Arasy

artikel daftar Wikimedia
Revisi sejak 12 November 2021 23.21 oleh Zaskia Zahra (bicara | kontrib) (top: Perbaikan kesalahan ketik, Perbaikan tata bahasa)

‘Arsy (Bahasa Arab عَرْش, ‘Arasy) adalah makhluk tertinggi, berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul[1] dan dikelilingi[2] oleh para malaikat.[3]

Pengertian ‘Arsy ini yang diyakini oleh para manhaj Salaf, berdasarkan Al Qur'an dan hadits Nabi Muhammad, sesuai dengan ayat:

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy. (Thaha, 20:5)

Penjelasan serupa banyak dikisahkan di dalam Al-Qur'an, dalam beberapa surah.[4][5][6][7][8][9] Tetapi banyak ulama yang berpendapat beda dalam mengartikan makna dari ‘Arsy ini, apakah ‘Arsy itu berwujud fisik atau nonfisik.

Etimologi

‘Arsy adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya – ya‘risyu – ‘arsyan (عَرَشَ يَعْرِشُ عَرْشًا) yang berarti bangunan, singgasana, istana atau tahta. Di dalam Al-Quran, kata ‘Arsy itu disebut sebanyak 33 kali. Kata ‘Arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana atau tahta Tuhan. Kemudian arti dari kata tersebut dipakai oleh bangsa Arab untuk menunjukkan beberapa makna, yaitu:

  • Singgasana raja,[10]
  • Atap rumah, tercantum dalam hadits
  • Tiang dari sesuatu
  • Kerajaan
  • Bagian dari punggung kaki

Inilah sebagian dari arti ‘Arsy dalam bahasa Arab, akan tetapi arti tersebut berubah-ubah sesuai dengan kalimat yang disandarinya.

Seorang ulama yang bernama Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘Arsy merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada Al Qur'an:

... kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy untuk mengatur segala urusan... (Yunus 10:3)

Wujud ‘Arsy

Menurut manhaj salaf, ‘Arsy adalah makhluk terbesar di antara para makhluk Allah yang lainnya seperti Kursy,[11] memiliki beberapa tiang yang menjadikan ‘Arsy sebagai atap alam semesta.[12] Wujud ini dicatat dalam beberapa hadits-hadits yang shahih. Saking besarnya ada malaikat yang memiliki sayap banyak, diperintahkan oleh Allah untuk terbang ke mana saja yang dikehendaki dan malaikat tersebut merasa tidak beranjak dari tempat semula ia terbang.

Malaikat itu diberikan oleh Allah kekuatan yang setara dengan 70.000 malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dengan kekuatan penuh dan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendakinya. Sesudah itu, malaikat tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘Arsy. Tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula dan hal ini telah memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arsy Allah tersebut.

‘Arsy yaitu singgasana atau tahta yang memiliki beberapa tiang yang dipikul oleh para malaikat. Ia menyerupai kubah bagi alam semesta. ‘Arsy juga merupakan atap seluruh makhluk.[13][14][15] Penjelasan mengenai ‘Arsy memiliki tiang-tiang, adalah kisah ketika Musa hendak melihat wujud Allah, dan pada hari kiamat akan tampak kembali tiang-tiang ‘Arsy.[16][17]

Berdasarkan penjelasan hadits bahwa makhluk yang bernama ‘Arsy teramat besar dibandingkan dengan Kursy, seperti sebuah cincin yang dilemparkan ke Gurun Sahara yang sangat luas.[18]

Dijelaskan pula oleh cendikiawan Muslim bahwa ‘Arsy dikelilingi oleh empat sungai, yaitu: sungai berisi cahaya; sungai berisi salju putih; sungai berisi air; dan sungai yang berisi api.[19] Kemudian ada penjelasan lain bahwa sungai-sungai surga adalah berasal dari sungai yang ada di ‘Arsy.[20]

Letak ‘Arsy

Menurut syariat Islam, ‘Arsy terletak di atas surga Firdaus yang berada di langit ke-7.[21][20] Kemudian ada penjelasan lain bahwa ‘Arsy terletak di atas air.[22][23][24][25][26]

Jadi ‘Arsy Allah yang berada di atas air, sedangkan Kursy berada di atas langit ke tujuh, dan di atas Kursy itu ada air, dan di atas air ada ‘Arsy. Maka jarak antara langit dengan langit, langit ke tujuh dengan Kursy, Kursy dengan air, dan air dengan ‘Arsy-Nya adalah 500 tahun perjalanan.[27] Pendapat lain berkata bahwa letak ‘Arsy sangat dekat dengan Sidratul Muntaha, sebuah pohon bidara yang terletak di bawah ‘Arsy,[28] pendapat lain mengatakan ‘Arsy terletak dikanan pohon bidara tersebut.[29] Posisi ‘Arsy dekat dengan Baitul Makmur (Ka'bah penduduk langit) yang sejajar dengan Ka'bah di atas bumi.[30]

Hamalat al-‘Arsy

Para malaikat pemikul ‘Arsy terkenal dengan nama Hamalat al-‘Arsy (Arab: حملة العرش) berjumlah empat malaikat, setelah kiamat akan bertambah menjadi delapan malaikat yaitu; Israfil, Mikail, Jibril, Izrail dan Hamalat al-‘Arsy.[31] Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan para malaikat ini, dalam surah Al Haqqah 69 ayat 17:

... dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit, dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al Haqqah, 69:17)

Wujud Hamalat al-‘Arsy

Berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah, wujud para malaikat pemikul singgasana Allah sangatlah besar dan jarak antara pundak malaikat tersebut dengan telinganya sejauh perjalanan burung terbang selama 700 tahun.[32][33]

Dikatakan pula dalam hadits, bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap lebih besar dan banyak dibandingkan dengan Jibril dan Israfil. Dikatakan bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap sejumlah 2400 sayap di mana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil, sedangkan Israfil mempunyai 1200 sayap, di mana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril.[34]

Sedangkan Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar bin 'Arabi Al-Jawi Al-Bantani, seorang wali besar dari tanah Jawa, mengatakan bahwa, "Mereka adalah tingkatan tertinggi para malaikat dan malaikat yang pertama kali diciptakan, dan mereka berada di dunia sebanyak 4 malaikat, pada saat kiamat akan berjumlah 8 malaikat dengan bentuk kambing hutan. Jarak antara telapak kakinya sampai lututnya sejauh perjalanan 70 tahun burung yang terbang paling cepat. Adapun sifat dari ‘Arsy, dikatakan bahwa bahwa ‘Arsy adalah permata berwarna hijau dan ‘Arsy adalah makhluk yang paling besar dalam penciptaan, dan setiap harinya ‘Arsy dihiasi dengan 1000 warna daripada cahaya, tidak ada satu makhluk pun dari makhluk Allah Ta'ala yang sanggup memandangnya. Segala sesuatu seluruhnya di dalam ‘Arsy seperti lingkaran di tanah lapang. Dikatakan sesungguhnya ‘Arsy merupakan kiblat para penduduk langit, sebagaimana Ka'bah sebagai kiblat penduduk bumi..."[35]

Perbedaan pendapat

Di dalam perbincangan masalah ini para ulama tradisional dengan ulama kontemporer dan modern, mereka masing-masing memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan istilah ‘Arsy ini. Mereka memperdebatkan apakah ‘Arsy itu suatu nonmateri (nonfisik) atau materi (fisik). Sedangkan para salaf mengimani sesuai dengan apa yang tertulis dalam Qur'an melalui lisan Nabi Muhammad, tanpa bertanya lebih lanjut.

Tafsir ‘Arsy

Dalam penafsiran ‘Arsy oleh para ulama ini, maka bisa digolongkan menjadi tiga pendapat yang berbeda, yaitu:

Berpendapat bahwa kata ‘Arsy di dalam Al-Quran harus diartikan dan dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy, maka arti ‘Arsy di sini adalah kekuasaan Tuhan. Tuhan tidak berupa materi, karenanya mustahil Dia berada pada tempat yang bersifat materi.

Berpendapat golongan ini bertolak belakang dengan pendapat pertama. Menurut mereka, kata ‘Arsy harus dipahami sebagaimana adanya. Karena itu, mereka mengartikan ‘Arsy sebagai sesuatu yang bersifat fisik atau materi. Mereka memiliki paham antropomorfisme.

Berpendapat yang menyatakan bahwa ‘Arsy dalam arti tahta atau singgasana harus diyakini keberadaannya, karena Al-Quran sendiri mengartikan demikian adanya.

Tafsir bersemayam

Para ulama salaf memahami bahwa bersemayam-Nya Allah tidaklah sama dengan bersemayam makhluk-Nya. Hal ini dikarenakan Allah tidaklah sama dengan makhluk-Nya.[36]

Bersemayam merupakan sifat fi'liyah (sifat perbuatan) bagi Allah. Ahlussunnah wal Jama'ah menetapkannya sesuai dengan makna yang layak bagi-Nya, tanpa diubah (tahrif) maknanya, sebagaimana yang dilakukan oleh ahli ta'wil yang mengubah maknanya menjadi 'menguasai' (istii'la) Tidak juga diserupakan dengan bersemayamnya makhluk, karena sesungguhnya Allah tidak ada satupun yang menyerupai dzat-Nya dan tidak ada satupun yang menyerupai sifatnya.

Ucapan Imam Malik bin Anas dalam masalah sifat yang mulia ini yang menjadi kaidah bagi Ahlussunnah wal Jama'ah dalam seluruh bab sifat. Ia pernah ditanya mengenai bersemayamnya Allah, bagaimana hakikatnya, maka ia menjawab,

Istiwa telah diketahui, caranya majhul (tidak diketahui), beriman dengannya adalah wajib, bertanya tentangnya adalah bid'ah.[37]

Istiwa (bersemayam) telah diketahui, maksudnya telah diketahui maknanya dalam bahasa Arab. Sedangkan tata caranya tidak diketahui. Beriman kepadanya wajib. Bertanya tentangnya, maksudnya tentang caranya, merupakan bid'ah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata,

Perkara istiwa di atas Arasy telah ditetapkan berdasarkan Al-Quran dan Sunah serta kesepakatan pendahulu (salaf) umat ini serta para tokoh ulamanya. Bahkan dia telah ditetapkan dalam seluruh kitab yang diturunkan dan oleh seluruh nabi yang diutus.[38]

Imam Ibnu Khuzaimah berkata,

Kami dan seluruh ulama kami, baik dari Hijaz, Tihama, Yaman, Irak, Syam, Mesir, mazhab kami adalah bahwa kami menetapkan bagi Allah apa yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya. Kami tetapkan hal itu dengan lisan kami dan kami benarkan dalam hati kami, tanpa menyerupai wajah Pencipta kami dengan wajah seorang pun dari kalangan makhluk. Maha suci Tuhan kami dari keserupaan dengan makhluk-Nya. Maha suci Tuhan kami dari pendapat orang-orang yang tidak mempercayai adanya sifat Allah.[39]

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ “... dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit, dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqqah 69:17)
  2. ^ "... dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam"." (Az-Zumar 39:75)
  3. ^ Majalah As-Sunnah Edisi: 07/V/1422H - 2001 M, Aqidah Ahlus Sunnah seputar ‘Arsy, Hal. 26
  4. ^ "... kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy." (Al-A'raf: 54)
  5. ^ "... kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy ..." (Yunus 10:3)
  6. ^ "... kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, ..." (Ar-Ra’d 13:2)
  7. ^ "... kemudian dia bersemayam di atas ‘Arsy, ... (Al-Furqan 25:59)
  8. ^ "... kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy." (As-Sajdah 32:4)
  9. ^ "Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy ... (Al-Hadid 57:4)
  10. ^ "Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar." (An-Naml 27:23)
  11. ^ “Tidak langit yang tujuh dan bumi yang tujuh dan apa yang ada di antara dan di dalamnya dibandingkan dengan Kursy kecuali seperti lingkaran (gelang) yang dilempar ke tanah lapang, dan Kursy dengan apa yang ada didalamnya dibandingkan dengan ‘Arsy seperti lingkaran (gelang) tersebut pada tanah lapang tersebut.” (Silsilah Ahadits al-Shahihah No.109).
  12. ^ Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya manusia pingsan pada hari kiamat, lalu aku adalah orang yang pertama sadar, seketika itu aku mendapatkan Musa sedang memegang sebuah tiang dari tiang-tiang ‘Arsy, maka aku tidak tahu apakah dia telah sadar sebelumku ataukah dia dibebaskan (dari pingsan tersebut) karena telah pingsan di Bukit Thur.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
  13. ^ Ibnu Taimiyah: Adapun Al-‘Arsy maka dia berupa kubah sebagimana diriwayatkan dalam As-Sunan karya Abu Daud dari jalan periwayatan Jubair bin Muth’im, dia berkata: Telah datang menemui rasulullah seorang A’rab dan berkata: "Wahai rasululloh jiwa-jiwa telah susah dan keluarga telah kelaparan- dan beliau menyebut hadits- sampai berkata rasulullah: "Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya dan ‘Arsy-Nya di atas langit-langit, dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah." (Hadits riwayat Ibnu Abi Ashim dalam Assunnah 1/252)
  14. ^ Al-Fatawa 5/151.
  15. ^ Hadits riwayat Ibnu Abi 'Ashim.
  16. ^ Dalil bahwa ‘Arsy adalah singgasana yang memiliki tiang-tiang rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya manusia pingsan pada hari kiamat, lalu aku adalah orang yang pertama sadar, seketika itu aku mendapatkan Musa sedang memegang sebuah tiang dari tiang-tiang Al-‘Arsy, maka aku tidak tahu apakah dia telah sadar sebelumku ataukah dia dibebaskan (dari pingsan tersebut) karena telah pingsan di Bukit Thur. (Hadits riwayat Bukhori No. 2411, 3408, 6517 dan 6518 dan Muslim No. 2373).
  17. ^ Berkata Ibnu Abil Izz: "Telah tetap dalam syariat bahwa Al-‘Arsy memiliki tiang-tiang." (Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 366).
  18. ^ Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Perumpamaan langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursy (pijakan singgasana Allah), seperti cincin yang dilemparkan di Padang Sahara yang luas, dan keunggulan ‘Arsy atas Kursy seperti keunggulan Padang Sahara yang luas itu atas cincin tersebut.” (Hadits riwayat Muhammad bin Abi Syaibah dalam Kitaabul ‘Arsy, dari Sahabat Abu Dzarr al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (I/223 no. 109)).
  19. ^ Jalaluddin as-Suyuthi menjelaskan dalam kitabnya, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. menciptakan ‘Arsy dan Kursy (kedudukan) dari cahaya-Nya. ‘Arsy itu melekat pada Kursy. Para malaikat berada di tengah-tengah Kursy tersebut. ‘Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai, yaitu: 1) sungai yang berisi cahaya yang berkilauan; 2) sungai yang bermuatan salju putih berkilauan; 3) sungai yang penuh dengan air; dan 4) sungai yang berisi api yang menyala kemerahan. Para malaikat berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah Swt. Di ‘Arsy juga terdapat lisan (bahasa) sebanyak bahasa makhluk di alam semesta. Setiap lisan bertasbih kepada Allah Swt. berdasarkan bahasa masing-masing. Jalaluddin as-Suyuthi oleh tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur.
  20. ^ a b Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika kalian meminta, mintalah (surga) Al-Firdaus, karena dia adalah tengah-tengah surga dan yang paling tinggi, dan di atasnya adalah ‘Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai surga.” (Hadits riwayat Bukhari).
  21. ^ Muhammad bersabda kepada sahabatnya yang bernama Abu Hurairah “Apabila engkau memohon kepada Allah, maka mohon-lah kepada-Nya Surga Firdaus. Sesungguhnya ia (adalah) Surga yang paling utama dan paling tinggi. Di atasnya terdapat ‘Arsy Allah yang Maha Pengasih...” Hadits riwayat Imam Bukhari no. 2790 dan no. 7423, Imam Ahmad, Ibnu Abi 'Ashim dari Abu Hurairah.
  22. ^ "... dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (Hud 11:7)
  23. ^ Abdullah bin Amru ra, bahwasanya rasulullah saw bersabda: “Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Rasulullah menambahkan: ‘... dan ‘Arsy Allah itu berada di atas air.” (Hadits riwayat Muslim, no: 4797).
  24. ^ Telah menceritakan kepada kami Abu Musa Muhammad bin Mutsana, Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hajaj bin Minhal, Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ya’la bin A’tha dari Waqi’ bin Hudus, dari pamannya Abi Rozin Al-Uqoili ( Laqith bin Amir bin Shobiroh ), Ia berkata: Saya bertanya: Ya Rasulullah, dimanakah Tuhan kita (Allah) berada sebelum Dia menciptakan langit dan bumi? Nabi menjawab berada di Awan tebal di tempat yang sangat tinggi di atas dan bawahnya ada angin kemudian Dia menciptakan ‘Arsy (Singgasana)-Nya di atas air. (H.R At-Tirmidzi 5: 75-76 No. 3120, Ahmad 5: 16200, Anaknya (Abdullah bin Ahmad) dalam Sunah No. 260, Ibnu Majah: 468, Ibnu Hibban: 6141, At-Thabrani dalam Kabir 26: 468, At-Thayalis dalam Musnadnya: 1094, Ibnu Huzaimah dalam Tauhid: 179, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2: 3306 dalam Tafsir).
  25. ^ Masih diriwayatkan dari Ibnu Abi 'Ashim, Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya ‘Arsy sebelumnya berada di atas air. Setelah Allah menciptakan langit (ke-7), ‘Arsy itu ditempatkan di langit yg ke-7. Dia jadikan awan sebagai saringan untuk hujan. Apabila tidak dijadikan seperti itu, tentu bumi akan tenggelam terendam air.”
  26. ^ Abu Raziin al-Uqaili, ia berkata: “Wahai rasulullah dimana dahulu Rabb kita berada sebelum menciptakan makhluk-Nya?” Beliau menjawab, “Dia berada di ‘amaa, tidak ada di atas dan bawahnya udara, kemudian dia menciptakan ‘Arsy-Nya di atas air”. (Hadits riwayat Tirmidzi).
  27. ^ (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Khuzaimah, Thabrani dan Ibnu Mahdi).
  28. ^ Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di bawah ‘Arsy, pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah makhluk ciptaan Allah. Kabil Akbar katanya: “Allah SWT telah menciptakan sebuah pohon di bawah ‘Arsy yang mana daunnya sama banyak dengan bilangan makhluk yang Allah ciptakan. Jika seseorang itu telah diputuskan ajalnya, maka umurnya tinggal 40 hari dari hari yang diputuskan. Maka jatuhlah daun itu kepada Malaikat Maut, tahulah bahwa dia telah diperintahkan untuk mencabut nyawa orang yang tertulis pada daun tersebut.
  29. ^ Ketika Nabi Muhammad sedang merenungi para makhluk, tiba-tiba ia terangkat ke atas menuju puncak Sidratul Muntaha yang terletak di sebelah kanan ‘Arsy milik Tuhan yang Maha Pemurah. Tempat-tempat Bersejarah Dalam Kehidupan Rasulallah, hal. 22-23. Karya Hanafi Muhallawi, tahun 2002 M.
  30. ^ Al-Baghawi rahimahullah berkata, “Baitul Makmur: banyaknya yang memenuhi dan penduduknya, yaitu rumah di langit sekitar ‘Arsy dan sejajar dengan Ka’bah bumi.” Ma’alimut Tanzil 7/382, Darut Thayyibah, cet. IV, 1414 H, syamilah.
  31. ^ Hadits ketujuh: Delapan malaikat yang menjunjung ‘Arsy
  32. ^ Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah hadist shahih, Muhammad bersabda: "Telah diizinkan bagiku untuk bercerita tentang sosok malaikat dari malaikat-malaikat Allah yang bertugas sebagai pemikul ‘Arsy, bahwa jarak antara daun telinganya sampai ke bahunya adalah sejauh perjalanan 700 tahun. (Hadits riwayat Abu Daud dari Jabir bin Abdillah, Ash-Shahihah 151)."
  33. ^ Hadits ketujuh: Malaikat yang memikul ‘Arsy
  34. ^ Rasulullah ﷺ pernah melihat akan rupa sebenar Malaikat JIbril sebanyak 2 kali, iaitu ketika peristiwa Isra' Mikraj. Ketika rasulullah ﷺ melihat Malaikat Jibril dalam keadaan rupanya yang sebenar, baginda lantas memuji Malaikat Jibril akan kehebatannya. Malaikat Jibril mempunyai 600 sayap, apabila dibuka satu sayap maka gelaplah seluruh bumi ini. Namun begitu, Malaikat Jibril mengatakan kepada rasulullah ﷺ bahwa jangan memujinya kerana rasulullah ﷺ masih belum melihat Malaikat lain yang lebih hebat kejadiannya. Lalu rasulullah ﷺ bertanya kepada Malaikat Jibril, "Ya Jibril, adakah masih ada Malaikat yang lebih hebat daripada kamu?" Malaikat Jibril menjawab, "Ya, ada." Malaikat Israfil mempunyai 1200 sayap, di mana satu sayapnya menyamai 600 sayap Malaikat Jibril Sesudah itu, rasulullah ﷺ bertanya lagi," Adakah Malaikat Israfil paling hebat?" Jawab Malaikat Jibril, "Tidak, Malaikat yang memikul Arasy Allah. Malaikat ini mempunyai 2400 sayap di mana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Malaikat Israfil".
  35. ^ Kitab berjudul "Qathrul Ghaits" hal. 4, Karya Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani, di artikan oleh Yudha Mandala Eka Putra, tahun 2010. Malaikat Hamalatul ‘Arsy di Kaskus.us[pranala nonaktif permanen]
  36. ^ “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11)
  37. ^ Riwayat Al-Laalikai dalam Syarh Ushul I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah (3/441), Baihaqi dalam Al-Asma wa Sifat (hal. 408) dishahihkan oleh Az-Zahabi, Syaikhul Islam dan Al-Hafiz Ibnu Hajar. Lihat Mukhtashar Al-Uluw (hal. 141), Majmu Fatawa (5/365), Fathul Bari (13/501). Ada beberapa redaksi yang berdekatan dengan makna yang sama.
  38. ^ Majmu Fatawa, 2/188
  39. ^ Kitab Tauhid, 1/18

Referensi

Pranala luar