Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004
Gempa bumi Aceh 2004 terjadi pada pukul 07:58:53 WIB hari Minggu, 26 Desember 2004 episentrumnya terletak di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia. Guncangan gempa tersebut berskala 9,1–9,3 dalam skala kekuatan Momen dan IX (Violent) dalam skala intensitas Mercalli. Gempa bumi megathrust bawah laut terjadi ketika Lempeng Hindia didorong ke bawah oleh Lempeng Burma dan memicu serangkaian tsunami mematikan di sepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan Samudra Hindia. Gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30 m menewaskan 230.000 – 280.000 jiwa di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah permukiman pesisir. Gempa dan tsunami ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.
Waktu UTC | 2004-12-26 07:58:53 |
---|---|
ISC | 7453151 |
USGS-ANSS | ComCat |
Tanggal setempat | Minggu, 26 Desember 2004[1] |
Waktu setempat |
|
Kekuatan | 9,1–9,3 Mw[2] |
Kedalaman | 30 km (19 mi)[1] |
Episentrum | 3°18′58″N 95°51′14″E / 3.316°N 95.854°E[1] |
Jenis | Megathrust |
Wilayah bencana | Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Bangladesh, Maladewa, Malaysia, Myanmar, Madagaskar, Somalia, Kenya, Tanzania, Seychelles, Afrika Selatan, Yaman |
Kerusakan total | US$2,9 miliar[3] |
Intensitas maks. | IX (Violent)[1] |
Tsunami | 15 hingga 30 meter (50 hingga 100 ft)[4][5] dengan tinggi maksimal 51 m (167,3 kaki) di Lhoknga.[6] |
Korban | 230.000–280.000 tewas dan lainnya hilang[7][8][9] |
Ini adalah gempa bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan durasi patahan terpanjang sepanjang sejarah (antara 8,3 dan 10 menit).[10] Gempa ini menyebabkan seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci)[11] dan memicu aktivitas gempa di berbagai wilayah, termasuk Alaska.[12] Episentrumnya terletak antara Pulau Simeulue dan Sumatra.[13] Penderitaan masyarakat dan negara terdampak mendorong berbagai negara untuk memberi bantuan kemanusiaan. Masyarakat internasional secara keseluruhan menyumbangkan lebih dari US$14 miliar (2004) dalam bentuk bantuan kemanusiaan.[14] Peristiwa ini dikenal di kalangan peneliti sebagai Gempa bumi Sumatra–Andaman.[15][16] Tsunami yang terjadi sesudahnya mendapat berbagai julukan, termasuk Tsunami Samudra Hindia 2004, Tsunami Asia Selatan, Tsunami Aceh, Tsunami Indonesia, Tsunami Natal, dan Tsunami Hari Boxing.
Ciri-ciri gempa
Gempa ini awalnya tercatat berkekuatan Mw 8,8. Pada bulan Februari 2005, para ilmuwan merevisi perkiraan kekuatannya menjadi 9,0.[17] Meskipun Pacific Tsunami Warning Center menerima revisi tersebut, United States Geological Survey masih bertahan dengan angka 9,1. Sebagian besar penelitian tahun 2006 mencantumkan kekuatan Mw 9.1–9.3. Dr. Hiroo Kanamori dari California Institute of Technology yakin bahwa Mw 9,2 adalah angka yang cocok untuk gempa sebesar ini.[18]
Hiposentrum gempa utamanya kira-kira terletak di Samudra Hindia, 160 km (100 mi) di sebelah utara pulau Simeulue, lepas pantai barat Sumatra Utara, pada kedalaman 30 km (19 mi) di bawah permukaan laut (awalnya dilaporkan 10 km (6,2 mi)). Bagian utara megathrust Sunda patah sepanjang 1.300 km (810 mi).[13] Gempanya (diikuti tsunami) secara bersamaan mengguncang Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura, dan Maladewa.[19] Patahan splay atau "patahan muncul" sekunder menyebabkan sebagian dasar laut yang panjang dan sempit naik dalam hitungan detik. Peristiwa tersebut segera menambah ketinggian dan kecepatan gelombang, sehingga terjadi kehancuran total di Kota Banda Aceh, Indonesia.[20]
Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 |
---|
Negara terdampak |
Tanggapan kemanusiaan |
Operasi militer |
Topik terkait |
Indonesia terletak di antara Cincin Api Pasifik yang membentang di sepanjang pulau-pulau timur laut yang dekat dengan New Guinea dan sabuk Alpide yang membentang di sepanjang kawasan selatan dan barat dari Sumatra, Jawa, Bali, Flores, hingga Timor.
Gempa-gempa besar seperti gempa Sumatra-Andaman, yang selalu berkaitan dengan sejumlah gempa megathrust di zona subduksi, memiliki momentum seismik yang mampu mewakili sekian persen momentum gempa global dalam kurun satu abad. Dari seluruh momentum seismik yang dilepaskan semua gempa bumi dalam kurun 100 tahun dari 1906 sampai 2005, seperdelapannya diakibatkan oleh gempa Sumatra-Andaman. Gempa ini, bersama gempa bumi Jumat Agung (Alaska, 1964) dan gempa bumi besar Chili (1960), mewakili hampir separuh total momentum dunia. Gempa bumi San Francisco 1906 yang lebih kecil namun mematikan disertakan dalam diagram di bawah. Mw menandakan kekuatan atau magnitudo gempa dalam skala kekuatan Moment.
Sejak 1900, gempa yang tercatat berkekuatan lebih besar dari gempa Samudra Hindia hanya gempa bumi besar Chili 1960 (9,5) dan gempa bumi Jumat Agung1964 di Prince William Sound (9,2). Dua gempa lain yang tercatat berkekuatan 9,0 atau lebih terjadi di lepas pantai Kamchatka, Rusia, tanggal 4 November 1952 (kekuatan 9.0)[21] dan Tōhoku, Jepang, bulan Maret 2011 (kekuatan 9,0). Masing-masing gempa bumi megathrust ini juga menghasilkan tsunami di Samudra Hindia, namun jumlah korbannya lebih sedikit dikarenakan kepadatan penduduk yang jarang di pesisir daerah bencana, jarak yang jauh dengan pesisir padat penduduk, serta infrastruktur dan sistem peringatan canggih di negara-negara MEDC (negara yang lebih maju ekonominya) seperti Jepang.
Gempa bumi megathrust kuat lainnya terjadi tahun 1868 (Peru, Lempeng Nazca dan Lempeng Amerika Selatan); 1827 (Kolombia, Lempeng Nazca dan Lempeng Amerika Selatan); 1812 (Venezuela, Lempeng Karibia dan Lempeng Amerika Selatan); dan 1700 (Amerika Utara barat, Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Amerika Utara). Semuanya diyakini berkekuatan lebih dari 9, namun belum ada pengukuran akurat pada masa itu.
Lempeng tektonik
Gempa bumi megathrust tidak biasanya besar dari segi geografi dan geologi. Permukaan patahan seluas 1.600 kilometer (1.000 mi) bergeser (atau retak) sekitar 15 meter (50 ft) di sepanjang zona subduksi tempat Lempeng Hindia meluncur (atau bersubduksi) di bawah Lempeng Burma. Pergeseran ini tidak terjadi secara instan, melainkan dalam dua tahap selama beberapa menit:
- Data seismograf dan akustik menunjukkan bahwa tahap pertama melibatkan retakan sepanjang 400 kilometer (250 mi) dan selebar 100 kilometer (60 mi), terletak 30 kilometer (19 mi) di bawah dasar laut. Ini merupakan retakan terbesar yang pernah terbentuk oleh gempa bumi. Retakan ini bergerak dengan kecepatan 28 kilometer per detik (17 mil per detik) (10.000 km/h or 6.200 mph) dari pesisir Aceh menuju barat laut kira-kira selama 100 detik.
- Jeda selama 100 detik terjadi sebelum retakan belanjut ke utara sampai Kepulauan Andaman dan Nicobar. Retakan di sebelah utara bergerak lebih lambat ketimbang yang di selatan, kira-kira 21 km/s (13 mi/s) (7.500 km/h or 4.700 mph), dan berlanjut ke utara selama lima menit hingga batas lempeng. Jenis patahan di sana berubah dari subduksi menjadi patahan mendatar (strike-slip; dua lempeng melewati satu sama lain dengan arah berlawanan).
Lempeng Hindia adalah bagian dari Lempeng Indo-Australia yang lebih besar. Lempeng Indo-Australia berada di dasar Samudra Hindia dan Teluk Benggala. Lempeng Hindia bergerak ke timur laut dengan kecepatan rata-rata 6 sentimeter per tahun (2,4 inci per tahun). Lempeng Hindia bertemu Lempeng Burma (dianggap bagian dari Lempeng Eurasia) di Palung Sunda. Di sini Lempeng Hindia bergerak ke bawah Lempeng Burma yang menopang Kepulauan Nicobar, Kepulauan Andaman, dan Sumatra bagian utara. Lempeng Hindia bergerak jauh ke dalam Lempeng Burma sampai peningkatan suhu dan tekanan di sana memaksa bahan volatil keluar dari lempeng subduksi. Bahan volatil tersebut naik ke lempeng di atasnya dan mengakibatkan pelelehan parsial dan pembentukan magma. Magma yang naik masuk ke kerak di atasnya dan keluar dari kerak Bumi melalui gunung api dalam bentuk busur vulkanik. Aktivitas vulkanik yang terjadi ketika Lempeng Indo-Australia bersubduksi ke Lempeng Eurasia menghasilkan Busur Sunda.
Selain pergerakan antarlempeng, dasar laut juga diperkirakan naik beberapa meter. Kenaikan ini memindahkan air laut sebanyak 30 kilometer kubik (7,2 cu mi) dan menciptakan gelombang tsunami mematikan. Gelombang tersebut bukan berasal dari titik sumber sebagaimana yang ditampilkan di beberapa ilustrasi jalur tsunami. Gelombang tersebut menyebar ke luar mengikuti retakan sepanjang 1.600-kilometer (1.000 mi) (garis sumber). Peristiwa ini menambah luas wilayah geografis yang ditargetkan gelombang sampai Meksiko, Chili, dan Arktik. Kenaikan dasar laut mengurangi kapasitas Samudra Hindia dalam jumlah besar dan mengakibatkan kenaikan permukaan laut global secara permanen setinggi 01 milimeter (0,04 in).[22]
Gempa susulan dan gempa lain
Beberapa gempa susulan dilaporkan terjadi di lepas pantai Kepulauan Andaman, Kepulauan Nicobar, dan kawasan episentrum aslinya beberapa jam dan hari setelah bencana. Gempa bumi Sumatra 2005 berkekuatan 8,7 yang terjadi di lepas pulau Nias tidak dianggap sebagai gempa susulan meski letaknya dekat dengan episentrum. Gempa tersebut diperkirakan terjadi akibat perubahan tekanan yang berhubungan dengan gempa 2004.[23] Gempa 2004 begitu besar sampai-sampai bisa menghasilkan gempa susulannya sendiri (beberapa di antaranya sampai berkekuatan 6,1) dan saat ini merupakan gempa bumi terbesar ke-7 sejak 1900. Gempa susulan lainnya sampai berkekuatan 6,6 terus mengguncang kawasan ini setiap hari selama tiga atau empat bulan.[24] Selain gempa susulan, energi yang dilepaskan oleh gempa pertama masih terasa setelah bencana. Seminggu setelah gempa bumi, getarannya masih bisa diukur dan memberikan data ilmiah yang berharga tentang lapisan dalam Bumi.
Gempa bumi Samudra Hindia 2004 terjadi tiga hari setelah gempa berkekuatan 8,1 di wilayah tak berpenghuni subantarktik di sebelah barat Kepulauan Auckland, Selandia Baru, dan di sebelah utara Pulau Macquarie, Australia. Ini tidak lazim karena gempa berkekuatan 8 atau lebih rata-rata terjadi sekali setahun.[25] Sejumlah seismolog memperkirakan adanya hubungan antara dua gempa ini. Gempa pertama diduga merupakan katalis gempa Samudra Hindia karena kedua gempa terjadi di sisi Lempeng Indo-Australia yang berseberangan. Akan tetapi, U.S. Geological Survey tidak melihat bukti hubungan sebab akibat dalam insiden ini. Kebetulan gempa ini terjadi pas satu tahun (pukul kejadiannya juga sama) setelah gempa bumi berkekuatan 6,6 menewaskan sekitar 30.000 orang dan menghancurkan situs arkeologi Citadel Arg-é Bam di kota Bam, Iran pada tanggal 26 Desember 2003.[26]
Beberapa ilmuwan membenarkan bahwa gempa bumi Desember telah mengaktifkan Gunung Leuser di Aceh, gunung api yang terletak di rangkaian pegunungan yang sama seperti Gunung Talang. Gempa bumi Sumatra 2005 membangkitkan aktivitas di Danau Toba, kawah gunung api kuno di Sumatra Utara.[27] Para ahli geologi mengatakan bahwa letusan Gunung Talang bulan April 2005 ada hubungannya dengan gempa bumi Desember 2004.[28]
Energi yang dilepaskan
Energi yang dilepaskan di permukaan Bumi (ME, artinya potensi kerusakan seismik) oleh gempa dan tsunami Samudra Hindia 2004 diperkirakan sebesar 1,1×1017 joule,[29] atau 26 megaton TNT. Energi ini setara dengan 1.500 bom atom Hiroshima, tetapi sedikit lebih kecil daripada Tsar Bomba, senjata nuklir terbesar yang pernah diledakkan. Meski begitu, total tenaga yang dihasilkan (MW, artinya energi) oleh gempa ini adalah 4,0×1022 joule (4,0×1029 erg),[30] sebagian besar di bawah tanah. Jumlah ini 360.000 kali lebih besar daripada ME, setara dengan 9.600 gigaton ekuivalen TNT (550 juta lebih besar daripada Hiroshima) atau 370 tahun pemakaian energi di Amerika Serikat tahun 2005 (sebesar 1.08×1020 J).
Satu-satunya gempa yang tercatat dengan MW lebih besar adalah gempa bumi Chili 1960 dan Alaska 1964 yang masing-masing berkekuatan 2.5×1023 joule (250 ZJ) dan 7.5×1022 joule (75 ZJ).[31]
Gempa bumi ini menciptakan osilasi seismik permukaan Bumi setinggi 20–30 cm (8–12 in), setara dengan dampak gaya tarik pasang oleh Matahari dan Bulan. Gelombang kejutnya terasa di seluruh permukaan Bumi. Di negara bagian Oklahoma, Amerika Serikat, tercatat gerakan vertikal setinggi 3 mm (0,12 in). Pada Februari 2005, pengaurh gempanya masih terasa dalam bentuk osilasi harmonis kompleks permukaan Bumi dengan tinggi 20 μm (0,02 mm; 0,0008 in). Osilasi harmonis ini perlahan menghilang dan bergabung dengan osilasi bebas Bumi selama lebih dari 4 bulan pasca gempa terjadi.[32]
Karena energi yang dilepaskan sangat besar dan kedalaman retakan yang dangkal, gempa ini menghasilkan gerakan tanah seismik besar di seluruh dunia. Salah satu akibat utamanya adalah gelombang elastis Rayleigh (permukaan) raksasa yang melewati amplitudo vertikal 1 cm (0,4 in) di seluruh permukaan Bumi. Grafik rekaman di bawah memperllihatkan perpindahan vertikal permukaan Bumi yang direkam seismoeter dari IRIS/USGS Global Seismographic Network sesuai waktu (sejak awal gempa) di poros horizontal, dan perpindahan vertikal Bumi di poros vertikal (lihat patokan skala 1 cm di bawah untuk memperbandingkan). Seismogram disusun secara vertikal berdsarkan jarak dari episentrum dalam hitungan derajat. Sinyal pertama yang amplitudonya paling rendah adalah sinyal gelombang kompresional (P) yang membutuhkan sekitar 22 menit untuk mencapai sisi planet yang lain (antipode) di dekat Ekuador. Sinyal amplitudo terbesar adalah gelombang permukaan seismik yang mencapai antipode setelah sekitar 100 menit. Gelombang permukaan tampak menguat di dekat antipode (stasiun seismik terdekat berada di Ekuador) dan mengitari planet untuk kembali ke episentrumnya setelah 200 menit. Gempa susulan besar (kekuatan 7,1) tercatat di stasiun terdekat pas setelah markah 200 menit. Gempa susulan ini bisa digolongkan sebagai gempa besar jika sebelumnya tidak ada gempa, namun untuk kali ini sudah terlampaui oleh gempa pertama.
Perpindahan massa dan pelepasan energi yang masif sedikit mengubah rotasi Bumi. Jumlah pastinya belum diketahui, namun model teoretis menunjukkan bahwa gempa ini memeperpendek durasi satu hari selama 2,68 mikrodetik dikarenakan berkurangnya kepepatan Bumi.[33] Gempa ini juga mengakibatkan Bumi "berguncang" sebentar di porosnya setinggi 25 cm (9,8 in)* ke arah bujur timur 145°[34] atau mungkin 5 atau 6 cm (2,0 atau 2,4 in).[35] Tetapi karena efek pasang Bulan, durasi satu hari bertambah rata-rata 15 µs per tahun, jadi perubahan rotasi apapun akibat gempa akan hilang dengan cepat. Goyangan Chandler alamiah yang dialami Bumi yang biasanya mencapai 15 m (50 ft) pada akhirnya akan membatalkan guncangan minor yang diakibatkan gempa.
Selain itu, ada perpindahan sejauh 10 m (33 ft) secara lateral dan 4–5 m (13–16 ft) secara vertikal di sepanjang garis patahan. Dugaan awal adalah sejumlah pulau kecil di sebelah barat daya Sumatra yang berada di Lempeng Burma (wilayah selatan berada di Lempeng Sunda) bisa jadi pindah ke barat daya sejauh 36 m (120 ft), namun data lebih akurat yang dirilis sebulan setelah gempa menunjukkan bahwa perpindahannya sejauh 20 cm (8 in).[36] Karena perpindahannya bersifat vertikal dan lateral, beberapa daerah pantai sudah pindah ke bawah permukaan laut. Kepulauan Andaman dan Nicobar tampaknya pindah ke barat daya sejauh 125 m (410 ft 1 in) dan tenggelam setinggi 1 m (3 ft 3 in).[37]
Pada bulan Februari 2005, kapal Angkatan Laut Kerajaan HMS Scott menyurvei dasar laut di sekitar zona gempa bumi yang kedalamannya berkisar antara 1.000 dan 5.000 m (550 dan 2.730 fathom; 3.300 dan 16.400 ft). Survei yang dilakukan menggunakan sistem sonar multipancar beresolusi tinggi ini mengungkapkan bahwa gmepa ini memberi pengaruh besar terhadap topografi dasar laut. Punggung thrust sepanjang 1.500-meter-high (5.000 ft) yang diciptakan oleh aktivitas geologi sebelumnya di sepanjang patahan ini runtuh dan menciptakan longsor selebar beberapa kilometer. Longsor semacam ini terdiri dari satu blok batuan setinggi 100 m dan sepanjang 2 km (300 ft kali 1,25 mi). Momentum air yang dipindahkan oleh pengangkatan tektonik ke atas juga menarik lapisan batu masif berbobot jutaan ton sejauh 10 km (6 mi) di dasar laut. Palung samudra selebar beberapa kilometer terbentuk di zona gempa.[38]
Satelit TOPEX/Poseidon dan Jason-1 kebetulan lewat ketika tsunami sedang melintasi lautan.[39] Kedua satelit ini memiliki radar yang dengan tepat mengukur ketinggian permukaan air dan berhasil mencatat anomali sebesar 50 cm (20 in). Pengukuran dari satelit terbukti bisa jadi tidak diperlukan untuk memahami gempa dan tsunami.[40] Tidak seperti data pencatat pasang yang ditempatkan di pesisir, pengukuran yang dilakukan di tengah lautan dapat dipakai untuk menghitung parameter gempa pertama tanpa perlu mempertimbangkan cara-cara rumit karena gelombang berubah ukuran dan bentuknya ketika mendekati pesisir.
Ciri-ciri tsunami
Kenaikan vertikal dasar laut beberapa meter secara mendadak saat gempa memindahkan air dalam volume yang sangat besar. Akibatnya adalah tsunami yang menerjang wilayah pesisir Samudra Hindia.. Tsunami yang mengakibatkan kerusakan di daerah yang jauh dari sumbernya kadang disebut teletsunami dan kemungkinan besar tercipta oleh gerakan dasar laut secara vertikal, bukan horizonal.[41]
Tsunami tersebut memiliki gerakan yang berbeda di perairan dalam maupun dangkal. Di laut dalam, gelmbang tsunami seperti bukit kecil, tidak terlalu jelas dan tidak berbahaya, yang biasanya berjalan dengan kecepatan sangat tinggi, yaitu 500 hingga 1.000 km/h (310 hingga 620 mph). Di laut dangkal dekat pantai, tsunami melambat hingga puluhan kilometer per jam saja, tetapi ukuran gelombangnya besar dan bersifat menghancurkan. Para ilmuwan yang menyelidiki kerusakan di Aceh membuktikan bahwa gelombang di Aceh mencapai ketinggian 24 meter (80 ft) saat menghantam daratan, kemudian meninggi hingga 30 meter (100 ft) di sejumlah daerah ketika menyapu daratan.[5]
Satelit radar mencatat ketinggian gelombang tsunami di perairan dalam. Dua jam setelah gempa, ketinggian maksimumnya adalah 60 sentimeter (2 ft). Ini merupakan pengamatan ketinggian tsunami pertama di dunia, namun pengamatan tersebut tidak bisa dijadikan bahan peringatan karena satelit tidak dibuat untuk mengurus hal semacam itu dan datanya perlu dianalisis selama beberapa jam.[42][43]
Menurut Tad Murty, wakil presiden Tsunami Society, total energi gelombang tsunami ini setara dengan lima megaton TNT (20 petajoule). Jumlah ini dua kali lipat lebih besar daripada total energi semua bahan peledak yang dipakai selama Perang Dunia II (termasuk dua bom atom), namun masih dua level kekuatan lebih rendah daripada energi yang dilepasan saat gempa itu sendiri. Di sejumlah tempat, gelombang menerjang 2 km (1,2 mi) ke daratan.[44]
Karena patahan sepanjang 1.600 km (1.000 mi) yang diakibatkan oleh gempa memiliki orientasi nyaris lurus utara-selatan, kekuatan terbesar gelombang tsunami berada pada bentangan timur-barat. Bangladesh, yang terletak di ujung utara Teluk Benggala, memiliki jumlah korban yang sangat sedikit meski negaranya dataran rendah dan relatif dekat dengan episentrum. Negara tersebut juga beruntung karena gempa berlangsung lebih lambat di zona patahan utara, sehingga mengurangi energi perpindahan air di wilayah itu.
Kawasan pesisir yang terhalang oleh daratan dari titik asal tsunami biasanya aman, tetapi gelombang tsunami kadang berdifraksi mengitari daratan tersebut. Karena itu negara bagian Kerala, India, ikut diterjang tsunami walaupun letaknya di pesisir barat India. Pesisir barat Sri Lanka juga dihantam tsunami besar. Jarak pun bukan jaminan selamat karena Somalia yang letaknya jauh dari episentrum mendapatkan tsunami yang lebih besar ketimbang Bangladesh.
Dikarenakan jaraknya, tsunami membutuhkan 15 menit sampai 7 jam untuk mencapai sejumlah wilayah pesisir.[45][46] Wilayah utara Sumatra, Indonesia, terkena tsunami dalam waktu cepat, sedangkan Sri Lanka dan pantai timur India 90 menit sampai 2 jam kemudian. Thailand juga dihantam tsunami sekitar dua jam kemudian meski letaknya lebih dekat dengan episentrum, karena tsunami berjalan lebih lambat di Laut Andaman yang dangkal di lepas pantai baratnya.
Terjangan tsunami ini mencapai Struisbaai di Afrika Selatan, 8.500 km (5.300 mi) dari episentrum, 16 jam setelah gempa dengan tinggi 15 m (49 ft). Waktu tempuhnya ke ujung selatan Afrika lumayan lama karena landas kontinen yang luas di dekat Afrika Selatan dan tsunami tersebut menyusuri pesisir Afrika Selatan dari timur ke barat. Tsunami juga menerjang Antartika; pengukur gelombang di Pangkalan Showa milik Jepang mencatat osilasi setinggi satu meter (3 ft 3 in) disertai disturbansi selama dua hari.[47]
Sebagian energi tsunami merembet ke Ssamudra Pasifik. Sejumlah tsunami kecil menerjang pesisir barat Amerika Utara dan Selatan dengan tinggi rata-rata 20 hingga 40 cm (7,9 hingga 15,7 in).[48] Tsunami setinggi 26 m (85 ft) tercatat di Manzanillo, Meksiko. Selain itu, tsunami ini cukup besar sampai-sampai gelombangnya mencapai Vancouver, British Columbia, Kanada. Fenomena ini membingungkan banyak ilmuwan, karena tsunami yang tercatat di beberapa titik di Amerika Selatan ukurannya lebih besar daripada yang tercatat di sebagian wilayah Samudra Hindia. Diperkirakan tsunami tersebut difokuskan dan diarahkan untuk perjalanan jarak jauh oleh punggung tengah samudra yang membentang di sepanjang celah lempeng benua.[49]
Tanda dan peringatan
Walaupun ada jeda sekian jam antara gempa dan tsunami, nyaris semua korban berjatuhan secara mendadak. Tidak ada sistem peringatan tsunami di Samudra Hindia yang dapat mendeteksi tsunami atau memperingatkan penduduk pesisir. Deteksi tsunami tidak mudah karena ketika tsunami berada di laut dalam, ketinggiannya pendek dan perlu jaringan sensor untuk mengetahuinya. Pembangunan infrastruktur komunikasi untuk mengeluarkan peringatan tepat waktu adalah masalah yang lebih besar lagi, terutama di daerah berpenduduk miskin.
Tsunami lebih sering terjadi di Samudra Pasifik karena gempa di wilayah "Cincin Api" dan sistem peringatan tsunami sudah lama dipasang di sana. Walaupun sisi paling barat Cincin Api menjorok ke Samudra Hindia (tempat terjadinya gempa), belum ada sistem peringatan yang dipasang di samudra tersebut. Tsunami relatif jarang di sana meski sering terjadi gempa di Indonesia. Tsunami besar terakhir di daerah tersebut diakibatkan oleh letusan Krakatau tahun 1883. Perlu diketahui bahwa tidak semua gempa menghasilkan tsunami besar. Pada tanggal 28 Maret 2005, gempa berkekuatan 8,7 mengguncang daerah yang sama di Samudra Hindia tetapi tidak menghasilkan tsunami.
Pasca bencana, banyak pihak merasa sistem peringatan tsunami perlu dibangun di Samudra Hindia. Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai membangun Sistem Peringatan Tsunami Samudra Hindia dan tahap awalnya baru dimulai tahun 2005. Sejumlah pihak bahkan mengusulkan pembangunan sistem peringatan tsunami global terpadu yang meliputi Samudra Atlantik dan Karibia.
Tanda peringatan pertama tsunami adalah gempa itu sendiri. Akan tetapi, tsunami dapat menerjang wilayah yang letaknya ribuan kilometer dari episentrum walaupun gempanya terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Beberapa menit sebelum tsunami, laut biasanya surut sementara dari pesisir. Di sekitar Samudra Hindia, pemandangan langka ini kabarnya membuat masyarakat, termasuk anak-anak, tertarik pergi ke pantai untuk melihat dan mengumpulkan ikan di pantai terbuka sejauh 2,5 km (1.6 mi). Kunjungan ke pantai ini berakibat fatal.[50] Meski begitu, tidak semua tsunami memunculkan efek "laut menghilang". Kadang tidak ada tanda sama sekali, jadi laut tiba-tiba naik dan mengejutkan orang-orang tanpa memberi kesempatan untuk mengungsi.
Satu dari sedikit sekali kawasan pantai yang melakukan pengungsian sebelum tsunami adalah Pulau Simeulue di Indonesia yang letaknya sangat dekat dengan episentrum. Cerita rakyat di sana menyebutkan bahwa pada gempa dan tsunami tahun 1907, warga pulau mengungsi ke perbukitan setelah gempa pertama sebelum terjangan tsunami.[51] Di pantai Maikhao beach di Phuket utara, Thailand, turis Britania Raya berusia 10 tahun bernama Tilly Smith belajar tsunami saat pelajaran geografi di sekolahnya dan mengenali tanda-tandanya berupa penyurutan laut dan gelembung berbusa. Ia dan orang tuanya mengingatkan orang-orang di pantai, lalu dievakuasi ke tempat aman.[52] John Chroston, guru biologi asal Skotlandia, juga melihat tanda tersebut di Teluk Kamala di sebelah utara Phuket. Para wisatawan dan warga lokal diungsikan ke daerah tinggi menggunakan bus.
Sejumlah antropolog awalnya memperkirakan penduduk pribumi Kepulauan Andaman terkena dampak parah akibat tsunami dan khawatir suku Onge yang sudah menyusut akan musnah.[53] Banyak suku pribumi yang mengungsi sehingga korbannya tidak banyak.[54][55] Tradisi cerita lisan yang diturunkan dari kejadian gempa sebelumnya membuat suku-suku pribumi luput dari tsunami. Misalnya, cerita rakyat suku Onge berkisah tentang "guncangan tanah yang besar diikuti dinding air yang tinggi". Hampir semua anggota suku Onge dikabarkan selamat dari tsunami.[56]
Korban
Menurut U.S. Geological Survey, sebanyak 227.898 orang meninggal dunia akibat bencana ini (lihat tabel di bawah).[1] Dilihat dari jumlah korban tewasnya, gempa ini adalah satu dari sepuluh gempa terburuk sekaligus tsunami terburuk sepanjang sejarah. Indonesia merupakan negara yang paling parah terkena dampaknya dengan perkiraan korban tewas mencapai 170.000 orang.[57] Laporan lainnya dari Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan Indonesia, memperkirakan jumlah korban tewas sebanyak 220.000 jiwa di Indonesia, sehingga totalnya di seluruh dunia mencapai 280.000 jiwa.[8]
Tsunami tersebut mengakibatkan kerusakan serius dan kematian sampai ke pesisir timur Afrika. Kematian paling terpencil akibat tsunami 2004 terjadi di Rooi Els, Afrika Selatan, 8.000 km (5.000 mi) dari episentrum. Totalnya, delapan orang di Afrika Selatan meninggal dunia karena tingginya permukaan laut dan gelombang.
Badan bantuan melaporkan bahwa tampaknya sepertiga korban tewas adalah anak-anak. Jumlahnya besar karena persentase anak di dalam masyarakat di daerah-daerah terjangan tsunami sangat tinggi dan anak-anak tidak sanggup menghadapi naiknya permukaan air. Oxfam melaporkan bahwa korban tewas wanita empat kali lebih banyak daripada pria di sejumlah daerah. Jumlahnya besar karena para wanita sedang menunggu kepulangan suaminya yang berprofesi sebagai nelayan dan sedang merawat anak di dalam rumah.[58]
Selain penduduk setempat, 9.000 turis asing (kebanyakan orang Eropa) yang menikmati musim liburan puncak termasuk di antara korban tewas atau hilang, terutama yang berasal dari negara-negara Nordik. Negara Eropa yang paling banyak korban tewasnya adalah Swedia, yaitu 543 orang.[59]
Keadaan darurat diterapkan di Sri Lanka, Indonesia, dan Maladewa. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan operasi pemulihannya akan menjadi yang termahal sepanjang sejarah umat manusia. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menyatakan bahwa rekonstruksi membutuhkan lima sampai sepuluh tahun. Sejumlah pemerintahan dan organisasi non-pemerintah khawatir jumlah korban tewas finalnya bisa dua kali lipatnya dikarenakan penyakit, sehingga bantuan kemanusiaan datang secara massal. Kekhawatiran tersebut akhirnya tidak terwujud.
Untuk menentukan garis waktu peristiwanya, zona waktu wilayah bencana adalah: UTC+3: (Kenya, Madagaskar, Somalia, Tanzania); UTC+4: (Mauritius, Réunion, Seychelles); UTC+5: (Maladewa); UTC+5:30: (India, Sri Lanka); UTC+6: (Bangladesh); UTC+6:30: (Kepulauan Cocos, Myanmar); UTC+7: (Indonesia barat, Thailand); UTC+8: (Malaysia, Singapura). Karena gempa terjadi pukul 00:58:53 UTC, sesuaikan dengan perbedaan waktu di atas untuk mengetahui waktu gempa di negara bersangkutan.
Negara korban tewas |
Dipastikan | Perkiraan1 | Cedera | Hilang | Kehilangan tempat tinggal |
---|---|---|---|---|---|
Indonesia | 130,736 | 167,799 | n/a | 37,063 | [60] | 500,000+
Sri Lanka2 | [61] | 35,32235,322 | [61] | 21,411n/a | [61] | 516,150
India | 12,405 | 18,045 | n/a | 5,640 | 647,599 |
Thailand | [62] | 5,39538,212 | [63] | 8,457[62] | 2,8177,000 |
Somalia | 78 | [64] | 289n/a | n/a | [65] | 5,000
Myanmar (Burma) | 61 | [66] | 400–60045 | [67] | 2003,200 |
Maladewa | [68] | 82[69] | 108n/a | 26 | 15,000+ |
Malaysia | [70] | 6875 | [71] | 2996 | n/a |
Tanzania | [72] | 1013 | n/a | n/a | n/a |
Seychelles | [73] | 33 | [73] | 57n/a | [74] | 200
Bangladesh | 2 | 2 | n/a | n/a | n/a |
Afrika Selatan | [75] | 242 | n/a | n/a | n/a |
Yaman | [76] | 22 | n/a | n/a | n/a |
Kenya | 1 | 1 | 2 | n/a | n/a |
Madagascar | n/a | n/a | n/a | n/a | [77] | 1,000+
Total | ~184,167 | ~230,273 | ~125,000 | ~45,752 | ~1.69 million |
Catatan: Semua jumlah adalah perkiraan dan bisa berubah kapan saja. Kolom pertama berisi tautan ke informasi lebih lanjut di negara bersangkutan.
1 Mencakup jumlah yang dilaporkan di kolom 'Dipastikan'. Jika tidak ada perkiraan terpisah, jumlah di kolom ini sama dengan jumlah yang dilaporkan di kolom 'Dipastikan'.
2 Tidak mencakup pernyataan 19.000 orang hilang yang awalnya dikeluarkan otoritas Macan Tamil di daerah kekuasaannya.
3 Data mencakup sedikitnya 2.464 warga asing.
4 Tidak mencakup warga negara Afrika Selatan yang meninggal di luar Afrika Selatan (e.g., turis di Thailand). Untuk info lebih lanjut soal korban tewas, klik tautan ini
Negara
Gempa bumi dan tsunami ini menerjang banyak negara di Asia Tenggara dan sekitarnya, termasuk Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Maladewa, Somalia, Myanmar, Malaysia, Seychelles, dan lain-lain. Negara lainnya, terutama Australia dan Eropa, juga menderita korban tewas yang waktu itu sedang liburan di Asia Tenggara. Swedia kehilangan 543 warganya dalam bencana ini, sedangkan Jerman telah mengidentifikasi 539 korban dari negaranya.
Konteks sejarah
Tsunami besar terakhir di Samudra Hindia terjadi kira-kira tahun 1400 M.[78][79] Pada tahun 2008, tim ilmuwan di Phra Thong, pulau penghalang di sepanjang pesisir barat Thailand, melaporkan adanya bukti tiga tsunami besar dalam kurun 2.800 tahun sebelumnya. Tsunami terbesar terjadi sekitar 700 tahun yang lalu. Tim kedua menemukan bukti serupa tentang keberadaan tsunami di Aceh, provinsi di ujung utara Sumatra. terakhir. Penanggalan karbon serpihan kulit pohon di tanah di bawah lapisan pasir kedua membuktikan bahwa tsunami terkini sebelum tahun 2004 terjadi antara tahun 1300 dan 1450 M.[80]
Gempa bumi dan tsunami 2004 adalah bencana alam paling mematikan di dunia sejak gempa bumi Tangshan 1976. Gempa ini merupakan yang terkuat ketiga yang pernah tercatat sejak 1900. Gempa bumi paling mematikan sepanjang sejarah terjadi pada tahun 1556 di Shaanxi, Cina, dan menewaskan 830.000 orang, namun jumlahnya dianggap tidak dapat diandalkan dikarenakan periode waktunya.[81]
Tsunami 2004 adalah yang paling mematikan sepanjang catatan sejarah. Sebelum 2004, tsunami di Samudra Hindia dan Pasifik yang disebabkan oleh letusan Krakatau 1883 diperkirakan menewaskan antara 36.000 sampai 120.000 orang. Tahun 1782, sekira 40.000 orang tewas akibat terjangan tsunami (atau siklon) di Laut Cina Selatan.[82] Tsunami paling mematikan sebelum 2004 adalah gempa bumi dan tsunami Messina 1908 di Laut Mediterania, Italia, yang menewaskan sekitar 123.000 orang.[83]
Campur tangan manusia
Di rubrik opini The Wall Street Journal lima hari setelah tsunami, seorang jurnalis bernama Andrew Brown berpendapat bahwa perusakan terumbu karang oleh manusia sangat mungkin memainkan peran dalam memperparah efek tsunami. Banyak negara di Asia, termasuk Indonesia, Sri Lanka, dan Bangladesh, berusaha menghancurkan terumbu yang mengelilingi pantainya untuk membangun tambak udang dan lahan ekonomi lainnya. Di Pulau Surin, Thailand, Browne menyatakan penduduk di sana mungkin saja selamat karena tsunami menghantam terumbu karang terlebih dahulu, namun kenyataannya penduduk pulau tersebut tidak banyak, sehingga korban tewasnya sedikit. Berbagai terumbu karang di seluruh Samudra Hindia dihancurkan menggunakan dinamit karena dianggap mengganggu pelayaran kapal, bagian vital ekonomi Asia Selatan.[84] Browne juga berpendapat bahwa pemusnahan kawasan mangrove di pantai bisa memperburuk dampak tsunami di sejumlah tempat. Ia mengatakan bahwa pohon mangrove mampu mengurangi kecepatan tsunami. Faktor lainnya adalah pengerukan bukit pasir pantai.[84]
Dampak
Bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar diperlukan karena kerusakan infrastruktur, kelangkaan makanan dan air, dan kerusakan ekonomi sangat luas. Wabah penyakit adalah masalah khusus dikarenakan kepadatan penduduk yang tinggi dan iklim tropis di daerah bencana. Fokus utama badan kemanusiaan dan pemerintah adalah menyediakan fasilitas sanitasi dan air bersih untuk menghentikan penyebaran penyakit seperti kolera, difteri, disenteri, tifus, dan hepatitis A dan B.
Muncul kekhawatiran besar bahwa jenazah korban dapat meningkatkan penyebaran penyakit dan kelaparan. Setelah ditanggapi secara cepat, dampaknya berhasil diminimalkan.[85]
Pada hari-hari pasca tsunami, upaya besar-besaran dikerahkan untuk mengubur cepat-cepat jasad korban demi mencegah penyebaran penyakit. Akan tetapi, risiko kesehatan masyarakat ini dianggap berlebihan, sehingga banyak pihak mengira ini bukan cara terbaik untuk mengerahkan sumber daya. World Food Programme mengirimkan bantuan pangan ke lebih dari 1,3 juta orang yang terkena dampak tsunami.[86]
Negara-negara di seluruh dunia mengirimkan bantuan senilai US$14 miliar ke daerah bencana.[87] Australia menjanjikan US$819,9 juta (termasuk paket bantuan US$760,6 juta untuk Indonesia), Jerman memberikan US$660 juta, Jepang US$500 juta, Kanada US$343 juta, Norwegia dan Belanda masing-masing US$183 juta, Amerika Serikat awalnya menjanjikan US$35 juta (kemudian dinaikkan menjadi US$350 juta), dan Bank Dunia memberikan US$250 juta. Italia juga menjanjikan US$95 juta, kemudian dinaikkan menjadi US$113 juta; $42 juta di antaranya disumbangkan oleh penduduk Italia menggunakan sistem SMS[88] Menurut USAID, AS telah menjanjikan dana tambahan dalam jangka panjang untuk membantu korban tsunami membangun kembali hidupnya. Pada tanggal 9 Februari 2005, Presiden Bush meminta Kongres meningkatkan komitmen A.S. sampai US$950 juta. Laporan resmi memperkirakan rekonstruksi membutuhkan biaya miliaran dolar. Bush juga meminta ayahnya, mantan Presiden George H. W. Bush, dan mantan Presiden Bill Clinton untuk memimpin misi pengiriman bantuan pribadi A.S. kepada korban tsunami.[89]
Pada pertengahan Maret, Asian Development Bank melaporkan bahwa bantuan senilai lebih dari US$4 miliar yang dijanjikan sejumlah negara terlambat datang. Sri Lanka mengaku tidak menerima bantuan pemerintah asing, tetapi mendapat banyak bantuan dari individu asing.[90] Beberapa badan amal menerima sumbangan masyarakat dalam jumlah besar. Misalnya, warga Britania Raya secara kasar menyumbangkan £330.000.000 sterling (hampir US$600.000.000). Jumlah ini melebihi sumbangan pemerintah dan diperkirakan bernilai £5,50 (US$10) per warga negara Britania Raya.
Pada Agustus 2006, 15 pekerja bantuan lokal yang sedang melakukan rekonstruksi pasca-tsunami ditemukan tewas di timur laut Sri Lanka setelah pertempuran hebat. Banyak laporan dan rumor menduga bahwa pekerja bantuan lokal tersebut dibunuh.
Ekonomi
Tingkat kerusakan ekonomi akibat tsunami tergantung dari skala yang digunakan. Walaupun ekonomi lokal rusak parah, pengaruhnya secara keseluruhan terhadap ekonomi nasional kecil sekali. Dua sektor pekerjaan yang terdampak oleh tsunami adalah perikanan dan pariwisata.[91] Pengaruhnya terhadap komunitas perikanan pesisir dan orang-orang yang menetap di sana, salah satu yang termiskin di kawasan itu, mengalami kerugian besar dari segi pendapatan dan perlengkapan nelayan.[92] Di Sri Lanka, perikanan nelayan yang lazim menggunakan keranjang ikan, perangkap ikan, dan tombak adalah sumber ikan terpenting bagi pasar-pasar lokal. Perikanan industri merupakan aktivitas ekonomi besar yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi 250.000 orang. Dalam beberapa tahun terakhir, industri perikanan muncul sebagai sektor ekspor dinamis dan menjadi sumber devisa asing. Perkiraan awal menunjukkan bahwa 66% armada nelayan dan infrastruktur industri di kawasan pesisir hancur karena terjangan tsunami, sehingga memberi dampak ekonomi yang parah baik di tingkat lokal maupun nasional.[93]
Walaupun tsunami menghancurkan kapal-kapal yang penting bagi industri perikanan Sri Lanka, tsunami juga menciptakan permintaan perahu katamaran plastik kaca serat (fiberglass) di Tamil Nadu. Karena tsunami menghancurkan lebih dari 51.000 kapal, industri katamaran pun melesat. Sayangnya, permintaan besar membuat kualitasnya menurun. Sejumlah material penting ditiadakan untuk memangkas harga bagi para korban tsunami.[94]
Sejumlah ekonom yakin bahwa pengaruh bencana terhadap ekonomi nasional tidak besar, karena industri pariwisata dan perikanan hanya mencakup sekian persen dari PDB. Ekonom lain memperingatkan bahwa kerusakan infrastruktur menjadi faktor yang bisa memperparah kerugian. Di beberapa wilayah, suplai air minum dan lahan pertanian terkontaminasi oleh air laut selama bertahun-tahun.[95] Meski hanya kawasan pantai yang terkena dampak langsung tsunami, dampak tidak langsungnya menyebar ke daerah pedalaman. Karena media meliput habis-habisan bencana ini, banyak turis yang membatalkan liburan dan perjalanannya ke wilayah pedalaman sekalipun tujuan wisatanya tidak tersentuh bencana. Efek rembetan ini sangat terasa di provinsi-provinsi pedalaman Thailand, seperti Krabi, yang berfungsi sebagai titik berangkat menuju destinasi wisata lainnya di Thailand.[96]
Baik gempa maupun tsunami ikut memengaruhi jalur pelayaran di Selat Malaka, selat yang memisahkan Malaysia dan pulau Sumatra, dengan mengubah kedalaman dasar laut dan menggeser pelampung navigasi dan bangkai kapal tua. Di satu tempat, kedalaman air yang sebelumnya 4.000 kaki mendangkal menjadi 100 kaki, sehingga pelayaran mustahil dan berbahaya dilakukan. Masalah ini juga menyulitkan pengiriman bantuan. Para pejabat berharap aktivitas bajak laut di kawasan itu menurun setelah tsunami.[97]
Negara-negara di kawasan bencana meminta wisatawan untuk datang kembali, karena sebagian besar infrastruktur wisata tidak rusak. Meski begitu, wisatawan belum mau kembali karena trauma. Bahkan resor-resor pantai di Thailand yang tidak terkena tsunami mengalami banyak pembatalan pesanan.[98]
Lingkungan
Selain korban manusia, gempa bumi Samudra Hindia juga memberi dampak lingkungan yang memengaruhi daerah bencana sampai beberapa tahun selanjutnya. Kabarnya kerusakan ekosistem yang parah terjadi pada mangrove, terumbu karang, hutan, rawa pantai, tumbuhan, bukit pasir, dan formasi batu, keragaman hayati hewan dan tumbuhan, dan air tanah. Penyebaran limbah padat dan cair dan kimia industri, polusi air, dan hancurnya instalasi pengumpul dan pengolahan limbah juga mengancam lingkungan. Pengurangan dampak lingkungan tersebut membutuhkan waktu yang lama dan sumber daya dalam jumlah besar.[99]
Menurut sejumlah ahli, dampak utamanya diakibatkan oleh kontaminasi persediaan air tawar dan tanah oleh air asing dan endapan lapisan garam di atas tanah subur. Di Maladewa dilaporkan bahwa 16 hingga 17 atol terumbu karang yang diterjang gelombang laut kehilangan air bersih sama sekali dan tidak dapat dihuni selama beberapa dasawarsa. Banyak sumur masyarakat yang terisi air laut, pasir, dan tanah. Akuifer terkontaminasi karena batuan yang berpori-pori. Tanah yang terlapisi garam menjadi steril, sehingga sulit dan butuh biaya untuk memanfaatkannya menjadi lahan pertanian. Penggaraman ini juga mengakibatkan kematian tumbuhan dan mikroorganisme penting di tanah. Ribuan tanaman padi, perkebunan mangga, dan perkebunan pisang di Sri Lanka hampir lenyap dan baru bisa dipulihkan bertahun-tahun kemudian. Di pantai timur Sri Lanka, tsunami masuk ke sumur-sumur yang menjadi sumber air minum warga desa. International Water Management Institute di Kolombo memonitor efek air asin dan melihat bahwa kualitas air di sumur-sumur tersebut kembali ke masa pra-tsunami satu setengah tahun pasca peristiwa.[100] IWMI mengembangkan protokol pembersihan sumur yang terkontaminasi air asin. Protookol ini disarankan secara resmi oleh World Health Organization sebagai bagian dari rangkaian Panduan Daruratnya.[101]
United Nations Environment Programme (UNEP) bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menentukan keparahan pengaruh lingkungan dan cara menyelesaikannya.[102] UNEP memutuskan memanfaatkan dana darurat sebesar US$1.000.000 dan mendirikan satuan tugas yang bertugas menanggapi permintaan bantuan teknis dari negara korban tsunami.[103] Menanggapi permintaan pemerintah Maladewa, pemerintah Australia mengirimkan beberapa ahli ekologi untuk membantu memulihkan lingkungan laut dan terumbu karang, bagian penting dari pariwisata Maladewa. Banyak ahli ekologi yang ditarik dari posnya di Karang Penghalang Besar di perairan timur laut Australia.
Lainnya
Banyak profesional kesehatan dan pekerja sosial yang melaporkan meluasnya trauma psikologis akibat tsunami. Kepercayaan tradisional di sejumlah wilayah bencana mewajibkan seorang kerabat keluarga mengubur jenazah kerabatnya dan kadang sampai tidak ada jenazah lagi yang tersisa. Kaum wanita di Aceh membutuhkan pendekatan khusus dari badan bantuan asing dan mereka memiliki keinginan yang beragam.
Daerah yang paling parah dampaknya, Aceh, dihuni masyarakat Islam konservatif dan tidak punya industri pariwisata atau pengaruh Barat dalam beberapa tahun terakhir karena konflik bersenjata antara militer Indonesia dan separatis Aceh. Sejumlah orang percaya bahwa tsunami ini adalah hukuman Tuhan karena umat islam malas beribadah dan/atau menjalani gaya hidup yang materialistik, sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa Allah murka karena Muslim membunuh sesama Muslim dalam konflik ini.[104] Ulama Arab Saudi, Muhammad Al-Munajjid, menyebutnya sebagai hukuman Tuhan terhadap wisatawan non-Muslim "yang berpesta pora di pantai dan pub sambil minum anggur" selama libur Natal.[105]
Kerusakan yang meluas akibat tsunami membuat kelompok pemberontak Gerakan Aceh Merdeka menyatakan gencatan senjata pada 28 Desember 2004, diikuti oleh pemerintah Indonesia. Kedua belah pihak melanjutkan pembicaraan damai yang sudah lama buntu dan berujung pada perjanjian damai yang ditandatangani tanggal 15 Agustus 2005. Perjanjian ini secara eksplisit menyebut tsunami sebagai penyebabnya.[106]
Dalam pemungutan suara yang dilakukan di 27 negara oleh GlobeScan untuk BBC World Service, 15 persen responden memilih tsunami sebagai peristiwa terpenting tahun ini. Perang Irak menjadi peristiwa terpenting nomor satu.[107] Liputan media internasional yang ekstensif untuk bencana tsunami serta peran media massa dan wartawan dalam upaya rekonstruksi menjadi bahan diskusi redaktur media cetak dan elektronik di wilayah bencana melalui konferensi video khusus yang dirintis Asia Pacific Journalism Centre.[108]
Tsunami 2004 membuat rakyat dan pemerintah India berada dalam keadaan sangat siaga. Tanggal 30 Desember 2004, empat hari setelah tsunami, Terra Research dari Portland, Oregon, memberitahu pemerintah India bahwa sensornya menunjukkan ada kemungkinan pergerakan tektonik berkekuatan 7,9 sampai 8,1 dalam kurun 12 jam selanjutnya antara Sumatra dan Selandia Baru.[109] Menanggapi peringatan ini, Menteri Dalam Negeri India mengumumkan bahwa gelombang mematikan baru akan terjadi di sekitar pesisir selatan India dan Kepulauan Andaman dan Nicobar walaupun tidak ada tanda-tanda guncangan di kawasan tersebut.[109] Pengumuman ini menciptakan kepanikan di kawasan Samudra Hindia dan menyebabkan ribuan orang mengungsi dari rumahnya sekaligus kemacetan jalanan.[110] Pengumuman tersebut rupanya peringatan keliru dan Menteri Dalam Negeri langsung mencabut pengumumannya.[110] Setelah diselidiki lebih lanjut, pemerintah India mengetahui bahwa perusahaan konsultan Terra Research dioperasian dari rumah seseorang yang mengklaim peramal gempa yang tidak punya nomor telepon dan memiliki situs web tempat ia menjual alat sistem deteksinya.[111] Tiga hari setelah pengumuman tersebut, Presiden Kongres Nasional India Sonia Gandhi memanggil Menteri Sains dan Teknologi Kapil Sibal untuk memberitahu bahwa peringatan masyarakat Sibal tanggal 30 Desember adalah omong kosong (hogwash).[112]
Dampak lain tsunami ini adalah airnya menyapu lapisan pasir yang menutupi sisa-sisa kota hilang Mahabalipuram yang berusia 1.200 tahun di pantai selatan India. Situs ini berisi banyak struktur penting seperti singa granit di dekat kuil Mahabalipuram yang dibangun pada abad ke-7 dan relik gajah. Situs tersebut adalah bagian dari sesuatu yang diyakini arkeolog sebagai kota pelabuhan kuno yang tenggelam ke laut ratusan tahun yang lalu.[113][114]
Tsunami ini memiliki pengaruh kemanusiaan dan politik yang besar di Swedia, negara yang paling parah dampaknya di luar Asia. 543 turis Swedia, kebanyakan sedang liburan di Thailand, menjadi korban bencana. Karena sampai tsunami 2004 belum ada peristiwa yang menewaskan lebih banyak orang Swedia sejak Pertempuran Poltava tahun 1709, kabinet Göran Persson dikritik habis-habisan karena tidak cepat tanggap.
Apung 1, kapal berbobot 2.600 ton, dihanyutkan sejauh 2–3 km ke daratan oleh tsunami ini dan saat ini menjadi tempat wisata populer di Banda Aceh.
Lihat pula
- Gempa bumi Samudra Hindia 2016
- Museum Tsunami Aceh
- Aid Still Required
- Children of Tsunami: No More Tears (film dokumenter)
- Gempa bumi Jawa Mei 2006
- Gempa bumi Jawa Juli 2006
- Daftar gempa bumi
- Daftar gempa bumi di Indonesia
- Megatsunami
- Pornthip Rojanasunand, dokter Thai yang ditugaskan mengidentifikasi jenazah.
- Seismologi
- Seismotektonik
- Smith Dharmasaroja, ahli meteorologi yang memprediksi tsunami 2004. Setelah tsunami menerjang, ia ditugaskan mengembangkan sistem peringatan tsunami Thailand.
- The Impossible, film Spanyol berdasarkan kisah nyata María Belón dan keluarganya.
- Tsunami: The Aftermath, miniseri televisi tentang efek tsunami
- Tsunami Evaluation Coalition
Referensi
- ^ a b c d e "Magnitude 9.1 – Off the West Coast of Sumatra". U.S. Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 August 2012. Diakses tanggal 26 August 2012. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "usgs" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaSatake
- ^ "Indian Ocean Tsunami – Economic Aspects". indianoceantsunami.web.unc.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-18. Diakses tanggal 2017-12-25.
- ^ "Astonishing Wave Heights Among the Findings of an International Tsunami Survey Team on Sumatra". U.S. Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-27. Diakses tanggal 16 June 2016.
- ^ a b Paris, R.; Lavigne F., Wassimer P. & Sartohadi J. (2007). "Coastal sedimentation associated with the December 26, 2004 tsunami in Lhok Nga, west Banda Aceh (Sumatra, Indonesia)". Marine Geology. Elsevier. 238 (1–4): 93–106. doi:10.1016/j.margeo.2006.12.009.
- ^ Paris, Raphaël; Cachão, Mário; Fournier, Jérôme; Voldoire, Olivier (1 April 2010). "Nannoliths abundance and distribution in tsunami deposits: example from the December 26, 2004 tsunami in Lhok Nga (northwest Sumatra, Indonesia)". Géomorphologie : relief, processus, environnement. 16 (1): 109–118. doi:10.4000/geomorphologie.7865.
- ^ "Earthquakes with 50,000 or More Deaths". U.S. Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 June 2013.
- ^ a b "Indonesia quake toll jumps again". BBC News. 2005-01-25. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "Indian Ocean tsunami anniversary: Memorial events held". BBC News. 26 December 2014. Diakses tanggal 15 December 2016.
- ^ "Analysis of the Sumatra-Andaman Earthquake Reveals Longest Fault Rupture Ever". National Science Foundation. 19 May 2005. Diakses tanggal 15 December 2016.
- ^ Walton, Marsha (20 May 2005). "Scientists: Sumatra quake longest ever recorded". CNN. Diakses tanggal 15 December 2016.
- ^ West, Michael; Sanches, John J.; McNutt, Stephen R. (20 May 2005). "Periodically Triggered Seismicity at Mount Wrangell, Alaska, After the Sumatra Earthquake". Science. 308 (5725): 1144–1146. doi:10.1126/science.1112462.
- ^ a b Nalbant, Suleyman S.; Steacy, Sandy; Sieh, Kerry; Natawidjaja, Danny; McCloskey, John (9 June 2005). "Seismology: Earthquake risk on the Sunda trench" (PDF). Nature. 435 (7043): 756–757. doi:10.1038/nature435756a. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 May 2009. Diakses tanggal 16 May 2009.
- ^ Jayasuriya, Sisira; McCawley, Peter (2010). The Asian Tsunami: Aid and Reconstruction after a Disaster. Cheltenham UK and Northampton MA USA: Edward Elgar. ISBN 978-1-84844-692-2.
- ^ Lay, T.; Kanamori, H.; Ammon, C.; Nettles, M.; Ward, S.; Aster, R.; Beck, S.; Bilek, S.; Brudzinski, M.; Butler, R.; DeShon, H.; Ekström, G.; Satake, K.; Sipkin, S. (20 May 2005). "The Great Sumatra-Andaman Earthquake of 26 December 2004". Science. 308 (5725): 1127–1133. doi:10.1126/science.1112250.
- ^ "Tsunamis and Earthquakes: Tsunami Generation from the 2004 Sumatra Earthquake — USGS Western Coastal and Marine Geology". Walrus.wr.usgs.gov. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ McKee, Maggie. "Power of tsunami earthquake heavily underestimated." New Scientist. 9 February 2005.
- ^ EERI Publication 2006–06, page 14.
- ^ Lovholt, F., Bungum, H., Harbitz, C.B., Glimsal, S., Lindholm, C.D., and Pedersen, G. "Earthquake related tsunami hazard along the western coast of Thailand." Natural Hazards and Earth System Sciences. Vol. 6, No. 6, 979–997. 30 November 2006. Retrieved 16 May 2009. 18 May 2009.
- ^ Sibuet, J-C., Rangin, C., Le Pichon, X., Singh, S., Cattaneo, A., Graindorge, D., Klingelhoefer, F., Lin, J-Y., Malod, J., Maury, T., Schneider, J-L., Sultan, N., Umber, M., Yamaguchi, H., and the "Sumatra aftershocks" team, "26 December 2004 great Sumatra–Andaman earthquake: Co-seismic and post-seismic motions in northern Sumatra." Earth and Planetary Science Letters. Vol. 263, Issues. 1–2, 88–103. 15 November 2007. Retrieved 16 May 2009. Archived 18 May 2009.
- ^ "Kamchatka Earthquake, 4 November 1952." United States Geological Survey.
- ^ Bilham, Roger. "A Flying Start, Then a Slow Slip." Science. Vol. 308, No. 5725, 1126–1127. 20 May 2005.
- ^ USGS (22 July 2010). "Poster of the Northern Sumatra Earthquake of 28 March 2005 – Magnitude 8.7". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-14. Diakses tanggal 26 June 2011.
- ^ "Sumatra shaken by new earthquake". BBC News. 2005-04-10. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "USGS Earthquake Hazards Program: FAQ". Earthquake.usgs.gov. 2012-12-10. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "Earthquake-Tsunami Event of Christmas/Boxing Day 2004: Frames of Alternative Analysis or Perception". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-10. Diakses tanggal 22 April 2006.
- ^ Rinaldo, Aditya. "Thousands flee as Indonesian volcano spews into life." Hindustan Times. 12 April 2005.
- ^ Johnston, Tim (13 April 2005). "Indonesian Volcanoes Erupt; Thousands Evacuated". VOA News. Diakses tanggal 22 April 2006.
- ^ "USGS Energy and Broadband Solution". National Earthquake Information Center, US Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-04-04. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ "USGS, Harvard Moment Tensor Solution". National Earthquake Information Center, US Geological Survey. 26 December 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-17. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ "USGS:Measuring the size of earthquakes". Earthquake.usgs.gov. 27 October 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-04. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ Virtanen, H. (2006). Studies of earth dynamics with superconducting gravimeter (PDF). Academic Dissertation at the University of Helsinki. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-06-05. Diakses tanggal 21 September 2009.
- ^ Cook-Anderson, Gretchen; Beasley, Dolores. "NASA Details Earthquake Effects on the Earth." NASA (press release). 10 January 2005.
- ^ Schechner, Sam. "Earthquakes vs. the Earth's Rotation." Slate. 27 December 2004.
- ^ Staff Writer. "Italian scientists say Asian quakes cause Earth's axis shifted." Xinhua. 29 December 2004.
- ^ "Quake moved Sumatra by only 20 centimeters: Danish scientists". Agence France-Presse. 31 January 2005.
- ^ Bagla, Pallava (28 January 2005). "After the Earth Moved". Science Now.
- ^ Knight, Will. "Asian tsunami seabed pictured with sonar." New Scientist. 10 February 2005.
- ^ Staff Writer. "NASA/French Satellite Data Reveal New Details of Tsunami Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine.." Jet Propulsion Laboratory/NASA. 11 January 2005.
- ^ TOPEX/Poseidon Satellite Data on 26 December 2004 tsunami in the Indian Ocean. Aviso.
- ^ Lorca, Emilio; Recabarren, Margot (1997). Earthquakes and Tsunamis.
- ^ Leslie, John. "NOAA Scientists able to Measure Tsunami Height from Space." NOAA Magazine. 10 January 2005.
- ^ McKee, Maggie. "Radar satellites capture tsunami wave height." New Scientist. 6 January 2005.
- ^ Pearce, Fred; Holmes, Bob. "Tsunami: The impact will last for decades." New Scientist. 15 January 2005.
- ^ "Tsunami time travel map". Tsunami Laboratory, Novosibirsk, Russia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-03. Diakses tanggal 20 July 2012.
- ^ "Time travel map: Active Fault Research Center: National Institute of Advanced Industrial Science and Technology, Japan". Staff.aist.go.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-17. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "Indian Ocean Tsunami" at Syowa Station, Antarctica, Hydrographic and Oceanographic Dept. Japan Coast Guard.
- ^ Indian Ocean Tsunami of 26 December 2004. West Coast/Alaska Tsunami Warning Center (USGS). 31 December 2004.
- ^ Carey, Bjorn. "Tsunami Waves Channeled Around the Globe in 2004 Disaster." LiveScience. 25 August 2005.
- ^ Block, Melissa. "Sri Lankans Seek Lost Relatives After Tsunami." All Things Considered/NPR. 27 December 2004.
- ^ Campbell, Matthew; Loveard, Keith; et al. "Tsunami disaster: Focus: Nature's timebomb." Times Online. 2 January 2005.
- ^ "Girl, 10, used geography lesson to save lives". The Telegraph. 1 January 2005.
- ^ Subir Bhaumik (30 December 2004). "Andaman aborigines' fate unclear". BBC News. Diakses tanggal 13 February 2010.
- ^ Gupta, Manu; Sharma, Anshu (2006). "Compounded loss: the post tsunami recovery experience of Indian island communities". Disaster Prevention and Management. 15 (1): 67–78. doi:10.1108/09653560610654248.
- ^ Math, Suresh Bada; Girimaji1, Satish Chandra; Benegal, V; Uday Kumar, GS; Hamza, A; Nagaraja, D (2006). "Tsunami: Psychosocial aspects of Andaman and Nicobar islands. Assessments and intervention in the early phase". International Review of Psychiatry. 18 (3): 233–239. doi:10.1080/09540260600656001. PMID 16753660.
- ^ Bhaumik, Subir (20 January 2005). "Tsunami folklore 'saved islanders'". BBC News.
- ^ "Home". Islamic Relief USA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-01-17. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ "Most tsunami dead female - Oxfam". BBC News. 2005-03-26. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "Sweden aide quits over bar furore". BBC News. 1 November 2007. Diakses tanggal 27 July 2008.
- ^ Meisl, C.S.; Safaie S., Elwood K.J., Gupta R. & Kowsari R. (2006). "Housing Reconstruction in Northern Sumatra after the December 2004 Great Sumatra Earthquake and Tsunami". Earthquake Spectra. 22: S777. doi:10.1193/1.2201668. Diakses tanggal 26 June 2011.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b c "One year after the tsunami, Sri Lankan survivors still live in squalour". World Socialist Web Site. 2005-12-29. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ a b "TsunamiMemorial.or.th". Web.archive.org. 2007-09-28. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-28. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ Schwartz, D.; Goldberg A., Ashenasi I., Nakash G., Leiba A., Levei Y. & Bar-Dayan Y. (2006). "Prehospital care of tsunami victims in Thailand: description and analysis". Prehospital Disaster Medicine. 21 (3): 204–210. PMID 16892886.
- ^ Martin Plaut (2005-12-26). "Tsunami: Somalia's slow recovery". BBC News. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Somalia, Thailand: Earthquake and Tsunami OCHA Situation Report No. 14". Reliefweb.int. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ "Myanmar is withholding true casualties figures, says Thai priest". web.archive.org. 4 January 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-09. Diakses tanggal 12 February 2011.
A missioner in Ranong, a town on the border between Thailand and Myanmar, says locals talk about 600 victims. Burmese political dissidents say the same.
- ^ "Asia-Pacific | 'Hundreds feared dead' in Burma". BBC News. 2005-01-04. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "TsunamiMaldives.mv". Web.archive.org. 2009-06-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-17. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ UNICEF (May 2006). "The 2004 Indian Ocean Tsunami Disaster: Evaluation of UNICEF's response (emergency and recovery phase). Maldives Report" (PDF). hlm. i. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-18. Diakses tanggal 26 June 2011.
- ^ english@peopledaily.com.cn (13 January 2005). "Death toll in Asian tsunami disaster tops 159,000". People's Daily. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ "Killer Waves". Channelnewsasia.com. Archived from the original on 2012-10-23. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "Asian tsunami death toll passes 144,000". Australia: ABC. 3 January 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-17. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ a b "The Seychelles raises its voice". Web.archive.org. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ "Tsunami Evaluation Coalition: Initial Findings" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2006-03-24. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ Okal, E.A.; Hartnady C.J. (2010). "The South Sandwich Islands earthquake of 27 June 1929: seismological study and inference on tsunami risk for the southern Atlantic" (PDF). South African Journal of Geology. 112 (3–4): 359–370. doi:10.2113/gssajg.112.3-4.359. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-04-17. Diakses tanggal 26 June 2011.
- ^ "YEMEN: Tsunami damage over US $1 million - UNEP assessment". Irinnews.org. 22 February 2005. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "Tsunami devastates Somali island". BBC News. 2004-12-29. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ Palmer, Jason (29 October 2008). "Tsunami in 2004 'not the first'". BBC News. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ "Researchers uncover 2004 tsunami predecessor". ABC Radio Australia News. 30 October 2008. Diakses tanggal 13 April 2011.
- ^ "Scientists Find Evidence of Tsunamis on Indian Ocean Shores Long Before 2004". Newswise.com. 2008-10-27. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ Most Destructive Known Earthquakes on Record in the World (Earthquakes with 50,000 or More Deaths). United States Geological Survey.
- ^ Written records of historical tsunamis in the northeastern South China Sea
- ^ The world's worst natural disasters Calamities of the 20th and 21st centuries
- ^ a b Browne, Andrew (31 December 2004). "Tsunami's Aftermath: On Asia's Coasts, Progress Destroys Natural Defenses". The Wall Street Journal. hlm. A5.
- ^ "UN upbeat on tsunami hunger aid". BBC News. 2005-01-09. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "United Nations: World Food Programme: Report on the Tsunami Crisis". Reliefweb.int. 2005-11-04. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ Chapter 3, "The matter of money", in Jayasuriya, Sisira and Peter McCawley, "The Asian Tsunami: Aid and Reconstruction after a Disaster". Cheltenham UK and Northampton MA USA: Edward Elgar, 2010.
- ^ Staff Writer (27 January 2005). "Tsunami aid: Who's giving what". BBC News. Diakses tanggal 22 April 2006.
- ^ Staff Writer. "Clinton, Bush: Tsunami Aid Helping." The Early Show/CBS News. 21 February 2005.
- ^ Staff Writer. "Tsunami aid shortfall over $4bn." BBC News. 18 March 2005.
- ^ GUNATILLAKE, DAYA GUNATILLAKE (2007). "The 2004 Tsunami in Sri Lanka: Destruction and recovery". Geography. 92 (3): 285–293. Diakses tanggal 4 February 2012.
- ^ Staff Writer. "Indian Ocean Tsunamis Devastate Fisherfolk." UK Agricultural Biodiversity Coalition. 26 December 2004.
- ^ Staff Writer. "Food Supply and Food Security Situation in Countries Affected by the Asia Tsunami." Food and Agriculture Organization of the United Nations. 14 January 2005.
- ^ "Demand for FRP boats rise after tsunami" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2010-11-01. Diakses tanggal 12 August 2010.
- ^ Pearce, Fred. "Tsunami's salt water may leave islands uninhabitable." New Scientist. 5 January 2005.
- ^ Rigg, Johnathan; Lisa Lawt, May Tan-Mullins and Carl Grundy-Warr (2005). "The Indian Ocean Tsunami: Socio-Economic Impacts in Thailand". The Geographic Journal. 171 (4): 374–379. Diakses tanggal 4 February 2012.
- ^ Staff Writer. "Tsunami redrew ship channels, ocean floor." MSNBC/Associated Press. 5 January 2005.
- ^ Chapter 6, "Thailand", in Jayasuriya, Sisira and Peter McCawley, The Asian Tsunami: Aid and Reconstruction after a Disaster. Cheltenham UK and Northampton MA USA: Edward Elgar, 2010.
- ^ Staff Writer. "Impact of Tsunamis on Ecosystems Diarsipkan 2008-08-20 di Wayback Machine.." UN Atlas of the Oceans. Retrieved 10 March 2005.
- ^ Helping restore the quality of drinking water after the tsunami. International Water Management Institute, 2010. Downloaded 25 February 2011
- ^ Water sanitation and health: WHO technical notes for emergencies. Page. Retrieved 25 February 2011
- ^ Falt, Eric. "Environmental Issues Emerging from Wreckage of Asian Tsunami Diarsipkan 2005-01-04 di Library of Congress Web Archives." United Nations Environment Programme.
- ^ "United Nations Environment Programme; Environment for Development". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-04-19. Diakses tanggal 22 April 2006.
- ^ Broadway, Bill. "Divining a Reason for Devastation." The Washington Post. 8 January 2005.
- ^ Associated Press – Tsunami survivors cling tightly to faith across ravaged region by Brian Murphy, January 2005
- ^ "Memorandum of Understanding between Indonesian government and the Free Aceh Movement" (PDF). 15 August 2005. Diakses tanggal 2012-12-24.
- ^ "Most significant events of 2005" (PDF). BBC World Service. 30 December 2005. Diakses tanggal 26 September 2013., and "Iraq war and tsunami top BBC poll". BBC World Service. 30 December 2005. Diakses tanggal 26 September 2013., see also Brighton, Paul; Foy, Dennis (2007). News Values. London: Sage. hlm. 44. ISBN 978-1412946001.
- ^ "Asia Pacific Journalism Centre — Home Page". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-13. Diakses tanggal 24 October 2007.
- ^ a b Press Trust of India (30 December 2004) "Alert scaled down, capping day long confusion."
- ^ a b Tran, Tina. (30 December 2004) Associated Press "False tsunami alarm sparks panic in Indian Ocean region."
- ^ Associated Press (31 December 2004) "Suspect quake forecast causes panic."
- ^ The Financial Express (2 January 2005) "Congress chief steps in as home, S&T ministers lock horns. Diarsipkan 2012-04-19 di Wayback Machine."
- ^ Staff Writer. "Tsunami waves exposed remnants of lost city." New Scientist. 26 February 2005.
- ^ "India finds more 'tsunami gifts'". BBC News. 2005-02-27. Diakses tanggal 2012-12-24.
Pranala luar
Cari tahu mengenai 2004 Indian Ocean Earthquake pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
- Special Event Page, Amateur Seismic Centre, India
- Seismograms for this earthquake via REV, the Rapid Earthquake Viewer
- Sumatra-Andaman Islands Earthquake – IRIS Special Report
- BBC, History of deadly earthquakes
- Tsunami Surges on Dry Coastal Plains: Application of Dam Break Wave Equations, Coastal Engineering Journal, 48 4: 355–370
- The 26 December 2004 Tsunami: a Hydraulic Engineering Phenomenon of International Significance. First Comments, Journal La Houille Blanche, No. 2, pp. 25–32
- Surviving the Tsunami – Stories of Hope Diarsipkan 2013-12-27 di Wayback Machine. Thomson Reuters Foundation & IFRC
- Channel News Asia – One Year On, Memorial & Updates to the Asian Tsunami Disaster Diarsipkan 2013-01-10 di Archive.is
- Templat:Newseum front page archive
- Satellite images of tsunami-affected areas (National University of Singapore) Diarsipkan 2005-01-02 di Wayback Machine.
- Thailand Tsunami Then and Now Comparison Series by photojournalist Zoriah Miller
- Five years on and the decisions for recovery Diarsipkan 2015-10-31 di Wayback Machine. by British Red Cross
- The 26 December 2004, Sumatra Earthquake and Indian Ocean Tsunami: Field Perspectives on the Impacts to the Peoples, Cultures, Politics, and Economies of One of the World's Most Vibrant Regions Diarsipkan 2010-02-07 di Wayback Machine., Speaker: Tom Casadevall, 26 September 2006. Sponsored by The Center for Global Studies and Center for Advanced Study, University of Illinois at Urbana-Champaign.