Arsitektur adalah proses dan produk dari perencanaan, perancangan, dan konstruksi bangunan atau struktur lainnya.[3] Karya arsitektur, dalam bentuk bangunan atau struktur, dianggap sebagai simbol kultural dan sebagai karya seni. Peradaban-peradaban bersejarah terkadang diidentifikasikan melalui pencapaian-pencapaian arsitektur mereka yang masih bertahan.[4]

Pemandangan kota Firenze menampilkan kubah Katedral Firenze yang mendominasi pemandangan
Dalam menambahkan kubah ke Katedral Firenze pada awal abad ke-15, arsitek Filippo Brunelleschi tidak hanya mentransformasi bangunan dan kotanya namun juga peran dan status seorang arsitek.[1][2]

Praktiknya yang dimulai pada masa prasejarah digunakan sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan budaya pada tiap peradaban di semua benua.[5] Dengan alasan ini, arsitektur dianggap sebagai salah satu bentuk kesenian. Teks-teks mengenai arsitektur telah ditulis sejak zaman kuno. Teks paling tua tentang teori arsitektur adalah risalah dari abad ke-1 yang berjudul De architectura oleh arsitek romawi, Vitruvius. Menurutnya, bangunan yang baik harus memiliki firmitas (kekuatan), utilitas (kegunaan), dan venustas (keindahan). Pada abad ke-19, Louis Sullivan membuat pernyataan "form follows function" yang memiliki arti "bentuk mengikuti fungsi". Pernyataan ini sering diasosiasikan sebagai konsep modern dari arsitektur. Unsur "fungsi" di sini tidak hanya mencakup kegunaan saja namun juga estetika, psikologis, dan dimensi kultural. Ide arsitektur berkelanjutan mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-20.

Selama bertahun-tahun, bidang konstruksi arsitektur telah berkembang mencakup segala hal mulai dari desain kapal hingga dekorasi interior.

Definisi

Arsitektur dapat berarti:

  • Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya.[6]
  • Metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.[6]
  • Aktivitas merancang seorang arsitek, mulai dari level makro (perencanaan kota, arsitektur lanskap) hingga ke level mikro (detail konstruksi dan furnitur). Praktik arsitek, di mana arsitektur berarti menawarkan atau memberikan layanan profesional sehubungan dengan desain dan konstruksi bangunan, atau lingkungan binaan.[7]

Teori arsitektur

Pentingnya teori untuk menjadi Referensi praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.

Sejarah

Latar Belakang Sejarah dan Ulasan Singkat Zaman Klasik adalah kurun waktu abad ke-8 Sebelum Masehi sampai abad ke-6 Masehi dalam sejarah peradaban Kawasan Laut Tengah, teristimewa Peradaban Yunani dan Romawi Kuno, dua serangkai yang lazim disebut Dunia Yunani-Romawi. Pada kurun waktu inilah masyarakat Yunani-Romawi berkembang dan meluaskan pengaruhnya ke seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Asia Barat. Zaman Klasik sudah jamak dianggap bermula pada masa penulisan naskah tertua yang memuat syair-syair gubahan Homeros dalam bahasa Yunani (abad ke-7 sampai abad ke-8 SM), lantas berakhir manakala kebudayaan Yunani-Romawi meluntur pada sekitar tahun 300–600 M. Rentang sejarah dan bentang wilayah yang sedemikian luas merangkum banyak sekali peradaban dan kurun waktu yang istimewa tiada bandingnya. Istilah “Zaman Klasik” juga mengacu kepada visi muluk orang-orang zaman kemudian tentang apa yang disebut sebagai kegemilangan Yunani Kuno dan kemegahan Romawi Kuno. Kebudayaan bangsa Yunani Kuno serta beberapa unsur kebudayaan masyarakat Timur Dekat Kuno mendasari toloktolok ukur kesempurnaan di bidang seni rupa, filsafat, tata kemasyarakatan, dan pendidikan Dunia Yunani-Romawi sampai dengan Zaman Kekaisaran Romawi. Bangsa Romawi melestarikan, meniru, dan menyebarluaskan tolok-tolok ukur kesempurnaan ini ke seluruh Eropa sampai mereka mampu bersaing dengan kebudayaan Yunani, yakni ketika penggunaan bahasa Latin sudah meluas ke mana-mana, dan Dunia YunaniRomawi sudah terbiasa bertutur dalam bahasa Yunani sekaligus bahasa Latin. Asas kebudayaan Yunani-Romawi ini sangat besar pengaruhnya terhadap bahasa, politik, hukum, sistem pendidikan, filsafat, ilmu pengetahuan, hal ihwal berperang, seni puisi, historiografi, etika, retorika, seni rupa, dan arsitektur Zaman Modern. Semenjak abad ke-14 Masehi, suatu gerakan kebangunan kembali berangsur tumbuh di atas sisa-sisa warisan peninggalan Zaman Klasik, yakni gerakan yang kelak disebut Renaisans di Eropa. Gerakan ini kembali mencuat ketika gerakan-gerakan neoklasik marak bermunculan pada abad ke-18 dan ke-19.

Arsitektur Zaman Klasik adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang pada Periode Klasik. Arsitektur Klasik secara inheren (terkandung dalam bangunan arsitektur tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat dengannya) dianggap memiliki ketinggian mutu (high quality) dan nilai (high value), dan mengandung nilai-nilai “keabadian” (“eternity”). Ketinggian mutu dan nilai Arsitektur Klasik dilandasi oleh ketaatannya pada aturan atau pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dalam menciptakan karya tersebut. Nilai-nilai “keabadian” Arsitektur Klasik diwujudkan dalam jenis karya arsitekturnya yang sebagian besar adalah bangunan peribadatan (kuil), yang tentunya di dalamnya terkandung nilai-nilai ini. Teori Arsitektur Klasik, dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Arsitektur Klasik. Untuk memahami Teori Arsitektur Klasik, kita perlu mengetahui Order Kolom Klasik, terutama nama bagianbagiannya, karena ia akan sering disebut, terutama oleh Vitruvius dalam De Architectura.

  • Pengetahuan tentang Order Kolom Yunani-Romawi Dalam Arsitektur zaman Klasik berkembang tiga aliran – order – yang didasarkan pada susunan atau konstruksi kolom dan balok pada bangunan, terutama kuil, yaitu order Dorik, Ionik, dan Korinthian. Masing-masing order mempunyai ciri khas. (Gambar 1.1 dan Gambar 1.2). Order Dorik, (Doric) dikembangkan mula-mula oleh Suku Bangsa Doria; bentuknya sederhana dan terkesan kokoh, salah satu contohnya adalah Kuil Parthenon di Akropolis Athena. Order Ionik (Ionic) mula-mula dikembangkan oleh Suku Bangsa Ionia, bentuknya agak rumit terutama pada bagian atas kolom, dan terkesan anggun, salah satu contohnya adalah Kuil Erechtheion di Akropolis Athena. Order Korinthian (Corinthian) mula-mula dikembangkan oleh Suku Bangsa Korinthin, dan kemudian dimatangkan oleh orang-orang Romawi, bentuknya paling rumit dan indah terutama pada bagian atas kolom, dan terkesan elegan. Bagian Order Kolom Klasik yang utama: pada bagian paling bawah adalah Base (dasar kolom, bagian tengah adalah Shaft (tiang atau badan kolom), dan bagian atas adalah Capital (kapital: kepala kolom). Di atas kolom terdapat Entablature (superstruktur, yang terletak secarahorizontal di atas kolom; ia tertumpu di atas kapital). Di atas entablature terdapat Pediment (konstruksi berbentuk segitiga – gable.
  • Arsitektur Klasik Sementara pertumbuhan dan perkembangan kota-kota Yunani Kuno, pada umumnya, bermula dari suatu tempat yang dibentengi untuk suatu perlindungan. Kemudian secara bertahap menjadi singgasana kekuatan yang dominan dan akhirnya menjadi area yang sakral, dimana kuil, monumen, dan altar terletak. Akropolis, inti dari kota-kota Yunani Kuno, dibentengi tapi tidak pernah menjadi bagian dari perbentengan hunian/permukiman yang merentang di bawahnya. Selama permulaan abad kuno, Akropolis juga menjadi tempat berkumpul, sebuah fungsi yang kemudian digantikan oleh Agora dengan perkembangan dan pertumbuhan kota selanjutnya. Hippodamus, kelahiran Miletus pada 480 SM, yang dianggap sebagai salah seorang perencana kota kuno Yunani, mengembangkan konsep sebuah Agora – sebuah pasar sentral – yang diatur disepanjang garis-garis segi empat. Di lapangan ini perniagaan kota diselenggarakan. Di beberapa kota periode awal, Agora ditemukan dekat gerbang kota. Aristoteles mempertalikan nama Hippodamus pada penemuan metode pembagian kota dengan penyediaan tapak untuk tujuan publik seperti kuil, kantor-kantor pemerintah, teater, stadium, gymnasium dan Agora, dan mengatur hunian di sepanjang jalan lurus dari susunan yang cukup lebar pada sebuah grid atau lebih dikenal dengan pola papan catur. Agora tersebut berbeda dari lapangan majelis politik rakyat yang disebut pnix, tetapi sering kali berdekatan letaknya. Di lapangan ini perniagaan kota diselenggarakan. Terdapat beberapa bukti bahwa peraturanperaturan bangunan telah dikembangkan untuk mencegah pelanggaran perorangan pada tempat-tempat publik dan jalur umum. Tanpa keraguan, keberadaan kuil, patung, dan monumen yang lain dari Akropolis membuktikan bahwa permulaan Yunani telah mencoba secara sadar untuk mempercantik dan menghias areal sakral mereka. Tetapi cukup jelas bahwa mereka tidak mengarahkan kepada jenis penyatuan dan integrasi ruang. Teknik pendefinisian ruang pada kesetaraan skala dengan kebutuhan manusia belum dikembangkan oleh Yunani. Pada umumnya keinginan untuk membentuk ruang berkembang sangat lambat setelah abad 5 SM, secara perlahan meningkat hingga pada puncaknya pada zaman arsitektur dan perencanaan kota Romawi. Akropolis Athena adalah sebuah pemandangan dari eksperimen arsitektural secara terus-menerus yang mencapai puncaknya pada zaman Perikles; ia memperlihatkan sebuah kemegahan, keagungan dan martabat yang tidak ada sejajarnya dengan Peradaban Dunia Kuno manapun. Akropolis dikelilingi tembok; masuk ke dalamnya harus melewati Propylea. Di bagian atas tapak, terdapat Kuil Parthenon yang terkesan agung; dan Kuil Erechtheion yang anggun, juga ada Kuil Nike Athena yang sederhana dan elegan, dan kuil-kuil lainnya yang disertai patung-patung yang kesemuanya berkombinasi menghasilkan sebuah halaman yang sifatnya religius. Di luar tembok bagian Selatan terdapat Teater Dionysos, menjadi tempat lahirnya drama-drama Yunani. Teater Dionysos yang dibangun pada tahun 330 SM, seluruhnya dapat menampung 18.000 penonton, suatu ukuran luar biasa besar pada masa itu. Di luar Akropolis yang berada di atas bukit di Athena, terdapat komplek lain yang juga penting yakni Agora. Pada mulanya, Agora merupakan sebuah tempat untuk perkumpulan politik dan pertemuan wakil rakyat. Kemudian berubah secara bertahap menjadi sebuah pusat untuk kegiatan pasar, dan akhirnya kegiatan komersial sangat mendominasi Agora. Sedangkan fungsi politik Agora diambil alih oleh pertemuan wakil rakyat di areal sakral Akropolis. Selama periode kuno, dari akhir abad 8 SM hingga menjelang abad 5 SM, tata letak Agora Athena belumlah teratur dan kurang terorganisir, hanya didefinisikan oleh bentuk kondisi topografi. Faktor penentu yang menghalangi keteraturan adalah arah dari Rute Panathenaik, sebuah jalan yang terbentuk untuk memfasilitasi pergerakan dari suatu prosesi di Zaman Yunani Kuno, yang memotong secara diagonal areal komplek Agora. Salah satu contoh sejarah yang brilian dari sebuah pergerakan aliran manusia adalah apa yang dinamakan prosesi Panathenaik di zaman Yunani Kuno, yang terjadi setiap tahun sekali dan pada setiap empat tahun dirayakan secara mewah dan megah, sebagai peristiwa yang sangat utama dalam kehidupan masyarakat Athena. Prosesi mengambil tempat di sepanjang rute yang telah ditandai dengan jelas dari gerbang Dipylon, di dinding luar kota, melintasi Athena dan terus naik ke lereng dataran tinggi Akropolis untuk menuju titik kulminasi yaitu Patung Athena.

Pertumbuhan Agora Athena, pada awalnya, sekitar 500 SM, terlihat Rute Panathenaik melewati secara diagonal tempat pasar yang tidak berbentuk dan bekas gedung pemerintah yang merentang di sepanjang kaki punggung bukit di sebelah Baratnya. Ke arah Selatan terdapat Bouleuterion Lama atau Council House. Dan ke arah Utara terdapat tiga kuil kecil.

Sekitar 420 SM, memperlihatkan perkembangan dari sebuah Agora segera setelah dibangunnya Kuil Hephaisteion. Satu lorong yang sangat kuat menuju ke arah kuil ini, yang pengaruhnya terasa sebagai sebuah elemen pengarah. Bouleuterion Baru dengan bentuk semi-circularnya dibangun di sisi bukit di belakang bangunan lama. Stoa Zeus terletak memanjang secara lurus mengikuti garis horizontal pada kaki bukit. Definisi dari batas-batas ruang Agora masih belum terbentuk.

Sekitar tiga abad sebelum dimulainya Abad Masehi, Agora telah membentuk dirinya semakin dewasa dalam perkembangannya. Bouleuterion Lama dihadapkan dengan Metroon yang berada di sepanjang garis dasar horizontal, berupa sebuah Collonade yang melengkapi Stoa Zeus yang terlebih dulu ada, ke arah Utara. Di sebelah Selatan Stoa telah dibangun sebuah Kuil Apollo Patross, dan Stoa Baru ditambahkan. Stoa Attalos dibangun tegak lurus Apollo Patross dari garis Rute Panathenaik. Sehingga pada periode ini, ruang Agora lebih terisi.

Sekarang kita beralih ke Kekaisaran Romawi. Dalam masa pemerintahan Traianus (Trajan) (98-117 M), kekaisaran Romawi mencapai wilayah terluas, melintasi sungai-sungai Donau sampai ke Dacia (sekarang Rumania). Batas wilayah di Timur adalah Sungai Eufrat dan Tigris, dan Kaisar sudah berhubungan dagang dengan Raja Kaniska di India Utara. Forum yang dibangun Traianus di Roma lebih besar dari bangunan-bangunan Forum terdahulu.

Forum di kota-kota Romawi, yang dapat disamakan dengan Agora di kota-kota Yunani, adalah sebuah ruang terbuka sentral yang digunakan sebagai tempat berkumpul, pasar, atau pertemuan-pertemuan politik warga masyarakat kota. Setiap kota di Romawi memiliki, paling tidak sebuah Forum. Tiap kaisar baru Romawi mendirikan sebuah Forum yang lebih besar dari pada sebelumnya demi kebesaran dirinya.

Setelah mengalami perubahan dan perkembangan, Forum biasa didefinisikan sebagai ruang terbuka formal berbentuk segi empat, dilengkapi dengan Collonade, didekorasi dengan patungpatung dan diapit oleh bangunan umum meliputi Basilica (assembly room atau town hall – balai pertemuan), Curia (law courts – ruang pengadilan), kuil, kantor-kantor kotapraja, bangunan pajak dan pertokoan. Dekat Forum juga ditempatkan Thermal (tempat pemandian umum). Thermal ini perkembangan dari Gymnasium Yunani, mempunyai arti yang penting dalam kehidupan sosial sehari-hari, digunakan untuk kesenangan dan rileks. Semua kota, yang kecil mempunyai Theatre dan yang besar mempunyai Ampitheatre. Colloseum Roma yang sekarang masih ada adalah bukti sejarah yang mengesankan dari sebuah Ampitheatre dengan tempat duduk berkapasitas 50.000 orang.

Patut diduga, bahwa dasar sejarah tipikal Forum Romawi bersumber pada tiga peradaban, yaitu berturut-turut: hunian Terramara; kota-kota Etrusca; dan kampung militer Castrum Romawi. Karakteristik utama kota-kota Romawi Kuno adalah sebagai berikut: (a) adanya sumbu dari jalan-jalan utama dan jalan-jalan kelas dua; (b) adanya penekanan pada areal kosong pada persilangan antara kedua jenis jalan; (c) lokasi sumbu dari bangunan utama ‘square’ cocok dalam suasana kontras dibanding dengan lokasi lateral pada kota-kota Hellenistik; dan (d) kebanyakan, meskipun tidak selalu, batas yang berbentuk segi empat dari hunian, secara jelas berlawanan atau kontras dari lansekap sekelilingnya, berlawanan dengan transisi dari kota ke lansekap sebagaimana biasa di Yunani.

Kaisar Romawi selanjutnya, pewaris Traianus, Hadrianus (117-138 M), menumpas pemberontakan terakhir kaum Yahudi, dan membangun kota baru, Aelia Capitolina, di reruntuhan Yerusalem, dengan Kuil Dewa Yupiter nya, dan melarang semua orang Yahudi mendekati kota itu. Hal itu menyebabkan pemberontakan besar-besaran orang Yahudi, namun dapat dipadamkan. Setelah itu, orang Yahudi dipindahkan menyebar ke seluruh wilayah Romawi.

Kaisar Hadrianus juga merupakan organisator, ia memperbaiki susunan pegawai negeri dengan penetapan, bahwa tiap-tiap pegawai harus diselidiki lebih dulu. Kecuali itu, pegawai menerima gaji yang cukup dan diberi hak untuk naik pangkat. Susunan pegawai itu menjadi dasar susunan pegawai di seluruh Eropa.

Setelah kematian Hadrianus, kaisar-kaisar penggantinya tidak ada yang cakap, masa pemerintahan mereka diwarnai dengan pemberontakan-pemberontakan. Kaisar pengganti Hadrianus: Antonius (138-161 M), kemudian Marcus Aurelius (161-180 M), dan sebelum mengundurkan diri, ia menunjuk putranya, Commodus, sebagai Kaisar. Perebutan kekuasaan terus terjadi hingga 284 M. Selama itu ada sekitar lima puluh kaisar silih berganti berkuasa.

Ketika Kekaisaran Romawi menderita, orang-orang Jerman berjaya. Pada tahun 250-an M, gelombang suku-suku Jerman, suku-suku yang datang dari hutan-hutan rimba di balik Sungai Rhine, di antaranya: Suku Frank, Vandal, Suebi, dan Goth, menyerbu Galia (Perancis sekarang), sedangkan yang lain melayari Sungai Danube menuju Laut Hitam. Di muara Sungai Danube, mereka membentuk angkatan laut yang terdiri dari 2000 kapal. Pada tahun 268 M, sekitar 320.000 orang berlayar melalui Selat Bosforus dan membanjiri Yunani, sehingga mengancam Roma. Pada tahun itu juga, pasukan Romawi bertemu dengan pasukan Jerman di Naissus (sekarang Nish, Serbia) dan memperoleh kemenangan mutlak dalam pertempuran paling penting Romawi sepanjang abad ketiga Masehi. Kaisar Romawi, Gallienus, mengakhiri pendudukan Jerman atas Yunani, dan – setelah ia dibunuh – penggantinya berhasil merebut kembali Galia. Sejak 280 M, kekaisaran tenang kembali. Sebagian orang Jerman lari pulang, beberapa yang lain menetap di wilayah Romawi, dan beberapa orang lagi mendaftarkan diri sebagai prajurit Romawi.

Pada tahun 284 M, setelah ketegangan akibat pemberontakan dan persekongkolan, tentara memahkotai Diocletianus. Bersama Diocletianus (284-305 M), keadaan kekaisaran agak membaik. Karena daerah kekuasaannya luas dan sering terjadi perebutan kekuasaan, maka dia membagi kekaisaran menjadi dua. Diocletianus sendiri memegang gelar Augustus di wilayah Timur kekaisaran dan menjadikan temannya, Maximianus, sebagai Augustus di wilayah Barat. Dua orang bawahan ditunjuk sebagai ‘kaisar’ di bawah mereka. Galerius di Timur dan Konstantius di Barat. Konstantius, meninggal, digantikan anaknya, Konstantinus. Kosntantinus siap berperang, ia maju perang melawan Maxentius, penguasa wilayah Italia dan Afrika Utara.

Pada tahun 312 M, Konstantinus memasuki Roma sebagai penguasa Barat yang tanpa tanding. Pada tahun 313 M, Konstantinus bersama-sama Lisinius, ‘kaisar’ Timur, pengganti Galerius yang meninggal pada 311 M, memaklumkan apa yang dikenal sebagai Dekrit Milano, yang menjamin kebebasan beragama di wilayah kekuasaan mereka. Di seluruh pelosok kekaisaran, penyiksaan terhadap orang Kristen berhenti seketika, dan bukan hanya itu, ketika para tahanan Kristen dikeluarkan dari penjara bawah tanah, Konstantinus bermurah hati pada mereka.

Konstantinus sendiri menyebut dirinya hamba Tuhan. Satu-satunya hal kristiani yang tidak dilakukan Konstatinus adalah dibaptis. Dan secara publik, ia masih mencampurkan kesalehan Kristen dengan devosi kepada Dewa Agung Matahari, yakni Matahari Yang Tak Terkalahkan, yang sudah populer sejak masa para kaisar dari abad terdahulu. Ketika pada 321 M, ia memaklumkan bahwa Hari Minggu dikhususkan sebagai hari kebaktian, tidak jelas entah Matahari Yang Tak Terkalahkan atau Yesus Kristus yang ia maksudkan untuk disembah. Perang saudara pecah pada 324 M, Lisianus dikalahkan dan dieksekusi, dan dengan itu Konstantinus menjadi penguasa tunggal kekaisaran Romawi.

Untuk menghormati kaisar yang besar jasanya mempertahankan serta menyelamatkan kerajaan Romawi, didirikanlah gapura kehormatan. Gapura ini didirikan pada tahun 315 M, ketika Konstantinus masih bersemayam di kota Roma. Di kota itu, masih ada enam buah gapura demikian. Pantheon di Roma, didirikan pada masa Kaisar Augustus, oleh Agrippa. Di bagian depan tampak Obelisk dari Mesir, yang dijadikan penghias taman kuil itu. Atapnya yang bulat melengkung itu ialah atap yang terbesar di dunia pada saat itu.

Pada 324 kota kuno Byzantium menjadi ibu kota baru Kekaisaran Romawi oleh Kaisar Konstantinus; kota itu kemudian dikenal dengan Konstantinopel (sekarang IstambulTurki). Dari pertengahan abad ke-5 hingga awal abad ke-13, Konstantinopel adalah kota terbesar dan terkaya di Eropa. Kota ini menjadi terkenal karena mahakarya arsitekturnya, seperti Hagia Sophia, katedral Gereja Ortodoks Timur, yang berfungsi sebagai kursi Patriarkat Ekumenis, Istana Kekaisaran tempat para kaisar tinggal, Menara Galata, Hippodrome, Gerbang Emas, dan istana aristokrat mewah yang menghiasi jalan dan alun-alun yang melengkung.

Konstantinopel terkenal karena pertahanannya yang masif dan kompleks. Meskipun dikepung dalam banyak kesempatan oleh berbagai pasukan, pertahanan Konstantinopelterbukti tak tertembus selama hampir sembilan ratus tahun. Setelah pengepungan 53 hari kota akhirnya jatuh ke tangan Ottoman, dipimpin oleh Sultan Mehmed II, pada tanggal 29 Mei 1453[8].

Asal dan arsitektur vernakular

Bangunan berkembang dari dinamika antara kebutuhan (tempat tinggal, keamanan, ibadah, dll.) dengan sarana (bahan bangunan yang tersedia dan keterampilan yang menyertainya). Ketika budaya manusia berkembang dan pengetahuan mulai diformalkan melalui tradisi dan praktik lisan, bangunan menjadi kerajinan dan "arsitektur" adalah nama yang diberikan untuk kerajinan tersebut. Keberhasilan arsitektur diasumsikan sebagai produk dari proses percobaan dan replikasi.

Arsitektur prasejarah

Pemukiman manusia purba sebagian besar merupakan pedesaan. Kemajuan ekonomi mengakibatkan terciptanya kawasan perkotaan yang dalam beberapa kasus tumbuh dan berkembang sangat pesat, seperti Çatalhöyük di Anatolia dan Mohenjo-daro dari Peradaban Lembah Sungai Indus di Pakistan.

Pemukiman dan "kota" neolitik lainnya adalah Göbekli Tepe di Turki, Yerikho di Levant, Mehrgarh di Pakistan, Knap of Howar dan Skara Brae di Kepulauan Orkney, Skotlandia, dan pemukiman budaya Cucuteni-Trypillian di Rumania, Moldova, dan Ukraina.

Arsitektur kuno

Di banyak peradaban kuno seperti peradaban di Mesir dan Mesopotamia, arsitektur dan urbanisme mencerminkan keterlibatan terus-menerus dengan unsur ilahi dan supranatural. Ada banyak budaya kuno yang menggunakan monumentalitas dalam arsitektur untuk mewakili secara simbolis kekuatan politik penguasa, elit penguasa, atau negara itu sendiri.

Arsitektur dan urbanisme Peradaban Klasik, seperti bangsa Yunani dan bangsa Romawi, berkembang dari cita-cita sipil, bukan agama atau empiris, dan membuat jenis bangunan baru bermunculan. “Gaya” arsitektur berkembang dalam bentuk tatanan Klasik. Arsitektur Romawi dipengaruhi oleh arsitektur Yunani karena mereka memasukkan banyak elemen Yunani ke dalam praktik bangunan mereka.[9]

Teks tentang arsitektur telah ditulis sejak zaman kuno. Teks-teks ini memberikan nasihat umum dan resep atau kanon formal khusus. Beberapa contoh kanon ditemukan dalam tulisan-tulisan Arsitek Romawi abad ke-1 SM, Vitruvius.

Arsitektur Asia

Arsitektur dari berbagai bagian Asia berkembang mengikuti garis yang berbeda dari Eropa; Arsitektur Buddhis, Hindu, dan Sikh masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Arsitektur India dan Tionghoa memiliki pengaruh besar terhadap daerah sekitarnya, sedangkan arsitektur Jepang tidak. Arsitektur Buddhis, khususnya, menunjukkan keragaman regional yang besar. Arsitektur candi Hindu yang berkembang dari sekitar abad ke-5 M secara teori diatur oleh konsep-konsep yang ditetapkan dalam Shastra, dan berkaitan dengan pengungkapan makrokosmos dan mikrokosmos. Di banyak negara Asia, agama panteistik mengarah pada bentuk arsitektur yang dirancang khusus untuk meningkatkan lanskap alami.

Di banyak bagian Asia, rumah-rumah, bahkan yang termegah sekalipun, terkadang memiliki struktur yang relatif ringan karena masih menggunakan kayu hingga saat ini. Oleh karena itu, hanya ada sedikit struktur yang bertahan hidup hingga usia yang besar. Buddhisme diasosiasikan dengan perpindahan ke struktur keagamaan batu dan bata, kemungkinan dimulai sebagai arsitektur potongan batu, yang bertahan dengan sangat baik.

Tulisan-tulisan awal dari Asia mengenai arsitektur termasuk Kao Gong Ji dari Tiongkok abad ke-7 hingga ke-5 SM; Shilpa Shastra dari India kuno; Manjusri Vasthu Vidya Sastra dari Sri Lanka dan Araniko dari Nepal.

Arsitektur Islam

Arsitektur Islam dimulai pada abad ke-7 M, menggabungkan bentuk arsitektur dari Timur Tengah kuno dan Bizantium, tetapi juga mengembangkan fitur yang sesuai dengan kebutuhan agama dan sosial masyarakat. Contohnya dapat ditemukan di seluruh Timur Tengah, Turki, Afrika Utara, Sub-benua India dan di beberapa bagian Eropa, seperti Spanyol, Albania, dan Negara-negara Balkan, sebagai akibat dari ekspansi Kekaisaran Ottoman. [10][11]

Jenis

Arsitektur aerodinamis

Arsitektur aerodinamis merupakan jenis arsitektur yang mampu memanfaatkan aliran udara untuk menghasilkan kenyamanan panas yang sesuai untuk suatu bangunan. Aliran udara dimanfaatkan baik secara langsung melalui lingkungan maupun melalui tata ruang di dalam bangunan. Arsitektur aerodinamis juga dapat dihasilkan melalui pengaturan penggunaan bahan bangunan, perlindungan dari sinar matahari secara langsung, atau melalui reduksi hasil pendinginan aktif. Aliran udara berperan sebagai pendinginan pasif bagi struktur bangunan serta mengeluarkan udara panas yang membawa polusi dan mempercepat penguapan. Bangunan yang menerapkan arsitektur aerodinamis mempunyai efek sejuk dalam hal fisiologi dan psikologi. Proses pendinginan pasif pada arsitektur aeordinamis memanfaatkan prinsip konveksi maupun konduksi sinar matahari ke ruangan atau lingkungan lain.[12]

Arsitektur bioklimatik

Arsitektur bioklimatik merupakan jenis arsitektur yang melakukan perancangan bangunan berdasarkan pada hubungan antara bentuk bangunan, lingkungan dan iklim. Prinsip dasar dari arsitektur bioklimatik adalah penggunaan desain pasif surya dan bioklimatik yang hemat energi melalui penggunaan energi alami yang berasal dari lingkungan di sekitar bangunan. Arsitektur bioklimatik mengutamakan kondisi kenyamanan bagi penghuni atau pemakai bangunan. Konsep bioklimatik pada arsitektur pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950 oleh Olygay. Penerapan praktis dari arsitektur bioklimatik barumulai digunakan pada tahun 1963. Pada arsitektur bioklimatik, suhu dan kelembapan menjadi tolok ukur dalam menentukan tingkat kenyamanan pemakaian bangunan. Pengembangan konsep arsitektur bioklimatik merupakan akibat dari krisis energi dan perubahan iklim yang membuat manusia memerlukan teknologi arsitektur yang hemat energi dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah.[13]

Arsitektur tropis

Arsitektur tropis merupakan jenis arsitektur yang sesuai diterapkan pada lingkungan yang memiliki iklim tropis. Jenis arsitektur tropis terbagi menjadi arsitektur tropis lembap dan arsitektur tropis kering.[14] Pada arsitektur tropis, kenyamanan bangunan ditentukan oleh kondisi bangunan dan kondisi lingkungan di sekitar bangunan. Dari segi kondisi bangunan, struktur dan letak bangunan serta bahan bangunan menjadi faktor utama terhadap kenyamanan pemakaian arsitektur tropis. Sementara itu, suhu ruangan, kelembapan relatif, dan pergerakan udara menjadi faktor penentu dari segi lingkungan yang termasuk ke dalam kenyamanan panas.[15]

Arsitektur tropis merupakan bentuk penyesuaian bangunan dengan iklim tropis. Lingkungan yang sesuai untuk membuat arsitektur tropis ialah lingkungan yang selalu terkena sinar matahari, curah hujan yang banyak dan kelembapan yang tinggi. Penerapan arsitektur tropis juga pada tempat-tempat yang dekat dengan alam. Contoh penerapan arsitektur tropis secara tradisional adalah pada rumah-rumah tradisional yang ada di Indonesia. Bahan bangunan yang digunakan sebagian besar diperoleh dari sumber daya alam di sekitar tempat bangunan didirikan. Sedangkan arsitektur tropis modern lebih mengutamakan perancangan pencahayaan alami dan ventilasi alami dengan tetap menggunakan bahan bangunan alami. Ciri utama dari arsitektur tropis adalah penggunaan pintu dan jendela yang berperan sebagai ventilasi alami. Ciri lain dari bangunan yang menerapkan arsitektur tropis ialah pembuatan langit-langit yang cukup tinggi yang umumnya mempunyai plafon yang rata dengan bagian atap tanpa ada loteng.[16]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "The Dome of Santa Maria del Fiore" (dalam bahasa Inggris). Museo Galileo, Museum and Institute of History and Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2013. Diakses tanggal 30 Januari 2013. 
  2. ^ Fanelli, Giovanni (December 1980). "The Dome". Brunelleschi (dalam bahasa Inggris). Harper & Row. hlm. 10–41. ISBN 0935748016. 
  3. ^ "architecture". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Oktober 2017. 
  4. ^ Pace, Anthony (2004). "Tarxien". Dalam Daniel Cilia. Malta before History – The World's Oldest Free Standing Stone Architecture (dalam bahasa Inggris). Miranda Publishers. ISBN 978-9990985085. 
  5. ^ "7 Things I Learned About "Home" from Talking to Architects on Every Continent". Apartment Therapy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 Desember 2020. 
  6. ^ a b "Arti kata arsitektur". Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses tanggal 29 Agustus 2021. 
  7. ^ "Gov.ns.ca" (dalam bahasa Inggris). Gov.ns.ca. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Juli 2011. Diakses tanggal 2 Juli 2011. 
  8. ^ https://rasindonews.wordpress.com/2022/06/12/teori-arsitektur-zaman-klasik/
  9. ^ "Introduction to Greek architecture". Khan Academy (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Oktober 2014. Diakses tanggal 23 Juni 2017. 
  10. ^ Marika Sardar (Oktober 2004). "Essay: The Later Ottomans and the Impact of Europe". www.metmuseum.org (dalam bahasa Inggris). The Met. Diakses tanggal 12 Februari 2019. 
  11. ^ Lory, Bernard (1 Januari 2015). "The Ottoman Legacy in the Balkans" (html / pdf). Entangled Histories of the Balkans - Volume Three. Entangled Histories of the Balkans - Volume Three (dalam bahasa Inggris). hlm. 355–405. doi:10.1163/9789004290365_006. ISBN 9789004290365. Diakses tanggal 12 Februari 2019. 
  12. ^ Kindangen, Jefrey I. (2017). Pendinginan Pasif untuk Arsitektur Tropis Lembab. Sleman: Deepublish. hlm. 4. ISBN 978-602-401-925-9. 
  13. ^ Laloma, I., dkk. (2015). "Optimalisasi Energi Surya pada Arsitektur di Daerah Tropis Lembab" (PDF). Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015: D018. 
  14. ^ Sari, L.H, Zahriah dan Zuhrina. (2019). Pengaruh Karakter Arsitektur Tropis pada Desain Rumah Belanda. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 11. ISBN 978-623-7086-36-9. 
  15. ^ Abdulrahman, I., dan Wibowo, H. (2018). "Penerapan Arsitektur Tropis pada Bangunan Komunal: Studi Kasus: Desain Asrama Haji Jawa Barat" (PDF). Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018: C042–C043. 
  16. ^ Siahan, R.M., dan Ihsan, H. (2007). Rumah Tropis: 40 Desain Rumah Tinggal + Denah + Gambar Perspektif (edisi ke-7). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 9. ISBN 979-22-0351-6. 

Pranala luar

Templat:Desain

Templat:Glosarium sains dan rekayasa