Pembagian administratif Indonesia
Artikel ini adalah bagian dari seri |
Pembagian administratif Indonesia |
---|
Penataan daerah |
Pembagian administratif Indonesia adalah pembagian wilayah daratan dan perairan di Indonesia untuk dikelola oleh pemerintah daerah di dalam batas-batas wilayahnya masing-masing menurut prinsip otonomi, dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas pembantuan. Saat ini diatur melalui UU no. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang sudah diubah beberapa kali, dan diregulasi oleh Kementerian Dalam Negeri
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 25, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. Undang Undang yang berlaku yaitu UU no. 43 Th. 2008 tentang Wilayah Negara yang mengatur tentang kedaulatan, kewilayahan, dan manajemen peratasan, termasuk juga didalamnya yaitu wewenang Pemerintah Daerah
Provinsi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab VI Pasal 18 Ayat 1 menyebutkan bahwa:
"Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang."
Berdasarkan klausa tersebut, Indonesia terbagi atas provinsi pada tingkat pertama. Saat ini terdapat 38 provinsi di Indonesia yang masing-masing memiliki pemerintahan daerah sendiri yang dikepalai oleh seorang Gubernur. Setiap provinsi memiliki lembaga legislatif yang disebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi. Gubernur dan anggota DPRD Provinsi dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk masa jabatan lima tahun. Setiap provinsi terdiri dari kabupaten atau kota, kecuali DKI Jakarta yang terdiri dari kabupaten administrasi dan kota administrasi.
Di antara provinsi-provinsi tersebut, sembilan di antaranya memiliki status kekhususan dan/atau keistimewaan. Daerah-daerah tersebut ialah Aceh, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Kabupaten/kota
Kabupaten dan kota memiliki tingkat yang setara serta memiliki pemerintah daerah dan lembaga legislatif sendiri. Setiap kabupaten/kota terdiri dari beberapa kecamatan/distrik, dan secara ukuran kabupaten lebih luas daripada kota. Kabupaten dipimpin oleh seorang bupati dengan DPRD kabupaten, sedangkan kota dipimpin oleh seorang wali kota dengan DPRD kota. Baik bupati maupun wali kota dipilih melalui proses pemilihan umum.
Suatu pengecualian, Jakarta dibagi ke dalam 1 kabupaten administrasi dan 5 kota administrasi yang kesemuanya itu tidak otonom. Kabupaten administrasi dan kota administrasi tidak memiliki DPRD kabupaten/kota. Bupati/wali kotanya pun tidak hanya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum, melainkan ditunjuk oleh Gubernur Jakarta.
Kecamatan
Secara nasional, kecamatan adalah wilayah administratif yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah kabupaten atau kota. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, maka khusus untuk wilayah Provinsi Papua (dan oleh karenanya juga untuk Provinsi Papua Barat), istilah kecamatan diganti dengan distrik.[1] Kecamatan dipimpin oleh seorang camat, sedangkan distrik dipimpin oleh seorang kepala distrik, masing-masing merupakan pegawai negeri sipil serta bertanggung jawab kepada bupati atau wali kota yang melingkupi batas-batas wilayahnya.
Setiap kecamatan terdiri dari beberapa kelurahan/desa atau nama lain. Setiap distrik terdiri dari beberapa kelurahan/kampung.
Khusus untuk wilayah Provinsi DIY Kecamatan di tingkat Kota (Kota Yogyakarta) disebut Kemantren, Sedangkan Kecamatan di tingkat Kabupaten (Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulonprogo & Kabupaten Gunungkidul) disebut Kapanewon.
Nama diganti dengan karakteristik lokalitas Yogyakarta yang berstatus Istimewa sesuai dalam Undang-undang nomor 13/2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta. Pemerintah Daerah DIY berkeinginan melaksanakan UU Keistimewaan secara lebih konsisten
Mukim
Mukim adalah wilayah administratif di bawah kecamatan, tetapi di atas gampong atau kelurahan. Hanya Provinsi Aceh yang memberlakukan pembagian wilayah yang melibatkan mukim.[2]
Kelurahan/Desa
Tingkatan di bawah kecamatan adalah kelurahan atau desa. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah, sedangkan desa dipimpin oleh seorang kepala desa. Hingga ke tingkatan desa inilah pembagian administratif Indonesia resmi digunakan. Sejak 2014, terjadi perubahan paradigma Desa yaitu mengatur tentang kemandirian desa, percepatan pembangunan dan adanya dana desa melalui Undang Undang no. 6 tahun 2014.[3]
Di beberapa daerah, istilah lain dipergunakan, antara lain:
Perangkat daerah setingkat desa
- Nagari di Sumatra Barat
- Kampung di Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua Barat Daya
- Gampong di Aceh
- Lembang di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan
- Kampung di Kabupaten Kutai Barat
- Negeri di Maluku
Lainnya
- Kalurahan di Provinsi DIY (pembagian administratif kelurahan di tingkat Kabupaten di provinsi DIY)
- Banjar di Bali (Pembagian administratif dibawah kelurahan/desa)
- Desa Pekraman di Bali (Pembagian administratif setara kelurahan/desa dengan perbedaan status, kedudukan, dan fungsi dengan desa dinas)
- Pekon di Lampung
Wilayah lain yang lebih rendah
Meskipun tidak diakomodasi di dalam perundang-undangan, desa atau yang setingkat dengannya pada kenyataanya dapat dibagi lagi ke dalam beberapa dusun, kampung (tidak setingkat dengan kampung di Papua & Kutai Barat), pedukuhan, dan lain-lain. Kemudian dibagi lagi ke dalam beberapa lingkungan, rukun warga, hingga rukun tetangga yang terdiri dari beberapa kepala keluarga. Istilah-istilah yang disebutkan di dalam paragraf ini dapat bervariasi, bergantung kepada masing-masing daerah yang menerapkannya.
Statistik wilayah
Hingga Oktober 2019, Indonesia terdiri dari 38 provinsi, 415 kabupaten, 1 kabupaten administrasi, 93 kota, dan 5 kota administrasi dengan total 7.230 kecamatan, 8.488 kelurahan, dan 74.953 desa dengan rincian sebagai berikut.[4]
No. | Kode Wilayah |
Provinsi | Kabupaten | Kota | Kecamatan | Kelurahan | Desa | Luas Wilayah (km²) |
Jumlah Penduduk |
Kepadatan (jiwa/km²) |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | 11 | Aceh | 18 | 5 | 289 | 108 | 6.497 | 57.956,00 | 5.247.257 | 90,5 |
2 | 12 | Sumatra Utara | 25 | 8 | 450 | 693 | 5.417 | 72.981,23 | 14.874.889 | 203,8 |
3 | 13 | Sumatra Barat | 12 | 7 | 179 | 230 | 928 | 42.012,89 | 5.519.245 | 131,4 |
4 | 14 | Riau | 10 | 2 | 169 | 268 | 1.591 | 87.023,66 | 6.074.100 | 69,8 |
5 | 15 | Jambi | 9 | 2 | 141 | 163 | 1.399 | 50.058,16 | 3.493.357 | 69,8 |
6 | 16 | Sumatra Selatan | 13 | 4 | 241 | 387 | 2.853 | 91.592,43 | 8.217.551 | 89,7 |
7 | 17 | Bengkulu | 9 | 1 | 129 | 172 | 1.341 | 19.919,33 | 1.999.539 | 100,4 |
8 | 18 | Lampung | 13 | 2 | 228 | 205 | 2.435 | 34.623,80 | 9.095.591 | 262,7 |
9 | 19 | Kepulauan Bangka Belitung | 6 | 1 | 47 | 82 | 309 | 16.424,06 | 1.379.767 | 84 |
10 | 21 | Kepulauan Riau | 5 | 2 | 75 | 142 | 275 | 8.201,72 | 1.929.400 | 235,2 |
11 | 31 | DKI Jakarta | 1 | 5 | 44 | 267 | 0 | 664,01 | 10.846.145 | 16,334,3 |
12 | 32 | Jawa Barat | 18 | 9 | 627 | 645 | 5.312 | 35.377,76 | 45.161.325 | 1,276,5 |
13 | 33 | Jawa Tengah | 29 | 6 | 576 | 753 | 7.809 | 32.800,69 | 36.364.072 | 1,108,6 |
14 | 34 | DI Yogyakarta | 4 | 1 | 78 | 46 | 392 | 3.133,15 | 3.631.015 | 1,158,9 |
15 | 35 | Jawa Timur | 29 | 9 | 666 | 777 | 7.724 | 47.803,49 | 40.479.023 | 846,8 |
16 | 36 | Banten | 4 | 4 | 155 | 313 | 1.238 | 9.662,92 | 10.722.374 | 1,109,6 |
17 | 51 | Bali | 8 | 1 | 57 | 80 | 636 | 5.780,06 | 4.216.171 | 729,4 |
18 | 52 | Nusa Tenggara Barat | 8 | 2 | 117 | 145 | 995 | 18.572,32 | 5.270.247 | 283,8 |
19 | 53 | Nusa Tenggara Timur | 21 | 1 | 309 | 327 | 3.026 | 48.718,10 | 5.411.321 | 111,1 |
20 | 61 | Kalimantan Barat | 12 | 2 | 174 | 99 | 2.031 | 147.307,00 | 5.422.814 | 36,7 |
21 | 62 | Kalimantan Tengah | 13 | 1 | 136 | 139 | 1.432 | 153.564,50 | 2.570.289 | 16,7 |
22 | 63 | Kalimantan Selatan | 11 | 2 | 153 | 144 | 1.864 | 38.744,23 | 4.023.049 | 103,8 |
23 | 64 | Kalimantan Timur | 7 | 3 | 103 | 197 | 841 | 129.066,64 | 3.552.191 | 27,5 |
24 | 65 | Kalimantan Utara | 4 | 1 | 53 | 35 | 447 | 75.467,70 | 648.407 | 8,6 |
25 | 71 | Sulawesi Utara | 11 | 4 | 171 | 332 | 1.507 | 13.892,47 | 2.641.884 | 190,2 |
26 | 72 | Sulawesi Tengah | 12 | 1 | 175 | 175 | 1.842 | 61.841,29 | 2.955.567 | 47,8 |
27 | 73 | Sulawesi Selatan | 21 | 3 | 311 | 792 | 2.255 | 46.717,48 | 9.426.885 | 201,8 |
28 | 74 | Sulawesi Tenggara | 15 | 2 | 219 | 377 | 1.911 | 38.067,70 | 2.635.461 | 69,2 |
29 | 75 | Gorontalo | 5 | 1 | 77 | 72 | 657 | 11.257,07 | 1.180.651 | 104,9 |
30 | 76 | Sulawesi Barat | 6 | 0 | 69 | 73 | 575 | 16.787,18 | 1.559.984 | 92,9 |
31 | 81 | Maluku | 9 | 2 | 118 | 35 | 1.198 | 46.914,03 | 1.847.097 | 39,4 |
32 | 82 | Maluku Utara | 8 | 2 | 116 | 118 | 1.063 | 31.982,50 | 1.307.803 | 40,9 |
33 | 91 | Papua | 28 | 1 | 560 | 110 | 5.411 | 319.036,05 | 4.430.348 | 13,9 |
34 | 92 | Papua Barat | 12 | 1 | 218 | 95 | 1.742 | 102.955,15 | 1.140.701 | 11,1 |
Total | 416 | 98 | 7.230 | 8.488 | 74.953 | 1.916.906,77 | 265.185.520 | 138,3 | ||
Sumber: Permendagri No. 72 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Permendagri No. 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. |
Sejarah
Berikut ini adalah perkembangan jumlah wilayah administrasi Indonesia dengan mengacu kepada Peraturan Mendagri tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan.
Tanggal Permendagri |
Nomor Permendagri |
Provinsi | Kabupaten | Kota | Kecamatan | Kelurahan | Desa | Luas Wilayah (km²) |
Jumlah Penduduk |
Kepadatan (jiwa/km²) |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Permendagri No.72 Tahun 2019[5] | 7.230 | 8.488 | 74.953 | 1.916.906,77 | 265.185.520 | 138.34 | ||||
Permendagri No.137 Tahun 2017[6] | 7.210 | 8.490 | 74.957 | 1.916.862,20 | 261.142.352 | 136.23 | ||||
Permendagri No.56 Tahun 2015[7] | 7.160 | 8.430 | 74.754 | 1.913.578,68 | 255.153.932 | 133.34 | ||||
Permendagri No.39 Tahun 2015[8] | 7.094 | 8.412 | 74.093 | 1.913.578,68 | 254.826.034 | 133.17 | ||||
Permendagri No.18 Tahun 2013[9] | 6.994 | 8.309 | 72.944 | 1.913.578,68 | 251.857.940 | 131.62 | ||||
Permendagri No.62 Tahun 2012[10] | 6.714 | 8.216 | 69.350 | 1.910.931,32 | 259.940.857 | 136.03 | ||||
Permendagri No.66 Tahun 2011[11] | 6.694 | 8.216 | 69.249 | 1.910.931,32 | 259.940.857 | 136.03 | ||||
Permendagri No.18 Tahun 2005[12] | 5.263 | 7.113 | 62.806 | |||||||
Kepmendagri No.5 Tahun 2002 | 4.646 | 6.694 | 62.561 |
Referensi
- ^ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001.
- ^ "Qanun Provinsi Aceh Nomor 4 Tahun 2003" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-10-26. Diakses tanggal 2010-01-12.
- ^ "UU Desa ubah Paradigma Membangun Desa"
- ^ "Permendagri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". JDIH Kemendagri RI. 08-10-2019. Diakses tanggal 16-07-2020. [pranala nonaktif permanen]
- ^ Permendagri No.72 Tahun 2019
- ^ Permendagri No.137 Tahun 2017
- ^ Permendagri No.56 Tahun 2015
- ^ Permendagri No.39 Tahun 2015
- ^ Permendagri No.18 Tahun 2013
- ^ Permendagri No.62 Tahun 2012
- ^ Permendagri No.66 Tahun 2011
- ^ Permendagri No.18 Tahun 2005