ID Food

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 3 November 2021 13.54 oleh Ardfeb (bicara | kontrib) (Perbaikan info)

Rajawali Nusantara Indonesia atau biasa disingkat menjadi RNI, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang agroindustri, alat kesehatan, perdagangan, dan distribusi.[5] RNI didirikan pada tahun 1964 sebagai kelanjutan dari nasionalisasi terhadap aset-aset milik konglomerat Oei Tiong Ham Concern yang didirikan oleh "Raja Gula", Oei Tiong Ham. RNI bertindak sebagai induk untuk sebelas anak usahanya yang melakukan kegiatan usaha.

PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
BUMN / Perseroan Terbatas
IndustriAgroindustri, alat kesehatan, perdagangan, dan distribusi
PendahuluOei Tiong Ham Concern
Didirikan12 Oktober 1964 (1964-10-12) di Jakarta, Indonesia[1]
Kantor pusat,
Indonesia
Wilayah operasi
Seluruh Indonesia[2]
Tokoh kunci
Arief Prasetyo Adi[3]
(Direktur Utama)
Bayu Krisnamurthi[4]
(Komisaris Utama)
Merek
  • Rania
  • Raja Gula
  • Liki Tea
  • Skifa
  • Artika
  • Nushi
PendapatanRp 6,974 triliun (2020)[1]
Rp 37,24 milyar (2020)[1]
Total asetRp 14,424 triliun (2020)[1]
Total ekuitasRp 6,389 triliun (2020)[1]
PemilikPemerintah Indonesia
Karyawan
8.928 (2020)[1]
Anak usahaLihat bidang usaha
Situs webrni.co.id

Sejarah

Pada akhir dekade 1980-an hingga 1990-an, RNI melakukan penggabungan sejumlah anak usahanya. Pada tahun 1986, PT Bandareksa Rajawali (pengelola pergudangan), PT Apotik Bima (pengelola apotik), dan PT Mutiara Rajawali (pengelola lahan yasan) digabung ke dalam PT Rajawali Nusindo, sementara PT Perkebunan Karet Cimayak dan PT Perkebunan Karet Cileles digabung untuk kemudian dijual pada tahun 1987. Dana hasil penjualan kedua perkebunan karet tersebut kemudian digunakan untuk mendirikan PT Rajawali Gloves Corporation yang bergerak di bidang produksi sarung tangan golf pada tahun 1991, bersama investor asal Amerika Serikat sebagai penyedia pasar dan investor asal Korea Selatan sebagai penyedia teknologi. PT Rajawali Gloves Corporation saat ini dalam proses likuidasi, karena kekurangan modal. Pada tahun 1991 juga, PT Industrial Management Company (IMACO) digabung ke dalam perusahaan ini. IMACO sebelumnya diberi tanggung jawab untuk mengelola PT Pabrik Gula Krebet Baru, PT Pabrik Gula Rejo Agung Baru, PT Madu Baru, PT Phapros, serta Pabrik Batu dan Semen Tahan Api (PBSTA) “LOKA”.[6] Pada tahun 1996, PT Pabrik Gula Krebet Baru dan PT Pabrik Gula Rejo Agung Baru digabung untuk membentuk PT Pabrik Gula Rajawali I.

Pada tahun 1988, RNI mendirikan PT Perkebunan Mitra Ogan bersama PTPN III untuk mengelola sebuah perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan. Pada tahun 1990, RNI mendirikan PT Perkebunan Mitra Kerinci bersama PTPN IV untuk mengelola sebuah perkebunan teh di Solok Selatan, Sumatera Barat. Pada tahun 1993, RNI membeli mayoritas saham PT Pabrik Gula Candi Baru di Sidoarjo.[7] Pada tahun 1994, Pemerintah Indonesia resmi menyerahkan mayoritas saham PT Perkebunan XIV ke RNI, dan nama perusahaan tersebut pun diubah menjadi PT Pabrik Gula Rajawali II. Pada tahun 1992, Pemerintah Indonesia menyerahkan sebuah pabrik kondom yang terletak di Bandung kepada RNI, dan kemudian dibentuklah PT Mitra Rajawali Banjaran untuk mengelola pabrik tersebut. Pada tahun 1998, anak usaha RNI yang bergerak di bidang produksi alat suntik, PT Skifa Rajawali Indonesia, digabung ke dalam PT Mitra Rajawali Banjaran. Pada tahun 1997, RNI mengakuisisi produsen karung plastik asal Mojokerto, PT Citramass Plastik Industri, dan kemudian digabung ke dalam Rajawali Nusindo. RNI lalu juga mengakuisisi PT GIEB Indonesia yang saat itu bergerak di bidang distribusi barang konsumen buatan Unilever dan lampu buatan Philips di Bali.[8]

Pada tanggal 7 Juli 2004, RNI memisahkan unit bisnis produksi kulit dan karung plastik dari PT Rajawali Nusindo menjadi sebuah perusahaan tersendiri, masing-masing dengan nama PT Rajawali Tanjungsari dan PT Rajawali Citramass. Pada tanggal 5 November 2014, nama PT Rajawali Tanjungsari diubah menjadi PT Rajawali Tanjungsari Enjiniring. Pada tahun 2017, Rajawali Tanjungsari Enjiniring berekspansi ke bisnis produksi karung plastik.[9] Pada bulan Desember 2010, RNI resmi membeli mayoritas saham PT Laras Astra Kartika yang bergerak di bidang agroindustri kelapa sawit di Ogan Komering Ulu Timur.[8] Pada tanggal 27 Maret 2019, RNI resmi menjual mayoritas saham Phapros ke Kimia Farma dengan harga Rp 1,36 triliun, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk membentuk holding BUMN di bidang farmasi.[10]

Bidang usaha

Bidang usaha yang digeluti oleh RNI bersifat terintegrasi dari hulu sampai hilir. Usaha perkebunan kelapa sawit tidak hanya pada penjualan CPO, namun juga diolah menjadi minyak goreng. Hasil perkebunan tebu pun diolah menjadi gula.

Agroindustri
Alat kesehatan
Perdagangan dan distribusi
Pendukung

Pengembangan properti

Selain menjalankan bisnis utamanya, RNI juga pernah mengembangkan sejumlah properti. Pada tahun 1990, RNI mendapat modal dari pemerintah berupa lahan seluas 311.930 meter persegi di Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan dan lahan seluas 50.000 meter persegi di Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Kedua lahan tersebut sebelumnya dikelola oleh Departemen Keuangan.[14] RNI kemudian mendirikan sebuah perusahaan patungan bersama PT Abadi Guna Papan untuk mengembangkan lahan di Kuningan Timur menjadi Mega Kuningan.[1] Sementara sebagian lahan di Pondok Ranggon kini ditempati oleh peternakan sapi yang direlokasi dari lahan di Kuningan Timur. Pada tahun 1993,[15] RNI mendapat hak pakai atas lahan seluas 54.270 meter persegi yang terletak di samping bekas Markas Besar Angkatan Udara (MBAU) di Pancoran, Jakarta Selatan, setelah berhasil menyelesaikan pembangunan gedung-gedung baru MBAU dan berbagai fasilitas pendukungnya di Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur, yang sebelumnya gagal diselesaikan oleh PT Wirontono.[16] Lahan di Pancoran kini digunakan sebagai tempat pencetakan beton untuk proyek pembangunan LRT Jabodebek, dan setelah selesai, rencananya lahan tersebut akan dijadikan pengembangan berorientasi transit.[17] Pada tahun 1994, RNI mendapat lahan seluas 7.025 meter persegi di Jl. MT. Haryono, Jakarta Timur yang sebelumnya dimiliki oleh PT Indonesia Motor Company (IMC), sebagai kompensasi atas pengeluaran RNI untuk memenuhi kewajiban IMC, sebagaimana yang ditugaskan oleh Menteri Keuangan pada bulan Februari 1991.[18] Pada bulan Agustus 2017, RNI resmi bermitra dengan Waskita Karya Realty untuk membangun gedung perkantoran setinggi 15 lantai di atas lahan tersebut.[19][20]

Bisnis

Pada tahun 2013, RNI meluncurkan jaringan minimarket yang diberi nama Waroeng Rajawali. Minimarket tersebut terkenal di bulan Ramadhan tahun 2013 karena menjual daging sapi dan kebutuhan primer rakyat lainnya, seperti gula dan teh dengan harga yang murah. Selain itu, Waroeng Rajawali juga menjual produk BUMN lainnya.[21] Pada tahun 2014, dengan sistem waralaba, Waroeng Rajawali menargetkan dapat membuka hingga 1.500 gerai di seluruh Indonesia.[22][23][24] Pada tahun 2015, RNI resmi menghentikan pengembangan Rajawali Mart dan Waroeng Rajawali, karena kesulitan bersaing dengan merek minimarket lain, seperti Indomaret dan Alfamart.[25]

Melalui anak usahanya, PT Mitra Kerinci, RNI mengembangkan pabrik teh hijau di kawasan Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat, dengan kapasitas pengolahan 60 ton pucuk basah per hari. Menurut Didik Prasetyo, direktur utama RNI saat itu, tingginya permintaan produk teh hijau Liki di pasar teh nasional dan pasar ekspor mendorong perusahaan agar mampu menaikkan kapasitas produksi hingga 80 ton pucuk basah per hari.[26] Tempo menulis bahwa Mitra Kerinci saat itu telah dapat memproduksi pucuk basah sebesar 18.874 ton dan tingkat produktivitasnya sebesar 3,69 ton per hektar, sehingga menjadikan Mitra Kerinci sebagai perkebunan dengan tingkat produktivitas tertinggi dalam sejarah RNI. Mitra Kerinci saat ini mengelola sekitar 2.025 hektar perkebunan dan pabrik pengolahan teh Liki di Sangir. Setiap tahun, Mitra Kerinci menghasilkan 17 juta kg daun teh segar yang diolah menjadi 5,5 juta kg teh untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.[26]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan" (PDF). rni.co.id. Rajawali Nusantara Indonesia. Diakses tanggal 31 Agustus 2021. 
  2. ^ "Profil Perusahaan". Diakses tanggal 2 Desember 2013. 
  3. ^ "Dewan Direksi". Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Diakses tanggal 9 Oktober 2021. 
  4. ^ "Dewan Komisaris". Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Diakses tanggal 9 Oktober 2021. 
  5. ^ a b c d "PT Rajawali Nusantara Indonesia". Portal Nasional Republik Indonesia. Diakses tanggal 2 Desember 2013. 
  6. ^ "Laporan Tahunan 2019" (PDF). PG Rajawali I. Diakses tanggal 25 Oktober 2021. 
  7. ^ Hadi, Ariski Prasetyo (24 Januari 2017). "Cerobong Tua PG Candi Baru Sidoarjo Tak Manja". Jawa Pos. Diakses tanggal 3 November 2021. 
  8. ^ a b "Laporan Tahunan 2012" (PDF). Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Diakses tanggal 25 Oktober 2021. 
  9. ^ "Sejarah Perusahaan". Rajawali Tanjungsari Enjiniring. Diakses tanggal 25 Oktober 2021. 
  10. ^ "Akuisisi Phapros, Kimia Farma Rogoh Rp 1,36 Triliun". liputan6.com. Diakses tanggal 9 Januari 2019. 
  11. ^ "Produksi Gula:RNI akan Produksi Gula Premium". Berita RNI. 11 September 2012. 
  12. ^ "Sejarah PT Mitra Kerinci". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-29. Diakses tanggal 2014-01-23. 
  13. ^ "Sejarah Perusahaan". Rajawali Tanjungsari Enjiniring. Diakses tanggal 31 Agustus 2021. 
  14. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 4 tahun 1990" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 23 Oktober 2021. 
  15. ^ "Audit BPKP Ungkap Penyimpangan RDI". Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 23 Januari 2004. Diakses tanggal 25 Oktober 2021. 
  16. ^ "Mundurnya Wirontono". Tempo. 4 Juni 1994. Diakses tanggal 25 Oktober 2021. 
  17. ^ Ramadhiani, Arimbi (23 Agustus 2017). "Pembangunan Hunian Dekat Stasiun LRT Pancoran Telan Rp 7 Triliun". Kompas. Diakses tanggal 26 Oktober 2021. 
  18. ^ "Laporan Tahunan 2013" (PDF). Rajawali Nusantara Indonesia. Diakses tanggal 26 Oktober 2021. 
  19. ^ Ramadhiani, Arimbi (23 Agustus 2017). "Waskita dan RNI Berkongsi, Bangun Kantor Rp 600 Miliar". Kompas. Diakses tanggal 26 Oktober 2021. 
  20. ^ "Waskita Karya Punya Kantor Baru". Lamudi. Diakses tanggal 26 Oktober 2021. 
  21. ^ "RNI Tambah Waroeng Rajawali ke-25 di Pancoran". Jumat 16 Agustus 2013. 
  22. ^ "2014, Waroeng Rajawali Bakal Jadi Waralaba". Tribunnews. Jumat 16 Agustus 2013. 
  23. ^ "RNI Siap Buka Gerai Jumbo Pesaing Hypermart". Tribunnews. Jumat, 16 Agustus 2013. 
  24. ^ "Rajawali Nusantara Indonesia Serius Masuk ke Bisnis Ritel". Majalah Swa. 10 Mei 2013. 
  25. ^ Fauzi, Achmad. "Kalah Persaingan, RNI Stop Pengembangan Rajawali Mart". kompas.com. Kompas. Diakses tanggal 31 Agustus 2021. 
  26. ^ a b Rajawali Nusantara Bangun Pabrik Teh Hijau Terbesar se-ASEAN, TEMPO.CO, 5 Januari 2016 

Pranala luar