Jibril

malaikat yang menyampaikan wahyu dalam Islam
Revisi sejak 9 Juli 2022 19.34 oleh NicoScribe (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 21340374 oleh Automtg (bicara) ?)

Jibril (Arab: جبريل, Inggris dan Alkitab: Gabriel) adalah malaikat yang muncul dalam ajaran agama samawi. Dalam ajaran agama samawi Jibril dianggap sebagai Pemimpin Malaikat dan bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi dan rasul.

Malaikat Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu. Malaikat Jibril adalah satu dari tiga malaikat yang namanya disebut dalam Al Quran. Nama Malaikat Jibril disebut dua kali dalam Al Quran yaitu pada surat Al Baqarah ayat 97-98 dan Surah At-Tahrim ayat 4. Di dalam Al Qur'an, Jibril memiliki beberapa julukan, seperti Ruh al Amin dan Ruh al Qudus (Roh Kudus), Ar-Ruh Al-Amin dan lainnya.

Bentuk fisik

Bentuk fisik Jibril ada tertera dalam uraian mengenai kisah nabi Muhammad, kala dia mendapat wahyu kali kedua, dan nabi menuntut untuk bertemu atau melihat rupa asli sang utusan Tuhan dari langit dalam rupa yang asli, atau bagaimana sesungguhnya dzat wujud Jibril tanpa rupa samar, sebagaimana di kali-kali yang lain, sang utusan (ruhul'qudus) selalu tampak dalam rupa seorang manusia biasa, seperti yang disebutkan dalam hadits Jibril.

Terkadang, ketika Nabi Muhammad SAW sedang berjalan, dia menyaksikan wujud Jibril memenuhi cakrawala, dan jika dia berpaling, dia tetap menyaksikan wujud Jibril di hadapannya. Hal ini menggambarkan betapa besarnya fisik Jibril dalam pandangan mata manusia.[1]

Jibril menampakkan wujudnya dengan enam ratus sayap antara masyriq (timur) dan maghrib (barat) sayap dan busana kebesarannya putih laksana mutiara yang larut, dengan rupa yang begitu elok dan rupawan, dan dengan kekuatan yang dahsyat penuh mukzijat.

Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.

Malaikat Jibril adalah malaikat yang menyampaikan berita kelahiran Nabi Isa (lihat di artikel Isa) kepada ibunya Maryam dan juga malaikat yang menyampaikan Al-Quran kepada Nabi Muhammad.

Dalam perjalanan suci Isra' Mi'raj, sesampainya di pos perjalanan Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril tidak sanggup lagi mendampingi Rasulullah untuk terus naik menghadap kehadirat Allah SWT;

dia berkata : "Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah yang dapat aku capai. Jika aku terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh".

Dalam Alkitab

Dalam Alkitab Kristen ada malaikat yang bernama Gabriel yang dalam bahasa Arab dilafalkan "Jibril". Ia adalah malaikat yang menyampaikan berita kelahiran Yesus Kristus kepada Maria (Lukas 1:19-26) dan kelahiran Yohanes Pembaptis kepada Zakharia, ayahnya. Ia juga menerangkan penglihatan kepada Daniel (Daniel 8:16; 9:21).

Salah satu perbedaan dengan malaikat Jibril dalam agama Islam adalah bahwa Gabriel dalam Alkitab Kristen menyatakan diri "melayani Allah dari dekat" dan menerima perintah secara langsung dari Allah, dengan kuasa penuh diutus mewakili Allah untuk menemui Zakharia dan Maria. Sedangkan "Jibril" dalam agama Islam "sama sekali tidak mampu mendekati Allah" (dari kisah Isra' Mi'raj).
Gabriel mengatakan kepada Zakharia demikian:

Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya."[2]

Frasa "melayani Allah" dalam bahasa Yunani adalah "παρεστηκὼς ἐνώπιον τοῦ θεοῦ" (parestēkōs enōpion tou Theou) yang secara harfiah berarti "di hadapan Allah", berarti mampu berada sangat dekat dengan Allah. Malahan perkataan yang disampaikannya, yang berasal dari Allah, begitu berkuasanya, sehingga ketika Zakharia meragukan perkataan Gabriel (yang merupakan penyampaian Firman Allah), Zakharia dihukum menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai perkataan Gabriel itu terwujud, yaitu dengan kelahiran Yohanes Pembaptis.[3]

Referensi