Bahasa Jawa Mataraman

bagian dari rumpun bahasa Austronesia

Bahasa Jawa Mataraman adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang banyak dituturkan oleh masyarakat di bekas wilayah keresidenan Madiun, Kediri, dan Bojonegoro di Jawa Timur.[1][2] Istilah "Mataraman" merujuk pada suatu wilayah kebudayaan yang meliputi wilayah Jawa Timur bagian barat-selatan karena wilayah tersebut pernah dikuasai oleh Kesultanan Mataram.[3] Dialek ini juga dituturkan oleh sebagian kecil masyarakat di Lamongan, Malang, Jombang, dan bagian selatan Banyuwangi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah persentase penutur bahasa Jawa dialek Mataramam mencapai 34,62% dari jumlah penduduk Jawa Timur secara keseluruhan.[4][5] Dengan demikian, dialek Mataraman menjadi dialek dengan jumlah penutur terbesar di Jawa Timur.[5]

Bahasa Jawa Mataraman
Basa Jawa Mataraman
Dituturkan diIndonesia
WilayahJawa Timur
Lainnya
Penutur
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Posisi bahasa Jawa Mataraman dalam harap diisi Sunting klasifikasi ini 

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Status resmi
Diatur olehBalai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Kode bahasa
ISO 639-3
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Hal yang paling terlihat dari bahasa Jawa dialek ini adalah penggunaan bahasa yang masih terkesan halus meski tidak sehalus masyarakat di Surakarta dan Yogyakarta.[6] Selain itu, bahasa Jawa dialek Mataraman terdapat perbedaan pada intonasi dengan bahasa Jawa standar karena sering memberi tekanan pada suku kata pertama, sebagai contoh "Byuh-byuh, uayuné cah iki" ("Waduh, cantiknya anak ini").[7]

Penyebaran wilayah kebudayaan

Menurut budayawan dan dosen Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, dalam penelitian mengenai Jawa Mataraman, wilayah kebudayaan Mataraman terbagi menjadi tiga, yaitu Mataraman Kulon (meliputi Madiun, Magetan, Ngawi, Pacitan, dan Ponorogo), Mataraman Wétan (meliputi Kediri, Blitar, Nganjuk, Trenggalek, dan Tulungagung), dan Mataraman Pesisir (meliputi Bojonegoro, Tuban, dan bagian barat Lamongan) di Jawa Timur.[8][9][10] Kepekatan kebudayaan sosial Mataraman lebih mudah dijumpai di Mataraman Kulon daripada Mataraman Wétan dan Mataraman Pesisir.[2][11][8][10]

Selain itu, bahasa Jawa dialek Mataraman juga dituturkan oleh sebagian masyarakat di Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang.[12][13] Beberapa kecamatan di Jombang, seperti Bandarkedungmulyo, Megaluh, Perak, Diwek, Gudo dan Jombang bagian barat, memiliki pengaruh kebudayaan Jawa Tengah.[14][15] Sementara itu, penutur jati bahasa Jawa dialek Mataraman di Kabupaten Malang tersebar di wilayah bagian barat, barat-selatan & tengah-selatan, antara lain wilayah Ngantang, Kasembon, Donomulyo, sebagian wilayah Wonosari, sebagian Kromengan, Sumberpucung, Kalipare, Sumbermanjingwetan, sebagian wilayah Gedangan, sebagian wilayah Pagelaran, dan sebagian wilayah Bantur.[16]

Fonologi

Bahasa Jawa dialek Mataraman memiliki perbedaan bunyi jika dibandingkan dengan dialek lainnya, seperti kata "putih" terkadang diucapkan [potíh] selain itu ada juga "mulih" [molíh]. Hal ini diduga karena ia juga mendapat sedikit pengaruh dari dialek Arekan.[17]

Kosakata

Dialek Mataraman Dialek lain / Bahasa baku Bahasa Indonesia
awit/wiwit molai (Arekan) mulai
bar mari (Arekan)

rampung (Mataram)

selesai
barakan pantaran (Arekan) sebaya, sepantaran, sekelas dalam suatu jenjang (sama-sama kelas II/V/VIII/XI)
bedhèk, jedhèk badhèk (Arekan) tebak
bocah, cah arèk (Arekan), laré (Osing) anak
cengoh bodho, longor, bénto (Arekan) bodoh
oté-oté piå-piå (Semarang), hèci (Surabaya), wèci (Malang) sejenis bakwan
ider mider (Arekan) menawarkan barang, berjualan dengan cara berkeliling
jingklong lamuk (Arekan) nyamuk
keblondrok menyesal setelah membeli suatu barang karena harga yang ditawarkan terlalu mahal
kemlinthi kemaki (Mataram) sombong
kèt, kaèt, sangka kawit, saka

teka (Arekan)

dari, semenjak
kiter uber (Arekan) kejar
lémpoh kesel (Mataram)

pegel (Arekan)

lelah
mau, maeng, engkè tadi
mbècèk buwuh (Suroboyo) syukuran sebelum acara pernikahan
mbesuk, ngéndhangi mêthuk (Surakarta-Yogyakarta dan Semarang) menjenguk
mblituki, ngapusi mbujuki (Surabaya) berbohong
mbok ibu, bu, buné ibu, bunda
mboyak babah (Surabaya) biarkan
men nemen sangat ... sekali
murus sakit perut, diare, mencret
-nem, -em (Mataraman Pesisir) -mu -mu (imbuhan)
nasang tersangkut
níng, ing nang (Surabaya), níng (Surakarta-Yogyakarta, dan Semarang) di
nggajak keren, necis
ngengkag berjalan cepat dengan gerakan goyang
nyapo, généya lapo (Surabaya), ngåpå (Surakarta-Yogyakarta dan Semarang) kenapa, mengapa
nylènthèt membolos
pakpuh/bupuh pakdhé/budhé (Surabaya) paman/bibi
panggah tetap
papag jemput
pèmèyan jemuran
sangkèk saking saking, terlalu
tenan, tenanan temen, temenan (Surabaya), tenan (Surakarta-Yogyakarta, dan Semarang) sungguh, sungguh-sungguh, benar, sangat, amat
ujug-ujug têkå-têkå (Yogyakarta) tiba-tiba
umbar, tog jar (Surabaya) membiarkan
wayer kipas angin

Lihat pula

Referensi

  1. ^ E.M., Uhlenbeck (1964). A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura. The Hague: Martinus Nijhoff. OCLC 469418172. 
  2. ^ a b Ignatius Kristanto; Yohan Wahyu, ed. (21 Juli 2008). "Kuali Peleburan di Tlatah Jawa Timur". KOMPAS.com. Diakses tanggal 11 Maret 2021. 
  3. ^ Basuki, Ribut. (2010). "Negosiasi Identitas dan Kekuasaan dalam Wayang Kulit Jawa Timuran". Disertasi. Depok: Universitas Indonesia
  4. ^ Kota Madiun Dalam Angka. Madiun: Badan Pusat Statistik Kota Madiun. 2021. hlm. 241–242. ISSN 0215-5966. 
  5. ^ a b "Kelompok Mataraman Mendominasi Jumlah Penduduk di Jawa Timur". Times Indonesia. 25 Januari 2021
  6. ^ Budi, Arifina (27 Desember 2016). "Ini Keunikan yang Hanya Dimiliki Masyarakat Jawa Timur". Good News From Indonesia. Diakses tanggal 28 Januari 2020. 
  7. ^ Paryono, Yani (2014). Sistem Kata Ulang Bahasa Jawa Subdialek Madiun. doi:10.31503/madah.v5i2.515. 
  8. ^ a b Satrya, I Dewa Gde (16 Agustus 2016). "Belajar Nilai dari Keluarga Jawa Mataraman". Universitas Ciputra. Diakses tanggal 28 Januari 2020. 
  9. ^ "Kuasai Dua Wilayah Ini, Paslon Menangi Pilgub Jatim". PublikSatu. 19 Maret 2018
    "Peta demografi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2018 dibagi menjadi 5 sub-kultural wilayah, meliputi Arek, Mataraman, Mataraman Pesisir, Madura dan Tapal Kuda."
  10. ^ a b Fuad, A. Jauhar. (2019). Tlatah dan Tradisi Keagamaan Islam Mataraman. Kediri: Institut Agama Islam Tribakti
  11. ^ "Ditentukan di Mataraman". KOMPAS.com. 24 Juli 2008. Diakses tanggal 11 Maret 2021. 
  12. ^ "Bahasa di Jombang Beragam, Ada Matraman dan Arek". Kabar Jombang. 2020-08-11. Diakses tanggal 2020-10-05. 
  13. ^ "Kisah Kota Malang, Calon Ibu Kota Negara". Terakota. 2018-01-02. Diakses tanggal 2020-02-27. 
  14. ^ "Kebudayaan Masyarakat Jombang". Pusaka Jawatimuran. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. 28 Juli 2012
  15. ^ Cahyono, Heru. 2008. Wayang Jombangan: Penelusuran Awal Wayang Kulit Gaya Jombangan. Jombang: Pemerintah Kabupaten Jombang, Hal: 1-3
  16. ^ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Malang 2011-2015: Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah Kabupaten Malang (PDF). Malang: Pemerintah Kabupaten Malang. hlm. 2–28. 
  17. ^ Ningsih, Faridha Sadik Purwita (2013). "Pemetaan Bahasa Jawa Dialek Mataraman di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur". Universitas Muhammadiyah Malang: hlm. 3. 

Pranala luar