Iduladha (bahasa Arab: عيد الأضحى) adalah sebuah hari raya dalam agama Islam. Hari ini memperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya Isma'il sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah. Sebelum Ibrahim mengorbankan putranya, Allah menggantikan Ismail dengan domba. Untuk memperingati kejadian ini, hewan ternak disembelih sebagai kurban setiap tahun.

  • عيد الأضحى
  • Idulaḍḥa
    Aidilaḍḥa
  • "Hari Raya Kurban"
    "Hari Raya Haji"
Fragmen kaligrafi yang berisi doa-doa ketika Iduladha.
Dirayakan olehMuslim dan Druze[1]
JenisHari raya dalam Islam
Makna
  • Memperingati kepatuhan Nabi Ibrahim atas perintah Allah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail
  • Tanda puncaknya rangkaian ritual ibadah haji
Perayaan
  • Salat Id
  • Menyembelih hewan kurban dan memberikan sebagian dagingnya kepada orang yang membutuhkan
  • Mengunjungi keluarga dan makan bersama
  • Memberi sedekah
Mulai10 Zulhijah
Berakhir13 Zulhijah
Tanggal(dapat berubah-ubah)
Tahun 202329 Juni
Terkait dengan
Persiapan penyembelihan hewan kurban menjelang Iduladha
Pawai obor malam takbiran Iduladha 1434 H di Jakarta

Iduladha jatuh pada tanggal 10 bulan Zulhijah atau 70 hari setelah Idulfitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik merupakan hari yang diharamkan untuk berpuasa bagi umat Islam. Pada hari Iduladha, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Id bersama-sama di tanah lapang atau di masjid. Setelah salat, penyembelihan hewan kurban dilaksanakan. Sepertiga daging hewan dikonsumsi oleh keluarga yang berkurban, sementara sisanya disedekahkan atau dibagikan kepada orang lain. Terkadang Iduladha disebut pula sebagai Idulkurban atau Lebaran Haji.

Latar belakang

Salah satu ujian utama dalam hidup Ibrahim adalah menerima perintah Allah untuk mengorbankan putra kesayangannya. Perintah ini diterima Ibrahim melalui mimpi yang terus berulang. Ibrahim tahu bahwa ini adalah perintah dari Allah dan dia memberi tahu putranya, seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur'an.

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.

— As-Saffat [37]: 102[2]

Selama masa persiapan, setan menggoda Ibrahim dan keluarganya dengan mencoba menghalangi mereka untuk melaksanakan perintah Allah. Ibrahim kemudian mengusir setan dengan melemparkan kerikil ke arahnya. Untuk memperingati penolakan mereka terhadap setan, batu-batu dilemparkan dalam lontar jumrah dalam ibadah haji.[3]

Ketika melaksanakan penyembelihan, pisau Ibrahim tidak dapat melukai Ismail. Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor hewan sembelihan.[4]

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

— As-Saffat [37]: 103–107[2]

Penetapan hari

Iduladha dilaksanakan ketika ibadah haji sedang berlangsung. Pilar dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sedangkan hari pelaksanaan wukuf dikenal sebagai Hari Arafah, yang dimulai pada tanggal 9 Zulhijah hingga terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.[5]

Dalam hadis yang dituturkan oleh Husain bin al-Harits al-Jadali, amir Makkah pernah menyampaikan khotbah, kemudian berkata:

Rasulullah saw. telah berpesan kepada kami agar kami menunaikan ibadah haji berdasarkan Hisab dan rukyat (hilal Zulhijah). Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian mereka.

— HR Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni. Ad-Daruquthni berkomentar, “Hadis ini isnadnya bersambung dan sahih.”

Hadis ini menjelaskan bahwa, pertama, pelaksanaan ibadah haji harus didasarkan pada hasil rukyat hilal 1 Zulhijah sehingga kapan wukuf dan Iduladhanya bisa ditetapkan. Kedua, pesan nabi kepada amir Makkah, sebagai penguasa wilayah, tempat di mana perhelatan haji dilaksanakan untuk melakukan rukyat; jika tidak berhasil, maka rukyat orang lain, yang menyatakan kesaksiannya kepada amir Makkah.[butuh rujukan]

Iduladha dalam kalender Masehi

Dalam kalender Hijriah, penetapan hari Iduladha selalu sama setiap tahunnya, hal ini berbeda dalam kalender Masehi yang selalu berubah dari tahun ke tahun. Dalam kalender Hijriah penetapan hari ialah berdasarkan fase bulan (kalender candra), sedangkan kalender Masehi berdasar fase bumi mengelilingi matahari (kalender surya). Perbedaan inilah yang menyebabkan penetapan Iduladha selalu berubah di dalam kalender Masehi, yakni terjadi perubahan 11 hari lebih awal setiap tahunnya.

Berikut ini adalah hari Iduladha dalam kalender Masehi sepanjang tahun 1971 hingga 2045:

Tahun Hijriah Hari Iduladha dalam Tahun Masehi
1390 6 Februari 1971
1391 27 Januari 1972
1392 15 Januari 1973
1393 4 Januari 1974
1394 24 Desember 1974
1395 13 Desember 1975
1396 2 Desember 1976
1397 21 November 1977
1398 11 November 1978
1399 31 Oktober 1979
1400 19 Oktober 1980
1401 8 Oktober 1981
1402 28 September 1982
1403 17 September 1983
1404 6 September 1984
1405 26 Agustus 1985
1406 16 Agustus 1986
1407 5 Agustus 1987
1408 24 Juli 1988
1409 13 Juli 1989
1410 3 Juli 1990
1411 23 Juni 1991
1412 11 Juni 1992
1413 1 Juni 1993
1414 21 Mei 1994
1415 10 Mei 1995
1416 28 April 1996
1417 18 April 1997
1418 7 April 1998
1419 28 Maret 1999
1420 16 Maret 2000
1421 5 Maret 2001
1422 23 Februari 2002
1423 12 Februari 2003
1424 1 Februari 2004
1425 21 Januari 2005
1426 10 Januari 2006
1427 31 Desember 2006
1428 20 Desember 2007
1429 8 Desember 2008
1430 27 November 2009
1431 16 November 2010
1432 6 November 2011
1433 26 Oktober 2012
1434 15 Oktober 2013
1435 5 Oktober 2014
1436 24 September 2015
1437 12 September 2016
1438 1 September 2017
1439 22 Agustus 2018
1440 11 Agustus 2019
1441 31 Juli 2020
1442 20 Juli 2021
1443 10 Juli 2022
1444 28 Juni 2023
1445 17 Juni 2024
1446 6 Juni 2025
1447 27 Mei 2026
1448 16 Mei 2027
1449 5 Mei 2028
1450 24 April 2029
1451 13 April 2030
1452 2 April 2031
1453 22 Maret 2032
1454 11 Maret 2033
1455 1 Maret 2034
1456 19 Februari 2035
1457 8 Februari 2036
1458 27 Januari 2037
1459 16 Januari 2038
1460 5 Januari 2039
1461 26 Desember 2039
1462 15 Desember 2040
1463 4 Desember 2041
1464 23 November 2042
1465 12 November 2043
1466 1 November 2044
1467 21 Oktober 2045

Karena tahun Hijriah berbeda sekitar 11 hari dari tahun Masehi, Iduladha tidak dapat terjadi dua kali dalam setahun, seperti pada tahun 1974 dan 2006, dan tidak akan terjadi lagi pada tahun 2039, 2072, 2104, 2137, 2169, 2202, 2235, 2267, 2300, dan 2332 (akan terus tidak terjadi setiap 32 atau 33 tahun).

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Kadi, Samar (25 September 2015). "Eid al-Adha celebrated differently by Druze, Alawites". The Arab Weekly. London. Diakses tanggal 1 Agustus 2016. 
  2. ^ a b "As-Saffat". Lite Quran. Diakses tanggal 19 Juli 2021. 
  3. ^ "Sejarah melempar jumroh, perlawanan keluarga Ibrahim terhadap setan". Brilio. 24 September 2015. Diakses tanggal 19 Juli 2021. 
  4. ^ "Sejarah Kurban: Teladan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismai". NU. 2 Juli 2021. Diakses tanggal 19 Juli 2021. 
  5. ^ "Sejarah Penamaan Hari Tarwiyah dan Arafah Serta Maknanya Jelang Idul Adha 1442 H". Liputan 6. 18 Juli 2021. Diakses tanggal 19 Juli 2021.