Pembunuhan Muhammad ad-Durrah
Pada 30 September 2000, hari kedua Intifadah Kedua, Muhammad ad-Durrah (bahasa Arab: محمد الدرة, translit. Muḥammad ad-Durrah) yang berusia 12 tahun terbunuh di Jalur Gaza saat kerusuhan merebak di berbagai belahan Teritori Palestina akibat agresi militer Israel. Muhammad ad-Durrah dan ayahnya, Jamal, direkam oleh Talal Abu Rahma, seorang juru kamera lepas Palestina yang bekerja di stasiun televisi France 2, saat mereka berada di tengah-tengah baku tembak antara pasukan keamanan Israel dan Palestina. Rekaman video tersebut memperlihatkan keduanya sedang meringkuk di balik sebuah pipa beton; sang anak menangis dan ayahnya melambaikan tangannya. Kemudian, terjadi baku tembak dan diikuti munculnya semburan debu. Setelah itu, sang anak terlihat terkapar di lutut ayahnya dan tak lama berselang sang anak meninggal akibat luka parah yang disebabkan oleh tembakan tadi.[2]
Tanggal | 30 September 2000 |
---|---|
Waktu | sekitar pukul 15:00 Waktu Musim Panas Israel (12:00 GMT) |
Lokasi | Persimpangan Netzarim, Jalur Gaza |
Koordinat | 31°27′54″N 34°25′36″E / 31.465129°N 34.426689°E |
Pelapor pertama | Charles Enderlin untuk France 2 |
Direkam oleh | Talal Abu Rahma |
Korban | |
Dikabarkan tewas: Muhammad ad-Durrah; Bassam al-Bilbeisi, sopir ambulans | |
Luka tembak beberapa kali: Jamal ad-Durrah | |
Penghargaan | Rory Peck Award pada 2001 untuk Talal Abu Rahma[1] |
Rekaman | Charles Enderlin, "La mort de Mohammed al Dura", France 2, 30 September 2000 (rekaman mentah; bagian yang dipersengketakan) |
Potongan rekaman sepanjang 59 detik pertama kali disiarkan di Prancis dengan narasi yang disampaikan oleh Charles Enderlin, kepala biro France 2 di Israel, yang tidak berada di lokasi saat terjadi baku tembak. Berdasarkan informasi dari juru kamera, Enderlin berkata kepada para penonton bahwa keduanya merupakan "target penembakan dari pihak Israel" dan sang anak tewas.[3][4] Setelah prosesi pemakaman yang berlangsung secara emosional, Muhammad ad-Durrah dihormati sebagai seorang martir di seluruh dunia Muslim.[5]
Pasukan Pertahanan Israel pada awalnya menyatakan bertanggung jawab atas penembakan ad-Durrah dan mengklaim bahwa para warga Palestina menggunakan anak-anak sebagai tameng manusia,[6] tetapi mereka kemudian menarik kembali pengakuan tanggung jawabnya.[7][8] Kritik pun mencuat terhadap tayangan video yang diberitakan Enderlin setelah para kritikus mempertanyakan keakuratan rekaman yang dipublikasikan France 2. Kalangan jurnalis Prancis yang menonton rekaman mentahnya menyatakan bahwa pihak France 2 telah memotong beberapa detik terakhir saat Muhammad terlihat mengangkat tangannya dari wajahnya. Para jurnalis mengetahui Muhammad ad-Durrah memang sudah meninggal, tetapi hasil potongan rekaman tidak menampilkannya. Pada tahun 2005, penyunting berita France 2 berkata bahwa tidak ada yang mengetahui secara pasti mengenai siapa yang menembak ad-Durah.[9] Philippe Karsenty, seorang komentator media Prancis, lebih lanjut, menuduh bahwa adegan penembakan ad-Durrah memang telah dirancang oleh France 2. Stasiun televisi ini lalu menggugat Karsenty karena pencemaran nama baik. Pada tahun 2013, Karsenty akhirnya dijatuhi hukuman denda sebesar €7,000 oleh Mahkamah Banding Paris.[10] Pada bulan Mei 2013, pemerintah Israel menerbitkan sebuah laporan yang mendukung tuduhan Karsenty.[11] Jamal ad-Durrah dan Charles Enderlin lalu menyangkal tuduhan tersebut dan mendorong dilakukannya sebuah penyelidikan internasional independen.[12][13]
Video yang merekam Muhammad dan Jamal ad-Durah kemudian disebut memiliki kekuatan seperti sebuah bendera perang.[9] Prangko-prangko yang diterbitkan di Timur Tengah juga memuat cuplikan-cuplikan gambar dari video. Rekaman video penembakan ini membuat Talal Abu Rahma mendapatkan beberapa penghargaan jurnalistik, salah satunya yaitu penghargaan Rory Peck Award pada tahun 2001.[1]
Latar belakang
Pada tanggal 28 September 2000, dua hari sebelum penembakan, pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsha di Kota Lama Yerusalem, sebuah tempat suci dalam Yahudi dan Islam yang aksesnya diperebutkan. Kekerasan yang terjadi selanjutnya berakar pada beberapa peristiwa, tetapi kunjungan Ariel Sharon pada saat itu dinilai provokatif dan memicu protes yang berujung pada terjadinya kerusuhan-kerusuhan di sepanjang Tepi Barat dan Jalur Gaza.[14][15][16][n 1] Kerusuhan yang terjadi lalu dikenal sebagai Intifadah Kedua, yang berlangsung selama empat tahun dan menewaskan 4.000 orang, yang lebih dari 3.000 orang di antaranya adalah warga Palestina.[18]
Persimpangan Netzarim, lokasi kejadian penembakan ad-Durrah, dikenal oleh masyarakat lokal sebagai persimpangan asy-Syuhada (persimpangan martir). Persimpangan ini terletak di Jalan Saladin, beberapa kilometer arah selatan Kota Gaza. Sumber konflik di persimpangan Netzarim adalah keberadaan permukiman Netzarim, yang dihuni oleh 60 keluarga asal Israel hingga akhirnya Israel menarik diri dari Gaza pada 2005. Tentara Israel pun mendampingi warga yang hendak keluar atau masuk permukiman Netzarim.[19] Sebuah pos militer Israel, yakni Magen-3, juga menjaga permukiman Netzarim. Kawasan ini telah menjadi tempat terjadinya sejumlah insiden kekerasan beberapa hari sebelum peristiwa penembakan ad-Durrah.[19][20]
Tokoh
Jamal dan Muhammad ad-Durrah
Jamal ad-Durrah (lahir sekitar tahun 1963) berprofesi sebagai seorang tukang kayu dan tukang cat rumah.[21] Karena luka-luka yang diperolehnya setelah penembakan, ia kemudian bekerja sebagai sopir truk.[22] Jamal dan istrinya, Amal, tinggal di kamp pengungsian Bureij yang dijalankan Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat di Jalur Gaza. Pada tahun 2013, mereka memiliki empat putri dan enam putra, termasuk seorang putra, yakni Muhammad, yang lahir dua tahun setelah penembakan.[22][23]
Sebelum insiden penembakan terjadi, Jamal bekerja selama 20 tahun untuk Moshe Tamam, seorang kontraktor asal Israel. Penulis Helen Schary Motro mengenal Jamal saat ia mempekerjakannya untuk membantu membangun rumahnya di Tel Aviv. Ia menceritakan bahwa Jamal bangun pada pukul 03.30 dini hari guna menaiki bus untuk melintasi perbatasan pada pukul 04.00, kemudian ia menaiki bus kedua yang keluar dari Gaza sehingga ia tiba tepat waktu untuk bekerja pada pukul 06.00. Tamam menyebut Jamal sebagai "pria yang malang," dan terkadang Tamam mempercayai Jamal untuk bekerja sendiri di rumah-rumah pelanggannya.[21]
Muhammad Jamal ad-Durrah (lahir tahun 1988) adalah anak kelas lima SD, tetapi sekolahnya ditutup pada 30 September 2000 karena Otoritas Palestina menyerukan serangan umum dan hari berkabung setelah kekerasan di Yerusalem sehari sebelumnya.[24][25] Ibunya berkata bahwa Muhammad menyaksikan peristiwa kerusuhan di televisi dan bertanya apakah ia boleh bergabung ke dalam kerusuhan tersebut.[20] Muhammad dan ayahnya lalu memutuskan untuk pergi ke tempat pelelangan mobil.[26] Motro menulis bahwa Jamal berniat menjual mobil Fiat tahun 1974 miliknya dan Muhammad mengikuti ayahnya ke tempat pelelangan mobil karena ia menggemari mobil.[27]
Charles Enderlin
Charles Enderlin lahir pada tahun 1945 di Paris. Kakek dan neneknya adalah Yahudi Austria yang kabur dari negaranya pada tahun 1938 saat Jerman melakukan invasi.[28] Setelah sempat belajar ilmu kedokteran, ia pindah ke Yerusalem pada tahun 1968 dan kemudian menjadi warga negara Israel. Ia mulai bekerja untuk stasiun televisi France 2 pada tahun 1981, dengan menjabat sebagai kepala biro France 2 di Israel mulai tahun 1990 hingga pensiun pada tahun 2015.[29] Enderlin adalah penulis sejumlah buku tentang Timur Tengah, salah satunya menyoal tentang Muhammad ad-Durrah, yakni Un Enfant est Mort: Netzarim, 30 Septembre 2000 (terbit pada tahun 2010).[30] Ia sangat dihormati oleh rekan sejawatnya dan masyarakat Prancis.[4] Saat Philippe Karsenty menyatakan tuduhannya, Enderlin pun mendapat sebuah surat dari Jacques Chirac, yang menyanjung integritas Enderlin.[31] Pada tahun 2009, ia dianugerahi penghargaan tertinggi di Prancis, yakni Légion d'honneur.[32]
Menurut jurnalis Anne-Élisabeth Moutet, liputan Enderlin terhadap konflik Israel-Palestina sangat dihargai oleh para jurnalis lainnya, tetapi dikritik oleh kelompok pro-Israel.[4] Akibat kasus ad-Durrah, ia mendapat ancaman pembunuhan, istrinya diserang di jalan,[33] anak-anaknya diancam, keluarganya harus pindah rumah, dan pada satu kesempatan sempat mempertimbangkan untuk beremigrasi ke Amerika Serikat.[3][4][34]
Talal Abu Rahma
Talal Hassan Abu Rahma menempuh pendidikan administrasi bisnis di Amerika Serikat dan mulai bekerja sebagai juru kamera lepas untuk France 2 di Gaza pada tahun 1988. Pada waktu penembakan, ia menjalankan kantor pers miliknya sendiri, National News Center, yang berkontribusi kepada CNN melalui Kantor Pers Al-Wataneya, dan merupakan anggota Asosiasi Jurnalis Palestina. Liputannya terhadap penembakan ad-Durrah membuatnya meraih beberapa penghargaan jurnalisme, termasuk Rory Peck Award pada 2001.[1] Menurut koresponden France 2 Gérard Grizbec, Abu Rahma tidak pernah menjadi anggota kelompok politik mana pun di Palestina, dua kali ditangkap oleh kepolisian Palestina karena mengambil gambar-gambar yang tidak mendapatkan persetujuan dari Yasser Arafat, dan tidak pernah dituduh melakukan pelanggaran keamanan oleh Israel.[35]
Laporan awal
Situasi pada hari penembakan
Diagram tiga dimensi Persimpangan Netzarim yang dibuat oleh The Guardian |
Pada hari penembakan—bertepatan dengan Rosh Hashanah, Tahun Baru Yahudi—sebuah pos penjagaan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) setinggi dua lantai yang berada di persimpangan Netzarim dijaga oleh para prajurit Israel dari Pleton Teknik Brigade Givati dan Batalion Herev.[37][38] Menurut Enderlin, para prajurit tersebut merupakan orang Druze.[33][39]
Pos penjagaan IDF tersebut berada di barat laut persimpangan Netzarim, sementara dua pos penjagaan Palestina setinggi enam lantai (yang dikenal sebagai menara kembar dan juga dideskripsikan sebagai kantor atau apartemen) berada langsung di belakangnya.[40][41] Di selatan persimpangan Netzarim, berseberangan secara diagonal dengan pos penjagaan IDF, terdapat pos Pasukan Keamanan Nasional Palestina di bawah komando Brigadir-Jenderal Osama al-Ali, seorang anggota Majelis Nasional Palestina.[33] Dinding tempat Jamal dan Muhammad meringkuk berada di depan bangunan tersebut. Tempat tersebut berjarak kurang dari 120 meter dari titik paling utara pos Israel.[42]
Selain France 2, Associated Press dan Reuters juga menempatkan juru kamera di persimpangan Netzarim.[33] Mereka merekam ad-Durrah dan Abu Rahma secara singkat.[43] Abu Rahma adalah satu-satunya jurnalis yang merekam momen saat ad-Durrah ditembak.[9]
Kedatangan ad-Durrah di persimpangan dan permulaan penembakan
Jamal dan Muhammad tiba di persimpangan Netzarim dengan mengendarai sebuah mobil menjelang tengah hari, pada perjalanan pulang dari tempat pelelangan mobil.[44] Di tempat tersebut, para pengunjuk rasa melempari batu dan IDF menanggapinya dengan mengeluarkan gas air mata. Abu Rahma merekam peristiwa tersebut dan mewawancarai para pengunjuk rasa, termasuk Abdel Hakim Awad, kepala gerakan pemuda Fatah di Gaza.[33] Akibat unjuk rasa tersebut, seorang perwira polisi pun menghentikan mobil Jamal dan Muhammad sehingga keduanya lalu berjalan kaki di sepanjang persimpangan Netzarim. Menurut Jamal, pada saat itulah baku tembak dimulai.[44] Enderlin berkata bahwa tembakan pertama datang dari pihak Palestina dan dibalas oleh para prajurit Israel.[45]
Jamal, Muhammad, juru kamera Associated Press, dan Shams Oudeh, juru kamera Reuters, kemudian menyusuri tembok di bagian tenggara persimpangan jalan tersebut, yang secara diagonal berseberangan dengan pos Israel.[26][46] Jamal, Muhammad, dan Shams Oudeh lalu meringkuk di balik pipa beton setinggi tiga kaki (0,91 m), yang tampaknya merupakan bagian dari sebuah gorong-gorong, yang tergeletak di sebelah tembok. Sebuah batu beton juga berada di atas pipa beton tersebut sehingga memberikan perlindungan tambahan.[40] Abu Rahma lalu bersembunyi di balik bus mini putih yang diparkirkan di seberang jalan yang berjarak sekitar 15 meter dari tembok [33][47] Saat sedang merekam pos penjagaan Israel, juru kamera Reuters dan Associated Press juga sempat merekam Jamal dan bahu Muhammad saat sedang meringkuk, sebelum kedua juru kamera tersebut akhirnya pergi menjauh.[46] Jamal dan Muhammad tidak dapat bergerak lebih jauh dan akhirnya tertahan di balik pipa beton selama 45 menit. Dalam pandangan Enderlin, mereka terlihat ketakutan.[33]
Laporan France 2
Tiga hari setelah insiden penembakan, Abu Rahma menyatakan bahwa baku tembak terjadi selama sekitar 45 menit dan ia berhasil merekam 27 menit di antaranya[n 2] (durasi pengambilan rekaman juga menjadi bahan pertimbangan pada tahun 2007 ketika France 2 berkata kepada mahkamah bahwa rekaman video hanya berdurasi 18 menit.) Ia mulai merekam Jamal dan Muhammad saat ia mendengar tangisan Muhammad dan melihat bahwa lutut kanan anak itu tertembak.[26] Abu Rahma berkata bahwa ia merekam Jamal dan Muhammad selama sekitar enam menit.[49] Ia lalu mengirim rekaman sepanjang enam menit tersebut ke Enderlin di Yerusalem melalui satelit.[50] Enderlin kemudian menyunting rekaman Abu Rahma menjadi 59 detik dan menambahkan suara:
Pukul 15.00. Semuanya telah memuncak di dekat pemukiman Netzarim di Jalur Gaza. Warga Palestina menembakkan peluru tajam dan warga Israel membalasnya. Paramedis, jurnalis, dan orang-orang yang lewat pun terjebak dalam baku tembak itu. Di sini, Jamal dan putranya, Muhammad, menjadi target tembakan dari pihak Israel. Muhammad berusia dua belas tahun dan ayahnya berusaha untuk melindunginya. Ia bergerak. Lalu terdengar tembakan lainnya. Muhammad pun tewas dan ayahnya luka berat.[45]
Rekaman video menampilkan Jamal dan Muhammad meringkuk di balik sebuah pipa beton, sang anak lalu berteriak dan sang ayah menenangkannya. Jamal lalu terlihat meneriakkan sesuatu ke arah juru kamera dan kemudian melambaikan tangan dan berteriak ke arah pos Israel. Terjadi rentetan tembakan dan kamera menjadi tidak fokus. Setelah tembakan mereda, Jamal terlihat duduk tegak dan terluka, sementara Muhammad terbaring di kakinya.[2] Enderlin memotong beberapa detik terakhir dari rekaman yang menunjukkan Muhammad mengangkat tangannya dari wajahnya. Pemotongan ini pun menjadi dasar dari beberapa kontroversi.[40]
Rekaman mentah berhenti merekam pada titik tersebut dan kemudian dimulai kembali dengan menunjukkan seseorang sedang dimasukkan ke dalam sebuah ambulans.[51] Pada titik ini di laporannya, Enderlin berkata: "Seorang polisi Palestina dan seorang sopir ambulans juga kehilangan nyawa mereka dalam pertempuran tersebut."[45] Bassam al-Bilbeisi, seorang sopir ambulans yang menuju ke tempat kejadian tersebut, dikabarkan ditembak dan tewas, meninggalkan seorang istri dan 11 anak.[52] Abu Rahma berkata bahwa Muhammad mengalami perdarahan selama sekitar 17 menit sebelum sebuah ambulans membawa Jamal dan Muhammad secara bersamaan.[53] Abu Rahma berkata bahwa ia tidak merekamnya karena ia hanya memiliki satu baterai[54] dan tetap berada di persimpangan Netzarim selama 30–40 menit hingga ia merasa aman untuk meninggalkan tempat tersebut.[26] Ia kemudian pergi studionya di Kota Gaza untuk mengirimkan rekamannya ke Enderlin.[55] Bagian dari rekaman sepanjang 59 detik pertama kali disiarkan dalam berita malam France 2 pada pukul 20.00 waktu lokal (GMT+2). Setelah itu, France 2 mengirim beberapa menit rekaman mentahnya ke seluruh dunia tanpa melakukan pengubahan.[56]
Luka-luka dan pemakaman
Jamal dan Muhammad dibawa dengan ambulans ke Rumah Sakit Ash-Shifa di Kota Gaza.[26] Abu Rahma lalu menghubungi rumah sakit tersebut dan diberi tahu bahwa tiga jenazah telah datang di sana, yakni seorang pengemudi mobil Jeep, seorang sopir ambulans, dan seorang anak, yang awalnya disebut sebagai Rami ad-Durrah.[58]
Menurut Dr. Abed el-Razeq el-Masry, ahli patologi yang memeriksa Muhammad, anak itu mengalami luka parah pada bagian perutnya. Pada tahun 2002, ia memberikan foto-foto pascakematian Muhammad ke Esther Schapira, seorang jurnalis Jerman.[59] Schapira juga mendapatkan rekaman saat Muhammad dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan tandu dari seorang jurnalis Palestina.[60][61] Pada prosesi pemakaman yang emosional di kamp pengungsian Bureij, Muhammad dibalut dengan bendera Palestina dan dimakamkan pada siang hari pada hari kematiannya, sesuai ajaran Islam.[24][62]
Jamal awalnya dibawa ke Rumah Sakit Ash-Shifa, Gaza. Salah satu dokter yang membedahnya, yakni Dr. Ahmed Ghadeel berkata bahwa Jamal mengalami sejumlah luka akibat peluru-peluru berkecepatan tinggi mengenai siku kanan, paha kanan, dan bagian bawah lututnya. Arteri femoralisnya juga terpotong.[63][64] Talal Abu Rahma lalu mewawancarai Jamal dan dokternya di sana sambil membawa kamera sehari setelah insiden penembakan. Dr. Ghadeel kemudian menunjukkan foto-foto sinar-X dari siku kanan dan panggul kanan Jamal.[n 3] Moshe Tamam, atasan Jamal, lalu menawarkan untuk membawa Jamal ke rumah sakit di Tel Aviv, tetapi Otoritas Palestina menolak tawaran tersebut.[21][65] Sebagai gantinya, ia dipindahkan ke Pusat Pengobatan Raja Hussein di Amman, Yordania. Di sana, ia dikunjungi oleh Raja Abdullah.[27][66][67] Jamal dikabarkan berkata kepada Tamam bahwa ia terkena sembilan peluru. Ia berkata bahwa lima peluru dikeluarkan dari tubuhnya di rumah sakit di Gaza dan empat peluru sisanya dikeluarkan di Amman.[68]
Catatan juru kamera
Enderlin menuduh bahwa IDF telah menembak Muhammad ad-Durrah berdasarkan laporan juru kamera, Talal Abu Rahma.[3] Abu Rahma secara jelas menyebut pasukan Israel melancarkan tembakan terhadap ad-Durrah dalam wawancara. Contohnya, ia berkata kepada The Guardian: "Mereka membersihkan kawasan tersebut. Pada saat itu, mereka melihat sang ayah. Mereka mengincar sang anak, dan yang itu membuatku terkejut, ya, karena mereka menembaknya, tak hanya sekali, tetapi beberapa kali."[20] Abu Rahma lalu berkata bahwa ada juga tembakan yang berasal dari pos Pasukan Keamanan Nasional Palestina, tetapi mereka tidak menembak saat Muhammad tertembak. Tembakan Israel diarahkan ke pos Palestina, katanya.[26] Ia berkata kepada National Public Radio:[47]
Aku melihat Muhammad ad-Durrah terluka di lututnya, dan ayahnya berupaya meminta tolong. Kemudian, aku melihat ayahnya mengalami luka di lengannya. Sang ayah pun meminta ambulans untuk menolongnya, karena ia dapat melihat ambulans. Sementara aku tidak dapat melihat ambulans ... Aku tak terlalu jauh, mungkin sekitar 15–17 meter dari mereka [Jamal dan Muhammad]. Namun, sang ayah tak berhasil mendapatkan ambulans dengan melambaikan tangannya kepada mereka. Ia lalu memandangku dan ia berkata, "Tolong aku." Aku berkata, "Aku tidak bisa, aku tidak bisa menolongmu." Baku tembak pada saat itu masih sangat ramai ... Peristiwa tersebut benar-benar seperti hujan peluru, selama lebih dari 45 menit.
Kemudian ... Aku mendengar, "bom!", dan disusul dengan munculnya kabut. Aku lalu melihat sang anak. Aku merekam Muhammad ad-Durrah berbaring di pangkuan ayahnya, dan ayahnya benar-benar terluka parah, dan ia terlihat sangat pusing. Aku lalu berkata, "Ya Allah, anak itu tewas, anak itu tewas," Aku berteriak, Aku kehilangan akal sehatku. Saat aku merekam, Muhammad ad-Durrah tewas ... Aku sangat takut, aku sangat tertekan, aku menangis, dan aku teringat anakku.... Peristiwa tersebut merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah aku alami sebagai seorang jurnalis.
Abu Rahma lalu menuduh bahwa "Muhammad ad-Durrah secara sengaja ditembak mati dan ayahnya dilukai oleh tentara Israel."[n 4] Tuduhan Abu Rahma kemudian diserahkan kepada Pusat Palestina untuk Hak Asasi Manusia di Gaza dan ditandatangani oleh Abu Rahma dengan didampingi oleh Raji Sourani, seorang pengacara HAM.[26]
Tanggapan awal Israel
Posisi IDF berubah seiring waktu, dari mengakui bertanggung jawab pada tahun 2000 menjadi mencabut pengakuannya pada tahun 2005.[8] Saat Enderlin menghubungi mereka sebelum ia menyiarkannya, tanggapan pertama IDF menyatakan bahwa warga Palestina "memanfaatkan kepolosan wanita dan anak-anak," sehingga ia memutuskan untuk tidak menyiarkannya.[69]
Pada tanggal 3 Oktober 2000, kepala operasi IDF, Mayor-Jenderal Giora Eiland, berkata bahwa sebuah penyelidikan internal mengindikasikan bahwa tembakan tersebut berasal dari para prajurit Israel.[7] Pada saat baku tembak, para prajurit tersebut menembak dari celah-celah kecil di tembok pos mereka; Jenderal Yom-Tov Samia, kepala Komando Selatan IDF pada waktu itu berkata bahwa mereka tidak memiliki jarak pandang yang baik, dan menembak ke arah yang mereka yakini sebagai sumber tembakan.[40] Eiland pun menyatakan permintaan maaf: "Ini adalah sebuah insiden mematikan, sebuah peristiwa yang sangat kami sayangkan."[7]
Sekretaris Kabinet Israel, Isaac Herzog, menyatakan bahwa Israel telah berusaha untuk berbicara dengan Palestina. Ia juga menyatakan bahwa sebenarnya pasukan keamanan Palestina dapat mengintervensi untuk menghentikan baku tembak.[70]
Kontroversi
Ikhtisar
Tiga narasi utama muncul setelah insiden penembakan. Pandangan pertama yang menyatakan bahwa penembak Israel telah membunuh Muhammad ad-Durrah kemudian berkembang menjadi pandangan bahwa, karena lintasan tembakan, tembakan yang menewaskan Muhammad ad-Durrah lebih mungkin berasal dari pihak Palestina. Pandangan kedua ini diungkapkan pada tahun 2005 oleh Denis Jeambar, pemimpin redaksi L'Express, dan Daniel Leconte, mantan koresponden France 2, yang menonton rekaman mentahnya.[71] Pandangan ketiga, yang diyakini oleh Arlette Chabot, editor berita France 2, adalah bahwa tidak ada satu pun orang yang dapat mengetahui siapa yang menembaknya.[9]
Pandangan lainnya, yang diyakini sebagian kecil orang, menyatakan bahwa insiden penembakan direkayasa oleh para pengunjuk rasa Palestina untuk menghasilkan seorang martir cilik atau setidaknya tampak demikian.[9][72][73] Pandangan tersebut dianut oleh orang-orang yang mengikuti kasus ad-Durrah dengan sudut pandang "maksimalis", yang berlawanan dengan sudut pandang "minimalis" yang berpendapat bahwa tembakan tersebut mungkin tidak berasal IDF.[40][74] Penganut sudut pandang maksimalis beranggapan bahwa Jamal dan Muhammad tidak ditembak dan Muhammad tidak mati, atau bahwa ia dengan sengaja dibunuh oleh pihak Palestina.[40][75][76][77]
Pandangan bahwa adegan penembakan tersebut merupakan sebuah hoaks media muncul dari hasil penyelidikan pemerintah Israel pada bulan November 2000.[40] Pandangan ini paling disuarakan oleh Stéphane Juffa, kepala editor Metula News Agency (Mena), sebuah perusahaan Prancis-Israel;[78] Luc Rosenzweig, mantan kepala editor Le Monde dan kontributor Mena,[79] dan Richard Landes, seorang sejarawan Amerika yang ikut terlibat setelah Enderlin menunjukkan rekaman mentahnya kepada Juffa saat ia berkunjung ke Yerusalem pada tahun 2003;[80][81] serta kepada Philippe Karsenty, pendiri situs pengamat media Prancis, Media-Ratings.[82] Pandangan tersebut juga didukung oleh Gérard Huber, seorang psikoanalis Prancis, dan Pierre-André Taguieff, seorang filsuf Prancis yang mengkhususkan diri dalam antisemitisme, yang keduanya juga menulis buku tentang peristiwa penembakan ad-Durah.[83][84] Sudut pandang ini kemudian juga mendapat dukungan tambahan pada tahun 2003 dari laporan kedua pemerintah Israel, yakni laporan Kuperwasser.[85][86] Sejumlah komentator pun menganggapnya sebagai kampanye kotor dan teori konspirasi sayap kanan.[4][87][88][89]
Masalah penting
Sejumlah komentator mempertanyakan kapan penembakan terjadi; kapan Muhammad datang ke rumah sakit; mengapa hanya terlihat sedikit darah di tanah saat mereka tertembak; dan apakah ada peluru yang berhasil diamankan sebagai bukti.[40] Sejumlah orang menuduh bahwa, pada adegan lain di rekaman mentah, terlihat jelas bahwa para pengunjuk rasa sedang berakting.[40] Seorang dokter berkata bahwa bekas luka Jamal tidak berasal dari luka tembakan, tetapi berasal dari cedera yang ia alami pada awal dekade 1990-an.[22]
Tidak ada penyelidikan kriminal.[39] Kepolisian Palestina pun mengizinkan para jurnalis untuk memotret tempat kejadian pada keesokan harinya, tetapi mereka tidak mengumpulkan bukti forensik. Menurut seorang jenderal Palestina, tidak ada penyelidikan dari pihak Palestina karena mereka tidak ragu bahwa tentara Israel telah menewaskan anak itu.[90] Jenderal Yom Tov Samia dari IDF berkata bahwa keberadaan para pengunjuk rasa membuat tentara Israel tidak dapat memeriksa dan mengambil foto dari tempat kejadian perkara (TKP).[91] Peningkatan kekerasan di persimpangan Netzarim pun menjebak para pemukim Nezarim sehingga IDF mengevakuasi mereka dan, satu pekan setelah penembakan, meledakkan segala sesuatu dalam lingkup 500 meter dari pos Israel sehingga menghancurkan TKP.[92]
Seorang ahli patologi sempat memeriksa jenazah Muhammad, tetapi tidak melakukan otopsi secara keseluruhan.[39][59] Tidak jelas apakah peluru-peluru diperoleh dari tempat kejadian atau dari tubuh Jamal dan Muhammad.[39] Pada tahun 2002, Abu Rahma mengisyaratkan kepada Esther Schapira bahwa ia mengumpulkan peluru-peluru dari tempat kejadian, dengan berkata, "Kami menyimpan beberapa rahasia untuk diri kami sendiri. Kami tak dapat memberikan segala hal."[93] Menurut Jamal ad-Durrah, lima peluru dikeluarkan dari tubuhnya oleh para dokter di Gaza dan empat peluru dikeluarkan di Amman.[68] Pada tahun 2013, ia berkata: "Peluru-peluru yang ditembakkan oleh tentara Israel kini dipegang oleh Otoritas Palestina."[12]
Rekaman
Durasi dan hal yang ditunjukkan
Pertanyaan muncul mengenai berapa lama durasi rekaman Abu Rahma dan apakah rekaman Abu Rahma menunjukkan bahwa Muhammad ad-Durrah telah tewas. Abu Rahma berkata bahwa baku tembak terjadi selama 45 menit dan ia merekam sekitar 27 menit diantaranya.[26][94] Pada tahun 2005, France 2 telah menunjukkan "rekaman 27 menit asli dari insiden tersebut" kepada Doreen Carvajal dari International Herald Tribune.[n 5] Saat Majelis Banding Paris meminta untuk ditunjukkan seluruh rekaman pada tahun 2007, saat kasus fitnah France 2 melawan Philippe Karsenty, France 2 memberikan 18 menit dari rekaman Abu Rahma kepada mahkamah, dan berkata bahwa sisanya telah dihancurkan, karena bukan mengenai rekaman ad-Durrah.[95] Enderlin lalu juga menyatakan bahwa hanya 18 menit dari rekaman Abu Rahma yang menunjukkan penembakan.[96]
Menurut Abu Rahma, enam menit dari rekamannya berfokus pada ad-Durrah.[49] France 2 menyiarkan 59 detik dari rekaman Abu Rahma dan merilis beberapa detik lainnya dari rekaman Abu Rahma. Tidak ada bagian dari potongan rekaman Abu Rahma yang menunjukkan Muhammad ad-Durrah tewas.[69] Enderlin menyatakan bahwa ia memotong beberapa detik terakhir saat Muhammad tampak mengangkat tangannya dari wajahnya.[40][97] Enderlin pun berkata bahwa ia memotong adegan tersebut sesuai dengan kode etik France 2, karena adegan tersebut menunjukkan Muhammad ad-Durrah dalam keadaan sekarat ("agonie"), yang ia katakan "tak tertahankan" ("J'ai coupé l'agonie de l'enfant. C'était insupportable ... Cela n'aurait rien apporté de plus").[71][n 6][74]
Kenapa rekaman Abu Rahma berhenti
Masalah lainnya adalah kenapa France 2, Associated Press dan Reuters tidak merekam adegan pasca penembakan Jamal dan Muhammad, termasuk kematian sopir ambulans yang tertembak saat datang untuk menjemput Jamal dan Muhammad. Rekaman Abu Rahma berhenti secara tiba-tiba setelah penembakan ayah dan Muhammad ad-Durrah, dan kemudian dimulai kembali dari posisi yang sama, yakni di belakang sebuah minibus putih, dan merekam orang-orang masuk ke dalam sebuah ambulans.[51]
Abu Rahma berkata bahwa Muhammad mengalami pendarahan selama sekitar 17 menit sebelum sebuah ambulans akhirnya membawa Jamal dan Muhammad secara bersamaan,[53] tetapi ia tidak merekamnya sama sekali. Ketika Esther Schapira bertanya kenapa tidak direkam, ia menjawab: "Karena ketika ambulans tersebut datang, warga langsung mengerubunginya, kau tau?"[99] Ketika ditanya kenapa ia tidak merekam ambulans saat datang dan pergi, ia menjawab bahwa ia hanya memiliki satu baterai.[54] Tetapi Enderlin dikabarkan berkata kepada Mahkamah Banding Paris bahwa Abu Rahma sempat mengganti baterainya pada saat itu.[100] Enderlin menulis pada tahun 2008 bahwa "rekaman yang direkam oleh seorang juru kamera pada saat baku tembak tidak sama dengan rekaman kamera pengawas di pasar swalayan." Abu Rahma hanya "merekam apa yang memungkinkan untuk direkam."[101]
Pandangan para jurnalis Prancis terhadap rekaman Abu Rahma
Pada bulan Oktober 2004, France 2 mengijinkan tiga jurnalis Prancis untuk menyaksikan rekaman mentahnya, yakni Denis Jeambar, kepala editor L'Express; Daniel Leconte, mantan koresponden France 2 dan kepala dokumenter berita di Arte, sebuah jaringan televisi yang dijalankan oleh pemerintah; dan Luc Rosenzweig, mantan kepala editor Le Monde.[4] Mereka juga meminta untuk dapat berbicara dengan juru kamera, Abu Rahma, yang berada di Paris pada waktu itu, tetapi France 2 berkata kepada mereka bahwa ia tak dapat berbicara dalam bahasa Prancis dan bahasa Inggrisnya tak terlalu baik.[102]
Jeambar dan Leconte lalu menulis sebuah laporan tentang pengamatan mereka untuk Le Figaro pada bulan Januari 2005. Tidak ada adegan yang menunjukkan bahwa Muhammad ad-Durrah telah tewas, tulis mereka. Mereka menyangkal bahwa adegan dari rekaman Abu Rahma dibuat-buat, tetapi saat ada suara Enderlin yang mengatakan bahwa Muhammad tewas, Enderlin "tidak mungkin mengetahui apakah Muhammad benar-benar tewas, apalagi menentukan apakah ia ditembak oleh prajurit IDF." Mereka berkata bahwa rekaman Abu Rahma tidak menunjukkan Muhammad ad-Durrah sedang sekarat: "Keberadaan 'agonie' yang Enderlin nyatakan dipotong dari rekaman Abu Rahma sebenarnya tidak ada."[9][71]
Beberapa menit dari rekaman Abu Rahma memperlihatkan orang-orang Palestina sedang berperang sambil disorot kamera, mereka tulis, jatuh sebagaimana orang terluka, kemudian bangun dan berjalan menjauh.[71] Jeambar dan Leconte kemudian menyimpulkan bahwa tembakan berasal dari pihak Palestina, sesuai arah lintasan peluru.[71]
Ide penulisan mengenai rekaman mentah Abu Rahma berasal dari Luc Rosenzweig; ia awalnya menawarkan sebuah cerita mengenai peristiwa ad-Durrah kepada L'Express, tentang bagaimana Jeambar (editor L'Express) menjadi terlibat.[102] Namun Jeambar dan Leconte akhirnya menjauhi Rosenzweig. Rosenzweig terlibat dengan Kantor Berita Metula (dikenal sebagai Mena), yang menekankan pandangan bahwa adegan dari rekaman Abu Rahma itu palsu.[9][71] Rosenzweig kemudian menyebutnya sebagai "sebuah kejahatan media yang hampir sempurna."[72] Saat Jeambar dan Leconte menulis laporan mereka tentang rekaman mentah Abu Rahma, mereka awalnya menawarkannya kepada Le Monde, bukan Le Figaro, tetapi Le Monde menolak untuk menerbitkannya, karena Mena telah terlibat. Jeambar dan Leconte pun menjelaskan di Le Figaro bahwa mereka tidak percaya dengan pandangan bahwa adegan pada rekaman Abu Rahma dibuat-buat:
Kepada orang-orang, seperti Mena, yang berusaha menggunakan rekaman Abu Rahma untuk mendukung teori bahwa kematian Muhammad ad-Durrah dibuat-buat oleh tentara Palestina, kami menyatakan bahwa mereka menyesatkan kami dan pembacanya. Tak hanya memiliki sudut pandang yang berbeda, tetapi kami membuktikan bahwa, sesuai pengetahuan kami terhadap kasus tersebut, tidak ada yang mendukung teori tersebut. Pada kenyataannya, yang terjadi justru sebaliknya."[n 7]
Tanggapan Enderlin
Enderlin lalu memberikan respon kepada Leconte dan Jeambar pada bulan Januari 2005 di Le Figaro. Ia berterima kasih kepada mereka karena telah menyangkal bahwa adegan yang ada di dalam rekaman Abu Rahma telah dibuat-buat. Ia mengabarkan bahwa arah penembakan berasal dari tentara Israel karena ia mempercayai sang juru kamera, yang telah bekerja untuk France 2 sejak tahun 1988. Setelah rekaman ad-Durrah, saksi mata lainnya, termasuk jurnalis lainnya, juga mengkonfirmasi bahwa tentara Israel lah yang menembak, katanya. Ia menambahkan bahwa tentara Israel tidak merespon tawaran dari France 2 untuk bekerja sama dengan penyelidikan mereka.[3]
Alasan lain yang ia berikan mengenai kenapa ia mengabarkan bahwa rekaman ad-Durrah berasal dari tentara Israel, ia tulis bahwa itu adalah "gambaran kondisi nyata, tak hanya di Gaza, tetapi juga di Tepi Barat." Mengutip Ben Kaspi dari surat kabar Israel Maariv, ia menyatakan bahwa, pada sebulan pertama dari Intifadah Kedua, IDF telah menembakkan sejuta amunisi, yakni 700.000 di Tepi Barat dan sisanya di Gaza; mulai tanggal 29 September hingga akhir bulan Oktober 2000, yang menyebabkan 118 orang Palestina tewas, termasuk 33 anak yang masih berusia di bawah 18 tahun, sementara hanya ada 11 orang dewasa Israel yang tewas pada periode yang sama.[3]
Keraguan tentang linimasa
Keraguan juga muncul mengenai linimasa. Abu Rahma berkata bahwa rekaman ad-Durrah dimulai pada siang hari dan berlangsung selama 45 menit.[26] Kesaksian Jamal juga serupa, yakni bahwa ia dan Muhammad tiba di persimpangan Netzarim sekitar siang hari,[44] dan berada di tengah baku tembak selama 45 menit.[21]
Laporan France 2 yang dibuat oleh Enderlin menyatakan bahwa rekaman ad-Durrah terjadi pada sore hari. Rekaman suaranya menyatakan bahwa Jamal dan Muhammad ditembak sekitar pukul 15.00 waktu lokal (GMT+3).[45][n 8] James Fallows setuju bahwa Jamal dan Muhammad pertama kali muncul di rekaman Abu Rahma sekitar pukul 15.00, sesuai komentar dari Jamal dan beberapa jurnalis yang ada di TKP.[40] Abu Rahma berkata bahwa ia masih berada di persimpangan Netzarim selama 30–40 menit pasca rekaman ad-Durrah.[26] Menurut Schapira, ia pergi ke studionya di Gaza sekitar pukul 16:00, ketika ia mengirim rekaman Abu Rahma ke Enderlin di Yerusalem sekitar pukul 18.00. Berita penembakan ad-Durrah lalu disiarkan untuk pertama kalinya di London oleh Associated Press pada pukul 18.00 BST (GMT+1), dan beberapa menit kemudian, Reuters juga menyiarkan berita serupa.[104]
Berlawanan dengan linimasa siang hari dan pukul 15.00, Muhammad Tawil, dokter yang menangani Muhammad di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, berkata kepada Esther Schapira bahwa Muhammad ad-Durrah tiba di rumah sakit sekitar pukul 10.00 waktu lokal, bersama dengan sopir ambulans, yang tertembak di jantungnya.[105][106] Tawil kemudian berkata bahwa ia tidak ingat apa saja yang ia katakan ke wartawan mengenai peristiwa ad-Durrah.[107] Catatan dari Rumah Sakit Al-Shifa menunjukkan bahwa seorang anak diperiksa di departemen patologi pada siang hari. Ahli patologi, Dr. Abed El-Razeq El Masry, memeriksanya selama setengah jam. Ia berkata kepada Schapira bahwa organ dalam Muhammad ad-Durrah terbuai ke luar tubuhnya, dan ia juga menunjukkan foto-foto jenazahnya kepada Schapira, dengan sebuah kartu yang mengidentifikasikan bahwa Muhammad ad-Durrah bernama Muhammad.[108] Sebuah arloji pada lengan seorang pakar patologi dalam salah satu foto menunjukkan pukul 03.50.[109]
Wawancara dengan para prajurit
Pada tahun 2002, Schapira mewawancarai tiga orang prajurit Israel yang namanya disamarkan menjadi "Ariel, Alexej dan Idan," yang berkata bahwa mereka bertugas di pos IDF pada hari kejadian.[110] Mereka mengetahui bahwa sesuatu akan terjadi, kata salah satunya, karena juru-juru kamera berkumpul.[111] Salah satu prajurit berkata bahwa tembakan dimulai dari blok-blok Palestina yang dikenal sebagai "The Twins"; sang penembak menembak ke arah pos IDF, katanya.[112] Sang prajurit menambahkan bahwa ia tidak melihat ad-Durrah.[113] Tentara Israel lalu membalas tembakan ke arah pos Palestina yang berjarak 30 meter dari ad-Durrah. Menurut sang prajurit, senjata mereka dilengkapi dengan optik yang membuat mereka dapat menembak secara akurat dan mereka tidak mengalihkan senjatanya ke mode tembakan otomatis.[114] Dalam pandangan sang prajurit, penembakan Jamal dan Muhammad bukanlah kecelakaan. Asal tembakan tidak berasal dari pihak Israel, katanya.[115]
Luka ayah
Pada tahun 2007, Yehuda David, seorang dokter di rumah sakit Tel Hashomer di Tel Aviv, berkata kepada Channel 10 di Israel bahwa ia pernah mengobati luka akibat pisau dan kapak yang dialami oleh Jamal Ad-Durrah pada tahun 1994 di lengan dan lututnya. Luka-luka yang dimiliki oleh Jamal berasal dari serangan oleh geng. David menyatakan bahwa bekas-bekas luka yang disebut oleh Jamal diakibatkan oleh peluru, sebenarnya adalah bekas-bekas luka dari operasi perbaikan tendon yang dilakukan oleh David pada awal dekade 1990-an.[116] Saat David mengulangi tuduhannya dalam sebuah wawancara dengan "Daniel Vavinsky," yang diterbitkan pada tahun 2008 dalam Actualité Juive di Paris, Jamal pun menggugat David ke Tribunal de grande instance de Paris atas tuduhan fitnah dan pelanggaran kerahasiaan dokter dan pasien.[117]
Pengadilan menyebutkan bahwa "Daniel Vavinsky" merupakan pseudonim dari Clément Weill-Raynal, seorang deputi editor di France 3.[118] Pada tahun 2011, pengadilan menyatakan bahwa David dan Actualité Juive terbukti memfitnah Jamal. Sehingga David, Weill-Raynal dan Serge Benattar, editor pelaksana Actualité Juive, masing-masing didenda sebesar €5,000, dan Actualité Juive diperintahkan menerbitkan pencabutan.[117][119] Pemerintah Israel kemudian berkata bahwa mereka akan mendanai upaya banding David.[119] Banding akhirnya diadakan pada tahun 2012, dan hasilnya David dibebaskan dari tuduhan fitnah dan pelanggaran kerahasiaan.[120] Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel, pun menelepon David untuk mengucapkan selamat kepadanya.[121] Jamal Ad-Durrah kemudian berkata bahwa ia akan mengajukan banding atas putusan pengadilan.[22]
Pada tahun 2012, Rafi Walden, deputi direktur rumah sakit Tel Hashomer dan anggota badan Physicians for Human Rights, menulis di Haaretz bahwa ia telah memeriksa berkas pengobatan Jamal setebal 50 halaman, dan menemukan bahwa luka-luka dari penembakan pada tahun 2000 merupakan "luka-luka yang benar-benar berbeda" dengan luka-luka yang dialami pada tahun 1994. Walden menyebutkan "sebuah luka tembak di pergelangan tangan kanan, hancurnya tulang lengan bawah, sejumlah luka fragmen di telapak tangan, luka tembak di paha kanan, patahnya panggul, sebuah luka di pantat, sebuah sobekan di saraf utama paha kanan, sebuah sobekan di arteri dan vena utama selangkangan, dan dua luka tembak di lutut kiri bawah."[121]
Penyelidikan Israel
2000: Laporan Shahaf
Mayor Jenderal Yom Tov Samia, komandan selatan IDF, mengadakan sebuah penyelidikan sesaat setelah rekaman ad-Durrah.[122] Menurut James Fallows, para komentator Israel mempertanyakan legitimasi dari penyelidikan Israel, dan Haaretz juga menyebut penyelidikan Israel "hampir seperti aksi bajak laut."[40] Tim penyelidikan dipimpin oleh Nahum Shahaf, seorang dokter, dan Joseph Doriel, seorang teknisi, yang mana keduanya mencetuskan teori konspirasi pembunuhan Yitzhak Rabin.[122][123] Penyelidik lainnya meliputi Meir Danino, kepala ilmuwan di Elisra Systems; Bernie Schechter, seorang pakar balistik, yang sebelumnya bekerja di laboratorium identifikasi kriminal milik kepolisian Israel; dan Elliot Springer, yang juga berasal dari laboratorium identifikasi kriminal. Daftar lengkap dari anggota tim tersebut tak pernah dirilis.[69]
Shahaf dan Doriel lalu membangun tiruan tembok, pipa beton, dan pos IDF, untuk melakukan reka ulang rekaman ad-Durrah. Adanya tanda pada pipa beton tersebut yang berasal dari Biro Standar Israel pun memungkinkan mereka untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari pipa beton tersebut. Mereka berkesimpulan bahwa tembakan tersebut berasal dari belakang juru kamera France 2, di tempat polisi Palestina diyakini berdiri.[40]
Pada tanggal 23 Oktober 2000, Shahaf dan Doriel mengundang 60 Minutes dari CBS untuk merekam reka ulang tersebut. Doriel berkata kepada koresponden, Bob Simon, bahwa ia yakin bahwa kematian Muhammad ad-Durrah tidak dibuat-buat, tetapi peristiwa tersebut dirancang untuk merusak citra Israel. Ia berkata bahwa orang-orang tahu akan hal tersebut termasuk juru kamera dan ayah dari Muhammad ad-Durrah, walaupun ayah dari Muhammad ad-Durrah tidak menyadari bahwa anaknya akan tewas.[124][125] Saat Jenderal Samia mendengar tentang wawancara tersebut, ia pun mengeluarkan Doriel dari tim penyelidikan.[122] Laporan dari para penyelidik lalu diserahkan ke kepala intelijen militer Israel. Poin-poin penting dari laporan Shahaf kemudian diterbitkan pada November 2000 dengan tidak mengesampingkan fakta bahwa IDF telah menembak Muhammad ad-Durrah, tetapi menganggap anggapan bahwa rekaman ad-Durrah berasal dari peluru-peluru Palestina yang diarahkan ke pos IDF dianggap "cukup masuk akal".[126][127] Penyelidikan tersebut pun memicu kritikan.[128] Sebuah editorial Haaretz lalu menyatakan bahwa, "sulit untuk menggambarkan secara ringan kebodohan dari penyelidikan yang aneh tersebut."[129]
2005: Penarikan pengakuan sebelumnya
Pada tahun 2005, Mayor-Jenderal Giora Eiland secara terbuka menarik pengakuan bahwa IDF bertanggung jawab atas rekaman ad-Durrah, dan pernyataan tersebut kemudian disetujui oleh kantor perdana menteri pada bulan September 2007.[8] Setahun kemudian, seorang juru bicara IDF, Kol. Shlomi Am-Shalom, berkata bahwa laporan Shahaf telah menunjukkan bahwa IDF tidak menembak Muhammad. Ia lalu meminta France 2 untuk mengirimkan rekaman mentah sepanjang 27 menit yang belum disunting kepada IDF, serta rekaman juru kamera France 2 yang dibuat sehari setelahnya.[130]
2013: Laporan Kuperwasser
Pada bulan September 2012, pemerintah Israel mengadakan penyelidikan lainnya sesuai permintaan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Tim tersebut dipimpin oleh Yossi Kuperwasser, Direktur Jenderal pada Kementerian Urusan Strategis.[131] Pada bulan Mei 2013, tim tersebut menerbitkan sebuah laporan setebal 44 halaman yang menyatakan bahwa ad-Durrah tidak ditembak oleh IDF dan mungkin tidak tertembak sama sekali.[132][133][134]
Laporan Kuperwasser menyatakan bahwa klaim-klaim utama France 2 tidak sejalan dengan yang terjadi di lapangan pada waktu itu; bahwa Muhammad masih hidup pada akhir video; bahwa tak ada bukti yang menunjukkan Jamal atau Muhammad terluka seperti yang dikabarkan oleh France 2 atau bahwa Jamal terluka serius; dan bahwa mereka mungkin tidak tertembak sama sekali.[133][134] Laporan Kuperwasser juga meliputi sebuah opini medis dari Yehuda David, seorang dokter yang mengobati Jamal pada tahun 1994.[133] Laporan Kuperwasser mengatakan bahwa "sangat diragukan bahwa peluru yang mengenai keduanya berasal dari tembakan Israel," dan bahwa laporan France 2 telah "disunting dan dinarasikan sedemikian rupa untuk membuat kesan yang menyesatkan guna memperkuat klaim yang telah dibuat." Menurut laporan Kuperwasser, narasi France 2 hanya didasarkan pada opini juru kamera.[133][134] Yuval Steinitz, Menteri Urusan Internasional, Strategi dan Intelijen, menyebut bahwa kasus ad-Durrah adalah sebuah "fitnah darah modern terhadap Negara Israel."[134]
France 2, Charles Enderlin dan Jamal ad-Durrah pun menyangkal tuduhan pada laporan Kuperwasser dan menyatakan bahwa mereka bersedia bekerja sama dengan penyelidikan internasional independen.[11] France 2 dan Enderlin lalu meminta pemerintah Israel untuk memberikan surat penunjukan, keanggotaan, dan bukti dari tim tersebut, termasuk foto-foto dan nama-nama dari para saksi mata.[135] Enderlin berkata bahwa tim tersebut tak mau berbicara dengannya, France 2, ad-Durrah, atau dengan saksi mata lainnya,[11] dan tidak berkonsultasi dengan pakar-pakar independen.[136] Menurut Enderlin, France 2 siap membantu ad-Durrah untuk mengotopsi jenazah putranya; ia dan ad-Durrah juga menyatakan bahwa mereka bersedia melakukan tes poligrafi.[13][137]
Litigasi Philippe Karsenty
2006: Enderlin-France 2 v. Karsenty
Sebagai tanggapan terhadap klaim yang menyatakan bahwa mereka telah menyiarkan adegan yang dibuat-buat, Enderlin dan France 2 pun mengajukan tiga gugatan fitnah pada 2004 dan 2005.[138] Gugatan yang paling terkenal adalah melawan Philippe Karsenty, yang menjalankan sebuah badan pengamat media, Media-Ratings.[n 9] Ia menerbitkan sebuah analisis dari rekaman Abu Rahma di situs webnya pada bulan November 2004, berdasarkan pada pengerjaan dari Kantor Berita Metula, yang menuduh bahwa adegan rekaman ad-Durrah dipalsukan, karena beberapa adegan sebelumnya menunjukkan bahwa para pemrotes terluka.[80] France 2 dan Enderlin lalu menerbitkan sebuah pembelaan dua hari kemudian.[139]
Pengadilan pun dimulai pada bulan September 2006. Enderlin kemudian menyerahkan bukti berupa sebuah surat dari Jacques Chirac, presiden Prancis saat itu, yang bertuliskan tentang integritas Enderlin.[31] Mahkamah lalu mengabulkan gugatan itu pada tanggal 19 Oktober 2006 sehingga Karsenty harus membayar denda sebesar €1.000 dan memberikan ganti rugi sebesar €3.000.[4] Karsenty pun mengajukan banding pada hari yang sama.[139]
2007: Karsenty v. Enderlin-France 2
Pengadilan banding pertama dibuka pada bulan September 2007 di Mahkamah Banding Paris, dengan diikuti oleh tiga hakim yang dipimpin oleh Hakim Laurence Trébucq.[140] Pengadilan lalu meminta France 2 untuk menyerahkan rekaman mentah selama 27 menit yang dikatakan telah direkam oleh Abu Rahma, untuk ditampilkan di depan sidang. France 2 lalu hanya memberikan 18 menit dari rekaman Abu Rahma; Enderlin juga berkata bahwa hanya 18 menit yang berhasil direkam.[96]
Pada saat pemutaran, mahkamah melihat bahwa Muhammad mengangkat tangannya ke atas kepalanya dan menggerakkan lututnya setelah juru kamera berkata bahwa ia telah tewas, dan tidak ada darah di bajunya.[96] Enderlin berpendapat bahwa juru kamera tidak berkata bahwa Muhammad ad-Durrah telah tewas, tetapi Muhammad ad-Durrah sekarat.[2] Sebuah laporan yang disiapkan untuk pengadilan oleh Jean-Claude Schlinger, seorang pakar balistik yang diajukan oleh Karsenty, menyatakan bahwa jika tembakan berasal dari pihak Israel, maka Muhammad hanya akan terluka di bagian lutut bawahnya.[36][94]
Pengacara France 2, Francis Szpiner, penasihat untuk mantan Presiden Prancis Jacques Chirac, menyebut bahwa Karsenty adalah "orang Yahudi yang membayar orang Yahudi lainnya untuk membayar orang Yahudi lain untuk bertarung hingga darah penghabisan Israel," dan membandingkannya dengan teoretikus konspirasi 9/11 Thierry Meyssan dan penyangkal Holokaus Robert Faurisson. Szpiner berkata, Karsenty menargetkan Enderlin karena liputan Enderlin yang adil tentang Timur Tengah.[140]
Para hakim lalu mengeluarkan putusan setebal 13 halaman untuk Karsenty pada bulan Mei 2008.[141] Mereka menyatakan bahwa Karsenty telah berniat baik dalam mengkritik dan telah menunjukkan "kumpulan bukti yang koheren" kepada pengadilan.[4][142] Pengadilan juga mencatat bahwa terdapat inkonsistensi pada pernyataan Enderlin dan menyatakan bahwa pernyataan Abu Rahma tidaklah "kredibel dalam hal bentuk maupun isinya."[4][140] Kemudian muncul permintaan untuk diadakannya penyelidikan publik dari sejarawan Élie Barnavi, mantan duta besar Israel untuk Prancis, dan Richard Prasquier, presiden Conseil Représentatif des Institutions juives de France.[143][144][145] Le Nouvel Observateur yang berpaham sayap kiri lalu memulai sebuah petisi untuk mendukung Enderlin yang ditandatangani oleh 300 penulis Prancis, dan menuduh Karsenty melakukan kampanye kotor selama tujuh tahun.[4]
2013: Pengadilan fitnah
France 2 lalu mengajukan kasasi ke Mahkamah Kasasi (mahkamah agung). Pada bulan Februari 2012, Mahkamah Kasasi memutuskan untuk membatalkan putusan Mahkamah Banding Paris,[146] dan memerintahkan agar Mahkamah Banding Paris tidak meminta France 2 untuk menyerahkan rekaman mentah.[147][148] Kasus ad-Durrah pun diadukan kembali ke Mahkamah Banding Paris, yang akhirnya memvonis Karsenty bersalah atas gugatan fitnah pada tahun 2013, dan menjatuhkan denda sebesar €7.000.[10][146]
Dampak rekaman
Rekaman Muhammad disetarakan dengan gambar ikonik dari anak-anak yang diserang lainnya, seperti anak di ghetto Warsawa (1943), gadis Vietnam yang terkena bom napalm (1972), dan pemadam kebakaran yang menggendong seorang bayi sekarat di Oklahoma (1995).[21] Catherine Nay, seorang jurnalis Prancis, berpendapat bahwa kematian Muhammad "menutupi anak Yahudi, [yang mengangkat] tangannya ke udara di depan SS di Ghetto Warsawa."[149]
Menurut seorang terapis di Gaza, anak-anak Palestina menjadi terganggu dengan penyiaran rekaman Abu Rahma secara berulang, dan anak-anak bahkan melakukan reka ulang adegan rekaman ad-Durrah di taman-taman bermain.[150] Negara-negara Arab juga menerbitkan prangko yang mencantumkan gambar dari rekaman Abu Rahma. Taman-taman dan jalan-jalan pun dinamai Muhammad, dan Osama bin Laden juga menyebut Muhammad dalam sebuah "peringatan" kepada Presiden George Bush pasca 9/11.[151] Gambar dari rekaman Abu Rahma kemudian dituduh memicu insiden Ramallah 2000 dan membangkitkan antisemitisme di Prancis.[145] Salah satu gambar dari rekaman Abu Rahma juga dapat dilihat di latar belakang, saat jurnalis Daniel Pearl, seorang Yahudi Amerika, dipenggal oleh al-Qaeda pada Februari 2002.[40]
Kalangan Yahudi dan Israel, termasuk pemerintah Israel pada tahun 2013, mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa tuduhan prajurit IDF telah menewaskan seorang anak sebagai sebuah "fitnah darah", sebuah rujukan kepada tuduhan berabad-abad yang menyatakan bahwa Yahudi mempersembahkan darah dari anak-anak Kristen.[74][134] Perbandingan pun dibuat dengan skandal Dreyfus tahun 1894, saat seorang kapten angkatan darat berlatar belakang Yahudi Prancis dituduh melakukan pengkhianatan berdasarkan pada sebuah fitnah.[152][153] Menurut Charles Enderlin, kontroversi ad-Durrah merupakan sebuah kampanye kotor yang ditujukan untuk merusak rekaman yang berasal dari wilayah yang diduduki oleh Palestina.[154] Doreen Carvjal juga menulis di The New York Times bahwa rekaman Abu Rahma adalah "sebuah prisma kebudayaan, dengan para penonton melihat apa yang ingin mereka lihat."[9]
Catatan
- ^ Laporan Mitchell pada bulan Mei 2001 menyatakan penyebab kekerasan tersebut: "Kami tidak memiliki dasar untuk menyimpulkan bahwa ada rencana otoritas Palestina untuk memulai kekerasan pada kesempatan pertama; atau untuk menyimpulkan bahwa ada rencana pemerintah Israel untuk menanggapinya dengan kekuatan mematikan. ... Kunjungan Sharon tidak menyebabkan 'Intifadah Al-Aqsa.' Namun waktu kunjungannya kurang tepat dan efek provokatif seharusnya sudah diperkirakan sebelumnya. ..."[17]
- ^ Talal Abu Rahma, 3 Oktober 2000: "Aku menghabiskan sekitar 27 menit untuk merekam insiden tersebut yang terjadi selama 45 menit. ... Baku tembak diawali dari sumber-sumber yang berbeda, Israel dan Palestina. Peristiwa tersebut terjadi tak lebih dari 5 menit. Kemudian, aku menyadari bahwa tembakan mengenai Muhammad dan ayahnya yang berada di arah berlawanan dari mereka. Tembakan beruntun tersebut diarahkan ke sang ayah dan anak, serta ke dua pos Pasukan Keamanan Nasional Palestina. Pos Palestina bukanlah sumber tembakan karena tembakan dari dalam pos tersebut berhenti setelah lima menit pertama, dan anak dan ayah tersebut tidak terluka pada waktu itu. Pembunuhan terjadi 45 menit setelahnya."[26]
- ^ Talal Abu Rahma, 3 Oktober 2000: "Sehari setelah insiden tersebut, Aku datang ke Rumah Sakit Shifa di Gaza, dan mewawancarai ayah dari Mohammed Al-Durreh. Wawancara tersebut pun direkam dan disiarkan. Dalam wawancara tersebut, aku berkata tentang alasan dan keadaannya di tempat insiden tersebut. Aku adalah jurnalis pertama yang mewawancarainya terkait insiden tersebut. Jamal ad-Durrah lalu berkata bahwa ia akan pergi bersama dengan putranya Mohammed ke pasar mobil, yang berjarak sekitar 2 km ke utara Persimpangan Al-Shohada, untuk membeli mobil. Ia berkata kepadaku bahwa ia gagal membeli mobil, sehingga memutuskan untuk kembali ke rumah. Ia dan putranya lalu menaiki sebuah taksi. Saat mereka mendekati persimpangan Netzarim, mereka dilarang bergerak lebih jauh karena ada pertikaian dan penembakan disana. Sehingga, mereka keluar dari taksi tersebut dan berusaha berjalan menuju Al-Bureij. Saat penembakan memuncak, mereka berlindung di balik sebuah blok beton. Kemudian insiden tersebut terjadi. Penembakan berlangsung selama 45 menit."[26]
- ^ Talal Abu Rahma, 3 Oktober 2000: "Aku dapat meyakinkan bahwa tembakan terhadap Mohammed dan ayahnya, Jamal datang dari pos militer Israel seperti yang telah disebutkan di atas, karena tempat tersebut merupakan satu-satunya tempat yang memungkinkan tembakan ke arah Muhammad ad-Durrah dan ayahnya. Sehingga, secara nalar dan alamiah, pengalaman panjangku dalam meliput insiden panas dan pertikaian kekerasan, dan kemampuanku untuk membedakan suara tembakan, aku dapat berkesimpulan bahwa Muhammad ad-Durrah secara sengaja ditembak mati dan ayahnya dilukai oleh tentara Israel."[26]
- ^ "Seiring dengan munculnya pertanyaan, beberapa eksekutif France 2 secara pribadi menyalahkan komunikasi saluran tersebut. Minggu lalu, mereka menunjukkan rekaman 27 menit asli dari insiden tersebut kepada The International Herald Tribune, yang juga meliputi adegan terpisah yang menunjukkan para pemuda melempari batu."[9]
- ^ Charles Enderlin, The Atlantic, September 2003: "James Fallows menulis, 'Rekaman dari rekaman ad-Durrah ... mengilustrasikan cara televisi mengubah kenyataan, dan yang paling penting, 'France 2 atau juru kameranya memiliki rekaman yang ia putuskan untuk tidak dirilis.' Kami tak mengubah kenyataan. Namun karena beberapa bagian dari rekaman Abu Rahma tak tertahankan, France 2 memotong beberapa adegan dari rekaman Abu Rahma, sesuai dengan kode etik kami."[98]
- ^ Denis Jeambar dan Daniel Leconte, Le Figaro, Januari 2005: "A ceux qui, comme la Mena, ont voulu nous instrumentaliser pour étayer la thèse de la mise en scène de la mort de l'enfant par des Palestiniens, nous disons qu'ils nous trompent et qu'ils trompent leurs lecteurs. Non seulement nous ne partageons pas ce point de vue, mais nous affirmons qu'en l'état actuel de notre connaissance du dossier, rien ne permet de l'affirmer, bien au contraire."[71]
- ^ Waktu Musim Panas Israel, yang pada tahun itu berakhir pada tanggal 6 Oktober, adalah tiga jam lebih cepat dari GMT.[103]
- ^ Kasus kedua, yang diajukan terhadap Pierre Lurçat dari Liga Pertahanan Yahudi, dihentikan atas alasan teknis. Kasus ketiga, yang diajukan terhadap Dr. Charles Gouz, yang menerbitkan kembali sebuah artikel yang mengkritik France 2, menghasilkan "putusan yang meringankan", karena ia mencantumkan kata "disinformasi".
Referensi
- ^ a b c "Talal Abu Rahma". Rory Peck Awards. 2001.
- ^ a b c "French court examines footage of Mohammad al-Dura's death". Haaretz. 16 Mei 2007.
- ^ a b c d e (Prancis) Enderlin, Charles (2016-10-11). "Non à la censure à la source". Le Figaro.
- ^ a b c d e f g h i j Moutet, Anne-Elisabeth (7 Juli 2008). "L'Affaire Enderlin". The Weekly Standard.
- ^ Cook, David (2007). Martyrdom in Islam. Cambridge University Press. hlm. 155–156.
- ^ Shoker, Sarah (2020). Military-Age Males in Counterinsurgency and Drone Warfare. Springer Nature. hlm. 39. ISBN 978-3-030-52474-6.
- ^ a b c "Israel 'sorry' for killing boy". BBC News. 3 Oktober 2000.
- ^ a b c Seaman, Daniel (25 Juni 2008). "We did not abandon Philippe Karsenty". The Jerusalem Post.
- ^ a b c d e f g h i j Carvajal, Doreen (7 Februari 2005). "Photo of Palestinian Boy Kindles Debate in France". The New York Times.
- ^ a b "Media analyst convicted over France-2 Palestinian boy footage". Associated Press. 26 Juni 2013.
- ^ a b c Mackey, Robert (20 Mei 2013). "Complete Text of Israel's Report on the Muhammad al-Dura Video". The New York Times.
- ^ a b Koury, Jack (20 Mei 2013). "Mohammed al-Dura's Father Calls for International Probe Into Whether IDF Killed His Son". Haaretz.
- ^ a b Sherwood, Harriet (20 Mei 2013). "Israeli inquiry says film of Muhammad al-Dura's death in Gaza was staged". The Guardian.
- ^ Beckerman, Gal (3 Oktober 2007). "The Unpeaceful Rest of Mohammed Al-Dura". Columbia Journalism Review.
- ^ "Palestinians And Israelis In a Clash At Holy Site". The New York Times. 28 September 2000.
- ^ "Violence engulfs West Bank and Gaza". BBC News. 30 September 2000.
- ^ "Report on the start of the Second Intifada". Laporan Mitchell. 2001.
- ^ "Intifada toll 2000-2005". BBC News. 8 Februari 2005.
- ^ a b "Israeli settler convoy bombed in Gaza, three injured". CNN. 27 September 2000.
- ^ a b c Goldenberg, Suzanne (3 Oktober 2000). "Making of a martyr". The Guardian.
- ^ a b c d e Motro, Helen Schary (7 Oktober 2000). "Living among the headlines". Salon.
- ^ a b c d Shams, Doha (2 Mei 2012). "Still Seeking Justice for Muhammad al-Durrah". Al-Akhbar.
- ^ Balousha, Hazem (22 Mei 2013). "Durrah's Father: My Son Is Dead". Al-Monitor.
- ^ a b Jr, William A. Orme (2 Oktober 2000). "A Young Symbol of Mideast Violence". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2021. Diakses tanggal 30 September 2021.
- ^ "Strike call after Jerusalem bloodshed". BBC News. 30 September 2000.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Abu Rahma, Talal (3 Oktober 2000). "Statement under oath by a photographer of France 2 Television". Palestinian Centre for Human Rights.
- ^ a b Motro, Helen Schary (2005). "Maneuvering Between the Headlines: An American Lives Through the Intifada". Other Press.
- ^ (Prancis) Kessous, Mustapha (30 Januari 2016). "Charles Enderlin, conteur averti du Proche-Orient". Le Monde.
- ^ (Prancis) Bloch, Michael (24 Juli 2015). "Charles Enderlin prend sa retraite après 30 ans en Israël: 'Il n'y aura pas deux Etats'". Le Journal du Dimanche.
- ^ (Prancis) Haski, Pierre (29 September 2010). "«Un enfant est mort»: Charles Enderlin défend son honneur". L'Obs.
- ^ a b (Prancis) "Letter from Jacques Chirac to Charles Enderlin" (PDF). Media Ratings France. 25 Februari 2004.
- ^ (Prancis) "Charles Enderlin décoré de la Légion d'honneur". France 2. 12 Agustus 2009.
- ^ a b c d e f g (Prancis) Schemla, Élisabeth (1 Oktober 2002). "Un entretien exclusif avec Charles Enderlin, deux ans après la mort en direct de Mohamed Al-Dura à Gaza". Proche-Orient.info.
- ^ Bob Garfield, Deborah Campbell (22 Desember 2001). "Images of Mohammed al-Durrah". On the Media. WNYC Radio.
- ^ Grizbec, Gérard (Oktober 2008). "Affaire al-Dura: Gérard Grizbec réagit à la contribution de Pierre-André Taguieef". Le Meilleur des mondes.
- ^ a b (Prancis) Schlinger, Jean-Claude (19 Februari 2008). "Ballistics report prepared for Karsenty" (PDF).
- ^ Gross, Netty C. (21 April 2003). "Split Screen". The Jerusalem Report.
- ^ O'Sullivan, Arieh (6 Juni 2001). "Southern Command decorates soldiers, units". Jerusalem Post.
- ^ a b c d Segev, Tom (22 Maret 2002). "Who killed Mohammed al-Dura?". Haaretz.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Fallows, James (Juni 2003). "Who shot Mohammed al-Durra?". The Atlantic.
- ^ Diagram diambil dari "Talal Abu Rahma's affidavit". 3 Oktober 2000.
- ^ Shapira 2002. Berlangsung pada 00:36:52:00.
- ^ O'Loughlin, Ed (6 Oktober 2007). "Battle rages over fateful footage". The Age.
- ^ a b c (dalam bahasa Jerman) Schapira, Esther (18 Maret 2002). Drei Kugeln und ein totes Kind: Wer erschoss Mohammed Al-Dura?. ARD. Berlangsung pada 00:19:00:00 (wawancara dengan Jamal al-Durrah.
- ^ a b c d (dalam bahasa Prancis) Enderlin, Charles (30 September 2000). "La mort de Mohammed al Dura". France 2. ("pranala alternatif". 13 November 2012. ).
- ^ a b (Jerman) dengan keterangan berbahasa Inggris. Esther Schapira, Georg M. Hafner (4 Maret 2009). Das Kind, der Tod und die Wahrheit'. Hessischer Rundfunk. Berlangsung pada 00:09:47:05. rekaman Vimeo . Di YouTube (tanpa keterangan berbahasa Inggris): 1/5, 2/5, 3/5, 4/5, 5/5.
- ^ a b "Shooting to Shooting". National Public Radio. 1 Oktober 2000.
- ^ Final few seconds cut by France 2. YouTube.
- ^ a b Schapira and Hafner 2009. Berlangsung pada 00:10:39:24.
- ^ Schapiro 2002. Berlangsung pada 00:19:45:00.
- ^ a b Schapira and Hafner 2009. Berlangsung pada 00:13:12:19.
- ^ Goldenberg, Suzanne (27 September 2001). "The war of the children". The Guardian.
- ^ a b Schapira and Hafner 2009. Berlangsung pada 00:14:13:21.
- ^ a b Schapira dan Hafner 2009. Berlangsung pada 00:14:01:09.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:19:25:00.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:20:55:00.
- ^ Schapira and Hafner 2009. Berlangsung pada 00:39:39:02.
- ^ Schapira and Hafner 2009. Berlangsung pada 00:42:35:03 dan 00:43:13:08.
- ^ a b Schapira 2002. Berlangsung pada 00:24:17:00.
- ^ Schapira and Hafner 2009. Berlangsung pada 00:45:48:05.
- ^ (Prancis) Schapira, Esther (12 Februari 2013). "Lettre ouverte d'Esther Schapira à Charles Enderlin". Tribune juive. (dalam bahasa Inggris).
- ^ Philps, Alan (1 Oktober 2000). "Death of boy caught in gun battle provokes wave of revenge attacks". The Daily Telegraph.
- ^ (Prancis) "Les blessures de Jamal a Dura". France 2. 1 Oktober 2000.
- ^ (Prancis) "Jamal a Dura l'operation". France 2. 1 Oktober 2000.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:23:03:00.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:26:15:00.
- ^ Schapira and Hafner 2009. Berlangsung pada 00:30:01:10.
- ^ a b Schapira 2002. Berlangsung pada 00:26:49:00.
- ^ a b c Schwartz, Adi (8 November 2007). "In the footsteps of the al-Dura controversy". Haaretz.
- ^ "Boy becomes Palestinian martyr". BBC News. 2 Oktober 2000.
- ^ a b c d e f g (Prancis) Leconte, Denis (25 Januari 2005). "Guet-apens dans la guerre des images". Le Figaro.
- ^ a b Gelernter, David (9 September 2005). "When pictures lie". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Mei 2016.
- ^ Frum, David (17 November 2007). "L'affaire al-Dura". The National Post.
- ^ a b c Johnson, Hannah (2012). Blood Libel: The Ritual Murder Accusation at the Limit of Jewish History. University of Michigan Press. hlm. 126–127.
- ^ Orme, William A. (28 November 2000). "Israeli Army Says Palestinians May Have Shot Gaza Boy". The New York Times.
- ^ Fallows, James (2 Oktober 2007). "News on the al-Dura front: Israeli finding that it was staged". The Atlantic.
- ^ Lord, Amnon (15 Juli 2002). "Who killed "Muhammad al-Dura. Blood libel—model 2000". Jerusalem Center for Public Affairs.
- ^ Juffa, Stéphane (26 November 2004). "The Mythical Martyr". Wall Street Journal.
- ^ Rosenzweig, Luc (2010). "Charles Enderlin et l'affaire Al Dura". Cités, 4(44). DOI:10.3917/cite.044.0159
Rosenzweig, Luc (20 Mei 2013). "Après Jérôme Cahuzac et Gilles Bernheim, Charles Enderlin?". Atlantico.
- ^ a b Cahen, Eva (2006). "French TV Network Sues Over Palestinian Shooting Controversy". Cybercast News Service.
- ^ Johnson, Hannah (2012). "Blood Libel: The Ritual Murder Accusation at the Limit of Jewish History". hlm. 199.
- ^ Leibowitz, Ruthie Blum (29 November 2007). "'Muhammed al-Dura has become a brand-name'". The Jerusalem Post. (wawancara dengan Philippe Karsenty).
Richard Landes, Phillipe Karsenty (11 Juni 2008). "Right of reply: Conspiracy theories and al-Dura". The Jerusalem Post.
- ^ (Prancis) Huber, Gérard (2003). "Contre-expertise d'une mise en scène". Paris: Éditions Raphaël.
- ^ (Prancis) Taguieff, Pierre-André (2015). "La nouvelle propagande antijuive: Du symbole al-Dura aux rumeurs de Gaza". Paris: Presses Universitaires de France.
- ^ Dawber, Alistair (20 Mei 2013). "The killing of 12-year-old Mohammed al-Durrah in Gaza became the defining image of the second intifada. Only Israel claims it was all a fake". The Independent.
- ^ Schwartz, Michael; Labott, Elise (21 Mei 2013). "New controversy over video of Gaza boy's death 13 years ago". CNN.
- ^ McLoughlin, Ed (6 Oktober 2007). "Truth is sometimes caught in crossfire". The Sydney Morning Herald.
- ^ Derfner, Larry (28 Mei 2008). "Rattling the Cage: Al-Dura and the conspiracy freaks". The Jerusalem Post.Derfner, Larry (18 Juni 2008). "Rattling the Cage: Get real about Muhammad al-Dura". The Jerusalem Post.
- ^ Derfner, Larry (22 Mei 2013). "On the al-Dura affair: Israel officially drank the Kool Aid". +972 Magazine.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:29:52:00.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:29:42:00.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:33:14:00.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:30:44:00.
- ^ a b Schwartz, Adi (3 Februari 2008). "Independent expert: IDF bullets didn't kill Mohammed al-Dura". Haaretz.
- ^ (Prancis) "La justice visionne les rushes d'un reportage de France 2, accusé de trucage". Agence France-Presse. 14 November 2007.
- ^ a b c Schoumann, Helen (14 November 2007). "French court sees raw footage of al-Dura". The Jerusalem Post.
- ^ Final moments of footage. France 2. 30 September 2000.
- ^ Enderlin, Charles (September 2003). "Letters to the Editor: Who Shot Mohammed al-Dura?". The Atlantic.
- ^ Schapira dan Hafner 2009. Berlangsung pada 00:13:32:14.
- ^ Schapira dan Hafner 2009. Berlangsung pada 00:13:45:09.
- ^ "Charles Enderlin répond". Le Monde. 6 Juni 2008.
- ^ a b Poller, Nidra (September 2005). "Myth, Fact, and the al-Dura Affair". Commentary.
- ^ (Ibrani) "Book of Laws: Time Determination Law - 2000 (5760)" (PDF). Israeli Government Printing Office. 28 Juli 2000.
- ^ Whitaker, Brian (5 Oktober 2000). "War of words in the Middle East". The Guardian. (Pada waktu itu, AP dan Reuters salah menyebut Muhammad dengan sebutan "Rami Aldura".)
- ^ Schapira dan Hafner 2009. Berlangsung pada 00:38:22:11.
- ^ (Jerman) Thiel, Thomas (4 Maret 2009). "Was geschah mit Mohammed al-Dura?". Frankfurter Allgemeine.
- ^ (Prancis) Enderlin, Charles (Oktober 2010). "Un Enfant est Mort: Netzarim, 30 Septembre 2000". Paris: Don Quichotte.
- ^ Schapira dan Hafner 2009. Berlangsung pada 00:39:28:01.
- ^ Schapira dan Hafner 2009. Berlangsung pada 00:40:39:22.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:03:59:00; 00:14:59:00 untuk nama-nama.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:05:00:00.
- ^ {{cite video|url=https://vimeo.com/67662480%7Ctitle=Schapira 2002|time=00:15:50:00.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:16:15:00.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:16:48:00.
- ^ Schapira 2002. Berlangsung pada 00:17:24:00.
- ^ "On the al-Dura affair: Israel officially drank the Kool Aid". +972 Magazine. 22 Mei 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 December 2019. Diakses tanggal 25 August 2020.
Another familiar “proof” of the hoax cited by the Kuperwasser Committee is that “the injuries and scars presented by Jamal [al-Dura, Muhammad’s father] as having been inflicted during the incident were actually the result of his having been assaulted in 1992 by Palestinians wielding knives and axes …” This revelation was supplied by Dr. Yehuda David, a hand surgeon at Israel’s Tel Hashomer hospital who treated Jamal for those earlier injuries in 1994. His statement to the committee says the Jordanian hospital medical reports on Jamal “support my assertion that the paralysis of Mr. Al-Durrah’s right hand was not a result of an injury allegedly suffered at the Netzarim junction several days before, as he claimed, but had been caused by the earlier injuries which I had treated in 1994.”
- ^ a b (Prancis) "Ministere Public c/ Benattar, Weill, David". Tribunal de Grande Instance de Paris. 29 April 2011. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-10-23.
- ^ (Prancis) Lherm, Sophie (21 Februari 2011). "Affaire Al-Dura: quand un rédac'chef de France 3 se prend pour le justicier masqué". Télérama.
- ^ a b "French court convicts Israeli of slandering al-Durra". The Jerusalem Post. 29 April 2011.
- ^ "French court acquits Israeli doctor of libel over al-Dura case". YNet News. 15 Februari 2012.
- ^ a b Walden, Rafi (19 Februari 2012). "Rubbing Salt Into the Wound". Haaretz.
- ^ a b c Cygielman, Anat (7 November 2000). "IDF keeps shooting itself in the foot". Haaretz.
- ^ O'Loughlin, Ed (6 Oktober 2007). "Battle rages over fateful footage". The Age.
- ^ Simon, Bob (9 November 2000). "Probing Root Causes Of Mideast Violence". CBS 60 Minutes.
- ^ Cordesman, Anthony H.; Moravitz, Jennifer (2005). The Israeli-Palestinian War: Escalating to Nowhere. Greenwood Publishing Group. hlm. 372.
- ^ "Israeli Army Says Palestinians May Have Shot Gaza Boy". The New York Times. 27 November 2000.
- ^ Shapira 2002. Berlangsung pada 00:37:07:00.
- ^ Goldenberg, Suzanne (28 November 2000). "Israel washes its hands of boy's death". The Guardian.
- ^ "Stupidity marches on". Haaretz. 10 November 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Februari 2021.
- ^ Haviv Rettig Gur (24 Mei 2008). "French court overturns al-Dura libel judgment". The Jerusalem Post.
- ^ Caspit, Ben (12 Mei 2013). "Muhammad Al-Dura: The boy who wasn't really killed". The Jerusalem Post.
- ^ Kershner, Isabel (19 Mei 2013). "Israeli Report Casting New Doubts on Shooting in Gaza". The New York Times.
- ^ a b c d "The France 2 Al-Durrah Report, its Consequences and Implications: Report of the Government Review Committee". Kementerian Urusan Internasional dan Strategi, Negara Israel. 19 Mei 2013.
- ^ a b c d e "Publication of the Report of the Government Review Committee Regarding the France 2 Al-Durrah". Jawatan Perdana Menteri, Negara Israel. 19 Mei 2013.
- ^ Ravid, Barak (29 Mei 2013). "After State Panel's Mohammed al-Dura Report, France 2 Hits Back at Israeli Government". Haaretz.
- ^ (Prancis) Brunet, Elena (21 Mei 2013). "Charles Enderlin: 'Pas un seul expert indépendant'". L'Obs.
- ^ Sherwood, Harriet (23 Mei 2013). "Father of Muhammad al-Dura rebukes Israeli report on son's death". The Guardian.
- ^ Carvajal, Doreen (18 September 2006). "Can Internet criticism of Mideast news footage be slander?". International Herald Tribune/The New York Times.
- ^ a b Simon, Roger L. (2 Maret 2008). "Interview with Philippe Karsenty". Pajamas Media.
- ^ a b c Poller, Nidra (27 Mei 2008). "A Hoax?". Wall Street Journal.
- ^ Untuk terjemahan: s:en:Karsenty v. Enderlin-France2, Wikisource, 21 Mei 2008.
- ^ "French TV loses Gaza footage case". BBC News. 22 Mei 2008.
- ^ (Prancis) Barnavi, Élie (7–13 Juni 2008). "L'honneur du journalisme". Marianne.
- ^ "Prasquier: 'establishing the truth about the Al-Dura case'". Conseil Représentatif des Institutions juives de France. 19 Juli 2008.
- ^ a b Lauter, Devorah (8 Juli 2008). "French Jews demand al-Dura probe". Jewish Telegraphic Agency.
- ^ a b "French Media Analyst Convicted of Defamation, Fined in Mohammed al-Dura Case". Associated Press dan Haaretz. 26 Juni 2013.
- ^ "France high court ordered judges to examine Palestinian boy killing case". Agence France-Presse. 29 Februari 2012.
- ^ (Prancis) "Arrêté de la Cour de Cassation A-Dura Frane-2 Karsenty". Wikisource.
- ^ (Prancis) Rioufol, Ivan (13 Juni 2008). "Les médias, pouvoir intouchable?". Le Figaro.
- ^ Pearson, Bryan (6 November 2000). "Death of Mohammed al-Durra haunts Palestinian children". Agence France-Presse.
- ^ Cordesman dan Moravitz (2005). The Israeli-Palestinian War: Escalating to Nowhere. hlm. 371.
- ^ (Prancis) Taguieff, Pierre-André (September 2008). "L'affaire al-Dura ou le renforcement des stéréotypes antijuifs..." Le Meilleur des mondes.
- ^ (Prancis) Taguieff, Pierre-André (2010). "La nouvelle propagande anti-juive". Presses Universitaires de France.
- ^ Patience, Martin (8 November 2007). "Dispute rages over al-Durrah footage". BBC News.
Bacaan tambahan
- Karya yang berkaitan dengan Translation:Karsenty v. Enderlin-France2 di Wikisource
- (dalam bahasa Prancis) Debate. Arlette Chabot of France 2 and Philippe Karsenty, part 1/21, 18 September 2008, courtesy of YouTube.
- Behind the lens: Remembering Muhammad al-Durrah, 20 years on, Talal Abu Rahma, 30 September 2020.
Buku
- (dalam bahasa Prancis) Gérard Huber, Contre-expertise d'une mise en scène, Paris; Éditions Raphaël, 2003.
- (dalam bahasa Prancis) Guillaume Weill-Raynal, Les nouveaux désinformateurs, Paris: Armand Colin, 2007.
- (dalam bahasa Prancis) Charles Enderlin, Un Enfant est Mort: Netzarim, 30 Septembre 2000, Paris: Don Quichotte, October 2010.
- (dalam bahasa Prancis) Guillaume Weill-Raynal, Pour en Finir avec l'Affaire Al Dura, Paris: Du Cygne, 2013.
- (dalam bahasa Jerman) Georg M. Hafner, Esther Schapira, Das Kind, der Tod und die Medienschlacht um die Wahrheit: Der Fall Mohammed al-Durah, Berlin: Berlin International Center for the Study of Antisemitism, 2015.
- (dalam bahasa Prancis) Pierre-André Taguieff, La nouvelle propagande antijuive: Du symbole al-Dura aux rumeurs de Gaza, Paris: Presses Universitaires de France, 2015.
Rekaman peristiwa
- (dalam bahasa Prancis) Charles Enderlin, "La mort de Mohammed al Dura", France 2, 30 September 2000 (courtesy link).
- Raw footage, France 2, 30 September 2000, courtesy of YouTube.
- Final seconds of footage, not shown by France 2, 30 September 2000, courtesy of YouTube.