Michael Servetus
Netralitas artikel ini dipertanyakan. (Oktober 2023) |
Michael Servetus (/sərˈviːtəs/;[1] bahasa Spanyol: Miguel Servet; bahasa Prancis: Michel Servet; also known as Miguel Servet, Miguel de Villanueva, Revés, or Michel de Villeneuve; 29 September 1509 atau 1511 – 27 Oktober 1553) adalah seorang tabib, kartografer, humanis Renaisans, dan teolog anti-trinitarian Spanyol yang juga berkewarganegaraan Prancis melalui naturalisasi. Ia adalah orang Eropa pertama yang dengan benar menggambarkan fungsi peredaran darah pulmonalis, seperti yang dibahas dalam Christianismi Restitutio (1553). Ia adalah seorang polimatik yang menguasai berbagai bidang: matematika, astronomi dan meteorologi, geografi,anatomi manusia, kedokteran dan farmakologi, juga yurisprudensi, penerjemahan, puisi, dan studi ilmiah tentang Alkitab dalam bahasa aslinya.
Michael Servetus | |
---|---|
Lahir | Tidak diketahui, kemungkinan 29 September 1511 Villanueva de Sigena, Aragon, atau Tudela, Navarra |
Meninggal | 27 Oktober 1553 (umur 42) Jenewa, Republik Jenewa |
Almamater | Universitas Paris |
Pekerjaan | Teolog, tabib, editor, penerjemah |
Kiprah di bidang teologi | |
Era | Renaisans |
Tradisi atau gerakan | Humanisme renaisans |
Minat utama | Teologi, kedokteran |
Gagasan terkenal | Kristologi nontrinitarian, peredaran darah pulmonalis |
Ia berpartisipasi dalam Reformasi Protestan, dan kemudian menolak doktrin Tritunggal dan Kristologi Katolik. Setelah dikutuk oleh pihak berwenang Katolik di Prancis, ia melarikan diri ke Jenewa yang memeluk Calvinisme. Di sana, ia dikecam oleh John Calvin sendiri dan dibakar di tiang pancang atas ajaran sesat atas perintah Dewan Kecil Jenewa.
Biografi
Kehidupan awal
Untuk waktu yang lama, diyakini bahwa Servetus mungkin dilahirkan[2] pada tahun 1511 di Villanueva de Sigena di Kerajaan Aragon, sekarang Spanyol. Tanggal 29 September secara konvensional diusulkan sebagai hari kelahirannya, karena 29 September adalah hari Santo Mikhael menurut kalender orang kudus Katolik, tetapi tidak ada bukti yang mendukung tanggal ini. Beberapa sumber memberikan tanggal yang lebih awal berdasarkan klaim Servetus sendiri yang sesekali menyatakan bahwa ia dilahirkan pada tahun 1509.[3] Namun, pada tahun 2002 sebuah makalah yang diterbitkan oleh Francisco Javier González Echeverría dan María Teresa Ancín menyatakan bahwa ia dilahirkan di Tudela, Kerajaan Navarra.[4] Ada juga yang berpendapat bahwa nama aslinya adalah De Villanueva berdasarkan surat-surat naturalisasi Prancisnya (Chamber des Comptes, Kanselir Kerajaan dan Parlement Grenoble) dan catatan sipil di Universitas Paris.[5]
Nenek moyang ayahnya berasal dari dusun Serveto, di Aragon, Pyrenees. Ayahnya adalah seorang notaris yang merupakan keturunan keluarga Kristen dari kalangan bangsawan rendah (infanzón),[6] yang bekerja di Biara Santa Maria de Sigena di sekitar situ. Telah lama diyakini bahwa Servetus hanya memiliki dua saudara: Juan, yang merupakan seorang imam paroki Katolik, dan Pedro, yang merupakan seorang notaris.[7] Namun, baru-baru ini didokumentasikan bahwa Servetus sebenarnya memiliki dua saudara laki-laki (Antón dan Francisco) dan setidaknya tiga saudara perempuan (Catalina, Jeronima, dan Juana) lainnya.[8] Meskipun Servetus menyatakan dalam persidangannya di Jenewa bahwa orang tuanya adalah "orang Kristen dari ras kuno", dan bahwa dia tidak pernah berkomunikasi dengan orang Yahudi,[9] garis keturunan dari pihak ibunya sebenarnya adalah keturunan dari Zaportas (atau Çaportas), sebuah keluarga yang kaya dan relevan secara sosial dari daerah Barbastro dan Monzon di Aragon.[10][11] Hal ini ditunjukkan oleh protokol notaris yang diterbitkan pada tahun 1999.[12][13][14]
Pendidikan
Servetus menempuh pendidikan di Studium Tata Bahasa di Sariñena, Aragón, dekat Villanueva de Sijena, di bawah bimbingan master Domingo Manobel hingga tahun 1520. Dari tahun ajaran 1520/1521 hingga 1522/1523, Michael Servetus adalah seorang mahasiswa artes liberales di Universitas Zaragoza, sebuah Studium Generale Filsafat. Studium tersebut dipimpin oleh Uskup Agung Zaragoza, Rektor, Master Tinggi ("Maestro Mayor"), dan empat "Master Filsafat", yang menyerupai profesor filsafat di Fakultas Filsafat universitas abad pertengahan lainnya. Servetus belajar di bawah bimbingan Guru Besar Gaspar Lax, dan master Exerich, Ansias, dan Miranda. Selama tahun-tahun tersebut, pusat pendidikan ini sangat dipengaruhi oleh ide-ide Erasmus. Ansias dan Miranda kemudian meninggal, dan dua profesor baru ditunjuk: Juan Lorenzo Carnicer dan Villalpando. Pada tahun 1523 ia mendapatkan gelar sarjananya dan tahun berikutnya gelar magister. Dari tahun ajaran 1525/1526 hingga berikutnya, Servetus menjadi salah satu dari empat Master Filsafat di Studium tersebut, dan untuk alasan yang tidak diketahui, ia melakukan perjalanan ke Salamanca pada bulan Februari 1527. Namun pada tanggal 28 Maret 1527, juga karena alasan yang tidak diketahui, Guru Michael Servetus bertengkar dengan Master Tinggi Gaspard Lax, dan ini mungkin merupakan penyebab pengusirannya dari Studium, dan pengasingannya dari Spanyol ke Studium di Toulouse, mencoba menghindari pengaruh kuat Gaspar Lax di Studium Generale Spanyol mana pun.[15][16]
Menjelang tahun 1527 Servetus kuliah di Universitas Toulouse di mana ia mempelajari ilmu hukum. Servetus mungkin memiliki akses ke buku-buku agama yang dilarang, beberapa di antaranya mungkin Protestan, ketika dia belajar di kota ini.[17]
Karier
Pada tahun 1530 Servetus bergabung dengan para pengiring Kaisar Karl V sebagai asisten atau sekretaris bagi konfesor kaisar, Juan de Quintana.[18] Servetus melakukan perjalanan melalui Italia dan Jerman dan menghadiri penobatan Karl sebagai Kaisar Romawi Suci di Bologna. Ia geram dengan kemegahan dan kemewahan yang ditampilkan oleh Paus dan para pengiringnya, sehingga memutuskan untuk mengikuti jalan reformasi.[19] Tidak diketahui kapan Servetus meninggalkan rombongan kekaisaran, tetapi pada bulan Oktober 1530 ia mengunjungi Johannes Oecolampadius di Basel, tinggal di sana selama sekitar sepuluh bulan, mungkin menghidupi dirinya sendiri sebagai penyunting di sebuah percetakan lokal. Pada saat itu, ia sudah menyebarkan keyakinan teologisnya. Pada bulan Mei 1531 ia bertemu dengan Martin Bucer dan Wolfgang Fabricius Capito di Strasbourg.
Dua bulan kemudian, pada bulan Juli 1531, Servetus menerbitkan De Trinitatis Erroribus ('Tentang Kesalahan-kesalahan Tritunggal'). Tahun berikutnya ia menerbitkan karya Dialogorum de Trinitate (Dialog-dialog tentang Tritunggal) dan karya tambahan De Iustitia Regni Christi (Tentang Keadilan Pemerintahan Kristus) dalam jilid yang sama. Setelah mengalami persekusi Inkuisisi, Servetus menggunakan nama "Michel de Villeneuve" saat ia tinggal di Prancis. Ia belajar di Collège de Calvi di Paris pada tahun 1533. Servetus juga menerbitkan edisi bahasa Prancis pertama dari Geografi karya Ptolemeus. Ia mendedikasikan edisi pertama Ptolemeus dan edisi Alkitabnya untuk patronnya, Hugues de la Porte. Ketika berada di Lyon, Symphorien Champier, seorang humanis medis, menjadi patronnya. Servetus menulis sebuah risalah farmakologi untuk membela Champier terhadap Leonhart Fuchs In Leonardum Fucsium Apologia (Pembelaan terhadap Leonard Fuchs). Bekerja juga sebagai penyunting, ia menerbitkan beberapa buku lagi, yang berhubungan dengan obat-obatan dan farmakologi (seperti Syruporum universia ratio (Penjelasan Lengkap tentang Sirup), yang membuatnya terkenal.
After an interval, Servetus returned to Paris to study medicine in 1536. In Paris, his teachers included Jacobus Sylvius, Jean Fernel, and Johann Winter von Andernach, who hailed him with Andrea Vesalius as his most able assistant in dissections. During these years, he wrote his Manuscript of the Complutense, an unpublished compendium of his medical ideas. Servetus taught mathematics and astrology while he studied medicine. He predicted an occultation of Mars by the Moon, which along with his teaching, generated much envy among the medicine teachers. His teaching classes were suspended by the Dean of the Faculty of Medicine, Jean Tagault, and Servetus wrote his Apologetic Discourse of Michel de Villeneuve in Favour of Astrology and against a Certain Physician against him. Tagault later argued for the death penalty in the judgment of the University of Paris against Servetus, who was accused of teaching De Divinatione by Cicero. Finally, the sentence was reduced to the withdrawal of this edition. As a result of the risks and difficulties of studying medicine at Paris, Servetus decided to go to Montpellier to finish his medical studies, maybe thanks to his teacher Sylvius who did exactly the same as a student.[20] There Servetus became a Doctor of Medicine in 1539. After that he lived at Charlieu. A jealous physician ambushed and tried to kill Servetus, but Servetus defended himself and injured one of the attackers in a sword fight. He was in prison for several days because of this incident.[21]
Pencarian Servetus akan Kebenaran Agama
Dengan bijaksana Servetus berhenti bekerja pada Quintana dan mulai berjuang sendirian mencari kebenaran. Ia percaya bahwa berita Kristus tidak ditujukan kepada kaum teolog dan filsuf melainkan kepada orang awam yang dapat memahami dan menerapkannya. Maka, ia memutuskan untuk memeriksa teks Alkitab dalam bahasa aslinya dan menolak ajaran apa pun yang tidak selaras dengan Alkitab. Menarik, kata “Kebenaran” dan kata turunannya lebih sering muncul daripada kata manapun dalam tulisan-tulisannya.
Pembelajaran Servetus dalam bidang sejarah dan Alkitab telah membantunya sampai kepada kesimpulan bahwa selama tiga abad pertama Tarikh Masehi, Kekristenan telah diselewengkan. Ia mendapati bahwa Konstantin dan para penggantinya telah memperkenalkan ajaran-ajaran palsu yang mengakibatkan diterimanya Tritunggal sebagai doktrin resmi. Pada usia 20 tahun, Servetus menerbitkan bukunya ‘‘On the Errors of the Trinity’’, karya tulis yang menyebabkan dia menjadi sasaran utama Inkuisisi.
Servetus memahami permasalahannya dengan jelas. “Dalam Alkitab,” tulisnya, “Tritunggal tidak pernah disebutkan. Kita dapat mengenal Allah, bukan melalui konsep filsafat yang kita banggakan, tetapi melalui Kristus.” Dia juga sampai pada kesimpulan bahwa roh suci, bukan suatu pribadi melainkan tenaga aktif Allah.
Servetus berhasil membangkitkan beberapa reaksi yang positif. Tokoh Reformasi Protestan, Sebastian Franc, menulis, “Servetus, orang Spanyol itu, dalam risalahnya memberikan argumentasi bahwa hanya ada satu pribadi dalam diri Allah. Tetapi, Gereja Katolik Roma berpegang pada ajaran bahwa ada tiga pribadi dalam satu oknum. Saya lebih sependapat dengan orang Spanyol itu.” Namun, baik Gereja Katolik Roma maupun gereja-gereja Protestan tidak pernah mengampuni Servetus karena menentang doktrin utama mereka.
Pembelajaran Alkitab juga membuat Servetus menolak doktrin-doktrin lain dari gereja, dan ia menganggap penggunaan patung-patung tidak berdasarkan Alkitab. Maka, satu setengah tahun setelah ia menerbitkan ‘‘On the Errors of the Trinity’’, Servetus dengan respek mengatakan kepada orang Katolik dan Protestan, “Saya tidak menyetujui ataupun menolak semua yang dikatakan oleh setiap pihak. Tampaknya, bagi saya kepercayaan mereka semua sebagian benar dan sebagian salah, tetapi setiap orang melihat kesalahan orang lain dan tidak menyadari kesalahannya sendiri.” Ya, dia berjuang sendirian mencari kebenaran.
Meski tulus, Servetus juga membuat kesimpulan yang keliru. Misalnya, ia memperhitungkan bahwa Armagedon dan Pemerintahan Milenium Kristus akan terjadi semasa hidupnya.
Mencari Kebenaran Sains
Karena terpaksa melarikan diri dari para penindasnya, Servetus mengganti namanya menjadi Villanovanus dan menetap di Paris. Di sana, ia mendapatkan gelar dalam bidang seni dan kedokteran. Karena rasa ingin tahunya akan sains, ia mempraktikkan pembedahan mayat agar dapat memahami cara bekerjanya tubuh manusia. Sebagai hasilnya, Servetus mungkin menjadi orang Eropa pertama yang menjelaskan adanya peredaran darah di paru-paru. Penemuannya ini dicantumkan dalam karyanya ‘’The Restitution of Christianity’’. Ia menemukan hal baru ini 75 tahun sebelum sistem peredaran darah yang lengkap dijelaskan oleh William Harvey.
Penentang yang Sengit
Pencari kebenaran selalu mempunyai banyak penentang. (Lukas 21:15) Salah satu dari antara sekian banyak musuh Servetus adalah John Calvin, yang telah mendirikan sebuah negara Protestan yang otoriter di Jenewa. Menurut sejarawan Will Durang, “kediktatoran [Calvin] tidaklah dipengaruhi oleh hukum atau kekerasan melainkan oleh kehendak dan kepribadiannya yang kuat,” dan Calvin “sama mutlaknya dengan paus manapun dalam menolak kepercayaan individu”.
Servetus mungkin bertemu dengan Calvin di Paris sewaktu mereka masih muda. Sejak awal sudah ada pertentangan kepribadian di antara mereka, dan Calvin menjadi musuh Servetus yang sengit. Meskipun Calvin seorang pemimpin Reformasi, akhirnya ia menuduh Servetus di hadapan Inkuisisi Katolik. Servetus berhasil lolos dari Prancis dengan susah payah, hanya patungnya atau tiruannya yang dibakar. Namun, ia dikenali dan dipenjarakan di perbatasan Jenewa. Di daerah itu, ucapan Calvin merupakan hukum.
Calvin memperlakukan Servetus dengan kejam di penjara. Tetapi, sewaktu berdebat dengan Calvin selama pengadilannya, Servetus menawarkan untuk mengubah pandangannya asalkan penentangnya bisa memberikan alasan berdasarkan Alkitab untuk meyakinkan dia. Calvin tidak berhasil melakukannya. Setelah diadili, Servetus divonis untuk dibakar di tiang. Menurut beberapa sejarawan, Servetus adalah satu-satunya penentang di bidang agama yang patungnya dibakar oleh orang Katolik dan orangnya sendiri dibakar hidup-hidup oleh orang Protestan.
Pencetus Kebebasan Beragama
Meskipun Calvin menyingkirkan saingan pribadinya, dia kehilangan wewengan moralnya. Eksekusi yang tidak adil terhadap Servetus menimbulkan kemarahan orang-orang yang rasional di seluruh Eropa, dan menjadi argumen yang sangat kuat bagi para pejuang kemerdekaan individu yang mendesak bahwa seseorang tidak boleh dibunuh karena kepercayaan agamanya. Para pejuang itu semakin bertekad untuk terus memperjuangkan kebebasan beragama.
Penyair Italia Camillio Renato memprotes, “Baik Allah maupun roh-Nya tidak menganjurkan tindakan demikian. Kristus pun tidak memperlakukan orang-orang yang menyangkal dia dengan cara demikian.” Dan humanis Pranis, Sebastien Chateillon menulis, “Membunuh seseorang tidaklah melindungi suatu doktrin, itu tetap suatu pembunuhan.” Servetus sendiri pernah berkata, “Saya menganggap hal yang serius bila orang-orang dibunuh hanya karena mereka salah dalam menafsirkan Alkitab, apalagi kalau kita tahu bahwa orang-orang yang dipilih pun bisa terjerumus ke dalam kesalahan.”
Berkenaan dampak yang sangat kuat dari eksekusi Servetus, buku ‘’Michael Servetus—Intellectual Ciant, Humanist, and Martyr’’ berkata, “Kematian Servetus merupakan titik balik dalam ideologi dan cara berpikir yang umum sejak abad keempat.” Buku itu juga mengatakan, “Dari sudut pandang sejarah, Servetus mati agar kebebasan hati nurani dapat menjadi hak sipil seseorang dalam masyarakat modern.”
Pada tahun 1908, sebuah monumen untuk Servetus didirikan di kota Annemasse, di Prancis, sekitar 5 kilometer dari lokasi dia dibunuh. Di sana, terdapat sebuah tulisan yang berbunyi, “Michael Servet[us], ahli geografi, tabib, psikolog, telah menyumbang bagi kesejahteraan manusia melalui penemuan-penemuan ilmiahnya, pengabdiannya terhadap orang sakit dan miskin, dan perjuangan yang gigih demi kebebasan berpikir dan berhati nurani…Keyakinannya tak tergoyahkan. Dia mengorbankan hidupnya demi kebenaran.”
Upaya pencarian Servetus akan kebenaran telah membuatnya menggunakan nama Yehuwa. Beberapa bulan setelah William Tyndale menggunakan nama ini dalam terjemahan Pentateukh-nya, Servetus menerbitkan buku ‘‘On the Errors of the Trinity’’—yang di dalamnya ia menggunakan nama Yehuwa. Dalam karya ini ia menjelaskan, “Nama lain, yang paling kudus dari semuanya, [Yehuwa],dapat diartikan sebagai berikut, ..‘Ia yang menyebabkan ada’, ‘Ia yang menjadikan ada’, ‘penyebab existensi’. Dia mengatakan, “Nama Yehuwa dengan tepat hanya disandang oleh sang Bapak.”
Pada tahun 1542, Servetus juga mengedit Alkitab terjemahan Latin oleh Santes Pagninus yang terkenal. Dalam catatan pinggirnya yang ekstensif, Servetus kembali menonjolkan nama ilahi. Dia mencantumkan nama Yehuwa dalam catatan pinggir dari ayat-ayat kunci seperti Mazmur 83:18, yang memuat kata “Tuhan” dalam teks ayat itu.”
Dalam karya tulisannya yang terakhir, The Restitution of Christianity, Servetus mengatakan berkenan nama ilahi, Yehuwa, “Jelaslah … bahwa ada banyak yang mengucapkan nama ini pada zaman dulu.”
Referensi
- ^ "Servetus". Random House Webster's Unabridged Dictionary.
- ^ Lihat pembahasan mengenai tanggal tersebut dalam pengantar Angel Alcala untuk terjemahan bahasa Spanyol pertama dari Christianismi Restitutio (La restitución del cristianismo, Fundación Universitaria Española, Madrid, 1980, hlm. 16, catatan 7.
- ^ Drummond, William H. (1848). The Life of Michael Servetus: The Spanish Physician, Who, for the Alleged Crime of Heresy, was Entrapped, Imprisoned, and Burned, by John Calvin the Reformer, in the City of Geneva, October 27, 1553. London: John Chapman. hlm. 2.
- ^ Echeverría, Francisco Javier González; Chandía, María Teresa Ancín (September 2002). "Miguel Servet o Villanueva, documentalmente, navarro de Tudela". Grupos sociales en la historia de Navarra, relaciones y derechos: Actas del V Congreso de Historia de Navarra. Ediciones Eunate. 1: 425–438. ISBN 9788477681304.
- ^ Servetian González Echeverría adalah pembela utama teori ini, González Echeverría, Amor a la verdad. Vida y obra de Miguel Servet, Navarro y Navarro, Zaragoza, 2011, hlm. 69.
- ^ Lihat J. Barón, Miguel Servet: Su Vida y Su Obra, Espasa-Calpe, Madrid, 1989, hlm. 37–39.
- ^ Barón, hlm. 31.
- ^ González Ancín, Miguel & Towns, Otis. (2017) Miguel Servet en España (1506–1527). Edición ampliada ISBN 978-84-697-8054-1, hlm. 97–104.
- ^ Lihat Calvini Opera Quae Supersunt Omnia, Vol. VIII, Brunsvigae, 1870, hlm. 767.
- ^ Ernestro Fernández-Xesta, "Los Zaporta de Barbastro", in Emblemata: Revista aragonesa de emblemática, Vol. #8, 2002, hlm. 103–150.
- ^ http://ifc.dpz.es/recursos/publicaciones/28/98/03nicolas.pdf [URL PDF mentah]
- ^ Gonzalez Echeverría," Andrés Laguna dan Michael Servetus: dua dokter humanis yang berpindah keyakinan pada abad XVI" dalam: Andrés Laguna International Congress. Humanism, Science and Politics in the Renaissance Europe, García Hourcade y Moreno Yuste, coord., Junta de Castilla y León, Valladolid, 1999 hlm. 377–389
- ^ González Echeverría " Michael Servetus berasal dari keluarga Yahudi yang terkenal yang telah berpindah keyakinan, keluarga Zaporta", Pliegos de Bibliofilia, nº 7, Madrid hlm. 33–42. 1999
- ^ González Echeverría" On the Jewish heritage of Michael Servetus" Raíces. Jewish Magazine of Culture, Madrid, nº 40, hlm. 67–69. 1999
- ^ González Ancín, Miguel & Towns, Otis. (2017) Miguel Servet en España (1506–1527). Edición ampliada, hlm. 107–252, 331–423.
- ^ M. González Ancín & O. Towns, "Miguel Servet: su educación y los médicos con los que convivió a través de nuevos documentos", Revista de la Reial Acadèmia de Medicina de Catalunya, vol. 33, nº1 (March 2018), hlm. 30–32.
- ^ Nama Servetus termasuk di bagian atas daftar 40 bidat yang dikeluarkan oleh Inkuisisi di Toulouse pada tanggal 17 Juni 1532; lihat Bourrilly, V.L. dan Weiss N., "Jean du Bellay, les protestants et la Sorbonne" dalam Bulletin de la Société d'Histoire du Protestantisme Français, LIII, 103, 1904.
- ^ Barón, hlm. 55.
- ^ Bainton, Hunted Heretic, hlm. 10–11.
- ^ Krendal, Eric. 2011 Ongelmat Michael yliopistossa Pariisissa historioitsija painoksia Medicine, pp 34–38
- ^ D'artigny- Judgement at Vienne Isère against Michel de Villeneuve.