Sampoerna Telekomunikasi Indonesia

PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia atau dikenal dengan nama STI atau Sampoerna Telekom (sebelumnya bernama PT Mobile Seluler Indonesia dan PT Mandara Selular Indonesia) merupakan penyedia jasa telekomunikasi seluler mobilitas penuh di Indonesia. STI adalah bagian dari Sampoerna Strategic Group. STI merupakan satu-satunya operator telekomunikasi di Indonesia yang beroperasi pada frekuensi 450Mhz.

PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia
IndustriOperator telekomunikasi seluler
DidirikanFebruari 1996 (sebagai PT Mobile Seluler Indonesia)
22 Desember 2003 (sebagai PT Mandara Selular Indonesia)
26 Januari 2006 (sebagai PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia)
Kantor pusatIndonesia Indonesia
ProdukNet1 Indonesia
IndukTelkom (1986-2005)
Sampoerna Strategic Group (2005-sekarang)
ice group (2015-sekarang)
Situs webwww.sampoernastrategic.com

Produknya beragam mulai dari layanan telepon hingga layanan broadband nirkabel dengan merek utama Net1 Indonesia, dan pelanggan didukung penuh oleh kantor-kantor cabang STI dan jaringan distribusi di seluruh wilayah layanan.

Sejarah

PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia awalnya didirikan dengan nama PT Mobile Selular Indonesia, atau dikenal dengan nama Mobisel. Perusahaan ini didirikan pada Februari 1996, dan pada saat itu dimiliki secara patungan oleh PT Rajasa Hazanah Perkasa (yang dimiliki oleh Hutomo Mandala Putra dan Sigit Harjojudanto dan perusahaan AS Bell Atlantic)[1] sebesar 70%, PT Telekomunikasi Indonesia 25% dan Yayasan Dana Pensiun Pegawai Telkom 5%. Perusahaan ini didirikan untuk mengelola jaringan NMT-450.[2] Sebagai modal awal dari perusahaan ini adalah pengguna jasa NMT-450 PT Rajasa yang dialihkan menjadi pelanggan Mobisel. Perlu diketahui sebelumnya bahwa PT Rajasa sendiri sudah mengelola jaringan dengan sistem NMT-450 ini sejak tahun 1985, yang pada waktu itu digunakan untuk sistem telepon mobil (istilah resminya STKB-C). Pengelolaan jaringan ini dilakukan dengan pola bagi hasil bersama PT Telkom Indonesia (d.h Perumtel) (44% untuk Perumtel, 56% untuk PT Rajasa) dengan target pelanggan awalnya sebesar 30.000 di wilayah Jakarta dan Jawa Barat dan dengan menggunakan perangkat dari Ericsson.[3] Dibanding dengan perusahaan lain, operasi jaringan seluler hasil kerjasama antara PT Rajasa dan Telkom ini bisa dikatakan salah satu yang terawal di Indonesia, sehingga bisa dianggap sebagai salah satu pionir komunikasi seluler di Tanah Air.[4] Awalnya kerjasama ini sempat kurang berhasil,[5] dan baru mulai diperkenalkan di publik pada tahun 1986.[6] Kemudian, PT Rajasa memperluas wilayah operasinya ke Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.[7] Kerjasama bagi hasil ini berakhir pada Akhir 1995, dan kemudian pelanggan akhir PT Rajasa (24.200 orang) dialihkan ke Mobisel yang baru dibentuk.[8]

Untuk membantu kinerjanya, perusahaan ini berusaha meningkatkan sistemnya menjadi NMT-450i dan NMT-470i[9] dan juga berusaha menarik investor strategis dari perusahaan Eropa pada Agustus 1997.[10] Tercatat, pada 1997 pengguna Mobisel sebesar 29.000, walaupun sayangnya seiring dengan krisis ekonomi 1997-1998 dan persaingan yang hebat dari operator GSM, pengguna Mobisel terus menurun. Seiring dengan masalah tersebut, kebetulan Mobisel juga mengalami perubahan kepemilikan, dimana pada 2001 perusahaan ini diakuisisi oleh Inquam Inc, sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Qualcomm. Dalam rencananya, pada saat itu Mobisel akan mengonversi jaringannya menjadi CDMA namun dengan jaringan tetap di 450 MHz.[11] Kemudian Mobisel mengalami perubahan pemilik kembali sehingga menjadi dimiliki oleh beberapa pihak, yang terdiri dari pemilik lama (Telkom, YDPP, PT Rajasa dan PT Inquam) ditambah Brighton Corp Inc., Sojitz Corp., Deltona Satya Dinamika, Pilar Datatel Mediatama, Jan Darmadi Investindo dan Property Java,[12] dan pada 22 Desember 2003 mengganti namanya menjadi Mandara Seluler Indonesia (dengan singkatan MSI).[13] Dengan perubahan nama tersebut, Mandara kemudian memantapkan niatnya untuk berpindah ke CDMA 450 dengan memutus jaringan NMT-450nya[14]dan meluncurkan produk baru bernama Neon.

Dalam perkembangannya, di tahun 2005 pemilik saham yang ada kemudian memutuskan menjual 82% sahamnya kepada Twinwood Venture Ltd. (yang berbasis di Seychelles, sebesar 58%) dan Polaris Mobile (yang berbasis di Singapura sebesar 24,7%) dengan harga Rp 545 miliar.[15] Walaupun awalnya tidak jelas siapa pemilik kedua perusahaan tersebut, namun terungkap bahwa kemudian saham kedua perusahaan itu dimiliki oleh Putera Sampoerna, yang baru saja mendapatkan keuntungan dari penjualan perusahaan rokok HM Sampoerna dan berusaha menginvestasikan uangnya itu dalam berbagai bidang, salah satunya telekomunikasi.[16][17] Selanjutnya, pada 26 Januari 2006, nama Mandara Selular Indonesia diganti menjadi Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (atau STI).[18] Seiring dengan pergantian nama perusahaan, merek Neo_n resmi digantikan oleh Ceria.

Dalam mengembangkan operasionalnya, Sampoerna Telekom melakukan sejumlah upaya, seperti melanjutkan ekspansi ke Bali dan Lombok yang direncanakan oleh manajemen sebelumnya, berencana mengikuti tender jaringan 3G (walaupun kemudian mengundurkan diri pada Februari 2006),[19][20] dan membantu penyediaan internet di Lampung.[21] Namun, bisa dikatakan tidak mudah langkah Sampoerna untuk masuk dalam bisnis telekomunikasi ini karena Ceria kalah pamor dan kurang promosi dibandingkan dengan operator CDMA lain. Mungkin karena sulitnya bersaing, maka kemudian manajemen Sampoerna Telekomunikasi memutuskan untuk memfokuskan pemasaran produk mereka untuk kebutuhan komunikasi bisnis, terutama UMKM. Menurut pihak Sampoerna Telekom, ada sekitar 2300 perusahaan yang menggunakan jasa mereka yang diklaim lebih murah. Selain itu, Ceria juga difokuskan untuk beroperasi di daerah pedesaan.[22][23][24]

Pada tahun 2012, Sampoerna Telekom sempat menarik perhatian media karena perusahaan ini mengumumkan kerjasama dengan Bakrie Telecom. Dalam rencana kerjasama keduanya lewat penandatanganan perjanjian jual beli pada Selasa 13 Maret 2012, Bakrie Telecom rencananya akan mengakuisisi 35% saham Sampoerna Telekom dari Sampoerna Strategic Group dan Polaris. Direncanakan dalam tiga tahun ke depan Bakrie Telecom akan menguasai 100% di Sampoerna Telekom, dan sebagai imbalannya, Sampoerna Strategic akan menjadi pemegang saham Bakrie Telecom sebesar 6%.[25] Awalnya, rencana ini akan dilaksanakan dengan skema rights issue Bakrie Telecom di bursa efek yang sahamnya akan dibeli oleh Sampoerna Telekom. Bahkan, direncanakan keduanya juga akan bekerjasama dalam pengelolaan frekuensi dan sistem CDMA, dan merek Ceria dan Esia akan dilebur menjadi merek baru.[26][27] Namun, seiring kesulitan keuangan yang terus dialami Bakrie Telecom, maka Bakrie Telecom terpaksa mengurungkan niatnya.[28] Kondisi internal perusahaan sejak saat itu sendiri kurang banyak yang mengetahui, namun kemungkinan terdampak oleh turunnya pengguna CDMA dibanding GSM.[29]

Seiring waktu, pada 2014, pihak STI dikabarkan hendak melakukan ujicoba di sistem 4G LTE dan berencana bermain di "daerah" baru ini.[30] Untuk membangun sistem ini, Sampoerna sebelumnya sudah bekerjasama dengan perusahaan asing bernama AINMT (Access Industries Nordic Mobile Telecom) International Holdings pada Januari 2016 dalam bentuk investasi di STI.[31] Namun, baru pada Februari 2017 izin untuk menggelar jaringan 4G LTE didapatkan oleh STI, dengan frekuensi yang tetap yaitu 450 MHz, operasi tetap secara nasional dan target pasar tetap pedesaan. Awalnya, pihak STI berminat untuk meremajakan merek Ceria dalam memasarkan teknologi baru ini[32]dan sistem ini rencananya akan diluncurkan pada April 2017 setelah persiapan dalam berbagai hal seperti infrastruktur, pemasaran dan jaringan.[33] Namun, kemudian STI membatalkan rencananya menggunakan merek Ceria kembali. Pada akhirnya, STI resmi "menanggalkan" sistem CDMA-nya dan meluncurkan sistem 4G LTE bersama merek Net1 Indonesia pada 27 Juli 2017. Biaya yang dianggarkan oleh STI dalam proses konversi ini adalah senilai US$ 130 juta.[34] dan menggaet Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) bagi penyediaan alatnya.[35]

Net1 diklaim lebih terjangkau dan sinyalnya jauh lebih luas dibanding pesaingnya, terutama di desa.[36] Seiring dengan pengubahan nama tersebut, STI melakukan perluasan jaringan ke seluruh wilayah Indonesia, seperti Sulawesi, Kalimantan dan Indonesia Timur. Menurut pihak STI, upaya ini berdampak positif pada perusahaan misalnya pada 2019 pendapatan mereka tumbuh sebanyak 44% dibanding sebelumnya.[37]

Layanan dan Produk Perusahaan

Net1 Indonesia

 
Logo Net1 Indonesia, yang diluncurkan pada 2017

Awalnya, pihak STI berminat untuk meremajakan merek Ceria dalam memasarkan teknologi yang baru diadopsinya, yaitu 4G LTE.[38] Namun, kemudian STI membatalkan rencananya menggunakan merek Ceria kembali dan mengibarkan merek baru bernama Net1 Indonesia yang diperkenalkan pada Mei 2017.[39] Merek Net1 Indonesia diluncurkan pada 27 Juli 2017, dengan awalnya beroperasi di Sulawesi Selatan, Maluku, Lombok, Aceh dan Serang.

Net1 merupakan satu-satunya operator yang menyediakan layanan telekomunikasi seluler menggunakan teknologi 4G LTE yang berada di frekuensi 450 MHz (band 31) yang sampai saat ini lisensi pada frekuensi tersebut hanya dimiliki oleh Sampoerna Telekom. Dengan teknologi ini Net1 bisa memberikan layanan yang lebih luas sehingga layanan 4G LTE dapat di nikmati oleh masyarakat baik di pelosok pedesaan hingga di perkotaan.

Net1 diklaim lebih terjangkau dan sinyalnya jauh lebih luas dibanding pesaingnya, terutama di desa.[40] Net1 sendiri menargetkan pengembangan Internet of Things (IoT) di desa, mengutamakan sistem business to business dan berusaha memaksimalkan layanannya selama ini sebelum akhirnya merambah daerah perkotaan.[41] Seiring dengan pengubahan nama tersebut, STI melakukan perluasan jaringan ke seluruh wilayah Indonesia, seperti Sulawesi, Kalimantan dan Indonesia Timur. Pada 2018, Net1 sudah mencakup 261 kabupaten/kota dan 26.124 desa di seluruh Indonesia.[42] Dalam rangka peningkatan kinerja, Net1 terus berusaha melakukan penetrasi internet di wilayah terpencil termasuk di sejumlah tempat wisata,[43][44] dan menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan besar seperti BRI, ASDP dan Astra International.

Produk Net1

Pribadi
  • Net1 Mobile Wifi
  • Net1 Unlimited 20
  • Net1 Unlimited Xtra
Bisnis
  • 4G Fixed Wifi Router
  • Net1 Business Light
  • Net1 Business Pro
  • Net1 Business Custom

Sebelumnya

Ceria

 
Logo Ceria sebelum berganti nama menjadi Net1 Indonesia

Ceria diluncurkan pada 1 Maret 2006 sebagai pengganti merek Neo_n di Lampung.[45] Seperti Neo_n, Ceria tetap menggunakan sistem CDMA 450-455 dan 460-467,5 MHz. Dalam mengembangkan Ceria, Sampoerna Telekom melakukan sejumlah upaya, seperti melanjutkan ekspansi ke Bali dan Lombok yang direncanakan oleh manajemen sebelumnya, berencana mengikuti tender jaringan 3G (walaupun kemudian mengundurkan diri pada Februari 2006),[46][47] dan membantu penyediaan internet di Lampung.[48] Pada Maret 2006, tercatat pelanggan Ceria mencapai 9.979 pelanggan.[49] Manajemen sendiri menargetkan pada 2007, produk Ceria sudah bisa dipasarkan di seluruh Indonesia.[50] Untuk mewujudkannya, pada Oktober 2006 direncanakan jaringan Sampoerna Telecom diperluas hingga ke Sumatera Selatan, Riau, Jambi, disusul Jawa Timur dan Jawa Tengah, dengan target meraih 750.000 pelanggan (namun kemudian rencana ini beru terealisasi pada 2007). Selain itu, manajemen juga menjalin kerjasama dengan Assextel Inc. dari AS untuk membuat infrastrukturnya, berusaha mengajukan izin fixed wireless access (FWA) kepada pemerintah dan menggandeng Dewi Persik sebagai bintang iklan. Pada saat itu, Ceria menawarkan harga Rp 150.000 untuk 1 GB internet dan menyediakan telepon rumah dengan harga Rp 299.000 serta mengklaim harga produknya lebih terjangkau.[51][52]

Memang tidak mudah langkah Sampoerna untuk masuk dalam bisnis telekomunikasi ini. Bisa dikatakan, Ceria kalah pamor dan kurang promosi dibandingkan dengan operator CDMA lain, seperti Flexi dan Esia. Selain itu, masalah jaringan juga cukup mempengaruhi dimana pada April 2008 Ceria baru tersedia di 9 provinsi, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Lombok. Sampoerna Telekom sebenarnya sudah merencanakan pada tahun 2008 untuk memperluas jaringannya di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Madura, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Barat dan pulau Sumbawa. Di sini tampak Ceria terlambat untuk membangun jaringan di wilayah yang memiliki pasar besar, yaitu Jakarta dan Jabar, walaupun sebenarnya hal ini bisa dimaklumi mengingat target pasar Ceria sejak dahulu adalah pedesaan.[53] Pada 2007 pun, Ceria baru berhasil menggaet 130.000 pemakai, jauh jika dibanding dengan Telkomsel yang mencapai 47 juta dan dibawah target manajemen sebelumnya sebesar 750.000 pelanggan.[54][55][56][57] Pada 2010, Ceria tercatat memiliki 636.868 pelanggan dan memiliki ratusan BTS serta kantor cabang di berbagai daerah di Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Mungkin karena sulitnya bersaing, maka kemudian manajemen Sampoerna Telekomunikasi memutuskan untuk memfokuskan pemasaran produk mereka untuk kebutuhan komunikasi bisnis, terutama UMKM dengan harga terjangkau sejak Maret 2011 dengan tetap menggunakan merek Ceria. Ceria juga difokuskan untuk beroperasi di daerah pedesaan.[58][59][60]

Setelah lama tidak terdengar, Ceria pada 2014 dikabarkan hendak melakukan ujicoba di sistem 4G LTE demi beroperasi di sistem ini.[61] Seiring dengan berhasilnya Sampoerna Telekom mendapatkan izin 4G LTE, Ceria awalnya hendak digunakan kembali. Namun, kemudian rencana ini dibatalkan dan Ceria digantikan kemudian oleh Net1 Indonesia yang diperkenalkan pada Mei 2017.

Produk
  • Kartu Perdana Ceria
  • Ceria Internet
  • Ceria Business Solution

Neon

Neon (ditulis Neo_n) beroperasi di CDMA 450 secara nasional sejak Mei 2004, dan diluncurkan seiring pergantian nama perusahaan menjadi Mandara Selular Indonesia. Manajemen Mandara mengklaim pada tahun tersebut, perusahaan sudah mendapatkan 10.000 pelanggan dengan wilayah layanan awal Provinsi Lampung. Seiring waktu, Mandara berencana memperluas wilayahnya ke Bali dan Lombok, dengan target pasar utamanya di pedesaan dan berhasil meningkatkan pelanggannya menjadi 50.000 pengguna.[62][63] Untuk membantu operasinya, Mandara juga menggandeng Huawei untuk menyediakan infrastrukturnya dan menyiapkan anggaran senilai US$ 2 juta.[64] Seiring dengan pergantian nama perusahaan, pada 1 Maret 2006 merek Neo_n resmi digantikan oleh Ceria.[65]

Mobisel

Seperti telah disebutkan sebelumnya, pada awalnya bisnis dari PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (d.h PT Mobile Selular Indonesia) adalah mengelola jaringan NMT-450 (Nordic Mobile Telephone, Telepon Bergerak Nordik) dengan wilayah layanan Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Indramayu, Cilegon, Bandar Lampung dan Kalianda. Untuk membantu kinerjanya, perusahaan ini berusaha meningkatkan sistemnya menjadi NMT-450i dan NMT-470i yang lebih canggih dibanding NMT-450.[66] Demi mewujudkannya, pada Mei 1996 perusahaan ini mentandatangani kerjasama dengan Nokia untuk membangun sistem tersebut dan membantu pembangunan jaringan Mobisel yang direncanakan pada saat itu akan diperluas ke seluruh Indonesia dengan kontrak bernilai US$ 30 juta.[67]Selain itu, Mobisel juga meluncurkan produknya yang dikenal dengan nama Orbit yang diklaim lebih canggih dibanding sistem lainnya.[68] Tercatat, pada 1997 pengguna Mobisel sebesar 29.000 (mayoritas di Jakarta) dan manajemen menargetkan pelanggannya menjadi 80.000. Namun, sayangnya seiring dengan krisis ekonomi 1997-1998 dan persaingan yang hebat dari operator GSM, pengguna Mobisel terus menurun, dimana pada 1998 menjadi 16.000 dan menurun lagi menjadi 1999 menjadi 12.801. Bahkan, pada Januari 2001 pengguna Mobisel hanya bertambah sebesar 1.236 pelanggan,[69] dan pada 2003 turun tajam menjadi hanya 5.070 pelanggan.[70] Seiring akuisisi Mobisel oleh Inquam Inc, Mobisel rencananya akan mengonversi jaringannya menjadi CDMA namun dengan jaringan tetap di 450 MHz pada April 2001.[71] Pada akhirnya, rencana ini beru terwujud ketika nama perusahaan diubah dari PT Mobile Selular Indonesia menjadi PT Mandara Selular Indonesia, dan peluncuran merek Neon, yang menandai berakhirnya sistem NMT Mobisel (dan sistem NMT di Indonesia).

Referensi

  1. ^ Korupsi Kepresidenan
  2. ^ JP/Mobisel offers shares to foreign investors
  3. ^ 50 tahun peranan pos & telekomunikasi
  4. ^ Untold Story IPO Telkom di NYSE & BEJ
  5. ^ Telecommunications in the Pacific Basin: An Evolutionary Approach
  6. ^ Parlementaria, Volume 120-131
  7. ^ Yearbook of asia-pacific telecommunications
  8. ^ Untold Story IPO Telkom di NYSE & BEJ
  9. ^ Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications
  10. ^ JP/Mobisel offers shares to foreign investors
  11. ^ AsiaCom Yearbook
  12. ^ Indonesian Commercial Newsletter, Volume 29,Masalah 387-394
  13. ^ Laporan Keuangan Tahunan Telkom 2003
  14. ^ Indonesian Commercial Newsletter, Volume 29,Masalah 379-386
  15. ^ Indonesian Commercial Newsletter, Volume 30,Masalah 411-416
  16. ^ Jurus 369 Membidik Kiani
  17. ^ Indonesian Commercial Newsletter, Volume 30,Masalah 411-416
  18. ^ Seven firms to bid for 3G spectrum
  19. ^ Masalah Frekuensi Penyebab Mundur Sampoerna
  20. ^ Seven firms to bid for 3G spectrum
  21. ^ Siaran Pers No. 89/DJPT.1/KOMINFO/VII/2005, Peresmian Telekomunikasi Perdesaan dan Komputer Sekolah di Kabupaten Way Kanan - Lampung
  22. ^ Website tidak resmi Ceria, 2012
  23. ^ Wireless PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, Ceria
  24. ^ SAMPOERNA TELEKOMUNIKASI CERIA (SATRIA)
  25. ^ Bakrie Telecom Akuisisi Sampoerna Telekom
  26. ^ Sampoerna masuk Bakrie Telecom
  27. ^ RUMOR: Sampoerna & Bakrie akan gabungkan Esia & Ceria
  28. ^ Fokus ke Internal, Esia Lupakan Sejenak Ceria
  29. ^ CDMA Nan Kian Merana
  30. ^ JARINGAN 4G LTE : Ceria Mau Ikut Jajal 4G LTE
  31. ^ Adopsi 4G, Ceria berubah menjadi Net1 Indonesia?
  32. ^ STI Kantongi Izin Gelar Jaringan 4G LTE
  33. ^ Ceria berevolusi dari CDMA ke 4G LTE
  34. ^ Net1 siapkan US$ 130 juta swap CDMA jadi 4G LTE
  35. ^ Net1 gaet INTI produksi perangkat telekomunikasi
  36. ^ Geber 4G, Sampoerna Ganti Ceria dengan Net1
  37. ^ Kinerja Operator Seluler: Pendapatan Net1 Ditopang Sektor Ritel
  38. ^ STI Kantongi Izin Gelar Jaringan 4G LTE
  39. ^ Adopsi 4G, Ceria berubah menjadi Net1 Indonesia?
  40. ^ Geber 4G, Sampoerna Ganti Ceria dengan Net1
  41. ^ Incar IoT Pedesaan, Net1 Indonesia Fokus Garap B2B
  42. ^ Geber 4G, Sampoerna Ganti Ceria dengan Net1
  43. ^ Net1 Indonesia buka akses internet ke pedesaan terpencil
  44. ^ Net1 klaim jaringannya ada di setiap pelosok tujuan wisata
  45. ^ Sampoerna Telekomunikasi Indonesia
  46. ^ Masalah Frekuensi Penyebab Mundur Sampoerna
  47. ^ Seven firms to bid for 3G spectrum
  48. ^ Siaran Pers No. 89/DJPT.1/KOMINFO/VII/2005, Peresmian Telekomunikasi Perdesaan dan Komputer Sekolah di Kabupaten Way Kanan - Lampung
  49. ^ PT Telkom Beri Insentif Percepat Registrasi Prabayar
  50. ^ 2007, Sampoerna Ingin Pasarkan 'Ceria' di Seluruh Indonesia
  51. ^ Internet Murah Ceria dari Sampoerna Telekom
  52. ^ ayo miliki telp rumah ceria
  53. ^ Mengenal PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (CERIA)
  54. ^ Data Pelanggan Mobile Indonesia 2007
  55. ^ Mengenal PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (CERIA)
  56. ^ Internet Murah Ceria dari Sampoerna Telekom
  57. ^ PERKEMBANGAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI SELULER DI INDONESIA - 2011
  58. ^ Website tidak resmi Ceria, 2012
  59. ^ Wireless PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, Ceria
  60. ^ SAMPOERNA TELEKOMUNIKASI CERIA (SATRIA)
  61. ^ JARINGAN 4G LTE : Ceria Mau Ikut Jajal 4G LTE
  62. ^ Brasil implementasi CDMA 450
  63. ^ Akses Lokal di Mana-mana
  64. ^ Gatra, Volume 11,Masalah 29-32
  65. ^ Sampoerna Telekomunikasi Indonesia
  66. ^ Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications
  67. ^ Indonesia News Service, Masalah 1130-1208
  68. ^ Eksekutif, Masalah 211-216
  69. ^ AsiaCom: Asia-Pacific TV, Cable, Satellite, and Telecommunications, Volume 6
  70. ^ Yearbook of asia-pacific telecommunication
  71. ^ AsiaCom Yearbook

Pranala luar