Kadipaten Mataram
Mataram (Bengal: মাতরম্; Hindi/Sanskrit: मातरम्; Tamil: மாதரம்; Telugu: "మాతరం"; Mātaram; yang berarti "Ibu") merupakan wilayah yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Medang, dan berkembang pesat menjadi Kesultanan Mataram. Mataram sekarang merupakan bagian dari Yogyakarta.
Saat Mataram menjadi Ibukota Medang
Meninjau dari beberapa prasasti periode Jawa Timur dijumpai frasa yang tertera di dalam beberapa prasasti, antara lain dalam prasasti Anjuk Ladang, prasasti Paradah yang menyebutkan :
... kita prasiddha maŋrakṣa kaḍatwan rahyaŋta i mḍaŋ i bhūmi mātaram ...
Terjemahan inskripsi: "... [wahai sekalian] engkau (yang mulia), yang melindungi kedaton leluhurmu di Medang, di bumi Mataram ..."
Frasa ini mengungkapkan nama kerajaan. Ini menunjukkan bahwa nama "Medang" sudah digunakan pada periode Jawa Tengah sebelumnya.
Ungkapan mḍaŋ i bhūmi mātaram berarti "Medang di tanah Mataram", yang berarti Medang adalah nama kedatuan dengan pusatnya di tanah Mataram.
Makna kita prasiddha di sini plural, sehingga rahyaŋta boleh jadi merujuk kepada para leluhur [yang meninggal] di Mataram.[1]
Namun, dengan memeriksa frasa dalam prasasti Mantyasih lempeng 1b: baris 7-8 yang menyebutkan:
... rahyaŋta rumuhun. ri mḍaŋ. ri poh pitu. rakai mātaram. saŋ ratu sañjaya ...
Terjemahan inskripsi: "... leluhurmu dahulu. di medang, di poh pitu, penguasa mataram, sang ratu sanjaya ..."
Frasa ini mengungkapkan bahwa Sanjaya sebagai Rakai (penguasa) di tanah Mataram. Ini menunjukkan bahwa nama "Medang" sudah digunakan pada periode Jawa Tengah.
Ungkapan rahyaŋta rumuhun. ri mḍaŋ. ri poh pitu berarti "leluhur dahulu ada di Medang di Poh Pitu", yang berarti Mataram adalah sebagai nama wilayah administratif setingkat provinsi atau daerah khusus bagi kerajaan Medang.
Asal usul nama mdaŋ mungkin berasal dari nama lokal pohon "Medang", tumbuhan berbunga yang merujuk pada genus Phoebe.[2]
Saat Mataram menjadi bawahan Majapahit
Mataram menjadi negeri bawahan Majapahit yang cukup penting. Raja yang memimpin bergelar Bhre Mataram. Berikut adalah daftar Bhre Mataram yang pernah menjabat ialah[3]:
1. Wikramawardhana ( 1353-1375 )
2. Rajasakusuma ( 1375-1399 )
3. Dyah Aniswari ( 1406-1415 )
4. Kertawijaya ( 1415-1429 )
5. Girindrawardhana Dyah Wijayakarana ( 1451-1478 )
Saat Mataram menjadi bawahan Pajang
Sesuai perjanjian sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan Ki Ageng Pamanahan memperoleh tanah Mataram.[4]
Sejak tahun 1556, Ki Ageng Pamanahan beserta keluarganya, termasuk Ki Juru Martani, pindah ke Mentaok dan membuka pemukiman yang semakin berkembang kemudian disebut Kotagede.
Ki Ageng Pamanahan menjadi pemimpin pertama bergelar Kiyai Gede Mataram.[5]
Selanjutnya pada tahun 1584, Panembahan Senapati menjadi adipati menggantikan ayahnya yang telah mangkat. [6]
Saat menjadi Kesultanan Mataram
Berikut adalah daftar penguasa Kesultanan Mataram[7]:
Nama | Awal memerintah | Akhir memerintah |
---|---|---|
Danang Sutawijaya Panembahan Senapati |
1586 | 1601 |
Raden Mas Jolang Anyakrawati (Sunan Nyakrawati) |
1601 | 1613 |
Raden Mas JatmikaAnyakrakusuma(Sultan Agung) | 1613 | 1645 |
Raden Mas Sayyidin Amangkurat I (Sunan Tegalarum) |
1646 | 1677 |
Raden Mas Rahmat Amangkurat II (Sunan Amral) |
1677 | 1703 |
Raden Mas Sutikna Amangkurat III (Sunan Mas) |
1703 | 1705 |
Raden Mas Darajat Pakubuwana I (Sunan Ngalaga) |
1704 | 1719 |
Raden Mas Suryaputra Amangkurat IV (Sunan Jawi) |
1719 | 1726 |
Raden Mas Prabasuyasa Pakubuwana II (Sunan Kumbul) |
1726 | 1742 |
Raden Mas Garendi Amangkurat V (Sunan Kuning) |
1742 | 1743 |
Raden Mas Prabasuyasa Pakubuwana II (Sunan Kumbul) |
1745 | 1749 |
Sumber primer
Kutipan
- ^ Muljana, Slamet (2005). Menuju Puncak Kemegahan. Yogyakarta: LKiS. ISBN 978-979-8451-35-5.
- ^ "Medang". KBBI.
- ^ "Kitab Pararaton (terjemahan)". majapahitprana.blogspot.com. Diakses tanggal 19 Desember 2021.
- ^ "Adiwijaya dari Pajang". Diakses tanggal 24 Desember 2021.
- ^ "Ki Ageng Pamanahan". Diakses tanggal 24 Desember 2021.
- ^ "Senapati dari Mataram". Diakses tanggal 24 Desember 2021.
- ^ G.P.H. Hadiwidjojo (1956). Paparabipun Para Nata Surakarta wiwit Mataram. Prabuwinatan, Surakarta.
Jumênêng 1586 surud 1601, seda ing Kajênar
Lihat pula
Referensi
- Mulyana, Slamet (2006). Tafsir sejarah nagarakretagama (dalam bahasa Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 340 ( Pupuh 6 ). ISBN 978-979-2552-546.