Maluku Utara

provinsi di Kepulauan Maluku, Indonesia

Maluku Utara (disingkat Malut) adalah salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi sebuah provinsi, Maluku Utara merupakan bagian dari Provinsi Maluku, yaitu Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah.

Maluku Utara
Moloku Kie Raha
Pulau Maitara
Pulau Maitara
Bendera Maluku Utara
Julukan: 
Spice Island ("Negeri rempah-rempah")[1]
Motto: 
Marimoi Ngone Futuru
(Ternate: Bersatu Kita Teguh)
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003
Tanggal4 Oktober 1999
Ibu kota
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 8
  • Kota: 2 (Ternate, Tidore)
  • Kecamatan: 112
  • Kelurahan: 1071
Pemerintahan
 • GubernurAbdul Ghani Kasuba
 • Wakil GubernurAl Yasin Ali
 • Sekretaris DaerahMuabdin H. Radjab
 • Ketua DPRDAlien Mus
Luas
 • Total31.982 km2 (12,348 sq mi)
Populasi
 (2017)[2]
 • Total1.209.342
 • Kepadatan38/km2 (100/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam (75,34%)
Kristen Protestan (23,96%)
Katolik (0,68%)
Hindu (0,01%)
Buddha (0,01%)[2]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Melayu (dominan)
Melayu Ternate
Melayu Sanana
Galela
Ternate
Tobelo
Tidore
Makian
Loloda
Sula
dan bahasa lainnya
 • IPM67,76 (sedang)[3]
Zona waktuUTC+09:00 (WIT)
Kode pos
977xx-978xx
Kode area telepon
Daftar
  • 0921 - Soasiu, Sofifi
  • 0922 - Jailolo
  • 0923 - Morotai
  • 0924 - Tobelo
  • 0927 - Labuha
  • 0929 - Sanana
  • 0931 - Saparua
Kode ISO 3166ID-MU
Pelat kendaraanDG
Kode Kemendagri82 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS82 Edit nilai pada Wikidata
DAURp772.591.162.000,00 (2013)[4]
Flora resmiCengkih
Fauna resmiBidadari Halmahera
Situs webmalutprov.go.id

Pada awal pendiriannya, Provinsi Maluku Utara beribu kota di Ternate yang berlokasi di kaki Gunung Gamalama, selama 11 tahun. Tepatnya sampai dengan 4 Agustus 2010, setelah 11 tahun masa transisi dan persiapan infrastruktur, ibu kota Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke kelurahanSofifi, Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan yang terletak di Pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya.

Etimologi

Istilah Maluku pada awalanya merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Suatu bentuk konfederasi tertentu dari keempat kerajaan tersebut yang kemungkinan besar muncul pada abad ke-14, disebut Moloku Kie Raha atau "Empat Gunung Maluku". Walaupun kemudian keempat kerajaan itu berekspansi dan mencakup seluruh wilayah Maluku Utara (sekarang) dan sebagian wilayah Sulawesi dan Papua, namun wilayah ekspansi itu tidak termasuk dalam istilah Maluku yang hanya merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku Utara.

Dari segi Etimologi arti kata Maluku memang tidak terlalu jelas, sehingga menjadi bahan perdebatan dari berbagai pakar dan ahli. Pendapat yang umum dipakai mengatakan bahwa istilah Maluku berasal dari bahasa Arab dengan bentuk aslinya diperkirakan sebagai Jaziratul Muluk, yang berarti "Negeri para Raja" (muluk adalah bentuk jamak dari malik yang berarti raja). Dengan demikian wilayah kepulauan Ambon dan sebagian wilayah kepulauan Banda pada masa itu tidak termasuk dalam pengertian asli dari istilah Maluku.[5]

Geografis

Provinsi Maluku Utara terdiri dari 1.474 pulau, jumlah pulau yang dihuni sebanyak 89 dan sisanya sebanyak 1.385 tidak berpenghuni.

Pulau Area (km2) Populasi
2010
Kepadatan Titik Tertinggi Ketinggian Geolokasi
Morotai 2.266,4 52.697 23,25/km2 Gunung Sabatai 1.250 m (4.101 ft) 2°19′N 128°46′E / 2.32°N 128.77°E / 2.32; 128.77
Halmahera 18.039,6 449.938 24,94/km2 Gunung Gamkonora 1.635 m (5.364 ft) 0°36′N 127°52′E / 0.60°N 127.87°E / 0.60; 127.87
Ternate 106,2 185.705 1.748,63/km2 Gunung Gamalama 1.715 m (5.625 ft) 0°49′N 127°20′E / 0.81°N 127.33°E / 0.81; 127.33
Tidore 116,1 111.000 455,09/km2 Kie Matubu 1.730 m (5.680 ft) 0°40′N 127°24′E / 0.66°N 127.40°E / 0.66; 127.40
Makian 113,1 12.394 109,58/km2 Kie Besi 1.357 m (4.452 ft) 0°19′N 127°24′E / 0.32°N 127.40°E / 0.32; 127.40
Kayoa 72,71 16.707 229,78/km2 Gunung Tigalalu 422 m (1.385 ft) 0°03′N 127°26′E / 0.05°N 127.44°E / 0.05; 127.44
Gebe 143,22 4.463 31,16/km2 Bukit Elfanoen 396 m (1.299 ft) 0°05′S 129°27′E / 0.08°S 129.45°E / -0.08; 129.45
Kasiruta 472,6 8.368 17,71/km2 Buku Kabau 824 m (2.703 m) 0°22′S 127°12′E / 0.37°S 127.20°E / -0.37; 127.20
Bacan 1.899,8 60.742 31,97/km2 Buku Sibela 2.111 m (6.926 ft) 0°37′S 127°32′E / 0.62°S 127.53°E / -0.62; 127.53
Mandioli 229,8 8.788 38,24/km2 Buku Gaku 331 m (1.086 ft) 0°42′S 127°11′E / 0.70°S 127.18°E / -0.70; 127.18
Obi 2.542,3 29.642 12,66/km2 - 1.611 m (5.285 ft) 1°32′S 127°46′E / 1.53°S 127.77°E / -1.53; 127.77
Taliabu 2.913,2 47.309 16,24/km2 Gunung Lida Godo 1.380 m (4.528 ft) 1°47′S 124°52′E / 1.78°S 124.87°E / -1.78; 124.87
Mangoli 1.228,5 36.323 29,57/km2 - 1.147 m (3.763 ft) 1°51′S 125°50′E / 1.85°S 125.83°E / -1.85; 125.83
Sulabesi 557,8 48.892 87,65/km2 - 678 m (2.224 ft) 2°14′S 125°56′E / 2.23°S 125.93°E / -2.23; 125.93

Geologi

Kepulauan Maluku Utara terbentuk dari pergerakan tiga lempeng tektonik, yaitu Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman kapur. pergerakan ini membentuk busur kepulauan gunung api kuarter yang membentang dari utara ke selatan di Halmahera bagian barat, diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare dan Pulau Makian. Pulau Halmahera sendiri merupakan pulau vulkanik meskipun aktivitas vulkanik yang terjadi hanya pada sebagian wilayahnya.

Nama Bentuk Ketinggian Pulau Geolokasi
Gunung Tarakan kerucut piroklastik 318 m (1.043 ft) Halmahera 1°50′N 127°50′E / 1.83°N 127.83°E / 1.83; 127.83
Gunung Dukono kompleks 1.229 m (4.031 ft) Halmahera 1°41′N 127°53′E / 1.68°N 127.88°E / 1.68; 127.88
Gunung Tobaru stratovulkan 1.035 m (3.396 ft) Halmahera 1°38′N 127°40′E / 1.63°N 127.67°E / 1.63; 127.67
Gunung Ibu stratovulkan 1.325 m (4.347 ft) Halmahera 1°29′N 127°38′E / 1.49°N 127.63°E / 1.49; 127.63
Gunung Gamkonora stratovulkan 1.635 m (5.364 ft) Halmahera 1°23′N 127°32′E / 1.38°N 127.53°E / 1.38; 127.53
Gunung Todoko-Ranu kaldera 979 m (3.212 ft) Halmahera 1°15′N 127°28′E / 1.25°N 127.47°E / 1.25; 127.47
Gunung Jailolo stratovulkan 1.130 m (3.710 ft) Halmahera 1°05′N 127°25′E / 1.08°N 127.42°E / 1.08; 127.42
Gunung Hiri stratovulkan 630 m (2.070 ft) Hiri 0°54′N 127°19′E / 0.90°N 127.32°E / 0.90; 127.32
Gunung Gamalama stratovulkan 1.715 m (5.627 ft) Ternate 0°49′N 127°20′E / 0.81°N 127.33°E / 0.81; 127.33
Kie Matubu stratovulkan 1.730 m (5.680 ft) Tidore 0°40′N 127°24′E / 0.66°N 127.40°E / 0.66; 127.40
Gunung Mare stratovulkan 308 m (1.010 ft) Mare 0°34′N 127°24′E / 0.57°N 127.40°E / 0.57; 127.40
Gunung Moti stratovulkan 950 m (3,120 ft) Moti 0°27′N 127°24′E / 0.45°N 127.40°E / 0.45; 127.40
Kie Besi stratovulkan 1.357 m (4.452 ft) Makian 0°19′N 127°24′E / 0.32°N 127.40°E / 0.32; 127.40
Gunung Tigalalu stratovulkan 422 m (1.385 ft) Kayoa 0°04′N 127°25′E / 0.07°N 127.42°E / 0.07; 127.42
Bukit Amasing stratovulkan 1.030 m (3.380 ft) Bacan 0°32′S 127°29′E / 0.53°S 127.48°E / -0.53; 127.48
Bukit Bibinoi stratovulkan 900 m (3.000 ft) Bacan 0°46′S 127°43′E / 0.77°S 127.72°E / -0.77; 127.72
Sumber: Global Volcanism Program.[6]

Keanekaragaman Hayati

Berkas:Cld1109272.jpg
Semioptera wallacii merupakan burung endemik Maluku Utara, George Robert Gray dari British Museum menamai jenis ini untuk menghormati Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris dan pengarang buku The Malay Archipelago, orang Eropa pertama yang meneliti burung ini pada tahun 1858.

Kepulauan Maluku merupakan bagian dari kawasan Malesia yang dikenal memiliki keanekaragaman flora dan tipe vegetasi yang tertinggi di dunia. Secara geografis posisi kepulauan ini terletak diantara Asia-Malesia Barat dan Australia-Pasifik, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran flora dan fauna dari 2 wilayah tersebut dan memperkaya keanekaragaman hayati kepulauan tersebut.

Maluku Utara menduduki peringkat 10 Daerah EBA (Endemic Bird Area) terpenting dunia berdasarkan jumlah jenis burung endemik. Daerah Maluku Utara dalam EBA ini mencakup kelompok Halmahera yang terdiri dari pulau-pulau utama yaitu Halmahera, Morotai, Bacan dan Obi, serta jajaran pulau-pulau gunung api kecil yang memanjang dari utara ke selatan di sebelah barat Halmahera.

Sekitar 223 spesies burung ditemukan di daerah ini, 43 spesies termasuk endemik kawasan EBA Maluku Utara. Empat spesies diantaranya bergenus tunggal, yaitu Habroptila, Melitorgrais, Lycocorax, dan Semioptera. Spesies ini adalah Mandar Gendang Habroptila wallacii, Cikukua Halmahera Melitograis gilolensis, Cenderawasih Gagak Lycocorax pyrrhopterus dan Bidadari Halmahera Semioptera wallacii.[7]

Sejarah

 
Peta Kepulauan Maluku Utara karya seorang kartografer Belanda, Willem Janszoon Blaeu, pada tahun 1630. Arah utara berada di sebelah kanan, dengan Pulau Ternate terletak di ujung kanan, diikuti oleh Pulau Tidore, Mare, Moti dan Kepulauan Makian. Pada bagian bawah adalah Gilolo (Jailolo atau Halmahera). Inset yang berada di atas menunjukkan Pulau Bacan.

Kerajaan Moloku Kie Raha

Daerah ini pada mulanya adalah bekas wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur Nusantara yang dikenal dengan sebutan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku), yaitu:

Kolonialisme

Portugis

 
Francisco Serrão, penjelajah eropa pertama yang menginjakkan kaki dikepulauan Maluku pada tahun 1511.

Portugis merupakan bangsa eropa pertama yang datang ke Kepulauan Maluku yaitu di banda pada tahun 1511, dan sampai di Ternate pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah tahun 1512 dibawah pimpinan Francisco Serrão, mereka membangun sebuah benteng di Ternate pada tahun 1522 dan selesai pada tahun 1523. Benteng ini merupakan benteng kolonial pertama di Kepulauan Maluku yang diberi nama Benteng Kastela. Portugis juga diberi kedudukan dan hak istimewa sebagai mitra dan penasihat kesultanan. Pada 25 Februari 1570 Gubernur Portugis Lopez de Mezquita menjebak dan membunuh Sultan Khairun pada saat jamuan makan di Benteng Kastella. Pasca kematian Sultan Khairun, Sultan Baabullah dinobatkan menjadi sultan menggantikan ayahnya dan berjuang melawan Portugis. Sultan Baabullah mengepung Benteng Kastela selama lima tahun sampai pada tanggal 15 Juli 1575 Portugis menyerahkan benteng tersebut dan mundur ke Ambon.

Spanyol

Spanyol tiba di Tidore pada tanggal 8 November 15 November 1521 dipimpin oleh Martin Mendez, dengan Gonzalo de Espinosa dan Juan Sebastián Elcano sebagai kapten kapal Trinidad dan Victoria. Spanyol disambut hangat oleh Sultan Tidore yaitu Sultan Al-Mansur. Antonio Pigafetta, seorang sejarawan dan penjelajah dari Venesia yang ikut dalam pelayaran bersama Spanyol, mencatat kejadian tersebut saat tiba di Tidore:

“Raja menyatakan kepada pimpinan armada bahwa ekspedisi ini diterima dengan senang hati di Tidore, dan Raja menambahkan bahwa sejak beberapa waktu lalu ia pernah bermimpi dalam tidurnya, bahwa akan datang beberapa kapal ke Maluku dari tempat yang agak jauh. Raja telah bertukar pikiran dengan bulan untuk memastikan kedatangan kapal-kapal yang kini telah berlabuh. Ketika Raja akan naik ke kapal, semua pengiring mencium tangannya, dan para perwira kapal mengantarnya ke haluan. Ia memasuki haluan kapal dari geladak bagian atas. Setelah duduk di kursi berlapis beludru merah, Raja diselimuti dengan sebuah jubah beludru berwarna kuning model Turki. Untuk menampilkan penghoratan yang lebih agung, para perwira duduk bersila di depannya. Setelah semua duduk, raja angkat bicara. Ia menyatakan bahwa seluruh masyarakat Tidore rindu untuk menjalin persahabatan dan kesetiaan kepada Raja Spanyol.
“Seluruh perwira dan awak kapal diizinkan turun ke darat, dan menurut raja, “Seluruh Tidore harus dianggap sebagai rumah kalian sendiri.” Nakoda kapal kemudian menyerahkan sejumlah hadiah: sebuah jubah, kursi Eropa, kain linen halus, sutra brokat, beberapa potong kain India yang dibordir dengan emas dan perak, berbagai rantai kalung dan manik-manik, tiga cermin besar, cangkir minum, sejumlah gunting, sisir, pisau serta berbagai benda berharga lainnya. Kepada puteranya dihadiahkan sepotong kain yang diaplikasikan dengan emas dan perak, sebuah jubah, sebuah cermin besar, dan dua buah pisau. Sembilan orang bobato yang menyertainya masing-masing memperoleh sepotong kain sutera, jubah, dan pisau.

Pendudukan militer Jepang

Pada era ini, Ternate menjadi pusat kedudukan penguasa Jepang untuk wilayah Pasifik.

Zaman kemerdekaan

Orde Lama

Pada era ini, posisi dan peran Maluku Utara terus mengalami kemorosotan, kedudukannya sebagai karesidenan sempat dinikmati Ternate antara tahun 1945-1957. Setelah itu kedudukannya dibagi ke dalam beberapa Daerah Tingkat II (kabupaten).

Upaya merintis pembentukan Provinsi Maluku Utara telah dimulai sejak 19 September 1957. Ketika itu DPRD peralihan mengeluarkan keputusan untuk membentuk Provinsi Maluku Utara untuk mendukung perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat melalui Undang-undang Nomor 15 Tahun 1956, namun upaya ini terhenti setelah munculnya peristiwa pemberontakan Permesta.

Pada tahun 1963, sejumlah tokoh partai politik seperti Partindo, PSII, NU, Partai Katolik dan Parkindo melanjutkan upaya yang pernah dilakukan dengan mendesak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi Maluku Utara. DPRD-GR merespons upaya ini dengan mengeluarkan resolusi Nomor 4/DPRD-GR/1964 yang intinya memberikan dukungan atas upaya pembentukan Provinsi Maluku Utara. Namun pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru mengakibatkan upaya-upaya rintisan yang telah dilakukan tersebut tidak mendapat tindak lanjut yang konkret.

Orde Baru

Pada masa Orde Baru, daerah Moloku Kie Raha ini terbagi menjadi dua kabupaten dan satu kota administratif. Kabupaten Maluku Utara beribu kota di Ternate, Kabupaten Halmahera Tengah beribu kota di Soa Sio, Tidore dan Kota Administratif Ternate beribu kota di Kota Ternate. Ketiga daerah kabupaten/kota ini masih termasuk wilayah Provinsi Maluku.

Orde Reformasi

Pada masa pemerintahan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, muncul pemikiran untuk melakukan percepatan pembangunan di beberapa wilayah potensial dengan membentuk provinsi-provinsi baru. Provinsi Maluku termasuk salah satu wilayah potensial yang perlu dilakukan percepatan pembangunan melalui pemekaran wilayah provinsi, terutama karena laju pembangunan antara wilayah utara dan selatan dan atau antara wilayah tengah dan tenggara yang tidak serasi.

Atas dasar itu, pemerintah membentuk Provinsi Maluku Utara (dengan ibu kota sementara di Ternate) yang dikukuhkan dengan Undang-Undang Nomor 46 tahun 1999 tentang Pemekaran Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.[8]

Dengan demikian provinsi ini secara resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai pemekaran dari Provinsi Maluku dengan wilayah administrasi terdiri atas Kabupaten Maluku Utara, Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Tengah.

Selanjutnya dibentuk lagi beberapa daerah otonom baru melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Tidore.

Pemerintahan

Gubernur

Berikut adalah daftar Gubernur Maluku Utara secara definitif sejak tahun 2002.

  Gubernur Maluku Utara  
Nomor urut Gubernur Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Wakil Ref.
1 Thaib Armaiyn
(lahir 1957)
  Independen 25 November 2002 25 November 2007 5 tahun, 0 hari I
(2002)
Madjid Abdullah
29 September 2008 29 September 2013 5 tahun, 0 hari II
(2007)
Abdul Ghani Kasuba [9][10]
2 Abdul Ghani Kasuba
(lahir 1951)
  PKS 5 Mei 2014 5 Mei 2019 5 tahun, 0 hari III
(2013)
Muhammad Natsir Thaib [11][12]
Independen 10 Mei 2019 10 Mei 2024[a] 5 tahun, 0 hari IV
(2018)
Al Yasin Ali [13][14]
Catatan
  1. ^ Berstatus non-aktif sejak 20 Desember 2023, jabatan diisi oleh Pelaksana Tugas Al Yasin Ali

Perwakilan

DPRD Maluku Utara beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Maluku Utara terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Maluku Utara yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2024 yang dilantik pada 23 September 2024 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Maluku Utara, Ahmad Shalihin, di Ruang Rapat Paripurna DPRD Provinsi Maluku Utara.[15][16] Komposisi anggota DPRD Maluku Utara periode 2024-2029 terdiri dari 12 partai politik dimana Partai Golkar adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 8 kursi, kemudian disusul oleh PDI Perjuangan, Partai NasDem, PKS, dan Partai Hanura yang masing-masing meraih 5 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Maluku Utara dalam tiga periode terakhir.[17][18][19][20][21][22][23]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024 2024-2029
PKB 1   1   4
Gerindra 3   5   4
PDI-P 7   8   5
Golkar 8   8   8
NasDem 5   4   5
PKS 5   2   5
PPP 1   0   0
PAN 3   4   3
Hanura 4   2   5
Demokrat 3   4   3
PBB 3   2   1
PKPI 2   0
Garuda (baru) 1   1
Berkarya (baru) 2
Perindo (baru) 2   1
Jumlah Anggota 45   45   45
Jumlah Partai 12   13   12

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[24] Jumlah penduduk (2024)[24] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Halmahera Barat Jailolo James Uang 2.239,114 137.543 8 -/169
 
 
2 Kabupaten Halmahera Selatan Labuha Hasan Ali Bassam Kasuba 8.096,397 255.384 30 -/249
 
 
3 Kabupaten Halmahera Tengah Weda Bahri Sudirman (Pj.) 2.276,903 96.977 10 -/61
 
 
4 Kabupaten Halmahera Timur Kota Maba Ubaid Yakub 6.488,730 97.895 10 -/102
 
 
5 Kabupaten Halmahera Utara Tobelo Frans Manery 3.404,629 203.213 17 -/196
 
 
6 Kabupaten Kepulauan Sula Sanana Fifian Adeningsi Mus 3.304,32 105.095 12 -/78
 
 
7 Kabupaten Pulau Morotai Daruba Burnawan (Pj.) 2.337,331 74.436 5 -/88
 
 
8 Kabupaten Pulau Taliabu Bobong Aliong Mus 2.985,748 59.330 8 -/71
 
 
9 Kota Ternate - M. Tauhid Soleman 162,202 206.745 7 77/-
 
 
10 Kota Tidore Kepulauan - Ali Ibrahim 1.703,322 115.406 8 40/49
 
 


Ekonomi

 
Buah Pala merupakan komoditi utama di Maluku Utara

Demografi

Populasi

Penduduk Provinsi Maluku Utara pada tahun 2017 adalah 1.209.342 jiwa yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Kabupaten Halmahera Selatan merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 227.280 jiwa atau 18,79%, menyusul Kota Ternate dengan jumlah 223.111 jiwa atau 18,45%, dan daerah yang memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu Kabupaten Pulau Taliabu 51.928 jiwa atau hanya 4,29%. Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Maluku Utara adalah 1,98% per tahun. Kabupaten Halmahera Tengah merupakan daerah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu sebesar 2,92% per tahun, sedangkan daerah dengan laju pertumbuhan penduduk terendah adalah yaitu Kota Tidore Kepulaun sebesar 1,15% per tahun. Dengan luas 31.982 km² dan jumlah penduduk mencapai 1,2 juta pada tahun 2017, tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Maluku Utara adalah 38/km². Daerah dengan tingkat kepadatan tertinggi adalah Kota Ternate dengan tingkat kepadatan mencapai 2.003/km², sedangkan wilayah dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kabupaten Halmahera Timur dengan tingkat kepadatan hanya 14/km².

Suku

Masyarakat di Maluku Utara sangat beragam. Total ada sekitar 28 suku dan bahasa di Maluku Utara. Mereka dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan bahasa yang digunakan, yaitu Austronesia and non-Austronesia. Kelompok Austronesia tinggal di bagian tengah dan timur Halmahera. Mereka diantaranya adalah Suku Buli, Suku Maba, Suku Patani, Suku Sawai dan Suku Weda. Di Bagian Utara dan Barat Halmahera adalah kelompok bahasa non-Austronesia terdiri dari Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Modole, Suku Togutil, Suku Pagu, Suku Waioli, Suku Ibu, Suku Sahu, Suku Ternate dan Suku Tidore. Di Kepulauan Sula ada beberapa kelompok etnis seperti Suku Kadai, Suku Mange dan Suku Siboyo. Sebagian besar masyarakat di daerah ini mengerti Bahasa Melayu Ternate, bahasa yang umum digunakan untuk berkomunikasi antar suku.[25]

Agama

Agama di Maluku Utara[2]
Agama Persen(%)
Islam
  
75,34%
Protestan
  
23,96%
Katholik
  
0,68%
Lainnya
  
0,02%

Sebagian besar penduduk di Maluku Utara beragama Islam, dengan orang-orang Kristen (kebanyakan Protestan) merupakan minoritas dengan jumlah yang signifikan. Hindu, Buddha, dan berbagai agama lokal lainnya dipraktikkan oleh sebagian kecil dari populasi. Menurut data pada tahun 2017, komposisi agama di provinsi ini adalah Islam 75,34%, Protestan 23,96%, Katolik 0,68%, Hindu 0,01%, Buddha 0,01%.[26]

Pariwisata

Maluku Utara memiliki objek wisata bahari berupa pulau-pulau dan pantai yang indah dengan taman laut serta jenis ikan hias beragam jenis. Ada juga hutan wisata sekaligus taman nasional dengan spesies endemik ranking ke 10 di dunia. Kawasan suaka alam yang terdiri dari beberapa jenis, baik di daratan maupun di perairan laut seperti Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan, Cagar Alam di Pulau Obi, Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu dan Cagar Alam di Pulau Seho. Kawasan Cagar Alam Budaya yang memiliki nilai sejarah kepurbakalaan tersebar di wilayah Provinsi Maluku Utara meliputi cagar alam budaya di Kota Ternate, Kota Tidore, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Halmaerah Utara.

Transportasi

Jalan Darat

Panjang Jalan

  • Jalan negara sepanjang 58,50 km
  • Jalan provinsi sepanjang 404 km
  • Jalan kabupaten sepanjang 501,20 km

Fisik jalan

  • Jalan aspal sepanjang 106 km
  • Jalan sirtu sepanjang 6 km
  • Jalan tanah sepanjang 851,7 Km

Kondisi jalan

  • Baik sepanjang 4 km,
  • Sedang sepanjang 56,3 km
  • Rusak ringan sepanjang 112,7 km
  • Rusak berat sepanjang 474 km
  • Belum ditembus sepanjang 310,4 km

Kendaraan angkutan (per April 2010)

  • Roda dua (ojek); sejumlah > 5000 unit
  • Roda empat; sejumlah > 500 unit
    • Mobil Penumpang (Mikrolet dan Carry); sejumlah > 300 unit
    • Mobil (Pick Up) Led Bak R6; sejumlah > 300 unit
  • Roda enam; sejumlah 50 unit
    • Mobil Barang (Truck Bak Kayu); sejumlah 100 unit
    • Mobil Barang (Dump Truck); sejumlah 100 unit

Catatan


Referensi

  1. ^ Spice Island. Rosenberg. 2013. ISBN 9781459672758. 
  2. ^ a b c "Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018"
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Maluku Utara 2018"
  4. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15. 
  5. ^ R.Z. Leirissa; G.A. Ohorella; Djuariah Latuconsina (1999). Sejarah Kebudayaan Maluku. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 1. ISBN 978-979-9335-07-4. 
  6. ^ "Volcanoes of Indonesia - Halmahera". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 2006-11-17. 
  7. ^ "Halmahera Rain Forests". World Wide Fund for Nature. Diakses tanggal 25 Mei 2016. 
  8. ^ Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negera Nomor 3895
  9. ^ "Presiden Instruksikan Thaib Armaiyn Segera Dilantik". Liputan6.com. Jakarta. 2008-09-30. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  10. ^ "Gubernur Maluku Utara Dilantik". Koran Tempo. Jakarta. 2008-09-30. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  11. ^ "Dilantik Mendagri, Kasuba-Thaib resmi pimpin Maluku Utara". Merdeka.com. 2014-05-05. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  12. ^ Eksa, Golda (2018-09-11). "PKS Tegaskan Gubernur Maluku Utara bukan Kader". Media Indonesia. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  13. ^ Yamin, Fatimah (2018-12-16). Belarminus, Robertus, ed. "KPU Maluku Utara Tetapkan Abdul Gani Kasuba dan Al Yasin sebagai Gubernur dan Wagub Terpilih". Kompas.com. Ternate. Diakses tanggal 2023-05-04. 
  14. ^ Ismail, EH (2019-05-10). "Gubernur Maluku Utara Dilantik, Mendagri Ucapkan Selamat". Republika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-10. Diakses tanggal 2019-05-22. 
  15. ^ Fatah, Abdul (24-09-2024). "45 anggota DPRD Maluku Utara 2024-2029 resmi dilantik". ANTARA Maluku. Diakses tanggal 26-10-2024. 
  16. ^ "45 Anggota DPRD Maluku Utara Dilantik, Terbanyak dari Golkar". Kompas.com. 23-09-2024. Diakses tanggal 26-10-2024. 
  17. ^ "Data Perolehan Kursi DPRD Provinsi Maluku Utara - Pileg 2014". kpu.go.id. KPU Provinsi Maluku Utara. Diakses tanggal 14-10-2019.  [pranala nonaktif permanen]
  18. ^ "Ini 45 Anggota DPRD Provinsi Malut Periode 2019-2024". indotimur.com. 12-05-2019. Diakses tanggal 14-10-2019. 
  19. ^ "KPU Maluku Utara Tetapkan Perolehan Kursi 45 Anggota DPRD Provinsi". porostimur.com. Diakses tanggal 14-10-2019. 
  20. ^ "KPU Malut umumkan 45 caleg terpilih 2019". antaranews.com. ANTARA MALUKU. 14-08-2019. Diakses tanggal 14-10-2019. 
  21. ^ "Daftar Caleg dan Partai Peraih Kursi di DPRD Maluku Utara". Kieraha. 2019-05-12. Diakses tanggal 2019-10-14. [pranala nonaktif permanen]
  22. ^ "45 Anggota DPRD Provinsi Ditetapkan". news.malutpost.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-14. [pranala nonaktif permanen]
  23. ^ "Penetapan Kursi Parpol dan Calon Anggota DPRD Provinsi Malut Terpilih". malut.kpu.go.id. Diakses tanggal 2019-10-14. [pranala nonaktif permanen]
  24. ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-19. Diakses tanggal 5 Desember 2018. 
  25. ^ Iem Brown (2009). The Territories of Indonesia. Routledge. hlm. 176. ISBN 978-185743-215-2. 
  26. ^ "Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2018"

Pranala luar

0°23′S 126°54′E / 0.383°S 126.900°E / -0.383; 126.900