Pemangsaan

interaksi biologis ketika pemangsa memakan organisme mangsa

Pemangsaan atau predasi adalah interaksi biologis ketika suatu organisme, pemangsa, membunuh dan memakan organisme yang lain, yang merupakan mangsanya. Ini adalah salah satu dari jenis perilaku makan umum yang mencakup parasitisme dan pemangsaan mikro (yang biasanya tidak membunuh inangnya) dan parasitoidisme (yang pada akhirnya selalu begitu). Hal ini berbeda dari mengais-ngais pada mangsa yang mati, meskipun banyak pemangsa juga mengais-ngais. Ini bertumpang-tindih dengan herbivor, sebagai pemangsa biji dan frugivor yang bersifat merusak ialah pemangsa.

Pemangsa sendirian: beruang kutub memakan anjing laut berjanggut yang dibunuh.
Pemangsa sosial: semut daging bekerja sama untuk memakan tonggeret yang jauh lebih besar daripada dirinya.

Pemangsa dapat mencari, mengejar, atau menunggu mangsa secara giat, yang sering kali tersembunyi. Saat mangsa terdeteksi, pemangsa menilai apakah akan menyerangnya atau tidak. Hal ini terkadang dapat dilakukan dengan penyergapan atau pengejaran setelah mengintai mangsanya. Jika serangan berhasil, pemangsa membunuh mangsanya, membuang bagian yang tidak dapat dimakan, seperti cangkang atau duri, dan memakannya.

Pemangsa beradaptasi dan sering kali sangat dikhususkan untuk berburu, dengan indra yang tajam, seperti penglihatan, pendengaran, atau penciuman. Banyak hewan pemangsa, baik vertebrata, maupun invertebrata, mempunyai cakar atau rahang yang tajam, untuk mencengkeram, membunuh, dan mencabik mangsanya. Adaptasi lain termasuk mimikri agresif dan sembunyi-sembunyi yang meningkatkan kedayagunaan berburu.

Pemangsaan mempunyai efek memilih yang sangat kuat pada mangsa, dan mangsa mengembangkan adaptasi antipemangsa, seperti warna peringatan, panggilan tanda bahaya dan isyarat lain, penyamaran, mimikri spesies yang dipertahankan dengan baik, dan duri, serta bahan kimia pertahanan. Pemangsa dan mangsa terkadang menemukan dirinya dalam perlombaan senjata evolusioner, daur adaptasi, dan adaptasi berlawanan. Pemangsaan telah menjadi pendorong utama evolusi setidaknya sejak periode Kambrium.

Definisi

 
Tawon laba-laba melumpuhkan dan akhirnya membunuh inangnya, tetapi dianggap parasitoid, bukan pemangsa.

Pada tingkat yang paling dasar, pemangsa membunuh dan memakan organisme lain. Namun, konsep pemangsaan sangat luas, didefinisikan secara berbeda dalam konteks yang berbeda dan mencakup berbagai metode makan, serta beberapa hubungan yang tidak mengakibatkan kematian mangsa umumnya tidak disebut pemangsaan. Parasitoid, seperti tawon ikneumon, bertelur di dalam atau pada inangnya. Kemudian, telur menetas menjadi larva yang memakan inangnya dan pasti akan mati. Ahli ilmu hewan umumnya menyebut ini sebagai parasitisme, walaupun parasit biasa dianggap tidak membunuh inangnya. Pemangsa dapat didefinisikan berbeda dari parasitoid karena ia memiliki banyak mangsa yang ditangkap selama hidupnya dan larva parasitoid hanya memiliki satu atau setidaknya memiliki persediaan makanan untuknya hanya pada satu kesempatan.[1][2]

 
Hubungan pemangsaan dengan strategi makan yang lain

Terdapat kasus lain yang sulit dan berbatas. Pemangsa mikro adalah binatang kecil seperti pemangsa yang memakan sepenuhnya organisme lain. Binatang ini termasuk pinjal dan nyamuk yang mengonsumsi darah dari binatang hidup, dan kutu daun yang mengonsumsi getah dari tumbuhan hidup. Namun, binatang ini kini sering dianggap sebagai parasit karena biasanya tidak membunuh inangnya.[3][4] Binatang yang merumput pada fitoplankton atau lapisan mikrob adalah pemangsa, karena mengonsumsi dan membunuh organisme makanannya, tetapi herbivor yang meramban rumput tidak termasuk, karena tumbuhan makanannya biasanya bertahan dari serangan itu.[5] Ketika binatang memakan biji (pemangsaan biji atau granivor) atau telur (pemangsaan telur), binatang ini mengonsumsi seluruh organisme hidup, yang menjadikannya pemangsa menurut definisi.[6][7][8]

Pebangkai, organisme yang hanya memakan organisme yang ditemukan sudah mati, bukanlah pemangsa, tetapi banyak pemangsa seperti jakal dan dubuk yang mengais-ngais ketika ada kesempatan.[9][10][5] Di antara invertebrata, tawon sosial (berkulit kuning) adalah pemburu dan pebangkai serangga lain.[11]

Rentang taksonomi

Sementara contoh pemangsa di antara binatang menyusui dan burung sudah terkenal,[12] pemangsa dapat dijumpai di berbagai-bagai takson termasuk artropoda. Binatang tersebut umum di antara serangga, termasuk belalang sentadu, capung, serangga sayap jala, dan lalat kalajengking. Pada beberapa spesies, seperti lalat alder, hanya larva yang bersifat memangsa (yang dewasa tidak makan). Laba-laba adalah pemangsa, sama halnya juga dengan invertebrata daratan lain, seperti kalajengking, lipan, beberapa tungau, siput dan lintah bulan, nematoda dan cacing planaria.[13] Sebagian besar knidaria (contohnya, ubur-ubur, hidroid), ktenofora (ubur-ubur sisir), ekinodermata (contohnya, bintang laut, landak laut, dolar pasir, serta teripang) dan cacing pipih adalah pemangsa di lingkungan laut.[14] Di antara krustasea, udang karang, kepiting, udang, dan teritip adalah pemangsa,[15] dan krustasea kemudian dimangsa oleh hampir semua sefalopoda (termasuk gurita, cumi-cumi, dan sotong katak).[16]

 
Paramesium, siliata pemangsa yang memakan bakteri

Pemangsaan biji terbatas pada binatang menyusui, burung, dan serangga, serta ditemukan di hampir semua ekosistem daratan.[8][6] Pemangsaan telur mencakup pemangsa telur ahli, seperti beberapa ular kolubrid dan yang umum, seperti rubah dan badger yang mengambil telur secara oportunistis ketika menemukannya.[17][18][19]

Beberapa tumbuhan, seperti tumbuhan pemakan serangga, perangkap lalat Venus, dan embun matahari adalah karnivor dan mengonsumsi serangga.[12] Beberapa jamur karnivor menangkap nematoda menggunakan perangkap aktif, baik dalam bentuk cincin penyempitan, maupun perangkap pasif dengan struktur perekat.[20]

Banyak spesies protozoa (eukariota) dan bakteri (prokariota) memangsa mikroorganisme lain, yang merupakan cara makan yang terbukti kuno, dan berevolusi berkali-kali pada kedua kelompok.[21][12][22] Di antara zooplankton air tawar dan laut, baik bersel tunggal, maupun bersel banyak, pemamahan pemangsa pada fitoplankton dan zooplankton yang lebih kecil adalah hal yang biasa, dan ditemukan pada banyak spesies nanoflagelata, dinoflagelata, siliata, rotifera, beragam larva binatang meroplankton, dan dua kelompok krustasea, yaitu kopepoda dan kutu air.[23]

Mencari makan

 
Daur mencari makan dasar dengan beberapa variasi yang ditunjukkan untuk pemangsa[24]

Pemangsa harus mencari, mengejar, dan membunuh mangsanya untuk makan. Tindakan ini membentuk daur mencari makan.[25][26] Pemangsa harus memutuskan tempat mencari makan berdasarkan sebaran geografisnya. Setelah mangsa ditemukan, pemangsa harus menilai apakah harus mengejar mangsa atau menunggu pilihan mangsa yang lebih baik. Jika pemangsa memilih mengejar, kemampuan fisiknya menentukan cara mengejar (contohnya, penyergapan atau pemburuan).[27][28] Setelah mangsa ditangkap, pemangsa juga perlu menghabiskan tenaga untuk menanganinya (contohnya, membunuhnya, membuang cangkang atau duri, dan menelannya).[24][25]

Lihat pula

Catatan

Rujukan

  1. ^ Gurr, Geoff M.; Wratten, Stephen D.; Snyder, William E. (2012). Biodiversity and Insect Pests: Key Issues for Sustainable Management. John Wiley & Sons. hlm. 105. ISBN 978-1-118-23185-2. 
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama LaffertyKuris2002
  3. ^ Poulin, Robert; Randhawa, Haseeb S. (February 2015). "Evolution of parasitism along convergent lines: from ecology to genomics". Parasitology. 142 (Suppl 1): S6–S15. doi:10.1017/S0031182013001674. PMC 4413784 . PMID 24229807. 
  4. ^ Poulin, Robert (2011). Rollinson, D.; Hay, S. I., ed. The Many Roads to Parasitism: A Tale of Convergence. Advances in Parasitology. 74. Academic Press. hlm. 27–28. doi:10.1016/B978-0-12-385897-9.00001-X. ISBN 978-0-12-385897-9. PMID 21295676. 
  5. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Bengtson2002
  6. ^ a b Janzen, D. H. (1971). "Seed Predation by Animals". Annual Review of Ecology and Systematics. 2: 465–492. doi:10.1146/annurev.es.02.110171.002341. 
  7. ^ Nilsson, Sven G.; Björkman, Christer; Forslund, Pär; Höglund, Jacob (1985). "Egg predation in forest bird communities on islands and mainland". Oecologia. 66 (4): 511–515. Bibcode:1985Oecol..66..511N. doi:10.1007/BF00379342. PMID 28310791. 
  8. ^ a b Hulme, P. E.; Benkman, C. W. (2002). C. M. Herrera and O. Pellmyr, ed. Granivory. Plant animal Interactions: An Evolutionary Approach. Blackwell. hlm. 132–154. ISBN 978-0-632-05267-7. 
  9. ^ Kane, Adam; Healy, Kevin; Guillerme, Thomas; Ruxton, Graeme D.; Jackson, Andrew L. (2017). "A recipe for scavenging in vertebrates – the natural history of a behaviour". Ecography. 40 (2): 324–334. doi:10.1111/ecog.02817. hdl:10468/3213 . 
  10. ^ Kruuk, Hans (1972). The Spotted Hyena: A Study of Predation and Social Behaviour. University of California Press. hlm. 107–108. ISBN 978-0226455082. 
  11. ^ Schmidt, Justin O. (2009). "Wasps". Wasps - ScienceDirect. Encyclopedia of Insects (edisi ke-Second). hlm. 1049–1052. doi:10.1016/B978-0-12-374144-8.00275-7. ISBN 9780123741448. 
  12. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Stevens2010
  13. ^ "Predators, parasites and parasitoids". Australian Museum (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 19 September 2018. 
  14. ^ Watanabe, James M. (2007). "Invertebrates, overview". Dalam Denny, Mark W.; Gaines, Steven Dean. Encyclopedia of tidepools and rocky shores. University of California Press. ISBN 9780520251182. 
  15. ^ Phelan, Jay (2009). What Is life? : a guide to biology (edisi ke-Student). W.H. Freeman & Co. hlm. 432. ISBN 9781429223188. 
  16. ^ Villanueva, Roger; Perricone, Valentina; Fiorito, Graziano (17 August 2017). "Cephalopods as Predators: A Short Journey among Behavioral Flexibilities, Adaptions, and Feeding Habits". Frontiers in Physiology. 8: 598. doi:10.3389/fphys.2017.00598. PMC 5563153 . PMID 28861006. 
  17. ^ Hanssen, Sveinn Are; Erikstad, Kjell Einar (2012). "The long-term consequences of egg predation". Behavioral Ecology. 24 (2): 564–569. doi:10.1093/beheco/ars198 . 
  18. ^ Pike, David A.; Clark, Rulon W.; Manica, Andrea; Tseng, Hui-Yun; Hsu, Jung-Ya; Huang, Wen-San (2016-02-26). "Surf and turf: predation by egg-eating snakes has led to the evolution of parental care in a terrestrial lizard". Scientific Reports. 6 (1): 22207. Bibcode:2016NatSR...622207P. doi:10.1038/srep22207. PMC 4768160 . PMID 26915464. 
  19. ^ Ainsworth, Gill; Calladine, John; Martay, Blaise; Park, Kirsty; Redpath, Steve; Wernham, Chris; Wilson, Mark; Young, Juliette (2017). Understanding Predation: A review bringing together natural science and local knowledge of recent wild bird population changes and their drivers in Scotland. Scotland's Moorland Forum. hlm. 233–234. doi:10.13140/RG.2.1.1014.6960. 
  20. ^ Pramer, D. (1964). "Nematode-trapping fungi". Science. 144 (3617): 382–388. Bibcode:1964Sci...144..382P. doi:10.1126/science.144.3617.382. JSTOR 1713426. PMID 14169325. 
  21. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama VelicerMendes-Soares2007
  22. ^ Jurkevitch, Edouard; Davidov, Yaacov (2006). "Phylogenetic Diversity and Evolution of Predatory Prokaryotes". Predatory Prokaryotes . Springer. hlm. 11–56. doi:10.1007/7171_052. ISBN 978-3-540-38577-6. 
  23. ^ Hansen, Per Juel; Bjørnsen, Peter Koefoed; Hansen, Benni Winding (1997). "Zooplankton grazing and growth: Scaling within the 2-2,-μm body size range". Limnology and Oceanography. 42 (4): 687–704. Bibcode:1997LimOc..42..687H. doi:10.4319/lo.1997.42.4.0687 .  summarizes findings from many authors.
  24. ^ a b Kramer, Donald L. (2001). "Foraging behavior" (PDF). Dalam Fox, C. W.; Roff, D. A.; Fairbairn, D. J. Evolutionary Ecology: Concepts and Case Studies. Oxford University Press. hlm. 232–238. ISBN 9780198030133. 
  25. ^ a b Griffiths, David (November 1980). "Foraging costs and relative prey size". The American Naturalist. 116 (5): 743–752. doi:10.1086/283666. JSTOR 2460632. 
  26. ^ Wetzel, Robert G.; Likens, Gene E. (2000). "Predator-Prey Interactions" . Limnological Analyses. Springer. hlm. 257–262. doi:10.1007/978-1-4757-3250-4_17. ISBN 978-1-4419-3186-3. 
  27. ^ Pianka, Eric R. (2011). Evolutionary ecology (edisi ke-7th (eBook)). Eric R. Pianka. hlm. 78–83. 
  28. ^ MacArthur, Robert H. (1984). "The economics of consumer choice". Geographical ecology : patterns in the distribution of species. Princeton University Press. hlm. 59–76. ISBN 9780691023823. 

Sumber

Pranala luar