Pembajakan pesawat

Revisi sejak 15 Februari 2009 09.54 oleh W djatmiko (bicara | kontrib)

Pembajakan pesawat (atau disebut juga pembajakan udara dan perompakan pesawat) adalah pengambilan alih sebuah pesawat terbang, oleh satu orang atau berkelompok, umumnya bersenjata. Dalam beberapa kasus, pilot dipaksa terbang berdasarkan aturan si pembajak.

Secara alternatif, salah satu dari pembajak berperan sebagai pilot. Contohnya kasus Serangan 11 September 2001; pembajak belajar menerbangkan pesawat untuk persiapan, dan/atau dipilih oleh Al-Qaeda berdasarkan kemampuan menerbangkan pesawat.

Dalam satu kasus pilot resmi membajak pesawat: pada bulan Oktober 1998, penerbangan Air China dari Beijing menuju Kunming di Yunnan, pilot tersebut terbang menuju Taiwan setelah mengancam untuk menjatuhkan pesawat dan menewaskan penumpang di dalamnya apabila anggota kru lainnya mencegahnya terbang ke Taiwan.

Tidak seperti pembajakan kendaraan darat atau kapal laut, pembajakan udara biasanya tidak diorder untuk merampok barang kargo. Agaknya, beberapa pembajakan pesawat menggunakan penumpang sebagai sandera untuk mengirim pembajak ke tujuan yang diinginkan, menahan mereka untuk tebusan, atau, sebagaimana kasus pesawat Amerika Serikat yang dibajak menuju Kuba tahun 1970, pembajak pesawat tersebut ditahan. Motif biasa lainnya adalah publisitas untuk beberapa alasan. Sejak pembajakan pesawat sebagai misil bunuh diri pada serangan 11 September 2001, pembajakan adalah jenis ancaman keamanan paling berbeda - lebih dulu penggunaan pembajakan pesawat sebagai misil bunuh diri telah dilakukan oleh Samuel Byck pada tahun 1974 dan pada Air France Penerbangan 8969 pada tahun 1994.

Pembajakan untuk sandera biasanya telah melalui jalan negosiasi antara pembajak dan otoritas, diikuti dengan beberapa bentuk penyelesaian -- tidak selalu dengan pertemuan para pembajak untuk menentukan permintaan yang asli -- atau menyerang pesawat oleh polisi atau angkatan spesial untuk menyelamatkan sandera. Tanggal 11 September 2001, kebijakan beberapa maskapai penerbangan adalah agar pilot menuruti permintaan pembajak dengan harapan akan terjadi perdamaian. Sejak itu, kebijakan tersebut telah ditarik kembali, dengan alasan kebaikan hati selama menyerang kokpit.

Pilihan untuk mencegah pembajakan adalah memeriksa agar tidak ada senjata di pesawat, memasukkan polisi udara selama penerbangan, dan menguatkan kokpit agar pembajak tidak masuk ke dalam kokpit.

Latar Belakang

Pembajakan pesawat yang terekam pertama kali pada tanggal 21 Februari 1931 di Arequipa, Peru. Byron Rickards menerbangkan sebuah Ford Tri-Motor dan kemudian dipaksa mendarat oleh pasukan revolusioner. Dia menolak untuk menerbangkan mereka dan setelah 10 hari di sana, Rickards menerima informasi bahwa revolusi tersebut telah berhasil dan dia dapat terbang pulang-pergi untuk memberikan tumpangan kepada mereka menuju Lima. Beberapa pembajakan tidak selalu lucu. Pembajakan pertama pada maskapai penerbangan komersial kemungkinan terjadi pada tanggal 16 Juni 1948 saat kegagalan dalam menangani kontrol Miss Macao, sebuah pesawat air milik perusahaan Cathay Pacific, menyebabkan pesawat itu jatuh di laut Macau. Pada tanggal 30 Juni 1948, sebuah pesawat komersial Bulgaria, Junkers, berhasil dibajak menuju Istanbul, Turki oleh seorang diplomat dan keluarganya, yang telah menembak mati ko-pilot (yang akan menjadi kepala penerbangan sipil Bulgaria) dan operator radio dengan permintaan untuk keluar menuju dunia barat. Pada tanggal 12 September 1948, sebuah pesawat T.A.E. Airlines milik Yunani berhasil dibajak oleh 6 murid pro-komunis yang meminta diterbangkan ke Yugoslavia. Pesawat tersebut mendarat dekat Skopje dan kembali menuju Thessaloniki sore itu.

Sejak tahun 1947, 60% pembajakan telah membebaskan sandera. Pada tahun 1968-69, jumlah pembajakan pesawat terbang semakin meningkat. Tahun 1968, telah terjadi 27 pembajakan dan meminta diterbangkan ke kuba. Tahun 1969, telah terjadi 82 pembajakan yang terekam di seluruh dunia, dua kali lipat lebih banyak daripada periode 1947,67. Kebanyakan orang Palestina menggunakan pembajakan sebagai senjata politik untuk mempublikasikan sebab membajak dan untuk memaksa pemerintah Israel agar membebaskan tahanan Palestina dari penjara.

Pembajakan maskapai penerbangan telah berkurang sejak mencapai puncaknya yaitu 385 insiden antara tahun 1967-76. Tahun 1977-86, total pembajakan berkurang menjadi 300 insiden dan pada tahun 1987-96, figur ini berkurang hingga 212.

Daftar Pembajakan yang Diketahui

  • Israel 12 Desember 1954: Sebuah maskapai penerbangan sipil Syria dipaksa mendarat di Tel Aviv oleh jet Israel kemudian penumpang dan kru pesawat ditahan di sana selama 2 hari, walaupun dunia internasional mengutuk pembajakan itu.
  • Kuba 11 November 1958: Pembajakan Amerika Serikat-Kuba pertama. Pesawat Cubana en route dari Miami menuju Varadero menuju Havana dibajak oleh militan Kuba. Pembajak mencoba mendarat di Sierra Crystal di Kuba Timur untuk mengirim senjata kepada pemberontak Raúl Castro. Setelah malam hari, pesawat tersebut kehabisan bahan bakar dan mencoba mendarat darurat di pabrik gula Preston, tetapi tidak berhasil dan mendarat di laut, menewaskan penumpang dan kru pesawat. [1]
  • Palestina 1968: Pembajakan Israel-Arab pertama, sebagaimana 3 anggota popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) membajak sebuah pesawat El Ai menuju Roma. Pesawat tersebut diarahkan menuju Algiers, negosiasi tersebut berlangsung selama 40 hari. Para pembajak dan sandera dibebaskan. Ini adalah pembajakan pertama yang berhasil dan sukses terhadap penerbangan El Ai.
  • Uni Soviet 15 Mei 1970: Urusan Pembajakan Dymshits-Kuznetsov, sebuah grup refusenik Soviet mencoba untuk membajak pesawat.
  • Palestina September 1970: Sebagai bagian dari pembajakan Dawson's Field, anggota PFLP mencoba untuk membajak 4 pesawat sekaligus. Mereka berhasil membajak 3 pesawat dan memaksa pesawat untuk terbang ke padang pasir Yordania, dimana para pembajak meledakkan pesawat setelah membebaskan sandera. Sandera terakhir dibebaskan dengan imbalan pembebasan 7 tahanan Palestina. Penyerangan ke-4 pada pesawat El Ai dilakukan oleh 2 orang termasuk Leila Khalid digagalkan oleh petugas bersenjata di dalam pesawat.
  • Amerika Serikat 1971: D.B. Cooper membajak Northwest Orient Airlines Penerbangan 305 dan meminta tebusan sebesar $200,000 untuk pembebasan penumpang pesawat. Cooper memilih untuk terjun dengan parasut dari belakang Boeing 727 dan tidak pernah ditemukan.
  • Australia 15 November 1972: Pembajakan pesawat pertama di Australia. Seorang pembajak bersenjata dengan sebuah rifle 22 sawn-of dan sebuah pisau dalam penerbangan Ansett Airlines Penerbangan 232 dari Adelaide menuju Alice Springs dengan 28 penumpang dan 4 kru. Diikuti dengan perang bersenjata di Bandara Alice Springs menghasilkan kematian si pembajak, Miloslav Hrabinec dan seorang petugas polisi terluka kritis.
  • Amerika Serikat 22 Februari 1974: Samuel Byck menembak dan membunuh petugas polisi Maryland Aviation Administration, Neal Ramsburg, di BWI sebelum menyerang Delta Air Lines Penerbangan 523 menuju Atlanta. Dia mendapat akses menuju kokpit saat pesawat masih di darat, bermaksud untuk membunuh Presiden Nixon dengan menerbangkan DC-9 menuju Gedung Putih. Dia menembak kedua pilot dan ko-pilot sebelum dia ditembak melalui jendela pesawat oleh petugas lainnya.
  • Palestina 1976: Pembajakan Palestina terhadap Air France Penerbangan 139 berakhir di Bandara Entebbe, Uganda oleh Operasi Entebbe: Komando Israel menyerang gedung itu, menahan para pembajak dan sandera, menewaskan semua pembajak Palestina dan menyelamatkan 105 orang, kebanyakan sandera Israel, 3 penumpang dan 1 komando tewas.
  • Palestina1977: Lufthansa Penerbangan 181 (juga diketahui sebagai Landshut) dibajak oleh teroris Palestina dalam penerbangan dari Palma de Mallorca menuju Frankfurt. Cobaan itu berakhir di Mogadishu saat komando GSG 9 menyerang pesawat itu. 3 pembajak tewas dan 86 sandera dibebaskan. Pilot pesawat tewas. Pelaku pembajakan diduga sebagai tangan kanan dari German Red Army Faction.
  • Malaysia 4 Desember 1977: Sebuah Boeing 737 Malaysia Airlines Penerbangan 653 dibajak dan jatuh di Tanjung Kupang, Johor, menewaskan 100 penumpang di dalamnya.
  • Siprus 1978: 2 orang Arab merampas sebuah pesawat di Siprus. Komando Mesir terbang tanpa diundang untuk mengambil alih pesawat itu. Tentara Siprus menahan kejadian itu dan 15 orang Mesir tewas dalam serangan 45 menit.
  • Jerman Timur 1979: 2 orang Jerman Timur membajak sebuah pesawat menuju Berlin Barat.
  • Serbia 20 Juni dan 21 Juni 1979: Sebuah penerbangan American Airlines dari New York menuju Chicago dibajak oleh Nikola Kavaja, seorang nasionalis Serbia, meminta untuk dibebaskannya nasionalis Serbia yang ditahan di Amerika Serikat. Tidak sanggup untuk mengamankan pembebasan sahabatnya, si pembajak membebaskan semua sandera kecuali pilot, ko-pilot dan seorang kru pesawat. Mereka terbang dari Chicago kembali ke New York dimana dia ditransfer menuju sebuah Boeing 707, yang mana terbang menuju Irlandia dimana si pembajak menyerah dan dibawa kembali ke Amerika Serikat untuk diadili. Senjata yang digunakan hanya bom buatan. Tidak ada korban jiwa dalam pembajakan tersebut.
  • Pakistan 1981: Sebuah jet Pakistan International Airlines dibajak dan dibawa menuju Kabul, dimana seorang penumpang tewas sebelum pesawat tersebut terbang menuju Damaskus; para sandera akhirnya dibebaskan setelah 13 hari saat Pemerintah Pakistan setuju untuk membebaskan 50 tahanan politik.
  • Indonesia 1981: Pembajakan penerbangan Garuda Indonesia GA 206 pada tanggal 28 Maret 1981. Ini adalah pembajakan serius maskapai penerbangan Indonesia, sejak kasus pertama seorang pembajak laut putus asa yang tewas oleh si pilot itu sendiri. Para pembajak, dalam satu grup yang disebut Komando Jihad, membajak DC-9 "Woyla", dalam rute Palembang menuju Medan, dan meminta pilot untuk terbang menuju Colombo, Sri Lanka. Tetapi sejak kehabisan bahan bakar, pesawat tersebut mengisi bahan bakar di Penang, Malaysia dan menuju Don Muang, Thailand. Para pembajak meminta pembebasan anggota Komando Jihad yang ditahan di Indonesia, dan US$1.5 juta, sebagaimana sebuah pesawat membawa tahanan tersebut menuju tujuan yang ditetapkan. Komando Kopassus yang mengambil bagian dalam misi ini, dilatih selama 3 hari dengan senjata yang sangat asing, dieksekusi secara cepat dalam operasi ini. Salah satu komando Kopassus tertembak oleh pemimpin pembajakan, yang akhirnya menembak dirinya sendiri. Semua sandera selamat.
  • Irlandia 1981: Sebuah penerbangan Aer Lingus dari Dublin menuju London dibajak dan diarahkan menuju Le Touquet di Perancis oleh seorang laki-laki yang meminta Paus membebaskan keturunan ketiga dari Fatima. Saat otoritas bernegosiasi dengan pembajak dengan radio di kokpit, pasukan spesial Perancis memasuki bagian belakang pesawat dan menundukkan si pembajak.
  • Sri Lanka 1 Juli 1982: Seorang Sri Lanka, diidentifikasi sebagai Sepala Ekanayaka, yang berusia 33 tahun, membajak sebuah jumbo jet Alitalia dari Bangkok, Thailand, dengan permintaan dapat bersatu kembali dengan istri dan anaknya dan kembali ke Sri Lanka.
  • India 22 Agustus 1982: Seorang militan Sikh, bersenjatakan pistol dan granat tangan, membajak sebuah Boeing 737 pada penerbangan terjadwalkan dari Mumbai menuju New Delhi membawa 69 penumpang. Pasukan keamanan India membunuh si pembajak dan menyelamatkan semua penumpang
  • Uni Soviet 1983: Sebuah pesawat dibajak di Tbilisi, Georgia.
  • India 24 Agustus 1984: 7 pembajak muda Sikh meminta sebuah jetliner Indian Airlines terbang dari Delhi menuju Srinagar [2] agar diterbangkan menuju Amerika Serikat. Pesawat tersebut dibawa ke Uni Emirat Arab dimana menteri keamanan UAE bernegosiasi untuk pembebasan penumpang. Pembajakan ini dikaitkan dengan perlawanan penarikan diri Sikh dari negara bagian Punjab di India.
  • Lebanon 1984: Pembajak Syiah Lebanon mengarahkan sebuah penerbangan [[Kuwait Airways menuju Tehran. Pesawat tersebut akhirnya dapat diambil alih oleh petugas keamanan Iran yang berpakaian seperti staf keamanan [1]
  • Lebanon 1985: Pembajak Syiah Lebanon mengarahkan Trans World Airlines (TWA) Penerbangan 847 dari Athena menuju Beirut dengan 153 penumpang di dalamnya. Ketegangan berakhir setelah Israel membebaskan 31 tahanan Lebanon.
  • Palestina 1985: Pembajak Palestina mengambil alih EgyptAir Penerbangan 648 dan menerbangkan pesawat tersebut ke Malta. Bersama-sama, 60 orang tewas, kebanyakan komando Mesir saat menyerang pesawat itu.
  • Palestina 1986: 22 penumpang tewas saat pasukan spesial Pakistan menyerang Pan Am Penerbangan 73 di Karachi, membawa 400 penumpang dan kru setelah dikepung selama 16 jam.
  • Tiongkok 1990: Pembajak merampas sebuah pesawat dari Republik Rakyat Cina yang mana terjatuh setelah mencoba mendarat di Canton, menewaskan 128 penumpang.
  • Pakistan 1991: 26 Maret 1991, Singapore Airlines Penerbangan 117 dibajak oleh 4 orang yang mengklaim anggota dari Partai Rakyat Pakistan. Anggota Pasukan Operasi Spesial Elit Singapura menyerang pesawat tersebut, menewaskan 4 pembajak dan membebaskan 118 penumpang dan 9 kru dalam waktu 30 detik. Tidak ada penumpang dan kru yang terluka.
  • Amerika Serikat 1994: FedEx Penerbangan 705 dibajak oleh karyawan Auburn Calloway yang putus asa dan meninggalkan Memphis, Tennessee dengan maksud memanfaatkan pesawat sebagai misil terhadap FedEx Headquarters. Akhirnya dia dapat diatasi oleh kru pesawat sebelum pendaratan darurat di Memphis.
  • Aljazair 1994: Air France Penerbangan 8969 dibajak oleh 4 teroris GIA yang merencanakan untuk menabrak Menara Eiffel. Setelah mengeksekusi 3 penumpang, komando GIGN menyerang pesawat, menewaskan semua pembajak dan membebaskan semua penumpang.
  • Iran 1995: Pembelot Iran dan pramugari pesawat, Rida Garari, membajak Kish Air Penerbangan 707, yang mendarat di Israel. Tidak ada korban jiwa.
  • Palestina 1996: Pesawat Hemus Air Tu-154 dibajak oleh seorang Palestina, Nadir Abdallah, terbang dari Beirut menuju Varna. Si pembajak meminta agar pesawat mengisi bahan bakar dan terbang menuju Oslo, Norwegia setelah mendarat di Bandara Varna. 150 penumpang dibebaskan di Varna, tetapi kru pesawat melanjutkan penerbangan menuju Oslo.
  • Ethiopia 1996: Ethiopian Airlines Penerbangan 961 jatuh di Samudera hindia setelah para pembajak menolak pilot agar mendarat dan mengisi bahan bakar. 125 penumpang tewas dan 50 penumpang selamat. Pembajakan ini hanyalah insiden ke-3 yang mana terdapat penumpang selamat pada pesawat jet penumpang yang jatuh ke air.
  • Malta 1997: Dua laki-laki yang membajak pesawat Air Malta en route dari Malta menuju Turki pada tanggal 9 Juni 1997, menyerah kepada polisi di bandara Cologne pada hari yang sama dan dibebaskan. 80 anggota kru dan penumpang pesawat selamat.
  • Jepang 1999: All Nippon Airways Penerbangan 61 dibajak oleh seorang laki-laki. Dia membunuh pilot sebelum dia ditundukkan.
  • Afghanistan 2000: Ariana Afghan Airlines Boeing 727 dibajak selama penerbangan oleh Taliban, dan berakhir di Bandara London Stansted, dimana kebanyakan penumpang mengklaim dirinya seorang suaka politik.
  • Pakistan 1999-2000: Teroris berbasis Pakistan membajak Indian Airlines Penerbangan 814 dan diarahkan ke Kandahar. Setelah satu minggu, India setuju untuk membebaskan 3 teroris Pakistan dengan imbalan sandera dibebaskan. 1 sandera ditusuk hingga tewas dan mayatnya dilempar ke landasan sebagai "serangan peringatan".
  • Filipina 2000: Philippine Airlines Penerbangan 812 dibajak en route dari Davao City, Filipina menuju Manila. Pembajak tersebut keluar dengan menggunakan parasut saat pesawat masih terbang. Akhirnya dia ditemukan dalam keadaan tewas.
  • Amerika Serikat 2001: Serangan 11 September 2001, Amerika Serikat bagian timur: 19 teroris membajak 4 pesawat (American Airlines Penerbangan 11, American Airlines Penerbangan 77, United Airlines Penerbangan 93, United Airlines Penerbangan 175). Keempat pesawat tersebut digunakan sebagai misil untuk menghasilkan kerusakan infrastruktur pada serangan teroris terburuk yang mencemarkan nama Amerika dalam sejarah; dua dari empat pesawat, United 175 dan American 11 ditabrakkan ke bangunan World Trade Center (WTC) di New York City, menghancurkan komplek WTC. American 77 ditabrakkan ke bangunan Pentagon, di Washington, D.C., menghasilkan kehancuran pada sebagian bangunan Pentagon. 3 pembajakan tersebut adalah pembajakan paling mematikan dari semua pembajakan di dunia. Dalam kasus United 93, tujuannya sama tetapi para penumpang mempelajari fatalnya 3 pesawat lainnya, menyerang kokpit, menyebabkan pembajak menjatuhkan pesawat di sebuah tanah kosong di Pennsylvania, menewaskan semua penumpang di dalamnya. Berdasarkan perhitungan resmi, 2,752 orang tewas di World Trade Center, 189 tewas di Washington, D.C., dan 44 tewas karena jatuh di tanah kosong dekat Shanksville, Pennsylvania.
  • Turki 2006: Turkish Airlines Penerbangan 1476 terbang dari Tirana menuju Istanbul, dibajak di atas langit Yunani. Pesawat tersebut ,dengan 107 penumpang dan 6 kru di dalamnya, mengirim 2 kode sinyal pembajakan yang mana ditanggapi oleh angkatan udara Yunani.

Pencegahan

Telah terjadi pembicaraan mengenai penguatan pada pintu kokpit untuk mencegah pembajak memasuki dan mengontrol pesawat. Di Britania Raya, Amerika Serikat, India, dan Australia, polisi udara telah ditambahkan pada beberapa penerbangan untuk menakuti pembajak dan mengagalkan pembajakan. Lainnya, beberapa penerbangan telah menambah sistem remote control untuk pesawat dimana tidak seorangpun yang dapat mengontrol penerbangan pesawat.

Dalam kasus beresiko serius seperti pesawat ditabrakkan menuju sebuah target, upaya yang harus dilakukan adalah menembak jatuh pesawat, menewaskan semua penumpang dan kru, untuk mencegah konsekuensi serius yang lebih parah.

Pilot pesawat komersial Amerika Serikat sekarang memiliki pilihan untuk membawa sebuah pistol pada dek pesawat, agar dapat menakuti si pembajak. Menembak jatuh pesawat dan menewaskan semua orang di dalamnya akan menjadi lebih beresiko daripada pilot menembak pistol pada sebuah maskapai penerbangan si dek pesawat. Menjinakkan peledak di dalam pesawat, bagaimanapun, adalah mitos, dan menurut persetujuan Amerika Serikat, perbuatan tersebut sangat mustahil dilakukan. [2]

Sejak "Hi, Jack" dan "hijack" dianggap mirip, ucapan ini secara luas dianggap sebagai ancaman keamanan di beberapa bandara. Bandara Internasional Los Angeles memperingatkan penumpang agar tidak mengucapkan "Hi, Jack" atau "Hey, Jack", tetapi mengucapkan "Hello, Jack" agar tidak dianggap membajak (hijack).

Satu tugas keamanan bandara untuk mencegah pembajakan adalah dengan memeriksa penumpang dan menyita benda apapun yang dapat digunakan sebagai senjata (bahkan benda yang kecil seperti gunting kuku).

Situasi Setelah 11 September

Sebelum Serangan 11 September 2001, kru pesawat menyarankan penumpang agar tetap duduk dengan alasan dapat meningkatkan kesempatan mereka untuk selamat. Sebuah protokal tidak resmi muncul, rakyat sipil dan otoritas pemerintah mengerti dalam beberapa kasus kekejaman pembajak yang dilakukan sampai mereka menemui tujuan mereka (sering, selama insiden Amerika pada tahun 1970-an, sebuah perjalanan ke Kuba).

Sejak serangan 11 September, situasi untuk penumpang dan pembajak telah berubah. Sebagaimana situasi United Airlines Penerbangan 93, dimana sebuah maskapai penerbangan jatuh di lapangan selama pertengkaran antara penumpang dan pembajak, penumpang sekarang harus menghitung resiko bekerja sama yang pasif, tidak hanya untuk mereka tetapi untuk orang di darat. Pembajak masa depan mungkin menemui perlawanan yang lebih banyak dari penumpang, membuat pembajakan tidak mungkin dilakukan, tetapi apabila terjadi, terjadi pertumpahan darah.

Beberapa negara telah memulai bahwa mereka dapat menembak jatuh pesawat komersial yang dibajak apabila pembajak menggunakan pesawat dalam gaya 9/11 (11 September) sebagai senjata, meskipun dapat menewaskan penumpang tak bersalah di dalamnya. Berdasarkan laporan, pilot tempur AS telah dilatih untuk menembak jatuh maskapai penerbangan komersial. [3] Negara lainnya seperti Polandia telah membuat hukum atau dekrit yang mengizinkan menembak jatuh pesawat yang dibajak. [4]

Jerman: Penembakan Jatuh Pesawat dan Konstitusi

Dalam sebuah keputusan yang dihargai secara luas oleh Federal Constitutional Court of Germany, pada bulan Februari 2006, keputusan tersebut melanggar sebuah hukum "Luftsicherheitsgesetz" atau "Hukum keamanan udara" - mengklaim pencegahan seperti menembak jatuh tidak masuk konstitusi dan secara dasar disponsor sebagai pembunuhan, bahkan aksi yang dapat menyelamatkan banyak nyawa di darat. Alasan utama di belakang keputusan ini adalah negara lebih memilih menyelamatkan sandera tak bersalah dengan alasan menghindari serangan teroris. Alasan lainnya bahwa Menteri Keamanan secara konstitusional tidak memberi nama untuk aksi dalam masalah teroris, ini adalah tugas negara dan pasukan polisi federal. Lihat [5]

Presiden Jerman, Horst Köhler, dia sendiri menginginkan pemeriksaan pengadilan konstitusional dari Luftsicherheitsgesetz setelah dia menandatanganinya lewat hukum tahun 2005.

Isu Hukum Internasional

Konvensi pada Pelanggaran dan Aksi Lain Tertentu yang Dilakukan di Pesawat (Konvensi Tokyo)

Lihat website Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) untuk informasi lebih lanju. http://www.unodc.org/unodc/terrorism_convention_aircraft.html

Konvensi untuk Penindasan Tidak Sah dalam Serangan Pesawat (Konvensi Den Haag)

Ditandatangani di Den Haag, pada tanggal 16 Desember 1970. Berisi 14 artikel berkaitan dengan konstitusi pembajakan dan garis pedoman untuk apa yang diduga pemerintah saat bernegosiasi dengan pembajakan. Konvensi tersebut tidak mempergunakan bea cukai, penyelenggaraan hukum atau pesawat militer. Kemudian, bidang dari konvensi tersebut muncul mencakup pesawat sipil secara eksklusif. Pentingnya, konvensi tersebut hanya berlaku apabila sebuah pesawat lepas landas atau mendarat di tempat yang berbeda dari registrasinya. Untuk pesawat dengan registrasi bersama, satu negara didesain sebagai negara registrasi untuk tujuan konvensi tersebut.

Lihat website Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) untuk informasi lebih lanjut: http://www.unodc.org/unodc/terrorism_convention_aircraft_seizure_html

Konvensi untuk Penindasan Tidak Sah dalam Aksi Bertentangan dengan Keamanan Penerbangan Sipil (Konvensi Montréal)

Lihat website Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) untuk informasi lebih lanjut: http://www.unodc.org/unodc/terrorism_convention_civil_aviation.html

  1. ^ Informasi Kecelakaan planecrashinfo.com
  2. ^ http://aviation-safety.net/database/record.php?id=19840824-2&lang=en