dengan Universiteit van Indonesie, dan memberinya nama baru Universiteit Indonesia (UI).
UI secara resmi memulai kegiatannya pada 2 Februari 1950 dengan presiden (saat ini disebut rektor) pertamanya Ir. R.P Soerachman Tjokroadisoerio. Kantor Presiden Universiteit Indonesia mula-mula berkedudukan di Jakarta, tepatnya di gedung Fakultas Kedokteran di Jl Salemba Raya no. 6, kemudian dipindahkan ke salah satu bangunan bekas pabrik madat di Jl. Samlemba Raya no. 4, Jakarta. Tanggal 2 Februari 1950 kemudian dijadikan hari kelahiran Universitas Indonesia.
Awalnya, UI memiliki 9 fakultas dan 3 lembaga yang tersebar di lima kota, yaitu Fakulteit Kedokteran, Fakulteit Ilmu Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat, serta Fakulteit Sastra dan Filsafat di Jakarta; Fakulteit Ilmu Alam dan Ilmu Pasti, Fakulteit Ilmu Pengetahuan Teknik, dan Lembaga Pendidikan Guru Menggambar di Bandung; Fakulteit Pertanian dan Fakulteit Kedokteran Hewan di Bogor; Fakulteit Ekonomi di Makassar; Fakulteit Kedokteran dan Lembaga Kedokteran Gigi di Surabaya.
Pada tahun 1955, Undang-Undang No. 10 tentang pengubahan kata universiteit, universitet, dan universitit disyahkan, sehingga sejak itu, Universiteit Indonesia secara resmi diubah namanya menjadi Universitas Indonesia.
Berangsur-angsur fakultas-fakultas yang berada di daerah memisahkan diri membentuk lembaga pendidikan yang berdiri sendiri. Pada tanggal 2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam di Bandung terbentuk dan berkembang menjadi Institut Teknologi Bandung. Selanjutnya pada 1 September 1963 Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan UI memisahkan diri pula menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB) yang kini menjadi perguruan tinggi pertanian terkemuka bertaraf internasional. Fakultas di Surabaya menjadi Universitas Airlangga dan di Makassar menjadi Universitas Hasanuddin. Pada 1964 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta dan kini berubah kembali menjadi Universitas Negeri Jakarta.
Ketika Orde Baru dimulai pada tahun 1966, pemerintah menunjuk beberapa guru besar UI untuk menduduki jabatan menteri dengan tujuan untuk memulihkan kembali situasi ekonomi nasional. Sejak saat itu, UI secara konstan telah memberikan kontribusi nyata pada usaha-usaha pemerintah untuk meraih kemakmuran nasional.
Pada tanggal 26 Desember 2000 melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor 152 tahun 2000, UI ditetapkan sebagai perguruan tinggi negeri mandiri berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Dalam status tersebut, UI wajib lebih mengedepankan kinerja pengelolaan sebuah universitas publik dengan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan transparansi.
Kampus
Salemba
Kampus Salemba terletak di daerah Salemba, Jakarta Pusat [2]. Fakultas yang berada di kampus ini adalah Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan beberapa program pascasarjana, program Ekstensi dan Magister Manajemen Fakultas Ekonomi, serta laboratorium Fakultas Teknik.
Depok
Kampus Depok, terletak di Depok, Jawa Barat [3], dibangun pada pertengahan tahun 1980-an untuk mengakomodasi modernisasi universitas. Saat ini, Kampus Depok adalah kampus utama Universitas Indonesia. Sebagian besar fakultas di UI (MIPA, Teknik, Psikologi, Hukum, Ekonomi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ilmu Komputer, Kesehatan Masyarakat, Ilmu Keperawatan) berada di sini. Kampus Depok dilewati oleh rel kereta Jakarta-Bogor sehingga mahasiswa mendapatkan kemudahan transportasi.
Perpustakaan Pusat Universitas juga terletak di sini. Selain itu terdapat pula berbagai fasilitas lain seperti Pusat Administrasi Universitas, Pusat Kegiatan Mahasiswa, gymnasium, stadion, lapangan hoki, penginapan (Wisma Makara), agen perjalanan Makara Tour & Travel, dan asrama.
Fakultas
Program studi di UI dikelola oleh 12 fakultas dan 1 program pascasarjana
Kedokteran
Kampus FKUI terletak di Salemba dengan total luas area 16.209 m2. Saat ini, FKUI dipimpin oleh dr. H. Menaldi Rasmin, Sp.P(K).,FCCP. FKUI memiliki lima program pendidikan, yaitu Program Diploma, Program Sarjana, Program Pendidikan Dokter Spesialis, Program Magister, dan Program Doktor. FKUI merupakan fakultas kedokteran tertua di Indonesia.
Sejarah kelahiran FMUI bermula dari didirikannya Dokter Djawa School pada tahun 1851. Pada tahun 1898 Dokter Djawa School diubah namanya menjadi STOVIA, dan pada 1927 diubah lagi menjadi Geneeskundige Hooge School. Pada masa pendudukan Jepang, lagi-lagi namanya diubah menjadi Ika Daigaku.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia menggabungkan Ika Daigaku ke dalam Balai Perguruan Tinggi RI dan mengubah namanya menjadi Pendidikan Tinggi Kedokteran. Setelah Indonesia mendapat kemerdekaan penuh di akhir tahun 1940-an, pemerintah mengambil alih sekolah kedokteran yang didirikan Belanda, Geneeskundige Faculteit Nood Universiteit van Indonesia, dan menggabungkannya dengan Pendidikan Tinggi Kedokteran. Gabungan ini kemudian diberi nama baru, yaitu Fakultas Kedokteran yang berada di bawah naungan Universitas Indonesia pada 2 Februari 1950. Kegiatan perkuliahan awalnya dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di Surabaya, namun sejak tahun 1954, Fakultas di Surabaya digabungkan ke Universitas Airlangga.
Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi UI (FKG) membawahi 8 departemen, yaitu:
- Departemen Bedah Mulut,
- Departemen Penyakit Mulut,
- Departemen Konservasi Gigi,
- Departemen Periodontologi,
- Departemen Prostodonsia,
- Departemen Orhtodonsia,
- Departemen Radiologi Ked.Gigi,
- Departemen Dental Material Ked.Gigi.
FKG UI saat ini dipimpin oleh Prof. Bambang Irawan, drg,Ph.D.
FKG UI berdiri pada tahun 1961, dengan 71 satu orang mahasiswa sebagai angkatan pertamanya. Pendirian fakultas ini dirintis karena munculnya keprihatinan tentang kondisi kedokteran gigi di Indonesia. Ketika itu, perbandingan antara dokter gigi dan penduduk masih sangat kecil, yaitu 1 : 200.000, selain itu, lulusan dokter gigi juga hanya berasal dari dua fakultas (FKG Unair dan FKG UGM) dengan jumlah yang sangat sedikit, tidak pernah lebih dari 35 orang.
Pada tahun 1959, Prof. Dr. Ouw Eng Liang (alm) dan kawan-kawan dari bagian Gigi dan Mulut FKUI mengajukan rencara terinci pendirian FKG di UI. Rencana itu mendapat dukungan pula dari Rektor UI Dr. Sudjono Djuned Pusponegoro dan Dekan FKUI Prof. Dr. M. Soekardjo. Pada tanggal 21 Desember 1960, Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI No. 108049 yang berisi tentang pendirian Fakultas Kedokteran Gigi di UI dikeluarkan. Sejak itulah, lahir FKGUI yang merupakan Fakultas Kedokteran Gigi Negeri keempat di Indonesia dengan Prof. Dr. Ouw Eng Liang sebagai Dekan pertama.
Tahun 1961, FKGUI yang memiliki 2 Staf Pengajar Tetap, 37 Staf Pengajar Luar Biasa, dibantu 7 tenaga administrasi termasuk pesuruh secara resmi membuka pintunya bagi mahasiswa baru. Awalnya, FKGUI praktis tak mempunyai fasilitas gedung dan perlengkapan. Satu-satunya ruang adalah ruang pinjaman dari Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) yaitu bagian Tata Usaha Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut RSCM. Untuk kuliah tingkat persiapan, pelaksanaan dan tempatnya digabung bersama mahasiswa tingkat I FKUI. Sedangkan praktikum Anatomi Gigi menggunakan tempat penitipan sepeda RSCM (kini tempat parkir paviliun Cendrawasih RSCM). Pada 17 Oktober 1963, mengingat meningkatnya kebutuhan mahasiswa dan keterbatasan fasilitas, maka sebagian ruang depan Perpustakaan Rakyat milik Departemen Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI di Salemba 4 diserahkan kepada FKGUI. Namun, kuliah dan praktikum masih bergabung dengan FKUI. Tahun berikutnya, pada 1964, FKGUI mendapat ruang tambahan yaitu bagian belakang dari Perpustakaan Rakyat. Sebagian ruang itu digunakan untuk preklinik (praktikum) mahasiswa tingkat III sebagai persiapan kepaniteraan klinik di tingkat IV nanti.
Pada bulan April 1965, seluruh ruang Perpustakaan Rakyat diserahkan ke FKGUI sehingga kuliah dan praktikum yang bersifat dental dan kegiatan kemahasiswaan dilakukan disini. Pada 27 Maret, FKGUI membuka poliklinik gigi untuk umum bertempat di Biro Rektor UI. Mulanya poliklinik ini terdiri dari Ilmu Pengawet Gigi dan Ilmu Meratakan Gigi, sedangkan bagian lain yang diperlukan dalam kepaniteraan klinik mendapat pinjaman ruang dari RSCM yaitu bagian Exodontia dan Bagian Ilmu Gizi Tiruan. Terjalinnya kerjasama antara FKGUI dan RSCM, maka bagian Ilmu Pengawet Gigi dan Ilmu Bedah Mulut pun dapat memakai sarana RSCM. Sedangkan kegiatan bagian Ilmu Gizi Tiruan dipindahkan ke FKGUI. Pada 1967, FKGUI berhasil meluluskan 15 dokter gigi.
Pada 1968, poliklinik gigi FKGUI diperluas dengan pengadaan laboratorium teknik dan pembukaan poliklinik baru di Pegangsaan Timur 17, hasil kerjasama dengan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FKUI. Poliklinik ini semula digunakan bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Periodontologi. Pada 1969, poliklinik gigi di Salemba 4 diperluas dengan membuka bagian Periodontologi sehingga jumlahnya mencapai 17 dental unit . Kerjasama dengan fakultas dan instansi lain pun mulai dibina.
Pada 1970, FKGUI menempati gedung baru berlantai empat untuk kegiatan dental dan non-dental . Baru pada 1972, semua perkuliahan dan poliklinik dipusatkan di gedung ini, kecuali bagian Ilmu Bedah Mulut yang berada di RSCM. Berbagai bantuan pun mengalir ke FKGUI berkat jasa Prof. Dr. Sumantri Brodjonegoro (alm) sebagai Rektor UI. Di sisi lain, FKGUI juga berpartisipasi dalam Proyek Pedesaan UI melalui Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Serpong di Tangerang pada 1976. Pada 1978, FKGUI mendapat tambahan lagi gedung baru berlantai empat.
MIPA
FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) membawahi departemen biologi, farmasi, fisika, geografi, kimia, dan matematika. Dekan FMIPA saat ini adalah Dr. Adi Basukriadi.
Fakultas MIPA berdiri pada tahun 1950-an, sebagai bagian dari UI cabang Bandung. Pada tahun 1959, cabang UI di Bandung berpisah dan membentuk Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebagai ganti FMIPA di Bandung, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI dengan SK nomor: 108094/UU tanggal 21 Desember 1960 mendirikan fakultas sejenis untuk UI Jakarta, yaitu Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA)
Di masa awal pendiriannya, FIPIA UI membuka 4 jurusan, yaitu Jurusan Matematika, Jurusan Fisika, Jurusan Kimia, dan Jurusan Biologi. Pada tahun kuliah 1961/1962, kegiatan perkuliahan dipusatkan di Lembaga Eykman (Departemen Kesehatan RI) di Jalan Dipenogoro 69 Jakarta. Khusus untuk Jurusan Biologi kegiatan pendidikan diadakan di IPB hingga tahun 1967. Pada tahun 1965, FIPIA UI membuka Jurusan Farmasi, kemudian Jurusan Geografi yang semula bernaung di bawah FIPIA-Unpad diserahkan kepada FIPIA UI. Sejak tahun 1974 semua kegiatan pendidikan FIPIA UI dipusatkan di Kampus Salemba nomor 4 Jakarta. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1982 tanggal 7 September 1982, nama FIPIA UI kemudian diubah menjadi FMIPA UI dan pada tahun akademik 1986/1987 FMIPA UI menempati Kampus Baru di Depok.
Teknik
Fakultas Teknik membawahi 7 departemen, yaitu
- Departemen/Program Studi Teknik Sipil,
- Departemen Teknik Mesin/Program Studi Teknik Mesin dan Program Studi Teknik Perkapalan,
- Departemen/Program Studi Teknik Elektro,
- Departemen Teknik Metalurgi dan Material/Program Studi Teknik Material,
- Departemen/Program Studi Arsitektur,
- Departemen/Program Studi Teknik Kimia,
- Departemen/Program Studi Teknik Industri ,
serta satu program studi tingkat pascasarjana dibawah FTUI yaitu Program Studi Optoelektronika dan Aplikasi Laser. FT UI saat ini dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Bambang Sugiarto, M.Eng.
Sejarah Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) berawal dari tawaran kaum muda Insinyur yang tergabung dalam Perkumpulan Insinyur Indonesia (PII), kepada Presiden Soekarno, untuk membenahi jalan-jalan protokol di Jakarta yang ketika itu rusak berat. Tawaran ini disambut baik oleh pemerintah RI yang ketika itu memang sedang berusaha berbenah untuk menyambut Pekan Olah Raga Internasional GANEFO di Jakarta. Dalam waktu dua minggu, tim yang dipimpin oleh Ir. Slamet Bratanata, Ir. Roosseno, Ir. Sutami, Ir. Soehoed berhasil menyelesaikan tugasnya.
Setelah proyek selesai, muncul sebuah ide untuk mendirikan sebuah fakultas teknik di Jakarta. Alasan utamanya adalah letak Fakultas Teknik UI di Bandung terlalu jauh dan sulit dijangkau dari Jakarta.[4] Ide ini kemudian disampaikan pada sebuah acara di Gedung Pola (saat ini disebut Gedung Pembangunan). Bung Karno merespon positif dan mengundang perwakilan kelompok ini untuk datang ke Istana. Di Istana, Bung Karno menyatakan persetujuan akan ide itu dan langsung mengangkat Prof. Ir. Roosseno sebagai Dekan pertama Fakultas Teknik. Bung Karno juga menginstruksikan agar Fakultas Teknik ini berada dibawah naungan Universitas Indonesia, dimana Rektornya pada waktu itu adalah dr. Syarief Thayeb. Keputusan itu diresmikan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Nomor 76 tanggal 17 Juli 1964 tentang dibentuknya Fakultas Teknik.
Pada awalnya, FTUI hanya memiliki tiga jurusan (Sipil, Mesin, dan Elektro) dengan 32 mata ajar, dan didukung oleh 30 tenaga dosen serta 11 tenaga non-akademis. Masing-masing jurusan diketuai oleh Ir. Sutami untuk Jurusan Sipil, Ir. Ahmad Sayuti untuk Ketua Jurusan Mesin dan Ir. K. Hadinoto untuk Ketua Jurusan Elektro. Tahun berikutnya dibuka Jurusan Metalurgi dan Jurusan Arsitektur, dengan ketuanya masing-masing Dr. Ing. Purnomosidhi H dan Ir. Sunaryo S. Ir. Roosseno selaku Dekan pertama dibantu oleh Ir. Sutami selaku Pembantu Dekan Bidang Akademis, Ir. Slamet Bratanata selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan serta Dr. Ing. Purnonosidhi H selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
Mahasiswa tahun pertama yang mendaftar cukup mengejutkan yakni 203 orang mahasiswa pria dan wanita 199 orang diantaranya lulus test dan diterima menjadi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang pertama. Dalam jangka waktu lima setengah tahun, FTUI berhasil mewisuda 18 orang lulusan pertama sebagai Sarjana S1.
Pada tahun 1985, program studi Teknik Gas dari jurusan Metalurgi digabung dengan program studi Teknik Kimia dari jurusan Mesin menjadi jurusan Teknik Gas & Petrokimia dengan ketua jurusan Dr. Ir. H. Rachmantio. Jurusan Teknik Industri merupakan yang termuda, dibuka tahun 1999 dengan ketua jurusan Ir. M. Dachyar, MSc.
Hukum
Awalnya Fakultas Hukum didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk mencetak tenaga hukum Indonesia diluar pengadilan, karena dalam permasalahan hukum melalui pengadilan harus menggunakan tenaga hukum dari Belanda. Pada tahun 1924 dibentuklah sekolah hukum dengan nama Rechthogeschool dengan dua bidang studi yang diajarkan, yaitu ilmu hukum dan ilmu kemasyarakatan.
Rechthogeschool kemudian digabungkan dengan Universitas Indonesia pada tahun 1955 yang kemudian berubah nama menjadi Fakultas Hukum dan Ilmu Kemasyarakatan. Pada tahun 1968, Ilmu Kemasyarakatan dipisahkan dari Fakultas Hukum dan dibentuk menjadi fakultas baru dengan nama Fakultas Ilmu Kemasyarakatan (FISIP). Saat ini Fakultas Hukum Universitas Indonesia dipimpin oleh Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D untuk masa periode jabatan 2003-2008.
Di Fakultas Hukum Universitas Indonesia terdapat 7 (tujuh) program kekhususan (PK) yang merupakan penjurusan atau keahlian secara spesifik yang dapat dipilih oleh mahasiswa, yaitu:
- hukum perdata
- hukum pidana
- hukum acara
- hukum ekonomi
- hukum tata negara dan hukum administrasi negara
- hukum internasional
- hukum dan masyarakat
Ekonomi
Fakultas Ekonomi UI (FEUI)—atau dikenal pula sebagai Fakultas Ekonomi dan Bisnis—membawahi 3 departemen, yaitu departemen manajemen, departemen akuntansi, dan departemen ilmu ekonomi. Dekan FEUI saat ini adalah Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D.
FEUI berdiri pada tanggal 18 September 1950 dan saat ini terletak di Kampus UI Depok. Kelahiran fakultas ini bermula ketika Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) memisahkan diri dan memilih untuk berdiri secara independen dengan membentuk fakultas baru, yaitu Fakultas Ekonomi. Pada saat yang bersamaan mahasiswa Akademi Nasional yang juga mengkaji ilmu ekonomi bergabung dengan fakultas baru tersebut. Maka jadilah mereka sebagai mahasiswa angkatan pertama di FEUI.
Pada tahun-tahun awal kelahiran FEUI, Kegiatan perkuliahan berlangsung dengan kondisi darurat. Ketika itu, jumlah staf pengajar sangat terbatas, dan hanya ada satu pengajar yang berkebangsaan Indonesia di sana, yaitu Prof. MR. R. Soenario Kolopaking yang juga menjadi dekan pertama FEUI. Kegiatan perkuliahan diadakan di tiga tempat, yaitu Aula Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian di Jalan Tambak, Gedung Kesenian Pasar Baru dah Gedung Adhoc Stat (yang sekarang bappenas di jalan Diponegoro). Urusan administrasi pun harus ditangani oleh mahasiswa sendiri.
Pada tahun 1951, Prof. Soenario selaku Dekan FEUI menyatakan mengundurkan diri. Beberapa perwakilan mahasiswa angkatan pertama kemudian menemui Dr. Soemitro dan memintanya menjadi Dekan FEUI, dan ia menyetujuinya. Kesediaan Soemitro—walaupun saat itu belum menjadi guru besar—merupakan penyelesaian bagi masalah kepemimpinan FEUI. Pada masa kepemimpinan Dr. Soemitro ini, FEUI mengirimkan beberapa asisten peneliti untuk tugas belajar di berbagai universitas di Amerika Serikat dengan dukungan dana dari Ford Foundation. Selain itu, FEUI juga mendatangkan staf pengajar dari AS, dan dengan sendirinya mengurangi dominasi pengajar berkebangsaan Belanda di kampus. Jurusan yang ada di FEUI juga ditambah, dari yang awalnya hanya mempunyai satu jurusan (Ekonomi Perusahaan), dikembangkan menjadi tiga jurusan, yaitu Ekonomi Umum, Sosiologi Ekonomi, dan Ekonomi Perusahaan. Kegiatan FEUI pada periode ini mulai meluas ke bidang penelitian, yang dilakukan melalui Seminar Ekonomi Perusahaan dan Balai Penyelidikan Masyarakat. Selanjutnya Balai Penyelidikan Masyarakat berubah menjadi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat tahun 1953.
Pada tahun 1964, Prof. Widjojo Nitisastro ditunjuk sebagai Dekan FEUI. Belaiu adalah dekan pertama yang merupakan lulusan FEUI. Pada masa terjadi perubahan yang cukup banyak terutama dalam pembentukan institusi pendukung. Lembaga yang pertama dibentuk oleh Widjojo ini adalah Lembaga Demografi, tahun 1964. Tahun berikutnya menyusul pembentukan Laboratorium Statistik. Dalam bidang akademik, perubahan terjadi menyangkut awal tahun ajaran, dari bulan September menjadi Februari, namun hal ini terjadi lebih dikarenakan oleh krisis politik Indonesia.
Pada tahun-tahun berikutnya, FEUI berkembang dengan pesat. Pada masa kepemimpinan Prof. Ali Wardhana (1968-1978), Iluni FEUI dibentuk. Pada tahun 1982, sistem perkuliahan berubah dari sistem tingkat ke sistem SKS. Pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Mohammad Arsjad Anwar (1988-1994), kampus FEUI di Salemba dipindahkan ke kampus UI Depok.
Hingga saat ini, FEUI telah dipimpin oleh 13 Dekan. Jabatan Dekan saat dipegang oleh Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, PhD untuk masa bakti 2005—2009.
Ilmu Pengetahuan Budaya
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) terletak di kampus UI Depok(lihat peta). Saat ini, FIB dipimpin oleh Dr Bambang Wibawarta. FIB membawahi 7 departemen, yaitu:
- Departemen Ilmu Arkeologi
- Departemen Ilmu Filsafat
- Departemen Ilmu Kewilayahan
- Departemen Ilmu Linguistik
- Departemen Ilmu Perpustakaan dan Dokumen
- Departemen Ilmu Sejarah
- Departemen Ilmu Susastra
Usaha untuk mendirikan sebuah Fakultas Ilmu Budaya atau FIB (dahulu Fakultas Sastra Universitas Indonesia--FSUI) di Indonesia sudah ada sejak tahun 1920-an. Ketika itu, kaum terpelajar Belanda dan kaum nasionalis Indonesia mempunyai cita-cita untuk mendirikannya, meskipun tentu saja tujuan mereka berbeda. Kaum terpelajar Belanda bermaksud meneliti dan mempelajari kebudayaan Indonesia secara lebih ilmiah, agar dengan demikian politik kolonialnya dapat lebih berhasil. Sebaliknya golongan nasionalis bermaksud untuk meneliti dan mempelajari kebudayaan Indonesia dengan tujuan untuk menanamkan dan mengobarkan semangat kebangsaan Indonesia. Karena berbagai rintangan, antara lain resesi ekonomi yang melanda negeri Belanda, rencana pembukaan Fakultas Ilmu Budaya tertunda bertahun-tahun. Baru pada tanggal 4 Desember 1940 Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte dibuka, menempati gedung Rechts Hogeschool—yang sekarang menjadi gedung Departemen Pertahanan dan Keamanan—di Jalan Merdeka Barat 13, Jakarta. Pada waktu pembukaan, terdapat empat jurusan, yaitu Jurusan Sastra Indonesia, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial, Jurusan Sejarah, dan Jurusan Ilmu Bangsa-Bangsa. Pembentukan Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte ini berhubungan erat dengan rencana pembentukan Universiteit van Nederlands-Indié (Universitas Hindia Belanda). Awalnya, Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte hanya didirikan untuk jangka waktu satu tahun, dan perannya kemudian akan digantikan oleh fakultas di Universiteit van Nederlands-Indié tersebut. Namun dalam kenyataannya, universitas yang direncanakan ini tidak dapat didirikan pada waktu yang diharapkan, sehingga usia berdirinya fakultas itu sebagai sebuah fakultas yang mandiri diperpanjang satu tahun lagi.
Pada tahun 1942, Jepang yang terlibat Perang Dunia II menduduki dan menguasai Indonesia. Seluruh kegiatan pendidikan terhenti, tidak terkecuali Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte yang baru dibuka. Pemerintah jajahan Jepang membuka lembaga-lembaga pendidikannya sendiri termasuk pendidikan tinggi, kecuali Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
Setelah proklamasi kemerdekaan (1945), pemerintah Republik Indonesia mendirikan Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia (BPTRI) di Jakarta. Sementara itu, pada tahun 1946, Belanda berusaha berkuasa kembali di Indonesia serta membuka sebuah universitas darurat dengan nama Nooduniversiteit pada tanggal 21 Januari. Ketika NICA (Netherlands Indies Civil Administration) menguasai Jakarta, BPTRI pun pindah ke Yogyakarta. Di sana, diselenggarakan BPTRI yang menjelma menjadi Universitit Gadjah Mada (yang sejak tahun 1954 menjadi Universitas Gadjah Mada), sedangkan sebagian kemudian pindah ke Jakarta. Pada tanggal 21 Maret 1947, Nooduniversiteit berganti nama menjadi Universiteit van Indonesie yang fakultas-fakultasnya tersebar di Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, dan Makasar. Sejak 1954 secara berangsur-angsur fakultas-fakultas tersebut menjadi lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang berdiri sendiri, seperti Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga, dan Universitas Hasanuddin.
Pada tanggal 2 Februari 1950, Universiteit van Indonesie diambil alih oleh BPTRI dan namanya diganti menjadi Universitet Indonesia dan yang sejak 1954 menjadi Universitas Indonesia; di dalamnya termasuk Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte yang telah berganti nama menjadi Fakultet Sastra dan Filsafat. Jurusan-jurusan yang tersedia pada waktu itu adalah Jurusan Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Belanda, Jurusan Sastra Cina dan Jurusan Arkeologi. Keempat jurusan itu kemudian disesuaikan dengan kepentingan Indonesia serta didasarkan atas tersedianya tenaga pengajar. Berdasarkan hal itu, jurusan-jurusan yang dibentuk adalah Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sastra Cina, Arkeologi, dan Jurusan Bebas. Jurusan Bebas menampung mahasiswa yang bidang ilmunya belum merupakan jurusan sendiri; jurusan itu kemudian dihapuskan pada tahun 1961.
Dalam perkembangan selanjutnya, Fakultet Sastra dan Filsafat diganti menjadi Fakultet Sastra, karena pengertian sastra dianggap mencakup pula filsafat. Nama Fakultet Sastra yang kemudian menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya sampai sekarang masih dipertahankan. Sesuai dengan perkembangan ilmu dan kebutuhan masyarakat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) mengembangkan jumlah jurusan yang dikelolanya menjadi 13 jurusan, yakni Jurusan Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Daerah, Jurusan Sastra Asia Timur yang terdiri atas Program Studi Cina dan Jepang, Jurusan Sastra Asia Barat dengan Program Studi Arab, Jurusan Sastra Germania yang terdiri atas Program Studi Jerman dan Belanda; Jurusan Sastra Inggris, Jurusan Sastra Roman dengan Program Studi Prancis, Jurusan Sastra Slavia dengan Program Studi Rusia, Jurusan Arkeologi, Jurusan Sejarah, Jurusan Linguistik, Jurusan Kesusastraan, Jurusan Filsafat, dan Jurusan Ilmu Perpustakaan. Perlu ditambahkan bahwa Jurusan Antropologi yang mula-mula berada di FIB, sejak tanggal 14 Juni 1983 diserahterimakan pengelolaannya ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0174/0/1983. Peresmian serah-terima dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 1983.
Pada permulaan tahun 50-an, beberapa kuliah masih diberikan dalam bahasa Belanda, karena jumlah tenaga pengajar berbangsa Belanda masih cukup banyak. Keadaan serupa juga terdapat di fakultas-fakultas lain di lingkungan Universitas Indonesia. Pada tahun 1951, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan surat keputusan yang mewajibkan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam semua kuliah. Dalam rangka pengadaan tenaga pengajar sekolah menengah, pada awal sejarahnya FIB pernah pula menyelenggarakan program pendidikan yang disebut Kursus B-I dan B-II, yang pada prinsipnya sama dengan pendidikan MO-A dan MO-B (MO adalah Middelbaar Onderwijs 'Pendidikan Menengah'), seperti yang diselenggarakan oleh beberapa universitas di Negeri Belanda. Kursus-kursus tersebut sekarang dikelola oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP).
Di samping mengelola program pendidikan sarjana, FIB juga pernah mengelola lembaga-lembaga penelitian. Salah satu di antaranya ialah Lembaga Bahasa dan Budaya (dahulu disebut Institut voor Taal en Cultuur-Onderzoek atau ITCO) yang bertugas melaksanakan penelitian bahasa dan kebudayaan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga itu menjadi Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, yang secara administratif bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan sesudah beberapa kali ganti nama sekarang dikenal sebagai Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sejak dibuka kembali pada tahun 1947, tempat kuliah utama FIB adalah di Jalan Diponegoro 82. Kemudian, sejak tahun 1960, pindah ke Kampus Rawamangun. Sejak tahun akademik 1987/1988 FIB pindah ke Depok bersama beberapa fakultas lainnya. Pada saat ini FIB mengelola program sarjana, magister, doktor dan diploma.
Segenap sivitas akademika FSUI berpendapat bahwa nama "Fakultas Sastra" sudah tidak memadai lagi. Alasannya, istilah "sastra" kini telah mengalami penyempitan sehingga disalahartikan sebagai identik dengan "kesusastraan". Oleh sebab itu ada semacam persepsi keliru dari sebagian besar masyarakat bahwa lulusan Fakultas Sastra adalah orang yang hanya ahli atau tahu tentang bersajak-sajak, prosa, atau bentuk-bentuk kesusastraan lain. Padahal, seorang lulusan FSUI adalah seorang sarjana yang menguasai bahasa dan kebudayaan dari suatu wilayah atau bangsa. Kesusatraan memang diajarkan di FSUI, tapi ia hanya sebagian kecil dari kurikulum FSUI. Atas dasar yang disebut di atas, maka kata Fakultas Sastra untuk FSUI dengan demikian kurang memberikan representasi bidang-bidang lain yang diberikan di FSUI yaitu sejarah, filsafat, arkeologi, perpustakaan, dan linguistik. Oleh karena itu pada tahun 2002 FSUI mengadakan perubahan nama, "Fakultas Sastra Universitas Indonesia"(FSUI) menjadi "Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya" (FIB).
Psikologi
Fakultas Psikologi (FPsi) UI terletak di kampus Depok. FPsi memiliki 6 bagian yang merupakan perwujudan cabang-cabang psikologi, yaitu:
- Bagian Psikologi Perkembangan
- Bagian Psikologi Pendidikan
- Bagian Psikologi Umum & Eksperimental
- Bagian Psikologi Industri & Organisasi
- Bagian Psikologi Klinis, serta
- Bagian Psikologi Sosial.
FPsi saat ini dipimpin oleh Dra. Dharmayati Utoyo Lubis , MA untuk periode 2004—2008.
Lahirnya Pendidikan Psikologi di Indonesia diawali oleh pidato ilmiah Prof. Dr. Slamet Iman Santoso dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Universitas Indonesia pada Dies Natalis Universitas Indonesia pada tahun 1952 di Fakultas Pengetahuan Teknik UI di Bandung (sekarang ITB).[5]
Sebagai tindak lanjut pidato tersebut, pada tanggal 3 maret 1953 diselenggarakan Kursus Asisten Psikologi dalam lingkungan Kementerian Pendidikan, yang diketuai oleh Prof. Dr. Slamet Iman Santoso. Tak lama setelah itu, masih dalam lingkungan Kementerian PP&K, didirikan Lembaga Psikologi, yang kemudian berubah statusnya menjadi Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi yang secara langsung berada di bawah pimpinan Universitas Indonesia.[5]
Pada tahun 1955, Pendidikan Psikologi Asisten Psikologi diubah statusnya menjadi Pendidikan Sarjana Psikologi, yang secara administratif berada di bawah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Beberapa tahun kemudian, dikeluarkanlah SK Menteri Pendidikan, Pengadjaran & Kebudajaan Republik Indonesia No. 108049/U.U. yang menyatakan bahwa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia didirikan terpisah dari Fakultas Kedokteran, dimulai tanggal 1 Juli 1960. Dengan demikian, tahun 1960 merupakan tahun kelahiran Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dengan Dekan pertamanya Prof. Dr. Slamet Iman Santoso.
ISIP
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) didirikan pada tahun 1968 dan saat ini dipimpin oleh Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono untuk masa bakti 2008—2012. FISIP merupakan salah satu fakultas dengan jumlah program studi dan mahasiswa terbanyak yang terdapat di Universitas Indonesia. FISIP memiliki 8 Departemen, 35 program studi, dan 52 program kekhususan, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 7912 orang. Delapan departemen yang ada di FISIP yaitu:
- Ilmu Komunikasi
- Ilmu Politik
- Ilmu Administrasi
- Kriminologi
- Sosiologi
- Kesejahteraan Sosial
- Antropologi
- Hubungan Internasional
FISIP pada mulanya merupakan bagian dari Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (FHPM). Pada tanggal 1 September 1962, Bagian Pengetahuan Masyarakat yang kemudian menjadi Bagian Ilm Pengetahuan Kemasyarakatan secara resmi diperluas sehingga meliputi jurusan Ilmu Publisistik, Ilmu Politik, Ilmu Administrasi, Kriminologi, Sosiologi, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Perkembangan bidang-bidang ilmu sosial yang demikian pesat mendorong ditingkatkannya status Bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakat menjadi fakultas yang berdiri sendiri.
Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Perguruan Tinggi No. 42 tanggal 1 Februari 1986, Bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan secara resmi dipisahkan dari Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan dan dinyatakan sebagai fakultas yang berdiri sendiri dengan nama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (FIPK-UI) dengan Prof. Selo Soemardjan sebagai dekan pertama.
Rektor Universitas Indonesia melalui surat keputusan No.002/SK/BR/72 tertanggal 7 Februari 1972 memutuskan untuk mengubah nama FIPK-UI menjadi Fakultas Ilmu Sosial UI. Keputusan ini kemudian dikukuhkan oleh keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 31/C/1972. Pada tahun 1982, Fakultas Ilmu Sosial UI diubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No.44 tahun 1982.
Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI terletak di kampus Depok. FKM membawahi 7 departemen, yaitu:
- Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan,
- Departemen Biostatistika dan Informasi Kesehatan,
- Departemen Epidemiologi,
- Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat,
- Departemen Kesehatan Lingkungan,
- Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
- Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku,
serta beberapa program lintas departemen. FKM saat ini dipimpin oleh Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D untuk periode 2008—2012.
Gagasan awal pendirian FKM-UI dicetuskan pertama kali oleh Dokter Mochtar yang menjabat sebagai Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan FK-UI yang kemudian dilanjutkan oleh dokter Sajono Sumodidjojo pada tahun 1964 dengan mengajukan usulan proyek kepada Rektor Universitas Indonesia, Dekan FKUI dan Perwakilan WHO di Indonesia.[6]
Dengan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan nomor 26 tahun 1965 tanggal 26 Februari 1965 diputuskan bahwa Fakultas Kesehatan Masyarakat dibentuk di bawah naungan Universitas Indonesia. Pada tanggal 13 Maret 1965 Panitia Persiapan Pembentukan FKMUI terbentuk yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil FKUI, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Tenaga Kerja. Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 153/1965 yang memperbaiki SK yang terdahulu, menetapkan tanggal berdirinya FKMUI, yaitu 1 Juli 1965.[6]
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no.5581/SEKRET/BUP/65 memutuskan dan menunjuk dokter Sajono Sumodidjojo sebagai dekan pertamanya.
Ilmu Komputer
Fakultas Ilmu Komputer UI (Fasilkom) berdiri sejak tahun 1993, dan saat ini membuka 5 program studi untuk sarjana, 2 untuk program magister, dan 1 untuk program doktor.[7] Sebelum pendiriannya, pendidikan Ilmu Komputer di UI dilaksanakan oleh Pusilkom UI (Pusat Ilmu Komputer) yang kini berstatus sebagai unit usaha akademis di bawah Fasilkom UI.
Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) terletak di kampus UI Depok. FIK memiliki 6 kelompok keilmuwan, yaitu:
- Kelompok Keilmuwan Dasar Keperawatan & Keperawatan Dasar,
- Kelompok Keilmuwan Keperawatan Medikal Bedah,
- Kelompok Keilmuwan Keperawatan Maternitas,
- Kelompok Keilmuwan Keperawatan Anak,
- Kelompok Keilmuwan Keperawatan Jiwa, dan
- Kelompok Keilmuwan Keperawatan Komunitas.
Saat ini, FIK dipimpin oleh Dra. Elly Nurachmah, D.N.Sc untuk periode 2004—2008.
Sejarah lahirnya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) diawali dengan dibukanya Program Studi Ilmu Keperawatan yang ditubuhkan pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ditunjuk oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan SK Dirjen DIKTI No. 339/D2/1985 dan SK Dirjen DIKTI No. 07/DIKTI/Kep/1986 untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi keperawatan dan merupakan pendidikan tinggi jenjang Sarjana yang pertama di Indonesia.
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) tersebut merupakan hasil upaya bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Kesehatan, dan lembaga terkait lain yang pada bulan Januari 1983 telah melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan yang menghasilkan rekomendasi untuk pengembangan tenaga keperawatan pada jenjang sarjana.
Pendidikan di PSIK dimulai pada bulan Agustus 1985. Ketika itu, PSIK menyelenggarakan dua jenis Program Strata I yaitu Program A menerima lulusan SMU dan Program B menerima lulusan D3 Keperawatan/AKPER. Untuk meningkatkan kesempatan bagi perawat yang bekerja mengikuti pendidikan, pada tahun akademik 1995 telah dibuka Program B Ekstensi yang diselenggarakan pada sore hari. Lama pendidikan untuk program A adalah 9 semester sedangkan program B adalah 5 semester dan lulusan kedua program ini adalah Sarjana Keperawatan yang disingkat S.Kp., dan lulusan telah memiliki kemampuan penuh sebagai perawat professional.
Pada tanggal 15 November 1995, PSIK secara resmi berpisah dengan FKUI dan membentuk fakultas baru, yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan, sesuai surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. nomor 0332/O/1995.
Pada tahun 1998, FIK-UI menerapkan kurikulum Ners. Pada kurikulum Ners ini terdapat 2 (dua) tahap program pendidikan yaitu tahap program akademik dan tahap program profesi. Lulusan tahap akademik adalah Sarjana Keperawatan yang disingkat S.Kep. dan lulusan tahap profesi adalah Ners (sebagai perawat professional).Penyebutan Program A, mulai tahun 2000 dinamakan program regular dan Program B menjadi program ekstensi yang diselenggarakan pada pagi dan sore hari.
Sejak Oktober tahun 2000, penyelenggaraan kegiatan pendidikan ilmu dasar dan ilmu keperawatan dasar terutama yang dikelola oleh Bagian Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar dilaksanakan di kampus UI Depok. Pada pembangunan gedung FIK-UI Depok tahap II sedang dilanjutkan untuk menambah fasilitas pendidikan di kampus FIK-UI Depok sejak Juli 2003.
Pada tahun 1996 FIK-UI mempunyai 4 (empat) bagian yang terdiri dari : 1) Bagian Dasar Keperawatan & Keperawatan Dasar; 2) Keperawatan Medikal Bedah, 3) Keperawatan Maternitas dan Anak dan 4) Keperawatan Jiwa & Maternitas. Namun sejalan dengan perkembangan yang terjadi khususnya terkait dengan UI sebagai BHMN, maka pada tahun 2004 FIK-UI mengembangkan bagian menjadi kelompok keilmuwan keperawatan yang terdiri atas 6 (enam) kelompok keilmuwan.
FIK-UI juga membuka program pendidikan keperawatan pada jenjang Pascasarjana, yang dimulai dengan Program Magister Ilmu Keperawatan, Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan sejak Februari 1999 dan Program Spesialis Keperawatan Maternitas & Keperawatan Komunitas sejak tahun 2003. Pada tahun 2005, kekhususan pada program Magister bertambah dengan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Jiwa.
Program Pascasarjana
Program Pascasarjana (PPs) UI terletak di kampus Depok. PPs menyelenggarakan 11 program studi, yaitu:
- Kajian Ketahanan Nasional
- Kajian Wilayah Amerika
- Kajian Kependudukan
- Kajian Ilmu Lingkungan
- Kajian Wilayah Jepang
- Kajian Wanita
- Kajian Ilmu Kepolisian
- Kajian Timur Tengah & Islam
- Kajian Pengembangan Perkotaan
- Kajian Wilayah Eropa
- Teknologi Biomedis
Saat ini, PPs UI diketuai oleh Prof. dr. Purnawan Junadi, MPH, Ph.D.
Pendidikan Pascasarjana sebenarnya telah mulai diselenggarakan lama sebelum diresmikannya Fakultas Pascasarjana pada tahun 1982. Tahun 1950 merupakan tahun pertama Universitas Indonesia menghasilkan tenaga ahli pada taraf pengetahuan doktor Pada tahun tersebut Fakultas Hukum menghasilkan dua orang doktor, Fakultas Kedokteran menghasilkan dua orang doktor dan Fakultas Sastra menghasilkan satu orang doktor. Pendidikan doktor pada masa itu dilaksanakan dalam bentuk kerja mandiri. Namun dengan makin banyaknya peserta, cara tersebut tidak dapat digunakan lagi. Maka pada tahun 1987, pemerintah mengeluarkan peraturan (Peraturan Menteri P & K Nomor : 0207/M/1987) yang mengharuskan perubahan bertahap Program Doktor menjadi Program Terstruktur.
Peraturan Pemerintah nomor 30 pada bulan Juli 1990, mengubah sebutan Fakultas Pascasarjana dengan Program Pendidikan Pascasarjana. Pendidikan pascasarjana menurut Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1990 tersebut merupakan jalur pendidikan akademik yang dikelola oleh Program Pendidikan Pascasarjana, sedangkan jalur pendidikan profesi, seperti pendidikan dokter spesialis, dikembalikan ke fakultas. Lulusan pendidikan program pascasarjana bergelar Magister atau Doktor, sedangkan lulusan pendidikan profesi mendapat sebutan Spesialis.
Berdasarkan PP No. 60 Tahun 1999 dan melalui Keputusan Rektor Universitas Indonesia, Nomor 312, 313 serta 363/SK/R/UI/1999 secara resmi mulai Februari 2000, hanya program studi multidisiplin saja yang dikoordinasi oleh Program Pascasarjana, sedangkan program studi pascasarjana mono-/oligo-disiplin dikoordinasi oleh fakultas yang sama atau sesuai. .
Lambang
Lambang Universitas Indonesia terdiri dari dua unsur, yaitu pohon dengan cabang-cabangnya, dan makara. Ide dasar bentuk lambang Universitas Indonesia adalah kala-makara. Kala adalah kekuatan dari atas (Matahari), sementara makara adalah kekuatan dari bawah (Bumi). Kedua kekuatan itu kemudian dipadukan dan distilir oleh Sumaxtono[8], mahasiswa Angkatan 1951 Seni Rupa Fakulteit Teknik Universiteit Indonesia, menjadi makara yang melambangkan Universitas Indonesia yang ilmu dan karyanya menyebar ke segala penjuru.
Makna lambang Universitas Indonesia adalah sebagai berikut:
- Pohon berikut cabang dan kuncup melambangkan pohon ilmu pengetahuan dengan cabang-cabang ilmu pengetahuannya, sementara kuncup tersebut suatu saat akan mekar dan menjadi cabang ilmu pengetahuan baru. Kuncup-kuncup itu akan senantiasa mekar selama pohon ilmu pengetahuan itu hidup. Dengan demikian, Sumaxtono ingin menyatakan bahwa cabang-cabang ilmu pengetahuan akan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan zaman.
- Makara yang mengalirkan air melambangkan hasil yang memancar ke segala penjuru. Makna yang diberikan Sumaxtono adalah Universitas Indonesia sebagai sumber ilmu pengetahuan, akan menghasilkan sarjana-sarjana yang cerdas, terampil, penuh ketakwaan, berbudi luhur, dan berkepribadian, serta bersikap terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu dan teknologi serta masalah yang dihadapi masyarakat, dan mampu menyelesaikannya sesuai dengan kaidah-kaidah akademik, di mana pun mereka berada.
Rancangan desain berikut maknanya diperlihatkan oleh Sumaxtono kepada Srihadi (mahasiswa Seni Rupa FT-UI, Bandung Angkatan 1952) pada tahun 1952. Namun, tidak diketahui kapan dan siapa yang mengesahkan lambang UI tersebut.
Buku pertama yang menggunakan lambang Universitas Indonesia di sampulnya untuk pertama kali adalah buku Universiteit Indonesia, Fakulteit Teknik, Bandung: Rentjana Untuk Tahun Peladjaran 1952-1953 (Percetakan AID, BAndung, 120 hlm.)
Unit Kegiatan Mahasiswa
Unit Kegiatan Mahasiswa merupakan organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas yang fungsinya menampung berbagai minat dan bakat dari para mahasiswa UI. Unit Kegiatan Mahasiswa tersebut antara lain:
- UKM Seni
- Marching Band Madah Bahana
- Orkes Simfoni Mawaditra
- Paduan Suara Paragita
- Liga Tari Krida Budaya
- Teater Mahasiswa
- UKM Olah Raga
- Bulu Tangkis
- Softball
- Hockey
- Bola Voli
- Atletik
- Tenis Meja
- Tenis Lapangan
- Sepak Bola
- Bola Basket
- Renang
- Catur
- Bridge
- Menembak
- UKM Bela Diri
- Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI
- Tae Kwon Do
- Sin Lam Ba
- Merpati Putih
- PGB Bangau Putih
- Pencak Silat Tenaga Besar
- Judo
- Tapak Suci
- Kempo
- Satria Muda Indonesia
- Karate
- Aikido
- UKM Lain-Lain
- Wira Makara (Ex. Resimen Mahasiswa)
- Mapala UI (Mahasiswa Pecinta Alam UI)
- Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya
- Koperasi Mahasiswa
- Perhimpunan Fotografi
- Komunitas Debat Bahasa Inggris
- CEDS (Kewirausahaan)
- Nuansa Islam Mahasiswa (SALAM)
- Persekutuan Oikumene Universitas Indonesia (PO UI)
- Keluarga Mahasiswa Katolik UI (KMK UI)
- Suara Mahasiswa UI
- Radio Mahasiswa
- Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Indonesia (KMBUI)
Fasilitas
Asrama
UI memiliki dua asrama, yaitu Asrama Mahasiwa UI Depok dan Asrama Mahasiswa UI Wismarini. Asrama pertama terletak di kampus Depok, dengan kapasitas 480 kamar putra dan 615 kamar putri, yang setiap kamarnya dapat diisi satu hingga tiga orang. Sementara Asrama yang lain terletak di Jl. Otto Iskandardinata no. 38 Jakarta Timur dengan kapasitas 72 kamar putra dan 111 kamar putri. Asrama Mahasiswa UI Wismarini ini khusus disediakan bagi mahasiswa yang kuliah di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan program lain yang berada di kampus UI Salemba.
Balai Mahasiswa
Balai mahasiswa UI Salemba merupakan salah satu fasilitas yang ada di bawah koordinasi Direktorat Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni. Gedung berkapasitas 300 orang ini sering digunakan untuk berbagai kegiatan seperti seminar, rapat, dan lain-lain. Selain untuk para mahasiswa dan warga UI, gedung ini juga disewakan untuk umum.
Bus Kampus
Bus kampus disediakan untuk melayani untuk melayani kebutuhan transportasi mahasiswa di dalam kampus UI Depok. Di kalangan warga UI, bus ini lebih dikenal dengan sebutan Bus Kuning (Bikun), karena bus ini memiliki warna dominan kuning. Hingga tahun 2005, UI telah memiliki 20 unit Bus Kampus. Bus-bus tersebut secara rutin akan melayani rute di dalam kampus pada hari Senin—Jumat, mulai pk.07.00-19.00.
Fasilitas dan sarana olahraga
Fasilitas dan sarana olahraga yang dimiliki oleh UI antara lain:
- Stadion
- Lapangan Sepak Bola
- Lompat Jangkit
- Atletik
- In Door (Gymnasium)
- Lapangan Bulu Tangkis
- Lapangan Voli
- Lapangan Bola Basket
- Out Door
- Lapangan Hoki
- Lapangan Tenis ( 4 line )
- Lapangan Basket (3 line )
- Lapangan Voli (3 line)
- Lapangan Bulutangkis (1 line)
Pusat Kegiatan Mahasiswa
Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) UI merupakan tempat berbagai kegiatan mahasiswa UI. Disini terdapat sekretariat berbagai organisasi kemahasiswaan yang ada di UI. Selain itu, terdapat pula berbagai fasilitas yang dapat dipergunakan oleh para mahasiswa UI. Fasilitas itu antara lain aula yang dapat menampung kurang lebih 300-400 orang.
Wisma Makara
Wisma Makara terletak di sebelah Asrama Mahasiswa UI Depok. Tempat ini digunakan sebagai sarana akomodasi di daerah Jakarta Selatan dan kota Depok, dan sering digunakan untuk kegiatan seperti seminar, pelatihan, lokakarya, dan lain-lain.
Lagu
Berikut adalah lirik lagu yang dijadikan lagu wajib di Universitas Indonesia. lagu-lagu ini biasa dinyanyikan pada acara-acara resmi universitas, penyambutan mahasiswa baru (maba), dan wisuda.
Hymne Almamater |
Genderang Universitas Indonesia Universitas Indonesia perlambang cita |
Catatan kaki
- ^ statistik, per Maret 2007
- ^ Peta Kampus Salemba dapat dilihat di sini [1].
- ^ Peta Kampus Depok dapat dilihat di sini [2].
- ^ Fakultas teknik yang terletak di Bandung tersebut kini diubah menjadi Institut Teknologi Bandung sejak tahun 2 Maret 1959
- ^ a b http://www.psikologi.ui.edu/campus_news.php?ch=01&tp=00
- ^ a b http://www.ui.edu/page/fakultas-kesehatan-masyarakat-id.html
- ^ Daftar program lengkap dapat dilihat di halaman ini
- ^ Nama aslinya adalah Sumartono.
- ^ Dahulu, lirik lagu baris ini adalah "Buku, pesta, dan cinta"
Referensi
- Simbol Universitas Indonesia
- Lagu
- Agenda Universitas Indonesia 2008 terbitan Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
- PPs UI