Mujassimah

denominasi Islam

Mujassimah (bahasa Arab: المجسيمة) adalah orang-orang yang menyerupakan Allah dengan Makhluk (Tamtsil), mereka ini orang-orang yang hanya melihat sesuatu yang lahir, lantas membawanya sesuai tuntunan Indera. Mereka mengatakan: "Sungguh Allah memiliki Jasad." Maha tinggi Allah dari apa yang mereka katakan ini, Karena pada hakikatnya yang berjasad hanyalah makhluk sedangkan Allah tidak serupa dengan Makhluknya.

Ajaran

Orang-orang Mujassimah memahami makna nash-nash Nama dan Sifat Allah mengarah kepada tamtsil (penyerupaan Allah dengan makhluk). Sehingga apabila dia membaca firman Allah Ta’ala, “Bahkan kedua Tangan Allah terbentang.” (QS. Al Maa’idah: 64). Maka dia akan berkata, “Saya tidak memahami makna ‘Tangan’ kecuali dengan bentuk sebagaimana tangan saya ini, karena yang dinamai sama”. Namun alasan ini terbantahkan oleh firman Allah Ta’ala, “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy Syuura: 11). Mujassimah berbeda dengan Salafiyyah dan Wahabiyyah. Karena ajaran Mujassimah memahami ayat-ayat sifat dengan Tamtsil (penyerupaan dengan Makhluk), sedangkan Salafiyyah dan Wahabiyyah memahami ayat sifat tanpa mentamtsîl (menyerupakan dengan sifat makhluk).[1] jadi apabila dia membaca firman Allah Ta’ala, “Bahkan kedua Tangan Allah terbentang.” (QS. Al Maa’idah: 64). Maka dia akan berkata, tidak ada serupa dengan dia dan kita tidak boleh mentahrif (mengubah makna).[2] Maka Salafiyyah dan Wahabiyyah menyangkal tuduhan ini. Dalam Al-Qur'an dan hadits disebutkan Allah memiliki tangan, tetapi hakikatnya berbeda dengan tangan Makhluk. sedangkan Mujassimah mengatakan tangan Allah hakikatnya sama dengan tangan Makhluk. Jelas sekali Salafiyyah dan Wahabiyyah jauh dari ajaran Mujassimah. Karena Salafiyyah dan wahabiyyah masih mengingat firman Allah Asy Syuraa ayat 11.

Tokoh Mujassimah

Ibnul Jauzi mengatakan tokoh Mujassimah dalam kitabnya Talbis Iblis adalah sebagai berikut,[3]

  1. Hisyam bin al-Hakam
  2. Ali bin Manshur
  3. Muhammad bin al-Khalil
  4. Yunus bin Abdurrahman
  5. Bayan bin Sam'an
  6. Al-Mughirah bin Sa'ad al-Ilji
  7. Zurarah bin A'yan

Hisyam bin al-Hakam. mengatakan bahwa Allah memiliki Jasad, tetapi mereka berselisih pendapat.[3] Hingga sebagian dari mereka menyatakan: "Allah berjasad seperti jasad lain" yang lain juga berkata: "Allah berjasad namun tidak seperti jasad lain."[3] Bayan bin Sam'an memiliki keyakinan bahwa sesembahannya berbentuk seorang lelaki, kemudian dia memusnahkan semua anggota badannya kecuali wajahnya, bayan pun kemudian kemudian di hukum mati oleh Khalid bin Abdullah.[4] Al-Mughirah bin Sa'ad al-Ilji berkeyakinan bahwa sembahannnya berwujud seorang laki-laki yang berbentuk dari cahaya, yang memakai mahkota dari cahaya.[4] Serta memiliki anggota badannya, menurut Al-Mughirah sesembahannya berbentuk huruf Hijaiyah.[4] Zurarah bin A'yan berkata: "Sang pencipta bukanlah dzat yang mahakuasa, mahahidup, dan maha mengetahui sejak azali.[4] akan tetapi, dia menciptakan sifat-sifat tersebut untuk diri-nya."[4] Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka yakini ini.

Kritik ulama terhadap Mujassimah

Para penentang Mujassimah biasanya merujuk pada ayat 11 Surat Asy-Syura dalam kritiknya, menyatakan,

"... tidak ada serupa dengan dia, dia maha melihat lagi maha mendengar."

— QS.Asy-Syura:11[5]

Ibnu Aqil mengatakan: "Ajaran ini mempunyai penyakit yang ia menyerupai keyakinan Jahiliyah, serta apa yang mereka utarakan mengenai bangkai dan mayat. Berbicara dengan seyogianya dilakukan dengan lemah lembut agar hati mereka dapat menerima, bukan didalam konteks berdebat.[6] Pasalnya, tindakan konfrontasi ini justru akan menjadikan mereka bertambah rusak dan tersesat.[6] Iblis mengacaukan keyakinan kelompok ini, karena mereka tidak mau mencari penafsiran yang sesuai dengan dalil Aqli dan dalil Naqli."[6]

Sumber dan Rujukan

  1. ^ Ibnu Taimiyah, Al-Aqidah Al-Wasithiyah, madzab ahlussunah wal jama'ah secata ijmal mengenai sifat-sifat Allah. 
  2. ^ Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin. "AQIDAH IMAM SYAFI'I RAHIMAHULLAH TENTANG ASMA' DAN SIFAT ALLAH". Diakses tanggal 2 Agustus, 2020. 
  3. ^ a b c Ibnul Jauzi, Kitab Talbis Iblis, bab:Talbis Iblis Dalam Aspek Aqidah dan Agama, hlm.68 
  4. ^ a b c d e Ibnul Jauzi, Kitab Talbis Iblis, bab:Talbis Iblis Dalam Aspek Aqidah dan Agama, hlm.69 
  5. ^ QUR'AN KEMENAG. "Surah Asy Syuraa". Diakses tanggal 2 Agustus, 2020. 
  6. ^ a b c Ibnul Jauzi, Kitab Talbis Iblis, bab:Talbis Iblis Dalam Aspek Aqidah dan Agama, hlm.70 

Pranala luar