Kabupaten Tegal

kabupaten di Indonesia, di pulau Jawa
Revisi sejak 17 November 2023 23.43 oleh 114.79.16.12 (bicara) (Alhamdulillah)


kabupaten Tegal (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦠꦼꦒꦭ꧀, Pegon تٓڮل) adalah salah satu kabupaten yang terletak di bagian barat laut provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang memiliki luas 878,79 km2. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk kabupaten Tegal sebanyak 1.704.700 orang.[1] [3]

Kabupaten Tegal
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦠꦼꦒꦭ꧀
 • Cacarakanᮒᮨᮌᮜ᮪
 • Pégonتٓڮل
 • Hanzi直葛
Sunrise di Tonggara, Kedungbanteng, Tegal
Lambang resmi Kabupaten Tegal
Etimologi: Teteguall (Lahan Tegalan)
Julukan: 
  • Teh Poci Wasgitel
  • Japanese van Java ”
Motto: 
  • Tegal Hadiningrat
  • Tri Sanja l Banteng Loreng Binconcengan
Peta
Lokasi di Jawa Tengah
Kabupaten Tegal di Jawa
Kabupaten Tegal
Kabupaten Tegal
Lokasi di Jawa Tengah
Kabupaten Tegal di Indonesia
Kabupaten Tegal
Kabupaten Tegal
Kabupaten Tegal (Indonesia)
Koordinat: 6°52′S 109°09′E / 6.87°S 109.15°E / -6.87; 109.15
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
Hari jadi18 Mei 1601 (1601-05-18)
PendiriKi Gede Sebayu
Ibu kotaSlawi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 18
  • Kelurahan: 9
  • Desa: 281
Pemerintahan
 • JenisPemerintahan kabupaten
(Bupati-DPRD)
 • BupatiKi Enthus Susmono
 • Wakil BupatiSabilillah Ardie
 • Sekretaris DaerahAmir Makhmud
 • Ketua DPRDMohammad Faiq
Luas
 • Total878,79 km2 (339,30 sq mi)
Peringkatke-21 (Jawa Tengah)
Populasi
 (30 Juni 2023)[1]
 • Total1.704.700
 • Kepadatan1,900/km2 (5,000/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 99,53% Islam
  • 0,03% Buddha Tridharma
  • 0,02% Hindu Dharma
 • BahasaBahasa Indonesia, Tegalan, Sunda, Jawa, Banyumasan, English.
 • IPMKenaikan 69,53 (2022)
sedang[2]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3328 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 283
Pelat kendaraanG
Kode Kemendagri33.28 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023SLW
Semboyan daerah
  • Tegal Hadiningrat
  • Tri Sanja
  • Banteng Loreng Binconcengan
Flora resmiMangga Wirasangka
Fauna resmiJalak Suren
Situs webtegalkab.go.id

Ibu kotanya terletak di kecamatan Slawi. Sebelumnya, ibu kota Kabupaten Tegal berada di Kota Tegal yang terletak di sudut barat laut kabupaten ini, tetapi kemudian Kota Tegal secara administratif terpisah dari Kabupaten Tegal dan membentuk wilayah sendiri. Kemudian digantikan oleh Kota Slawi sebagai ibu kota Kabupaten Tegal hingga saat ini, yang merupakan pinggiran kota yang terletak sekitar 20 km dari selatan pusat kota dan dalam batas kabupaten.

Bersama dengan kota terdekat Pekalongan , sekitar lima puluh kilometer ke timur, Tegal adalah tempat kelahiran industri gula kolonial Hindia Belanda , dan Kabupaten Tegal tetap menjadi pusat penghasil gula utama hingga pertengahan abad ke-20. Kota ini berfungsi sebagai pelabuhan untuk mengekspor gula yang diproduksi di perkebunan terdekat. Tegal terkenal dengan warungnya, biasa disebut "Warteg" atau warung Tegal.

Sejarah

Nama Tegal berasal dari nama Tetegal, tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian. Sumber lain menyatakan, nama Tegal dipercaya berasal dari kata Teteguall. Sebutan yang diberikan seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500–an.[butuh rujukan]

Kabupaten Tegal berdiri pada tanggal 18 Mei 1601. Cikal bakal berdirinya Kabupaten Tegal tidak dapat dipisahkan dari sosok ketokohan Ki Gede Sebayu. Menurut silsilah, Ki Gede Sebayu merupakan keturunan trah Majapahit dari Batoro Katong atau Syech Sekar Delima (Adipati Wengker Ponorogo). Ayah Ki Gede Sebayu bernama Pangeran Onje (Adipati Purbalingga).

Sejak kecil, Ki Gede Sebayu diasuh oleh eyangnya yaitu Ki Ageng Wunut yang selama hidupnya diajari budi pekerti luhur. Hal ini membawa dampak bagi perkembangan Ki Gede Sebayu yang tumbuh menjadi anak yang berperilaku ramah dan santun. Setelah menginjak dewasa, Ki Gede Sebayu oleh ayahnya disuwitakan untuk menjadi prajurit di Keraton Pajang. Sebagai prajurit tamtama, Ki Gede Sebayu memperoleh pendidikan keprajuritan dan ilmu kanuragan. Ki Gede Sebayu mempunyai 2 orang anak yaitu Raden Ayu Rara Giyanti Subhaleksana dan Raden Mas Hanggawana.

Pada saat Arya Pangiri merebut takhta Pajang dari Pangeran Benowo. Ki Gede Sebayu pergi meninggalkan keraton Pajang menuju Desa Sedayu. Ki Gede Sebayu kemudian bergabung dengan prajurit Mataram bersama Pangeran Benowo untuk menyingkirkan Arya Pangiri.

Ketika itu Ki Gede Sebayu dengan tombak pendeknya menyerang prajurit Arya Pangiri, sehingga banyak yang tewas dan akhirnya Arya Pangiri menyerah dan diusir dari Keraton Pajang. Kemudian Keraton pajang diserahkan kepada Pangeran Benowo. Setelah selesai pertempuran (1587), Ki Gede Sebayu dan pengikutnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke arah barat dan sampai di Desa Taji, Bagelan disambut oleh Demung Ki Gede Karang Lo.

Ki Gede Sebayu melanjutkan perjalanan ke Purbalingga untuk ziarah ke makam ayahnya. Setelah berziarah ke makam ayahnya, Ki Gede Sebayu kemudian berjalan ke utara melewati Gunung Slamet. Sampai di Desa Pelawangan, ia lalu menyusuri pantai utara ke arah barat dan sampailah di Padepokan Ki Gede Wonokusumo disekitar Kali Gung. Kedatangan Ki Gede Sebayu bersama rombongan yang bermaksud “mbabat alas” membangun masyarakat tlatah Tegal disambut gembira oleh Ki Gede Wonokusumo.

Melihat kesuburan tanahnya, Ki Gede Sebayu tergugah dan berniat bersama-sama penduduk meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan serta membuat saluran pengairan. Daerah yang sebagian besar merupakan tanah lading tersebut kemudian dinamakan Tegal.

Atas keberhasilannya, pada 18 Mei 1601 Panembahan Senopati mengangkat Ki Gede Sebayu menjadi Juru Demung (Penguasa Lokal di Tlatah Tegal) dengan pangkat Tumenggung setingkat Bupati. Peristiwa inilah yang merupakan berdirinya Kabupaten Tegal pada tanggal 18 Mei 1601.

Geografi

Bagian utara dari Kabupaten Tegal merupakan dataran rendah. Sedangkan di bagian selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Slamet (3.428 meter). Di perbatasan Kabupaten Pemalang, terdapat rangkaian perbukitan terjal dan sungai besar yang mengalir, yaitu Kali Gung dan Kali Erang, keduanya bermata air di hulu Gunung Slamet.

Posisi Geografis

Kabupaten Tegal terletak di bagian barat laut Provinsi Jawa Tengah, dengan letak geografis 108°57'6"–109°21'30" BT dan 6°02'41"–7°15'30" LS. Dan mempunyai letak yang strategis pada jalan Semarang–Tegal–Cirebon serta Semarang–Tegal–Purwokerto dan Cilacap, dengan fasilitas pelabuhan di Kota Tegal.

Batas Wilayah

Utara Laut Jawa, dan Kota Tegal
Timur Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Purbalingga
Selatan Kabupaten Brebes dan, Kabupaten Banyumas
Barat Kabupaten Brebes, dan Kota Tegal

Pemerintahan

Bupati

Bupati yang menjabat di kabupaten Tegal saat ini yakni Umi Azizah, didampingi wakil bupati Sabilillah Ardie. Mereka adalah pemenang pada pemilihan umum bupati Tegal 2018. Mereka dilantik pada 8 Januari 2019, oleh gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Gedung Gradhika Jalan Pahlawan Semarang.[4]

No Bupati Awal Jabatan Akhir jabatan Wakil Bupati
54   Umi Azizah 8 Januari 2019 Petahana Berkas:H. Sabiillah Ardie,B.Sc.jpg Sabilillah Ardie

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Tegal dalam lima periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2004–2009[5] 2009–2014[6] 2014–2019[7] 2019–2024[8] 2024–2029
PKB 14   8   12   14   17
Gerindra (baru) 1   5   7   8
PDI-P 12   13   11   12   10
Golkar 6   6   6   6   7
NasDem (baru) 1   1   0
PKS 4   5   3   2   4
Hanura (baru) 1   3   1   0
PAN 5   5   2   1   1
Demokrat (baru) 0   6   3   2   0
Perindo (baru) 1   0
PPP 4   3   4   3   3
Buruh 0   1
PKNU (baru) 1
Jumlah Anggota 45   50   50   50   50
Jumlah Partai 6   11   10   11   7

Kecamatan

Secara administratif Kabupaten Tegal terbagi dalam 18 kecamatan, yang terdiri atas 281 desa dan 6 kelurahan. Sejak berdiri, pusat pemerintahan Kabupaten Tegal berada di Tegal. Namun sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1984, pusat pemerintahannya dipindahkan dari wilayah Kota Tegal ke Kecamatan Slawi. Tahun 1986, Kecamatan Sumurpanggang dilebur kedalam wilayah Kota Tegal, bersama dengan beberapa desa dari Kecamatan Dukuhturi menurut Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1986. Mulai akhir tahun 1989, Kecamatan Slawi dikembangkan menjadi Ibu kota Kabupaten Tegal. Pada tahun 2020, jumlah penduduknya mencapai 1.596.996 jiwa dengan luas wilayah 878,79 km² dan sebaran penduduk 1.817/km².[9][10][11]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Tegal, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Kodepos[12] Status Daftar
Desa/Kelurahan
33.28.11 Adiwerna 21 52494 Desa
33.28.04 Balapulang 20 52464 Desa
33.28.03 Bojong 17 52465 Desa
33.28.02 Bumijawa 18 52466 Desa
33.28.13 Dukuhturi 18 52492 Desa
33.28.18 Dukuhwaru 10 52451 Desa
33.28.07 Jatinegara 17 52473 Desa
33.28.08 Kedungbanteng 10 52472 Desa
33.28.15 Kramat 1 19 52481 Desa
Kelurahan
33.28.06 Lebaksiu 15 52461 Desa
33.28.01 Margasari 13 52463 Desa
33.28.05 Pagerbarang 13 52462 Desa
33.28.09 Pangkah 23 52471 Desa
33.28.10 Slawi 5 5 52411-52419 Desa
Kelurahan
33.28.16 Suradadi 11 52482 Desa
33.28.12 Talang 19 52493 Desa
33.28.14 Tarub 20 52484 Desa
33.28.17 Warureja 12 52483 Desa
TOTAL 18 6 281


Penduduk

Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten terpadat di Jawa Tengah. Persebaran populasi yang paling utama, yaitu di selatan Kota Tegal dan sepanjang Jalan Raya Tegal–Slawi.

Bahasa

Bahasa Jawa

Dalam keseharian, masyarakat Kabupaten Tegal menggunakan bahasa Jawa dengan dialek Tegal. Namun, bahasa Jawa Tegal di wilayah ini memiliki sub-dialek yang beragam, bahkan berbeda desa dan kecamatan pun bisa berbeda pula dialeknya.

Perbedaan yang paling mencolok adalah perbedaan dialek wilayah utara dan selatan Kabupaten Tegal. Wilayah selatan memiliki intonasi yang unik. Setengah Tegalan, setengah lagi Bumiayu. Orang Tegal bagian selatan juga lebih sering menggunakan kata "rika" untuk menyebut kata "anda", terpengaruh dari bahasa Jawa dialek Banyumasan, berbeda dengan wilayah utara yang lebih sering memakai "sampeyan". Penutur sub-dialek selatan berada di wilayah Lebaksiu, Balapulang, Margasari, Prupuk, Bojong, Bumijawa, Jatinegara, serta sebagian desa di wilayah Pangkah, dan Pagerbarang.

Sedangkan wilayah utara cenderung ke arah sub-dialek Kota Tegal-Brebes yang mengalun dan memanjangkan fonem akhir. Selain itu, sub-dialek wilayah utara juga terpengaruh oleh kosakata-kosakata dari bahasa etnis lain seperti bahasa Jawa dialek Pesisiran pada umumnya, contoh kata ente untuk menyebut kata "anda" (pengaruh dari bahasa Arab) Penutur sub-dialek utara berada di wilayah Kramat, Suradadi, Warureja, Dukuhturi, Pagerbarang, Adiwerna, Talang, dan sebagian desa di kecamatan Tarub.

Di daerah kecamatan adiwerna memiliki banyak dialek yang hanya di tuturkan di adiwerna seperti contohnya tolop (kelereng) Lebedang (ujung meja) Ento-ento (mata kaki) dan lainnya.

Sedangkan wilayah tengah memiliki dialek yang unik karena merupakan pertemuan antara wilayah utara dan selatan seperti Slawi, Dukuhwaru, Pangkah, Tarub, Kedungbanteng, dan sebagian desa di kecamatan Lebaksiu.

Bahasa Sunda

Selain bahasa Jawa, dituturkan juga bahasa Sunda di Desa Prupuk Selatan, Kecamatan Margasari yang berbatasan dengan Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes tepatnya di sepanjang sungai Pemali. Bahasa Sunda yang digunakan oleh penduduk Tegal di Margasari umumnya berfungsi sebagai bahasa kedua atau bilingual. Dalam satu kasus, penarik perahu lokal akan menggunakan bahasa Sunda jika berada di sebelah barat sungai Pemali (Tonjong, Brebes), sedangkan ketika berada di sebelah timur (Margasari, Tegal) akan bertutur menggunakan bahasa Jawa.[13]

Ekonomi

Masyarakat Kabupaten Tegal banyak yang membuka usaha di sektor industri rumah tangga, di antaranya pengecoran, pengerjaan logam, tekstile, shuttlecock, furniture, dan gerabah. Terdapat juga pabrik industri bahan baku kapur tulis dan bubuk di daerah Margasari sebagai pemasok utama bubuk di Kabupaten Tegal. Karena banyaknya industri rumah tangga di wilayahnya, Kabupaten Tegal pernah mendapat julukan "Jepang-nya Indonesia" di masyarakat pada masa lalu.

Masyarakat Kabupaten Tegal berusaha di sektor pertanian dan perkebunan, terutama di bagian selatan Kabupaten Tegal, yaitu Kecamatan Bumijawa dan Bojong.

Di sektor kelautan dan perikanan, warga pesisir, terutama Kecamatan Suradadi mencari ikan di Laut Jawa sampai ke Laut Tiongkok Selatan (kepulauan Riau). Hasil tangkapan tersebut, dijual ke pelabuhan perikanan Jakarta, Cirebon, Pekalongan dan Kota Tegal. Warga pesisir Kabupaten Tegal juga banyak yang membuka usaha tambak udang windu, dan ikan bandeng (juga penjualan bibitnya). Di sektor peternakan, masyarakat Kabupaten Tegal banyak mengusahakan peternakan ayam, dan Itik Tegal (Indian Runner) untuk suplai industri telur asin di Brebes. Di pedesaan terdapat juga ternak kambing, sapi, dan kerbau, yang diusahakan secara tradisional.

Masyarakat Kabupaten Tegal juga banyak yang merantau ke kota-kota lain di pulau Jawa terutama Jakarta dan pulau-pulau lain. Sebagian besar membuka usaha Warung Tegal (warteg) yang tergabung dalam Kowarteg (Koperasi Warung Tegal), menjual martabak telor (dari warga Kecamatan Lebaksiu), dan lain-lain. Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri warga Kabupaten Tegal mudik dari perantauan, dan membawa uang hasil usaha selama di perantauan. Selama masa mudik itulah, ekonomi Kabupaten Tegal menjadi lebih semarak perputaran uangnya dan lebih dinamis.

Pendidikan

 
SMP Negeri 1 Slawi
 
SMA Negeri 1 Slawi
 
STIKES Bhamada

Data Badan Pusat Statistik mencatat jumlah sekolah di kabupaten Tegal sebanyak sekolah. Dengan rincian, TK 487 sekolah, dengan jumlah murid 27.602 orang dan jumlah guru sebanyak 2.182 orang. Sementara untuk tingkat SD sederajat sebanyak 862 sekolah, dengan jumlah murid sebanyak 159.908 orang dan jumlah guru sebanyak 8.493 orang. Kemudian untuk tingkat SLTP sederajat sebanyak 195 sekolah, dengan jumlah murid 68.383 dan guru sejumlah 4.362 orang. Untuk pendidikan tingkat lanjutan atas (SMA-SMK/MA) jumlah sekolah sebanyak 109 sekolah, dengan murid sejumlah 54.055 orang dan guru sejumlah 3.219 orang.[14]

Untuk tingkat perguruan tinggi, beberapa yang ada di kabupaten Tegal yakni Institut Agama Islam Bhakti Negara (IBN), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhamada (STIKES Bhamada), Akademi Bahasa Asing IEC Putra Bangsa, Akademi Perikanan Baruna, dan Politeknik Purbaya.

Beberapa pondok pesantren yang ada di kabupaten Tegal yakni Pondok Pesantren Al Rizqi Babakan Lebaksiu, Pontren Ma'hadut Tholabah Babakan Lebaksiu, Pontren At-Tauhidiyyah Giren Talang, Pontren Darussalam Kalibakung Balapulang, Pontren Ahmad Dahlan Harjawinangun Balapulang, Pontren Darul Mujahadah Prupuk Margasari, Pontren Hasyim Asy'ari Karangjati Tarub, Pontren Darul Atqiyah Kertayasa, Pontren Zainudin Maribaya Kramat, dan Pontren Al-Bayan Dukuhwrigin Slawi.[butuh rujukan]

Transportasi

 
Dokar merupakan salah satu alat transportasi perdesaan di Kabupaten Tegal.

Kabupaten Tegal dilalui jalur utara Pulau Jawa, menhgbungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang. Kabupaten Tegal juga merupakan persimpangan utama dari lintas utara Jawa menuju lintas tengah Jawa, menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Purwokerto dan Yogyakarta.

Transportasi darat

Berada di Dukuhsalam Lalulintas Jalan nasional yang Banyak apalagi mudik dan balik lebaran Paling Dominasi Bus Sinar jaya, Dewi Sri, Deddy Jaya, Putri jaya baru DLL, serta para perantau mudik menjelang Idul Fitri.

Transportasi rel

Kabupaten Tegal juga dilalui jalur kereta api lintas utara dan tengah Jawa, dua stasiun yang dilewati jalur kereta api lintas utara adalah Stasiun Larangan dan Stasiun Suradadi, sedangkan lintas tengah melalui sebagian wilayah Kabupaten Tegal, yakni di Prupuk, Kecamatan Margasari dengan stasiun utamanya, Stasiun Prupuk. Jalur kereta api Tegal–Slawi–Prupuk sampai saat ini masih berfungsi, selain digunakan untuk mengangkut BBM milik Pertamina, jalur tersebut digunakan juga sebagai kereta api aglomerasi meliputi, kereta api Joglosemarkerto dengan jalur lingkar Jawa Tengah dan DI Yogyakarta serta Kamandaka dengan relasi Semarang TawangPurwokertoCilacap.

Seni dan budaya

Kesenian

Tari Topeng Endel, tarian yang begitu familiar di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Tarian ini hanya dilakukan oleh perempuan saja karena sifat dari tari topeng ini adalah genit, gemulai, terampil, dan berani. Tarian ini bisa dilakukan perseorangan maupun bersama-sama (kolosal) di berbagai macam acara.
Gerak penari memperlihatkan bayangan seolah sedang bercumbu dengan pangeran. Gemulainya para penari yang bergerak-gerak begitu lembut disertai dengan musik gamelan, mampu menghipnosis siapapun yang menonton. Busana yang digunakan untuk Tari Topeng Endel mirip dengan kostum yang dikenakan penari Tari Gambyong. Dengan diiringi gending lancaran ombak banyu laras slendro manyuro, penari akan memperlihatkan bagaimana sosok wanita Jawa yang sesungguhnya yang penuh dengan sikap halus, lembut dan keibuan. Sifat wanita ini sebenarnya tidak diartikan bahwa seorang wanita Jawa adalah wanita terjajah. Tari Endel pernah tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan peserta terbanyak, yaitu 1.700 yang terdiri dari murid-murid SD, bertempat di Kantor Pemerintah Kabupaten Tegal dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-470 kabupaten tersebut.

  • Tari Topeng Panji

Tarian ini menggambarkan tokoh bernama Panji, seseorang yang gagah berani dan berwatak halus. Sehingga gerakan tariannya terlihat halus.[15]

  • Tari Topeng Kresna

Tarian ini menggambarkan tokoh bernama Kresna yang ada dalam wayang kulit Purwo. Karakter dari Kresna sendiri adalah cerdik, sakti, berwibawa, tidak sombong, arif, dan bijaksana dan dari gerakannya yang tegas, tegap, dan langkahnya yang pasti.

  • Tari Topeng Layapan Alus

Tarian ini menggambarkan tokoh yang bernama Bambangan, seorang kesatria yang gagah berani, cerdik, tangkas, memiliki watak halus, dan berbudi luhur. Gerakan tarian ini halus dan lincah.

  • Tari Topeng Patih (Ponggawa)

Tarian ini menggambarkan tokoh patih atau ponggawa kerajaan. Seorang patih yang digambarkan sebagai seorang kesatria, gagah berani, cerdik, tangkas, dan luhur budi pekertinya. Gerakan tarian ini lincah.

  • Tari Topeng Kelana

Tarian ini menggambarkan seorang tokoh bernama Kelana. Kelana merupakan tokoh yang mempunyai pribadi yang gagah berani, cerdik, tangkas, dan luhur budinya. Gerakan tariannya adalah tegap dan lincah.

Sintren (atau juga dikenal dengan Lais) adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Tegal, Banyumas, Kuningan, dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.

  • Tari Kuntul Tegalan

Tari Kuntul Tegalan atau Kuntulan adalah salah satu seni tradisional yang ada di Tegal, Kabupaten Tegal khususnya. Tarian ini memadukan unsur seni pencak silat dan diiringi dengan rebana dan shalawat. Jadi gerakan Kuntulan ini merupakan perpaduan antara seni Islami dan Jawa kontemporer. Apabila diperhatikan secara detail, tarian ini menggambarkan prajurit yang sedang berlatih bela diri untuk mempertahankan diri. Untuk kostumnya sendiri berwarna putih-putih.[16]

Musik Tegalan adalah musik khas daerah Jawa Tengah, yang berpusat di Kota Tegal sebagai pionir munculnya jenis musik ini. Jenis musik ini diciptakan pada akhir era 70-an sebagai promosi pariwisata yang sedang digalakkan oleh pemerintah daerah setempat. Pencetusnya adalah Lanang Setiawan, Nurngudiono, Dhimas Riyanto, Najeeb Balapulang, dan Tri Widarti sebagai pelantun lagu-lagu tegalan generasi pertama.

  • Wayang Golek Tegal

Wayang Golek Cepak Tegalan atau biasa disebut Wayang Golek Tegal merupakan wayang asli dari Tegal, wayang ini biasa dimainkan dalam pertunjukan wayang oleh seorang dalang bernama Ki Enthus Susmono yang juga merupakan seorang Bupati Kabupaten Tegal. Beliau menamakannya Lupit dan Slenteng yang juga dijadikan sebagai maskot Kabupaten Tegal. Wayang ini terbuat dari kayu kedondong jaran, jenis kayu ini dipilih karena kualitasnya yang bagus dan memiliki ketahanan prima. Untuk mewarnai wayang ini, pengrajin menggunakan cat semprot kendaraan roda empat.[17][18]

Kebudayaan

  • Ruwat Bumi Guci

Tradisi dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur atas kemakmuran yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan juga memohon keselamatan dari segala macam mara bahaya, masyarakat Guci dan sekitarnya (Desa Rembul dan Desa Pekandangan), di lokasi Objek Wisata Guci, mengadakan upacara tradisional tahunan setiap bulan Muharram (Suro).[19]

Prosesi dimulai dengan arak-arakan Gunungan atau Sesajian beraneka macam hasil panen dan dilanjutkan dengan ritual memandikan Kambing Kendit (kambing khusus yang berwarna hitam dengan lingkar putih di perutnya). Kemudian dilanjutkan dengan menaburkan kembang setaman pada lokasi pemandian di sekitar Guci (Pancuran 13). Ritual ini menjadi simbol kasih sayang terhadap makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan kambingnya sendiri merupakan simbol dari kehidupan yang akan terus berputar. Usai prosesi memandikan kambing, dilaksanakan upacara dan pembacaan riwayat Guci dengan menggunakan Bahasa Tegalan. Beberapa sambutan dari pihak penyelenggara dan Pemerintah daerah pun disampaikan sebagai bentuk dukungan untuk melestarikan tradisi Ruwat Bumi Guci. Kemudian diakhiri dengan rebutan gunungan, do’a bersama, dan hiburan yang biasanya diisi dengan tarian khas Tegal.

Menurut Ki Enthus Susmono, dalang kondang tingkat nasional yang berasal dari Tegal, Tradisi Ruwat Bumi di Guci bukanlah tradisi syirik, melainkan tradisi untuk merawat bumi. Masyarakat Guci sendiri meyakini jika terjadi hujan deras saat prosesi adat acara Ruwat Bumi Guci berlangsung, merupakan bentuk keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa kepada masyarakat Kabupaten Tegal khususnya warga Guci.

  • Penjamasan Makam Sunan Amangkurat Agung

Tradisi upacara adat Pejamasan ini diselenggarakan setiap bulan Suro dengan ritual membersihkan benda pusaka dan tirai penutup makam Sunan Amangkurat Agung. Menurut sejarah, Sunan Amangkurat Agung merupakan seorang tokoh penting pendiri Kabupaten Tegal yang dikenal sebagai keturunan dari Raja Mataram Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Prosesi Jamasan sendiri diawali dengan tahlil, wirid, membacakan sahadat, dan sholawat serta mendoakan Amangkurat I. Doa dalam Penjamasan Makam Sunan Amangkurat Agung ditujukan agar para leluhur diampuni dosanya dan diberikan tempat yang layak di sisi Allah Swt. Usai kegiatan doa bersama, dilanjutkan dengan penggantian kelambu, yang kemudian kelambu lama digabungkan bersama dengan kelambu raja-raja Mataram lainnya dilarung ke Pantai Selatan.

  • Sedekah Bumi Cacaban

Kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat setempat dengan segenap sumber daya yang dimiliki bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal sebagai fasilitator dan pendukung. Sedekah Bumi Waduk Cacaban merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam rangka melestarikan budaya daerah dan juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang diperoleh.
Kegiatan ini ditujukan untuk menarik pengunjung sekaligus dijadikan sebagai momen penting pembelajaran bagi peningkatan kesadaran masyarakat setempat dalam menyambut pengunjung serta menjaga kelestarian alam Objek Wisata Cacaban.

  • Festival Jamu dan Kuliner

Kabupaten Tegal merupakan salah satu peserta tetap Festival Jamu dan Kuliner yang diadakan tiap tahun untuk bersaing dengan Kota/ Kabupaten se-Jawa Tengah. Kabupaten Tegal senantiasa menampilkan stan terbaik dan menawarkan produk-produk jamu serta kuliner unggulan. Produk jamu Kabupaten Tegal didukung dengan berbagai jenis tanaman dan bahan yang contohnya dapat dilihat di lokasi Wisata Kesehatan Jamu (WKJ) Danawarih.

  • Ruwat Bumi Purwahamba Indah

Ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal dengan bentuk upacara adat yang diisi berbagai jenis hiburan. Tradisi ini dilaksanakan pagi, siang, dan malam harinya diadakan pagelaran wayang semalam suntuk.

Keunikan dari tradisi Ruwatan di Bumi Purwahamba Indah adalah digelarnya festival "Grebeg Klapa Ijo" yang dapat diikuti oleh masyarakat Kabupaten Tegal. Tujuan tradisi ruwatan sebagai perwujudan syukur kepada Allah SWT sekaligus memohon agar warga terhindar dari berbagai macam bencana. Kegiatan ini merupakan wujud partisipasi warga masyarakat dalam rangka melestarikan budaya daerah sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rejeki yang diperoleh dari hasil usaha khususnya bagi para pedagang di sekitar Objek Wisata Purwahamba Indah

Ruwatan sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk tradisi masyarakat yang sudah ada sejak lama sebelum kedatangan agama ke tanah Jawa. Kata Ruwat dalam bahasa sanskerta dapat diartikan sebagai pembebasan, penyucian. Kemudian kata yang hampir mirip, yaitu Rawat atau Reksa diartikan sebagai memelihara.

  • Rebo Wekasan

Rebo Wekasan atau bisa juga disebut Rebo Pungkasan merupakan salah satu tradisi masyarakat yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar kalender lunar versi Jawa dengan tujuan untuk 'talak bala' (menolak bencana). Kegiatan yang dilakukan berkisar pada berdoa, shalat sunnah dan bersedekah. Selain itu ada juga kegiatan mencukur beberapa helai rambut dan membuat bubur merah dan putih yang kemudian dibagikan kepada tetangga sekitar.

  • Moci

Budaya minum teh sebagai teman ngobrol, biasanya dilakukan beramai-ramai. Teh direbus pada poci tanah (teh poci). kemudian dituang ke dalam cangkir dengan gula batu. Teh dalam cangkir tidak diaduk agar rasa manis tetap ada meski cangkir hampir habis dan terus dituangi teh.

Warung Tegal

Warung Tegal (Warteg) merupakan warung makan dengan menu makanan sederhana sehari-hari. Sebagian Warung Tegal dikelola oleh warga Kecamatan Dukuhturi tepatnya dari desa Sidapurna, dan Sidakaton.

Asal usul Warung Tegal adalah pada zaman Sultan Agung yang memimpin pasukan untuk menyerang Batavia, Sultan Agung dan Prajurit Mataram transit di Tegal. Karena Tegal sebagian besar adalah persawahan maka Tegal dijadikan pemasok logistik. Warga Tegal menyiapkan makanan untuk prajurit Mataram, lama-kelamaan dari situ warga Tegal sudah terbiasa menyajikan makanan besar, sehingga membuka warung makan. Setelah Tegal dilalui Jalan Pantura kini Tegal menjadi transit Truk dan Bus, dari situ juga Warteg menyebar ke seluruh nusantara.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 17 November 2023. 
  2. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2022-2023". www.bps.go.id. Diakses tanggal 17 November 2023. 
  3. ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut 2020-2022". Diakses tanggal 17 November 2023. 
  4. ^ "Mengenal Sosok Bupati dan Wakil Bupati Tegal Periode 2019 – 2024". jatengprov.go.id. Diakses tanggal 17 November 2023. 
  5. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Tegal 2004-2009
  6. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Tegal 2009-2014
  7. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Tegal 2014-2019
  8. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Tegal 2019-2024
  9. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  10. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  11. ^ Kabupaten Tegal dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistik. 2021. 
  12. ^ Kode Pos Kabupaten Tegal
  13. ^ "Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah". kelananusantara.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-30. Diakses tanggal 25 Februari 2023. 
  14. ^ "Statistik Daerah Kabupaten Tegal 2022-2023" (pdf). BPS Kabupaten Tegal. hlm. 8. Diakses tanggal 17 November 2023. 
  15. ^ "Tari Topeng Tegal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-19. Diakses tanggal 2018-03-18. 
  16. ^ "Tari kuntul tegalan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-19. Diakses tanggal 2018-03-18. 
  17. ^ "Wayang Golek Cepak Tegalan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-19. Diakses tanggal 2018-03-18. 
  18. ^ "Nama Tokoh Wayang Golek Tegal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-18. Diakses tanggal 2018-03-18. 
  19. ^ "Kebudayaan masyarakat Kabupaten Tegal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-19. Diakses tanggal 2018-03-18. 

Pranala luar