Girsang

salah satu marga Batak Simalungun

Girsang adalah Salah Satu Marga Batak atau Morga Batak yang Ada Di Tanah Batak yang Disebut Juga Sebagai Marga Asli suku Simalungun yang Berada dan Berasal Dari Tanoh Simalungun Di Wilayah Timur Sumatra Utara,Indonesia. Walaupun Keberadaan marga girsang sebagai salah satu marga Simalungun Yang Sudah Eksis Dan Mempunyai kekuasaan Sejak Jaman Kerajaan dan Jaman Penjajahan Belanda yang Sudah Jelas memiliki Tanah Ulayat Yang Cukup Luas Di Tanah Simalungun, banyak Orang yang berpolemik liar Tentang Marga Girsang Dan menganggap girsang bukan marga asli Suku Simalungun. Yang dianggap marga asli Suku Simalungun adalah SISADPUR Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba Secara Historis Dalam Perjalanan Panjang Kisah Marga Girsang Di Tanah Simalungun terlepas Dari Segala Pro Dan kontra Marga Girsang Masuk Dalam "HARUNGGUAN PURBA" Sebagai Namar Sanina. Marga Girsang yang Dari Lehu (Pakpak Dairi) Merantau Ke Tanah Karo Mereka Memakai Marga Tarigan Gersang Dan Marga Girsang Yang Merantau Dari Tanah Simalungun Ke Tanah Karo Memakai Marga Tarigan Girsang Secara Historis Marga Girsang Juga termasuk Sipukka Huta/Simantek kuta di Tiga Puak Batak ini ada juga Tanah Pemberian Sebagai Anak Beru/ Boru Dari Hasil Seminar PGBPI (Parsadaan Girsang Boru Pakon Panogolan Indonesia) Memutuskan bahwa Marga Girsang Dalam Melaksanakan Adat Istiadatnya Dalam Kehidupan Berbudaya dan Dalam kehidupan bermasyarakat Memakai Tiga Adat Tradisi Yang Berasal Dari Tiga Suku yaitu Suku Simalungun ,Suku Karo ,Suku Pakpak Atau Dairi. Uniknya Lagi Marga Girsang yang tinggal di Wilayah Horison Mereka Memakai adat Campur Dengan Budaya Batak Toba.

GIRSANG
Aksara Batakᯑᯕᯉᯫᯃ᯳
Nama margaGirsang
Nama/
penulisan
alternatif
Gersang
Tarigan Gersang
Tarigan Girsang
Silsilah
Nama lengkap
tokoh
Datu Balutan Girsang, Raja Ursa, Raja langit, Datu Parulas, Datu Parultop, Somalate, Guru Sotangguon, Partaliganjang, Sigulang Batu, Purba, Toga Simamora
Asal
SukuBatak Simalungun Batak Karo Batak Dairi

Asal-Usul

Ada beberapa pendapat mengenai asal usul marga girsang ini.Hal ini dikarenakan referensi atau dokumen yang sedikit serta belum diadakan penyelidikan secara maksimal. Ada seseorang mengatakan bahwa girsang berasal dari keturunan Lumbantoruan.[1], [2], referensi ini berasal dari buku " Sejarah & Silsilah, Asal Usul Marga Girsang" karangan Jaludin Purba Girsang BA yang dicetak tahun 1970-an. Penulis mengungkapkan dalam buku tersebut data-data yang diperoleh berdasarkan wawancara kepada para pihak yang dianggap kompeten (serta cek silang antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya) dan kumpulan dokumen-dokumen yang tersedia dari sumber-sumber yang diwawancarai. Dijelaskan, Opung (Op) Girsang pertama dilahirkan di kampung Nagasaribu/ Sigalingging 6 Km dari Kota Siborongborong arah Lintongnihuta, Kabupaten Tapanuli Utara (Bukan Nagasaribu yang ada di kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun).Op Girsang (Lumbantoruan) ini karena membunuh seorang abang kerabatnya, terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri, dan hidup berpindah-pindah sebelum akhirnya tiba di 'Lehu, Kec.Tigalingga Kabupaten Dairi, provinsi Sumatra Utara. Dari Lehu ini kemudian keturunannnya ada yang berpindah ke Nagasaribu, Silimakuta, kabupatenSimalungun dan bertambah banyak disana, dan akhirnya menyebar. Oleh karena itu sampai sekarang, Nagasaribu di Silimakuta, kabupaten Simalungun dianggap sebagai kampung halaman marga girsang sementara Lehu dianggap asal nenek moyang marga Girsang.
Pendapat Jaludin Purba Girsang BA yang kontoversi ini, dikalangan Girsang dan penulis-penulis lainnya, tidak bisa dijadikan pegangan karena tidak sesuai dengan pendekatan hikayat yang ada dan runtun sejarah sebenarnya, hingga pendapat demikian sudah dinafikan. Versi yang berkembang turun temurun mengatakan bahwa marga girsang adalah berasal sub marga Purba dan tidak ada hubungannya dengan Lumbantoruan[butuh rujukan]. Oleh karena itu Girsang dianggap suku Simalungun asli.

Menurut kisah turun temurun, nenek moyang marga Girsang lahir dari sebuah keluarga yang sangat sederhana di Lehu. Karena begitu susah mencari makanan, orangtuanya sering meninggalkan dia di bawah sebuah pohon buluh botung, tetapi saat itu setiap kali si Ibu datang mau memberi menyusui anaknya selalu ada mendahuluinya seekor Ursa (rusa) yang menyusui anak tersebut, hingga anak tersebut tumbuh besar & dewasa, itu jugalah alasannya sehingga marga Girsang tidak boleh memakan daging Ursa-Belkih (rusa).

Setelah anak itu tumbuh besar dia pergi merantau, karena begitu luas daerah yang ia jalani sampai ia mempunyai 16 orang isteri yang berasal dari berbagai rantau. Suatu hari dia pergi merantau ke negeri Timur - tanah Simalungun (wilayah ini kini disebut Girsang Sipangan Bolon, karena kepintaran dan kekuatanya akhirnya seorang Raja marga Sinaga mengaguminya, ia dijamu panganan yang mewah sekelas raja, sampai akhirnya Raja tersebut menikahkan dia dengan Putrinya. Marga Girsang ini mempunyai kegemaran berburu sehingga dia disebut juga dengan julukan Parultop Ultop.

Tapi suatu hari tibalah saatnya pembagian tanah di desa tersebut, namu dia tidak menerima bagian yang diberikan oleh raja tersebut. Tolakanya bukan berarti dia tidak butuh bagian tersebut tetapi karena kelicikanya dan ia mempunyai tujuan tertentu. Saat itu dia hanya meminta bagian tempat menanam Labu, dengan perjanjian setiap tanah yang dijalari oleh labunya itu menjadi tanah miliknya. Karena kepolosan masyarakat & Raja tersebut hingga beranggapan bahwa labu tersebut tidak akan bisa menjalar luas akhirnya mereka menyetujui perjanjian itu. Setelah itu diapun menanam Labu tersebut, setiap akar dari labu tersebut dia beri baja (sejenis pupuk), sehingga labu tersebut tumbuh subur dan meluas bahkan tanah di desa tersebut sudah menjadi miliknya. Akhirnya Raja pun mengambil keputusan untuk membagi ulang tanah tersebut.

Dia mempunyai 3 orang anak, namun untuk membesarkan anak tersebut dia harus menyembunyikannya di tempat yang aman, karena Raja menganggap bahwa anak-anak Girsang memiliki kelicikan seperti ayahnya; Girsang mengkhawatirkan jika Raja tidak suka kepada anak-anaknya. Saat kelahiran anak pertamanya dia harus membohongi raja dengan menyembelih seekor anjing dan menunjukkan darah anjing itu kepada raja bahwa dia telah membunuh anak tersebut. Setelah anak-anaknya besar anak tersebut pergi merantau. Anak-anaknya inilah yang menyebar menjadi marga Girsang. Sehingga jika di tanah karo (Tarigan Gersang), Dairi (Gersang), Simalungun (Girsang).

Yang pergi ke tanah karo tersebut juga kegemarannya adalah berburu. Suatu saat dia pergi berburu ke sebuah hutan dan dia membawa banyak anjik pemburu binatang. Di hutan tersebut dia menemukan 2 (dua) jenis jamur, yaitu satu yang berwarna putih dan satu lagu berwarna Merah. Awalnya dia tidak mengetahui jamur itu mempunyai keajaiban, saat itu anjingnya menyentuh jamur yang berwarna merah dan setiap anjing yang menyentuh jamur yang berwarna merah anjing tersebut akan pingsan dan setiap anjing yang tersentuh oleh jamur merah maka anjing tersebut akan sadar kembali. Dari situlah dia mengetahui bahwa jamur tersebut mempunyai fungsi yaitu satu sebagai racun dan satu lagi sebagai obat. sejak saat itu dia juga menjalani banyak daerah sehingga dia di beri julukan Pagar Dawan. Nama pagar Dawan sampai saat ini juga sudah menjadi rurun marga Tarigan Gersang.

Saat itu dia dinikahkan oleh marga ginting yaitu tepatnya daerah juhar, dia dinikahkan juga karena kepintarannya menyembuhkan segala penyakit di daerah itu. Dan dia mempunyai 1 satu orang anak salah satunya adalah yang di sebut NINI PENAWAR dan anak tersebut mempunyai keahlian yaitu pintar mengobati seperti orangtuanya. Keturunan dari NINI PENAWAR ini adalah Tarigan SIMPANG PAYONG.[butuh rujukan]

Kerajaan Girsang Silimakuta dan Sejarahnya

Pengakuan kerajaan Girsang di Silimakuta tidak terlepas dari sejarah historis suku Simalungun. Suku Simalungun dalam sejarah historis memiliki 3 fase kerajaan yangg pernah berkuasa dan memerintah di Simalungun. Berturut-turut fase itu adalah
1. Fase kerajaan yang dua (harajaon na dua) yakni Kerajaan Nagur[pranala nonaktif permanen] (marga Damanik) dan Batanghio (Marga Saragih).
2. Fase Kerajaan berempat (harajaon na opat) yakni Kerajaan Siantar (marga Damanik), Panai (marga Purba Dasuha), Silau (marga Purba Tambak) dan Tanoh Jawa (marga Sinaga).
3. Fase 7 kerajaan (harajaon na pitu) yakni: kerajaan Siantar (Marga Damanik), Panai (marga Purba Dasuha), Silau (marga Purba Tambak), Tanoh Jawa (marga Sinaga), Raya (marga Saragih Garingging), Purba (marga Purba Pakpak) dan Silimakuta (marga Girsang).

Fase ke -3 ini berkaitan dengan kolonial Belanda di Simalungun. Pada tahun 1907 diadakan perjanjian pendek (korte verklaring) yang intinya tunduknya seluruhnya kerajaan kepada kolonial Belanda, maka untuk mempermudah urusan administrasi serta mempermudah politik divide et impera, maka status partuanon dari tiga partuanon Dolog Silou itu dinaikkan statusnya menjadi kerajaan, yakni Silimakuta, Simalungun(Girsang) di Naga Saribu, kerajaan Purba (Purba Pak-pak) di Pematang Raya.

Sejarah Kerajaan Silimakuta bermula dari seorang Girsang membantu Tuhan Naga Mariah, Raja Sinaga untuk mengusir musuh Tuhan Naga Mariah dari Siantar[butuh rujukan]. Girsang ini menyuruh penduduk mengumpulkan sebanyak mungkin bermacam- macam duri dan diambilnya cendawan merah, diperasnya dalam air, racunnya diletakkannya pada duri-duri dan diletakkan di sepanjang jalan yang bakal dilalui musuh., sedangkan air yang beracun itu dimasukkannya ke dalam Paya Siantar. Musuh oleh karena itu semuanya mati kena racun.Ia melapor kepada Tuhan Naga Mariah dan berkata, "Nunga mate marsinggalang saribu di dolok i!" (beribu-ribu musuh sudah mati bergelimpangan di gunung itu), sehingga gunung itu dinamakan Dolok Singgalang dan namanya Saribu Dolok. Girsang lalu kawin dengan puteri dari Tuhan Naga Mariah dan karena ahli mencampur racun dinamai Datu Parulas. Setelah Raja Sinaga itu mati, maka Datu Parulas ini naik tahta dan mendirikan kampungnya Naga Saribu yang menjadi ibu kota kerajaan Silimakuta. Kerajaannya dinamainya Si Lima Kuta karena dalam kerajaannya mencakup lima kampung (kuta) yaitu:
1. Rakutbesi
2. Dolok Panribuan
3. Saribu Djandi
4. Mardingding
5. Nagamariah
[3]

Sub-Marga Girsang

Marga Girsang terdiri dari 5 sub marga, berdasarkan letak tempat moyang mereka di Silimakuta Simalungun, antara lain:
1. Girsang Jabu Bolon
2. Girsang Na Godang
3. Girsang Parhara
4. Girsang Rumah Parik
5. Girsang Bona Gondang

Tokoh Terkenal

  • Tuan Girsang (Semua Partuanon Girsang ) yang Berada Di Kerajaan Silimakoeta
  • Tuan Pamoraildup Girsang Raja Van Silimakuta (Silimakoeta)
  • Tuan Padi Radja Girsang (Putra Raja Silimakoeta)
  • Pdt Sahala A Girsang Sekretaris jenderal GKPS Tahun 1995 - 2000
  • Pdt Hamonangan Girsang Sektetaris jenderal GKPS Periode 1977- 1990 - Sekjen Vem/UEM Pendeta Pertama Dari Asia

Hasil Seminar PGBPI

SILSILAH MARGA GIRSANG

Oleh : Tim Sejarah

Juster Girsang, SH,MH

Ir. Simson Girsang

Ir. Janerson Girsang

KATA PENGANTAR

Kami Tim Sejarah menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa demikian juga kepada seluruh Parsadaan Girsang Boru Panogolan Indonesia dimanapun berada. Sejarah adalah kaca untuk manusia bisa belajar menjadi manusia sesungguhnya, hal ini tentunya ditekankan kepada kita segenap warga marga Girsang agar mau terus peduli dan memiliki minat untuk melestarikan sejarah dan budaya leluhur nenek moyang kita marga Girsang Berita dan Cerita maupun silsilah legenda mengenai leluhur marga Girsang dalam buku ini disarikan dari beberapa buku refrensi dan dipadukan usaha-usaha penulis mengecek kebenaran cerita dalam buku refrensi dengan terjun langsung meneliti kelapangan atas kebenaran cerita menjadi sebuah bukti fakta sejarah yang yang tercantum dalam daftar pustaka dalam buku ini. Antara buku refrensi yang satu dengan yang lain mendapat persamaan dan perbedaan sesuai dengan tujuan penyajiannya. Namun penulis berusaha lebih memfokuskan diri pada penyajian terhadap perjalanan leluhur asal usul marga Girsang. Seperti Buku Pustaka Samosir Silsilah Batak yang di karang oleh W.K.H YPES tahun 1932 berjudul “ BIJDRAGE TOT DE KENNIS VADE STAMVERWANTSCHAP DER INHEEMSE RECHT SGEMEENSCHAPPEN AN HET GROUNDENRECHT DER TOBA – DAIRI BATAKS “diterbitkan ulang dan diterjemahkan sesuai aslinya H.J.A.Promes, P. Leo Joosten dan Parulian Silalahi lengkap dengan menyajikan silsilah marga-marga Batak menyatakan bahwa marga Girsang si Raja Ursa adalah anak dari Tentang Niaji Purba Sigulangbatu dari Toga Purba. Demikian juga Buku berjudul Tarombo marga marga Batak karangan Wasinton Hutagalung cetakan kedua tahun 1961 bahwa marga Girsang si Raja Ursa adalah anak dari Tentang Niaji Purba Sigulangbatu keturunan dari Toga Purba, demikan juga Buku Sejarah Kebudayaan Batak karangan N.Siahaan BA cetakan pertama tahun 1964 bahwa marga Girsang adalah keturunan Purba Sigulangbatu. Demikian juga Buku berjudul Leluhur Marga-Marga Batak dalam Sejarah dan Silsilah karangan Drs. Richard Sinaga cetakan pertama tahun 1996 menjelaskan bahwa marga Girsang adalah si Raja Ursa anak dari Guru Tentang Niaji dari Purba Sigulangbatu keturunan Toga Purba. Dalam brosur Partangiangan Purba Sigulangbatu Apangadum di Bakara tanggal 29 Juli 1965 bahwa marga Girsang berasal dari marga Purba Sigulangbatu anak dari Somalate Guru Tentang Niaji keturunan dari Toga Purba. Demikian pula penjelasan Dr.PH.S. Van Ronkel end Tideman Asisten Residen Pantai Timur dalam Buku TAAL LAND EN VOLKENKUNDE VAN NEDERLANDSCH INDIE berbahasa Belanda tahun 1910 halaman 81- 83 bahwa Si Girsang berasal dari Lehu.Penulis juga menggunakan buku Sejarah dan Silsilah Marga Girsang sebagai daftar Pustaka karangan Jaluddin Purba Girsang, BA tahun 1970 yang diperolehnya berdasarkan wawancara dari pengetuai-pengetuai tanpa didukung Buku Sejarah sebagai refrensi bahwa marga Girsang berasal dari marga Sihombing Lumbantoruan. Dari hasil penelusuran penulis bahwa si Girsang yang dimaksud dalam Buku Jaluddin Purba Girsang, BA adalah orang yang berbeda yaitu namanya si Raja Girsang marganya Lumbantoruan dari Sitappurung Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dingot Sitanggang Spd guru Yayasan Khatolik Pangururan yang menjembatani penBlog untuk mesipartogi ndapatkan Buku Samosir Silsilah marga Batak tahun 1932 pada perpustakaan Kepastoran Khatolik Pangururan. Demikian pula kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada saudara Boston Girsang dan Dori Alam Girsang yang selalu memberikan masukan-masukan Sejarah Girsang melalui Facebook maupun Blog girsangsipartogi di Goegle demikian pula kami menyampaikan terima kasih kepada mantan Sekretaris Tuppuan Girsang sedunia yaitu saudara Langser Girsang SE, yang telah menyumbangkan buku sebagai refrensi sejarah berbahasa Belanda TALL LAND EN VOLKENKUNDE VAN NEDERLANDSCH INDIEtahun 1910 menerangkan bahwa si Girsang berasal dari Bukit Lehu berburu mengikuti buruannya sampai ke Tanduk Banua Nagasaribu dan di Nagasaribu kawin dengan anak Raja Nagamariah boru Sinaga memiliki anak enam orang, demikian pula penulis menyampaikan terima kasih kepada Perpustakaan Propinsi Sumatera Utara yang menyajikan buku-buku bacaan budaya lokal dan tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada saudara Veri Wandi Girsang telah menyumbangkan sebuah buku Sejarah Girsang dan khususnya turunan Tuan Lobe dan juga terima kasih kami sampaikan kepada bapak Marthin Girsang, SE, SH telah menyerahkan Tarombo silsilah Girsang Nagasaribu yang mendorong penulis menyelesaikan tulisan Buku Tarombo ini. Demikian pula penulis menyampaikan terima kasih kami kepada abang anda DR.Junimart Girsang, MBA, MH anggota Komisi C, DPR RI bersama-sama tokoh marga Girsang lainnya yang menggagasi pembuatan Buku Sejarah asal usul marga Girsang. Kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Tokoh marga Girsang dan marga Manik yang tinggal di Lehu yang telah memberi dukungan kepada kami dalam pembuatan sejarah ini. Demikian pula kepada Mangihut Purba di Sigulangbatu, Mungkin Cibro di Tuntungbatu, Op Julu Siboro di Sagala dan Ramli Sinaga di Pematang Purba demikian pula saudara-saudara kami yang tidak bisa sebut namanya satu persatu yang turut serta mendukung kami dalam pembuatan sejarah ini, kami Tim Sejarah menyampaikan terima kasih. Tim sejarah menjelaskan kepada pembaca bahwa Tim Sejarah bukan mengajak pembaca untuk mempelajar marga-marga lain diluar marga Girsang, namun Op. Datu Parultop-ultop leluhur marga Cibro, Purba Pakpak adalah anak kembar dengan Op. Datu Parulas Parultop leluhur marga Girsang, Siboro dan Lumban Raja penulis menyajikan kedua leluhur ini untuk tidak terjadi kekeliruan bagi pembaca khususnya marga Girsang, Jika ada penulisan yang kurang pas terhadap marga-marga diluar marga Girsang diatas pada kesempatan ini kami mohon diamaafkan.

Referensi

  1. ^ http://www.facebook.com/groups/11362451386/
  2. ^ Jaludin Purba Girsang BA,Sejarah & Silsilah, Asal Usul Marga Girsang, 1970-an
  3. ^ Pdt. Juandaha Raya Purba Dasuha, STh

4. Majalah "SINALSAL" Tuan Badja Purba Girsang 5. Sejarah dan Silsilah Marga Girsang Hasil Seminar PGBPI

6.Pustaka Samosir Silsilah Batak yang di karang oleh W.K.H YPES tahun 1932 berjudul “ BIJDRAGE TOT DE KENNIS VADE