Stasiun Purwosari

stasiun kereta api di Indonesia
Revisi sejak 21 April 2022 10.54 oleh Adamkrishna (bicara | kontrib) (Kembalinya KA Jaka Tingkir mulai 25 April (Berdasarkan KAI Access))

Stasiun Purwosari (PWS) merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe C yang terletak di Purwosari, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah. Stasiun yang terletak pada ketinggian +93 m ini termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta dan hanya melayani KA kelas ekonomi lintas selatan dan lokal/komuter.

Stasiun Purwosari
Kereta Api Indonesia KAI Commuter Kereta Api Indonesia#Kereta api bandara
Templat:Penomoran stasiun komuter headerY10AS02BK01Templat:Penomoran stasiun komuter footer

Tampak depan Stasiun Purwosari, 2020
Lokasi
Koordinat7°33′28″S 110°48′2″E / 7.55778°S 110.80056°E / -7.55778; 110.80056
Ketinggian+93 m
Operator
Letak
Jumlah peron4 (satu peron sisi yang agak tinggi dan tiga peron pulau yang cukup tinggi)
Jumlah jalur7 (jalur 2 dan 3: sepur lurus)
LayananBengawan, Singasari, Gaya Baru Malam Selatan, Pasundan, Kahuripan, Logawa, Jaka Tingkir, Sri Tanjung, Sepur Kluthuk Jaladara, KA BIAS, Batara Kresna, KRL Commuter Line, dan Parcel ONS
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe C[2]
Sejarah
Dibuka27 Maret 1871
Dibangun kembali1907, 2010, 2017
Nama sebelumnyaStation/Halte Poerwosarie
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Solo Balapan
ke arah
Commuter Line Bogor
Solo Balapan–Yogyakarta
Gawok
ke arah
Stasiun sebelumnya Layanan lokal/komuter Stasiun berikutnya
Terminus Batara Kresna
Purwosari–Wonogiri, p.p.
Solo Kota
ke arah Wonogiri
Klaten
Terminus
KA BIAS
Klaten–Solo Balapan–Bandara Adisoemarmo, p.p.
Solo Balapan
Layanan penghubung
Halte sebelumnya Batik Solo Trans Halte berikutnya
SD Jaamatul Ichwan
Perjalanan satu arah
Koridor 2
Sub Terminal Kerten–Terminal Palur
Kasih Ibu
ke arah Palur
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Gedung parkir Tempat naik/turun Cetak tiket mandiri Mesin tiket Ruang/area tunggu Pemesanan langsung di loket Layanan pelanggan Pusat informasi Musala Toilet Tempat bermain anak Pertokoan/area komersial Restoran Ruang menyusui Isi baterai Area merokok 
Tipe persinyalanElektrik tipe Sinyal Interlocking Len-02
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun ini merupakan stasiun percabangan jalur kereta api menuju Surabaya dan Wonogiri. Jalur yang menuju Surabaya termasuk jalur utama, sedangkan yang ke Wonogiri termasuk jalur lintas cabang (jalur sekunder). Sampai Stasiun Sangkrah, jalur sekunder tersebut termasuk unik karena menjadi salah satu jalur kereta api aktif di Indonesia yang berjejer/berdampingan dengan jalan raya, selain percabangan menuju Depot Pertamina Madiun. Dahulu sepanjang jalur Purwosari-Sangkrah terdapat delapan buah perhentian kecil, yakni Pesanggrahan, Ngadisuran, Bando, Ngapeman, Pasarpon, Cayudan, Kauman, dan Lojiwetan. Halte-halte tersebut sekarang sudah tidak ada lagi.

Sejarah

 
Bangunan utama Stasiun Purwosari semasa masih berupa stasiun pulau

Stasiun Purwosari merupakan stasiun kereta api tertua kedua di Kota Surakarta. Dalam peta jalur Samarang–Vorstenlanden terbitan 1869, koleksi Universiteit Leiden Belanda, stasiun ini sama sekali tidak disebutkan. Yang disebutkan dalam rencana pembangunan jalur kereta api oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) adalah Stasiun Solo (Stasiun Solo Balapan) dan Stasiun Solo-Rivier yang terletak di lembah Bengawan Solo.[4] Namun, pada peta yang dibuat tahun 1878, nama stasiun ini mulai disebut (tetapi dengan nama yang salah, yaitu Poerwodadie).[5] Diperkirakan penambahan stasiun ini dilakukan bersama dengan finishing jalur kereta api tersebut dan juga dibuka bersama dengan pembukaan resmi jalur segmen Ceper–Solo NIS pada tanggal 27 Maret 1871.[6][7]

Sejak tahun 1907, stasiun ini menggunakan arsitektur yang mirip dengan Stasiun Kedungjati dan Willem I Ambarawa. Stasiun yang semula berperon sisi kemudian menjadi stasiun pulau. Ukuran bangunan stasiun ini lebih kecil daripada Kedungjati maupun Purwosari karena bentang atapnya hanya 13 meter, sementara Kedungjati 14,65 meter dan Ambarawa 21,75 meter. Bangunan ini terdiri atas kanopi yang memayungi bangunan utama serta jalur yang mengapitnya.[8]

Bangunan dan tata letak

 
Lentera semboyan wesel mekanik di dalam emplasemen Stasiun Purwosari yang menjadi simbol dari semboyan 11A dan 11B, sebelum dibongkar.

Awalnya Stasiun Purwosari memiliki delapan jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Setelah jalur ganda lintas SoloYogyakarta dioperasikan pada tahun 2007, jalur 2 dijadikan sebagai sepur lurus arah Solo Balapan dan jalur 3 dijadikan sebagai sepur lurus arah Yogyakarta. Jalur 1-5 sering digunakan untuk keberangkatan-kedatangan sekaligus untuk melintas langsung KA, jalur 6-8 untuk parkir gerbong barang, dan dua jalur tambahan menuju ke depo lokomotif dan gudang semen. Walaupun stasiun ini telah mengalami renovasi berupa penambahan atap overcapping sejak musim mudik lebaran pada bulan Oktober 2010,[9] bangunan stasiun yang asli tetap dipertahankan dan dijadikan cagar budaya.

Stasiun ini dulu termasuk unik karena di tengah emplasemen yang telah diberi overcapping terdapat wesel dan jalur simpang yang menghubungkan jalur 3 dengan jalur 4. Jalur simpang tersebut membelah peron yang terdapat pada kedua jalur tersebut. Namun, sejak sistem persinyalan stasiun ini diganti dengan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri Indonesia (Persero)[10] pada bulan Desember 2015, jalur 4, wesel, dan juga jalur simpang tersebut dibongkar untuk pelebaran peron sehingga stasiun ini tinggal memiliki tujuh jalur.

Ke arah timur dari jalur 1 terdapat percabangan jalur menuju Wonogiri. Dari stasiun ini juga dahulu terdapat jalur percabangan yang menuju Boyolali melalui Kartasura yang kini sudah dinonaktifkan. Jalur ini juga mempunyai cabang di Tegalsari menuju Colomadu. Sampai sekarang beberapa bagian dari sisa-sisa jalur tersebut masih dapat disaksikan.

Dahulu Stasiun Purwosari memiliki depo lokomotif; jejak peninggalan sebagai depo lokomotif masih terdapat menara air di sisi utara stasiun. Saat ini depo itu masih beroperasi, tetapi bukan depo lokomotif, melainkan depo alat mekanik.

Stasiun ini terakhir direnovasi pada tahun 2017, dengan mengganti lantai stasiun yang semula tegel tahu peninggalan NIS dengan lantai marmer.[11] Tegel ini diproduksi oleh Alfred Regout & Co., Maastricht, Belanda, memiliki ukuran 20 × 20 cm dengan tekstur yang tidak rata agar memperlancar aliran air. Tegel ini kuat, kukuh, dan tahan lama mengingat fungsi awal stasiun ini sebagai stasiun barang.

 

P

Lantai peron

Jalur 7 Parkir kereta
Jalur 6 Parkir kereta
Jalur 5 Parkir kereta
Jalur 4 Pemberhentian KA antarkota/KA barang
Peron pulau
Jalur 3 (Gawok) Sepur lurus arah Yogyakarta      Commuter Line Bogor tujuan Yogyakarta,      KA BIAS tujuan Klaten
Jalur pemberhentian kereta api antarkota dan KA lokal Jateng-DIY arah Yogyakarta
Jalur sepur langsung arah Yogyakarta
Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kiri kedatangan KA dari arah timur
Jalur 2      Commuter Line Bogor tujuan Solo Balapan,      KA BIAS tujuan Adisoemarmo (Solo Balapan)
Jalur pemberhentian kereta api antarkota dan KA lokal Jateng-DIY arah Solo Balapan
Jalur sepur langsung arah Solo Balapan
Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kanan kedatangan KA dari arah barat
Jalur 1      Batara Kresna tujuan Wonogiri (Solo-Kota)
Peron sisi, pintu terbuka di sebelah kiri kedatangan KA dari arah timur
G Bangunan utama stasiun

Kontroversi

Sejak November–Desember 2019, stasiun ini sudah memasang papan penunjuk arah untuk menuju ruang/nomor jalur/fasilitas tertentu, penunjuk arah jalur disertai jarak tempuhnya, serta layar monitor informasi keberangkatan maupun kedatangan kereta api secara realtime yang wujudnya terlihat seperti di bandara. Papan ini kemudian menjadi viral di situs jejaring sosial Facebook karena adanya kesalahan penulisan dalam bahasa Inggris departure di bawah kata "Kedatangan", yang akhirnya sudah dikoreksi pada tanggal 3 Januari 2020.[12][13]

Ciri khas

Stasiun ini memperdengarkan melodi penyambutan kereta api dengan lagu berjudul "Bengawan Solo" dalam format keroncong instrumental lagu ini buah hasil aransemen lagu ulang oleh YouTuber Keroncong yaitu Ardhieswala Music serta pula setiap kali terjadi kedatangan kereta api penumpang di seluruh stasiun besar wilayah Solo Raya.[14]

Layanan kereta api

Stasiun Purwosari sekarang menjadi stasiun pemberhentian dan terminus di Kota Surakarta bagi kereta api campuran antara lain kelas bisnis-ekonomi, kelas eksekutif-ekonomi maupun kelas ekonomi yang melewati jalur lintas selatan Jawa setelah Stasiun Solo Jebres dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surakarta dan hanya melayani kereta api dari arah timur yang menuju jalur lintas tengah arah utara maupun sebaliknya.

Penumpang

Antarkota

KAI Commuter

Kereta bandara

Bus rel

Kereta wisata

Sepur kluthuk Jaladara, tujuan Solo Kota

Barang

Antarmoda pendukung

Jenis angkutan umum Koridor/trayek Tujuan
Batik Solo Trans[15] 1 Bandara Adisumarmo–Palur
2 Kerten–Palur

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ PT Kereta Api Indonesia (Persero) (2018). Selayang Pandang Daop 6 Yogyakarta (PDF). e-PPID PT Kereta Api Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-10-07. Diakses tanggal 2020-10-05. 
  3. ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  4. ^ "Dutch Colonial maps - Leiden University Libraries". maps.library.leiden.edu. Diakses tanggal 2019-01-29. 
  5. ^ "Dutch Colonial maps - Leiden University Libraries". maps.library.leiden.edu. Diakses tanggal 2019-01-29. 
  6. ^ BOW (1898). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij. 
  7. ^ de Vereniging voor de Statistiek in Nederland (1872). Staatkundig en staathuishoudkundig jaarboekje voor 1872. Amsterdam: E.S. Witkamp. 
  8. ^ Dananjaya, Putu (20 Juni 2016). "Stasiun Ambarawa, Stasiun Militer Belanda". BPCB Jawa Tengah. Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud RI. Diakses tanggal 4 Agustus 2018. 
  9. ^ "Renovasi Stasiun Purwosari Rampung Sebelum Lebaran". Suara Merdeka. 29 Juni 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-20. Diakses tanggal 5 Oktober 2017. 
  10. ^ Mohamad, Ardyan (21 Juni 2013). "Kalahkan Siemens, BUMN Elektronik Raup Pendapatan Rp23 Triliun". Merdeka.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2017. Saat ini, masih ada pesanan proyek dari Kemenhub untuk menggarap persinyalan kereta di jalur Jogja-Solo, Duri-Tangerang, dan Parung-Maja. 
  11. ^ "Terkait Renovasi Stasiun Purwosari Solo, PT KAI Diminta Gandeng BPCB". Tribun Solo. 2017-11-16. Diakses tanggal 2019-01-29. 
  12. ^ Isnanto, Bayu Ardi. "Petunjuk Salah 'Kedatangan, Departure' di Stasiun Solo Terpasang 1,5 Bulan". detiknews (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-04. 
  13. ^ Media, Ginanjar Saputra-Solopos Digital. "Papan Petunjuk Stasiun Purwosari Solo Bikin Bingung, Departure Kok Kedatangan?". SOLOPOS.com. Diakses tanggal 2020-01-04. [pranala nonaktif permanen]
  14. ^ Dewanto, H. (2010-09-09). "Kisah "Empat Penari" di Tawang". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-10-13. Stasiun Balapan Solo, misalnya, memainkan ”Bengawan Solo” (...) kata Nugroho (Wahyu Utomo). 
  15. ^ "Liburan di Solo Naik Bus Batik Solo Trans (BST) Saja. Ini Rute Lengkapnya". Tribun Jateng. 2017-06-28. Diakses tanggal 2019-01-29. 

Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api

Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Gawok
ke arah Kutoarjo
Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan
dengan kelanjutan menuju Solo Balapan
Solo Balapan
Terminus
Terminus Purwosari–Wonogiri–Baturetno Solo Kota
ke arah Baturetno
Purwosari–Boyolali Gembongan