Salafiyah

gerakan Islam bercabang dari Sunni
Revisi sejak 11 Desember 2021 10.17 oleh Abu Muhammad al-Andunisy (bicara | kontrib) (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab)

Salafiyah (bahasa Arab: سلفية), juga disebut Salafi dan Salafisme, adalah gerakan reformasi[1] di dalam Islam Sunni.[2][3][4] Nama ini diambil dari anjuran untuk kembali ke pemahaman "leluhur" (salaf), tiga generasi awal Muslim yang mengetahui ajaran Islam yang murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan. Salafi berpendapat bahwa umat Islam harus berpegang pada Al-Qur'an, hadis, dan 'ijma (konsensus), mengabaikan ajaran hermeneutik Islam lainnya.[5]

Salafi menolak inovasi agama atau bid'ah dan mendukung penerapan syariat (hukum Islam).[6] Gerakan ini kadang-kadang dibagi menjadi tiga kategori: kelompok terbesar adalah Salafi puritan, yang menghindari politik; selanjutnya Salafi pergerakan atau Salafi Haraki, yang terlibat dalam proses politik; dan kelompok ketiga adalah Salafi jihadis, yang mendukung perjuangan bersenjata untuk memulihkan gerakan Islam awal.[6]

Etimologi

Kata salafiyah diambil dari kata "Salaf" adalah kependekan dari "Salaf al-Ṣhāliḥ" (Arab: السلف الصالح), yang berarti "pendahulu yang sholih". Dalam terminologi Islam secara umum, digunakan untuk menunjuk kepada tiga generasi terbaik umat muslim yaitu sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in. Ketiga generasi inilah dianggap sebagai contoh terbaik dalam menjalankan syariat Islam.

Penggunaan istilah salafiyah

Awal penggunaan salafiyah

Kata salafi sering dihubungkan dengan Wahhabisme (istilah yang kerap disematkan oleh mereka yang kontra kepada mereka-mereka memilih untuk mengembalikan ajaran kepada Al-Qur'an dan sunnah, serta merujuk pada ajaran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi), sehingga dua istilah ini sering dipandang sebagai sinonim.[7] Biasanya, penganutnya dari gerakan salafy menjelaskan dirinya sebagai "Muwahidin," "Ahl Hadits," [8] atau "Ahl at-Tauhid." [9]

Salafy melihat tiga generasi pertama dari umat Islam, yaitu Rasulullah dan para sahabatnya, dan dua generasi berikut setelah mereka, tabi'in dan tabi 'ut-tabi'in, sebagai contoh bagaimana Islam harus dilakukan. Prinsip ini berasal dari aliran Sunni, hadits (petunjuk) yang telah diberikan oleh Nabi Muhammad:

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabatku), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in)”.

Dalam hal aqidah, Salafy mengikuti Imam empat mazhab yang semua adalah sama dalam hal aqidah. Namun dalam hal furu' (cabang) mereka mengikuti yang paling kuat dalilnya yang datang dari Nabi Muhammad.

Pokok ajaran dari ideologi dasar salafi adalah bahwa Islam telah sempurna dan selesai pada waktu masa Rasulullah dan para sahabatnya, oleh karena itu tidak diperbolehkan adanya inovasi atau tambahan serta pengurangan dalam syariat Islam karena pengaruh adat dan budaya. Paham ideologi Salafi berusaha untuk menghidupkan kembali praktik Islam yang sesuai dengan agama Muhammad pertama kali berdakwah.[10]

Salafisme juga telah digambarkan sebagai sebuah versi sederhana dan pengetahuan Islam. Penganutnya mengikuti beberapa perintah dan praktik yang hanya sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad.[11]

Para Salafy sangat berhati-hati dalam agama, apalagi dalam urusan aqidah. Salafy sangat berpatokan kepada salaf as-shalih. Mereka juga memperhatikan masalah berpakaian yang itu juga merupakan bagian dari agama, seperti memelihara jenggot, memakai gamis bagi laki-laki atau memakai celana menggantung (tidak melebihi mata kaki),[12] dan juga memakai cadar bagi beberapa wanita salafy.

Penggunaan salafy masa kini

Pada zaman modern, kata salafy memiliki dua definisi yang kadang-kadang berbeda. Yang pertama, digunakan oleh akademisi dan sejarawan, merujuk pada "aliran pemikiran yang muncul pada paruh kedua abad ke-19 sebagai reaksi atas penyebaran ide-ide dari Eropa," dan "orang-orang yang mencoba memurnikan kembali ajaran yang telah dibawa Rasulullah serta menjauhi berbagai ke-bid'ah-an, khurafat, syirik dalam agama Islam"[13]

Penggunaan "yang cukup berbeda" kedua yang lebih disenangi oleh para salafy kontemporer secara sepihak, mendefinisikan seorang salafi sebagai Muslim yang mengikuti "perintah kitab suci ... secara literal, tradisional" dan bukannya "penafsiran yang tampak tak berbatas" dari "salafi" awal. Para Salafi ini melihat ke Ibnu Taimiyah, bukan ke figur abad ke-19 Muhammad Abduh, Jamal al-Din, Rashid Rida.[13]

Para ulama yang tergolong salaf dan pengikut salaf

Lihat pula

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Esposito, John (2004). The Oxford Dictionary of Islam. Oxford University Press. hlm. 275. ISBN 9780195125597. Diakses tanggal 5 December 2015. 
  2. ^ Joppke, Christian (1 April 2013). Legal Integration of Islam (dalam bahasa Inggris). Harvard University Press. hlm. 27. ISBN 9780674074910. Salafism, which is a largely pietistic, apolitical sect favoring a literalist reading of the Quran and Sunna. 
  3. ^ Joas Wagemakers (2016). Salafism in Jordan: Political Islam in a Quietist Community. Cambridge University Press. hlm. 227. ISBN 9781107163669. These men adhere to the Salafi branch of Islam 
  4. ^ "The Rise of European Colonialism". Harvard Divinity School. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 April 2018. Diakses tanggal 9 April 2018. 
  5. ^ Bin Ali Mohamed Roots Of Religious Extremism, The: Understanding The Salafi Doctrine Of Al-wala' Wal Bara World Scientific, 14.09.2015 9781783263943 p. 61
  6. ^ a b "Salafism: Politics and the puritanical". The Economist. 27 June 2015. Diakses tanggal 29 June 2015. 
  7. ^ http://atheism.about.com/library/glossary/islam/bldef_salafiyya.htm
  8. ^ The Muslim World After 9/11 By Angel M. Rabasa, pg. 275
  9. ^ GlobalSecurity.org Salafi Islam
  10. ^ Sheikh al-Islam Ibn Taymiyah - One of the best Muslim scholars.
  11. ^ The Idea of Pakistan, By Stephen P. Cohen ISBN 0-8157-1502-1 - Page 183.
  12. ^ “Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka.” (HR. Bukhari 5787)
  13. ^ a b Jihad By Gilles Kepel, Anthony F. Roberts