Sunan Kalijaga

penyebar agama Islam di Indonesia

Sunan Kalijaga (Susuhunan Kalijaga) adalah seorang tokoh Walisongo, dikenal sebagai wali yang sangat lekat dengan muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi dan budaya Jawa. Makamnya berada di Kadilangu, Demak.

Sunan Kalijaga
Berkas:Sunan Kalijaga.JPG
Lukisan potret Sunan Kalijaga
Informasi pribadi
Lahir
Raden Said

1433
Meninggal
AgamaIslam
PasanganDewi Saroh
Orang tua
  • Tumenggung Wilwatikta (ayah)
  • Dewi Nawangarum (ibu)
DenominasiSunni
Dikenal sebagaiWali Sanga

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Silsilah

Terkait asal-usulnya, ada beberapa pendapat yang berkembang. Pendapat pertama, menyatakan Sunan Kalijaga orang Jawa asli keturunan Adipati Wengker (Ponorogo) yg juga ayah dari Aria Wiraraja, Pendapat ini didasarkan pada catatan historis Babad Tuban dan data keluarga besar keturunan Sunan Kali Jaga.[1]

Di dalam babad tersebut diceritakan, Aria Teja alias 'Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan tersebut Aria Teja kemudian memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Catatan Babad Tuban ini diperkuat juga dengan catatan masyhur penulis dan bendahara Portugis Tome Pires (1468 - 1540).

Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1400M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban yakni Aria Wilakita, dan Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta.

Adapun pendapat yang kedua adalah menyatakan Sunan Kalijaga adalah keturunan arab. Pendapat kedua ini disebut-sebut berdasarkan keterangan penasehat khusus Pemerintah Kolonial Belanda, Van Den Berg (1845 – 1927), yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai ke Rasulullah ﷺ. Sejarawan lain seperti De Graaf juga menilai bahwa Aria Teja I ('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, sepupu Rasulullah ﷺ.

Adanya tiga versi sejarah tentang Sunan Kalijaga, Tetapi yang dikembangkan hanya versi Jawa, sedang dua versi yang lain tidak pernah dijumpai secara tertulis, berarti telah terjadi distorsi tentang kisah anggota walisanga paling terkenal ini.

Asal-usul Sunan Kalijaga  :

unan Kalijaga. putra dari :
Raden Sahur atau Tumenggung Wilatikta, (beristeri Dewi Nawang Arum) putra dari :
Raden Ayu Arya Teja / Raden Ayu Haryo menikah dengan Syeikh Subakir (Arya Teja 3)
DARI JALUR IBU :
Dari Jalur Ibu :
Raden Ayu Arya Teja putri dari : Arya Teja II /Aryo Dikoro (Adipati Tuban ke 5 : 1326 - 1349). putradari :
Arya Teja I / Raden Haryo Lena (Adipati Tuban ke 4 : 1306 - 1326). putra dari :
Aryo Sirolawe (Adipati Tuban ke 3 : 1291 - 1306) Putra dari :
Arya Adikara atau Arya Ranggalawe. (Adipati tuban ke 2 : 1282 - 1291) putra dari :
Arya Wiraraja / Prabu Menak Koncar I Banyak Wide (Rakryan Demung Singasari : 1290, Raja Kerajaan Lamajang Tigang Juru bergelar Prabu Menak Koncar I : 1293)
Adipati Ponorogo menikah dengan Nararya Kirana.
Dari Adipati Ponorogo, hilang nasab.
Tapi dari Nararya Kirana ketemu.
Nararya Kirana putri dari :
Wisnu Wardhana (Raja Ke 4 Singosari : 1250- 1268), putra dari :
Anusapati (Raja Ke 2 Singosari : 1227 - 1248). putra dari :
Tunggul Ametung (Akuwu Tumapel pada kerajaan Kadiri di masa Kertajaya : 1194-1222).
SILSILAH DARI JALUR AYAH :
  1. Sunan Kalijogo
  2. Raden Sahuri / Ahmad Sahuri
  3. Syeikh Subaqir (Arya Tejo 3)
  4. Ali Nuruddin
  5. Syeikh Jumadil Kubro
  6. Jamaluddin al-Husain bin
  7. Ahmad Syah Jalaluddin bin
  8. Amir Abdullah Azmatkhan bin
  9. Abdul-Malik Azmatkhan bin
  10. Alwi ‘Ammil Faqih bin
  11. Muhammad Shohib Mirbath bin
  12. Ali Khali' Qasam bin
  13. Alwi Shohib Baiti Jubair/'Alwi Ats Tsani bin
  14. Muhammad Shohibus Saumah bin
  15. Alawi bin
  16. Ubaidillah
  17. Ahmad al-Muhajir bin
  18. Isa bin
  19. Muhammad an-Naqib bin
  20. Ali bin
  21. Imam Ja’far ash-Shadiq bin
  22. Imam Muhammad al-Baqir bin
  23. Imam Ali bin Husain bin
  24. Imam Husain Asy-Syahid bin
  25. Ali bin Abu Thalib
ps://m.wiki-indonesia.club/wiki/Tunggul_Ametung (Raja
2k49)
/ Panji Anengah Kidal (Raja Ke 2 Singosari, 1247 - 1249)
ararya Kirana menikah dengan Adipati Ponorogo
putra,
Sunan Kalijaga. putra dari :
Raden Sahur atau Tumenggung Wilatikta, (beristeri Dewi Nawang Arum) putra dari :
Raden Ayu Arya Teja / Raden Ayu Haryo menikah dengan Syeikh Subakir (Arya Teja 3)
DARI JALUR IBU :
Dari Jalur Ibu :
Raden Ayu Arya Teja putri dari : Arya Teja II /Aryo Dikoro (Adipati Tuban ke 5 : 1326 - 1349). putradari :
Arya Teja I / Raden Haryo Lena (Adipati Tuban ke 4 : 1306 - 1326). putra dari :
Aryo Sirolawe (Adipati Tuban ke 3 : 1291 - 1306) Putra dari :
Arya Adikara atau Arya Ranggalawe. (Adipati tuban ke 2 : 1282 - 1291) putra dari :
Arya Wiraraja / Prabu Menak Koncar I Banyak Wide (Rakryan Demung Singasari : 1290, Raja Kerajaan Lamajang Tigang Juru bergelar Prabu Menak Koncar I : 1293)
Adipati Ponorogo menikah dengan Nararya Kirana.
Dari Adipati Ponorogo, hilang nasab.
Tapi dari Nararya Kirana ketemu.
Nararya Kirana putri dari :
Wisnu Wardhana (Raja Ke 4 Singosari : 1250- 1268), putra dari :
Anusapati (Raja Ke 2 Singosari : 1227 - 1248). putra dari :
Tunggul Ametung (Akuwu Tumapel pada kerajaan Kadiri di masa Kertajaya : 1194-1222).
ILSILAH DARI JALUR AYAH :
  1. Sunan Kalijogo
  2. Raden Sahuri / Ahmad Sahuri
  3. Syeikh Subaqir (Arya Tejo 3)
  4. Ali Nuruddin
  5. Syeikh Jumadil Kubro
  6. Jamaluddin al-Husain bin
  7. Ahmad Syah Jalaluddin bin
  8. Amir Abdullah Azmatkhan bin
  9. bin
  10. bin
  11. Muhammad Shohib Mirbath bin
  12. Ali Khali' Qasam bin
  13. Alwi Shohib Baiti Jubair/'Alwi Ats Tsani bin
  14. Muhammad Shohibus Saumah bin
  15. Alawi bin
  16. Ubaidillah
  17. Ahmad al-Muhajir bin
  18. Isa bin
  19. Muhammad an-Naqib bin
  20. Ali bin
  21. Imam Ja’far ash-Shadiq bin
  22. Imam Muhammad al-Baqir bin
  23. Imam Ali bin Husain bin
  24. Imam Husain Asy-Syahid bin
  25. Ali bin Abu Thalib
k

sal-usul Sunan Kalijaga dari Versi Arab :

Sayyidina ibnu Abbas
Syekh Abdul Wahid Qornain.
Syekh Wahid Rumi.
Syekh Mudzakir Rumi
Syekh Khoromis
Syekh Abdullah
Rahman atau Arya Teja I.
Ronggo Tedjo Laku atau Syekh Zali atau Arya Teja II.
Arya Teja III (Syeikh Subaqir)
Raden Sahur.
Raden Syahid (Said) atau Sunan Kalijaga.

Asal-usul Sunan Kalijaga Versi China :

Adipati Ponorogo
Arya Wiraraja atau Banyak Wide
Arya Adikara atau Ranggalawe.
Arya Teja I (Bupati Tuban).
Arya Teja II.
Arya Teja III.
Nawang Arum, bersuami Raden Sahur (Tumenggung Wilatikta),
Sunan Kalijaga.

Kelahiran

Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Santi Kusumo. Dia adalah putra empu Santi badra dan kakeknya bernama Badranala dan buyutnya bernama Maladresmi raja lasem yang bergelar Rajasawardana. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.Sunan kali jaga adalah adik dari DAN MPU AWANG (Santi Puspo/Sayid Abubakar ).dan sunan kali jaga adalah anak terkahir dari sepuluh bersaudara.

Wafat

Ketika wafat, ia dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia

Pernikahan

Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah. Maulana Ishak memiliki anak bernama Sunan Giri dan Dewi Saroh. Mereka adalah kakak beradik.

Sunan Kalijaga juga menikah dengan puteri Aria Dikara. Dari pernikahan itu, lahirlah Raden Ayu Panengah, yang setelah dewasa menikah dengan Ki Ageng Ngerang III. Merekalah orang tua Ki Penjawi, salah satu sesepuh Mataram.

Berda'wah

Menurut cerita, Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, Saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.

Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.

Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Namun, cerita ini banyak diragukan oleh para sejarawan dan ulama berpaham salaf karena tidak masuk akal dan bertentangan dengan ilmu syariat

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Ratu"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.

Hingga saat ini, nama Sunan Kalijaga diabadikan sebagai nama kampus di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan organisasi kemahasiswaan PMII Sunan Kalijaga Universitas Negeri Malang.

Referensi

  • Soekirno, Ade (1994). Sunan Kalijaga: asal-usul mesjid agung demak: cerita rakyat Jawa Tengah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 9795534629.
  • Nasuhi, Hamid (2017). "Shakhṣīyat Sunan Kalijaga fī taqālīd Mataram al-Islāmīyah". Studia Islamika. Vol. 24 no. 1. Republic of Indonesia: Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. ISSN 2355-6145.
  • Chodjim, Achmad (2013). Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. ISBN 9789790242920.
  • Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p. 10. ISBN 0-333-57689-6.
  • Sunyoto, Agus (2014). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. 6th edition. Depok: Pustaka IIMaN. ISBN 978-602-8648-09-7
  • Sufisme Sunan Kalijaga