Uni Soviet

bekas negara di Eurasia (1922–1991)

Uni Soviet (bahasa Rusia: Сове́тский Сою́з, Sovyétskiĭ Soyúz) atau USSR (Union of Soviet Socialist Republics) atau Uni Republik Sosialis Soviet, disingkat URSS (bahasa Rusia: Сою́з Сове́тских Социалисти́ческих Респу́блик, Soyúz Sovyétskikh Sotsialistícheskikh Respúblik; disingkat СССР dalam alfabet Kiril, SSSR dalam alfabet Latin), adalah negara sosialis yang pernah ada antara tahun 1922–1991 di Eurasia. Uni Soviet telah pecah menjadi 15 negara.

Uni Republik Sosialis Soviet

Сою́з Сове́тских Социалисти́ческих Респу́блик
Soyúz Sovyétskikh Sotsialistícheskikh Respúblik
Nama lain Uni Soviet
1922–1991
SemboyanПролетарии всех стран, соединяйтесь!
(Proletarii vsekh stran, soyedinyaytes'!)
Bahasa Indonesia: Pekerja di dunia, bersatulah!
Uni Soviet setelah Perang Patriotik Raya
Uni Soviet setelah Perang Patriotik Raya
Uni Soviet dalam versi Peta Bendera
Uni Soviet dalam versi Peta Bendera
StatusNegara Sosialis/Komunis Federasi
Ibu kota
Moskwa
Bahasa yang umum digunakanRusia, bahasa lain
Agama
Negara sekuler (de jure)
Negara ateis (de facto)
DemonimSoviet
Pemerintahanfederation 1922–1927:*
Republik sosialis berbentuk federasi bersistem politik satu partai Marxis-Leninis
Sekretaris Jenderal 
• 1922–1952
Joseph Stalin (pertama)
• 1991
Vladimir Ivashko (terakhir)
Kepala Negara 
• 1922–1938
Mikhail Kalinin (pertama)
• 1988–1991
Mikhail Gorbachev (terakhir)
Kepala Pemerintahan 
• 1922–1924
Vladimir Lenin (pertama)
• 1991
Ivan Silayev (terakhir)
LegislatifMajelis Agung
Dewan Kesatuan
Dewan Kebangsaan
Sejarah 
• Didirikan
30 Desember 1922
• Dibubarkan
26 Desember 1991
Luas
199122.402.200 km2 (8.649.500 sq mi)
Penduduk
• 1991
293047571
Mata uangRubel Soviet (руб) (SUR)
(SUR)
Zona waktu
(UTC+2 sampai +13)
Kode telepon7
Ranah Internet.su2
Didahului oleh
Digantikan oleh
RSFS Rusia
RSFS Transkaukasia
RSS russia
RSS Byelorusia
Rusia
Georgia
Ukraina
Moldova
Belarus
Armenia
Azerbaijan
Kazakhstan
Uzbekistan
Turkmenistan
Kirgizstan
Tajikistan
Estonia3
Latvia3
Lithuania3
1Pada tanggal 21 Desember 1991, sebelas republik (dengan republik keduabelas, Georgia, hadir sebagai pengamat) mendeklarasikan pembentukan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Almaty, Kazakhstan, yang mengakhiri keberadaan Uni Soviet.

2Diterapkan pada tanggal 19 September 1990 dan masih digunakan sampai sekarang.

3Estonia, Latvia, dan Lituania menganggap mereka tidak pernah masuk ke dalam Uni Soviet.
Rusia menganggap Estonia, Latvia, dan Lituania sebagai republik konstituten legal dari Uni Soviet dan penerus negara-negara Baltik modern.
Amerika Serikat dan banyak negara lainnya tidak mengakui pencaplokan Estonia, Latvia, dan Lituania ke dalam Uni Soviet sebagai tindakan yang sah.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Uni Soviet menganut sistem politik satu partai yang dipegang oleh Partai Komunis hingga 1990.[4] Walaupun Uni Soviet sebenarnya adalah suatu kesatuan politik dari beberapa republik Soviet dengan ibu kota di Moskow, nyatanya Uni Soviet menjelma menjadi negara yang pemerintahannya sangat terpusat dan menerapkan sistem ekonomi terencana.

Revolusi Februari yang bergolak di Rusia pada tahun 1917 menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Rusia. Penerusnya, Pemerintahan Sementara Rusia, hanya bertahan hingga digulingkan melalui Revolusi Oktober pada tahun yang sama. Setelah kaum Bolshevik menang dalam perang saudara pascarevolusi, Uni Soviet didirikan pada tanggal 30 Desember 1922 dengan anggota RSFS Rusia, RSFS Transkaukasia, RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia.

Pasca-kematian pemimpin Soviet yang pertama, Vladimir Lenin, pada tahun 1924, Josef Stalin menjadi penggantinya setelah memenangkan perebutan kekuasaan[5] dan memimpin negara tersebut melewati proses industrialisasi besar-besaran dengan sistem ekonomi terencana dan penindasan politik.[5][6] Dalam suasana Perang Dunia II, pada bulan Juni 1941, Nazi Jerman dan sekutunya menyerang Uni Soviet melalui Operasi Barbarossa walaupun sebelumnya kedua negara telah menandatangani Pakta Molotov–Ribbentrop yang berisi perjanjian untuk tidak saling menyerang. Setelah empat tahun berperang secara besar-besaran, Uni Soviet muncul sebagai salah satu dari dua negara adidaya pemenang perang selain Amerika Serikat.

Uni Soviet dan negara-negara satelitnya di Eropa Timur terlibat dalam Perang Dingin, yaitu perebutan pengaruh ideologi dan politik global yang berkepanjangan melawan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Blok Barat. Pada akhirnya, Uni Soviet mengalami kekalahan dalam hal ekonomi serta politik dalam dan luar negeri.[7][8] Pada akhir tahun 1980-an, pemimpin Soviet yang terakhir, Mikhail Gorbachev, mencoba merestrukturisasi negara yang dipimpinnya melalui kebijakan glasnost dan perestroika, tetapi justru memicu perpecahan di Uni Soviet yang akhirnya secara resmi bubar pada tanggal 26 Desember 1991 setelah gagalnya percobaan kudeta pada bulan Agustus sebelumnya.[9] Hak dan kewajiban negara ini kemudian dilanjutkan oleh Federasi Rusia.[10]

Pada masanya, Uni Soviet memiliki tiga perwakilan di [[Perserikatan , yaitu Uni Soviet, Ukraina, dan Byelorusia.

Etimologi

Kata "Soviet" berasal dari kata dalam bahasa Rusia, yaitu sovet (bahasa Rusia: совет) yang berarti dewan, majelis, atau nasihat, kata ini pada akarnya berasal dari kosakata bahasa proto-Slavia, yaitu vět-iti ('untuk memberi tahu'), berhubungan dengan Slavia věst (berita). Dalam sejarah Rusia, beberapa organisasi disebut sebagai majelis (bahasa Rusia: совет).[11]

Keadaan geografis

Pada masanya, Uni Soviet adalah negara terbesar di dunia, dengan luas 22.402.200 km2. Status negara terbesar ini kemudian diteruskan oleh negara penggantinya, Federasi Rusia. Luas wilayahnya yang meliputi seperenam daratan di muka bumi hampir sama luasnya dengan Amerika Utara. Seperempat wilayah Uni Soviet berada di Eropa serta menjadi pusat ekonomi dan budaya. Wilayah bagian timurnya di Asia yang jarang berpenduduk memanjang hingga Samudera Pasifik di sebelah timur dan Afganistan di sebelah selatan. Uni Soviet membentang sepanjang lebih dari 10.000 km dari timur ke barat dan hampir 7.200 km dari utara ke selatan, melintasi sebelas daerah waktu.

Uni Soviet juga mempunyai batas negara terpanjang di dunia dengan panjang lebih dari 60.000 km, dua pertiganya adalah garis pantai Samudra Arktik. Uni Soviet berbatasan langsung dengan Afganistan, Cekoslowakia, Finlandia, Hungaria, Iran, Korea Utara, Mongolia, Norwegia, Polandia, Republik Rakyat Tiongkok, Rumania, dan Turki pada tahun 1949–1991. Uni Soviet dan Amerika Serikat dibatasi oleh Selat Bering.

Sungai terpanjang di Uni Soviet adalah Sungai Irtysh dan gunung tertingginya adalah Puncak Komunisme di RSS Tajikistan yang berketinggian 7.495 m dari permukaan laut. Danau terbesar di dunia, Laut Kaspia, sebagian besar terletak di wilayah Uni Soviet. Danau air tawar terbesar dan terdalam di dunia, Danau Baikal, juga terletak di negara ini.

Terdapat lima daerah iklim di Uni Soviet, yaitu tundra, taiga, stepa, gurun, dan pegunungan.

Demografi

Menurut sensus penduduk tahun 1989, populasi Uni Soviet terdiri atas 70% bangsa Slavia Timur, 12% Turki, dan sisanya penduduk minoritas dengan persentase masing-masing kurang dari 10%. Meski mayoritas penduduk Uni Soviet menganut ateisme (60%), sebanyak 20% menganut agama Kristen Ortodoks, 15% Islam, dan sisanya beberapa agama yang lain.[12]

Sejarah

Masa awal

Tsar Rusia terakhir, Nicholas II, memerintah Kekaisaran Rusia hingga dipaksa mengundurkan diri pada bulan Maret 1917 dalam Revolusi Rusia karena adanya polemik keikutsertaan Rusia dalam Perang Dunia I. Selanjutnya, Pemerintahan Sementara Rusia mengambil alih kekuasaan hingga digulingkan oleh kaum Bolshevik melalui Revolusi Oktober pada tanggal 7 November 1917 yang dipimpin oleh Vladimir Lenin.

Uni Soviet secara resmi didirikan pada bulan Desember 1922 dengan anggota RSFS Rusia, RSS Ukraina, RSS Byelorusia, dan RSFS Transkaukasia yang masing-masing dipimpin oleh Partai Bolshevik setempat. Lenin ditunjuk sebagai Pemimpin Uni Soviet yang pertama. Walaupun Uni Soviet didirikan sebagai federasi, sebutan "Soviet Rusia"–yang sebenarnya hanya berlaku bagi RSFS Rusia–sering kali disalahgunakan untuk menyebut Uni Soviet secara keseluruhan oleh penulis dan politisi non-Soviet.

Era Stalin

Lenin wafat pada tahun 1924 dan digantikan oleh Josef Stalin. Pada masanya, ia memodernisasi pertanian dengan program kolektivisasi yang terkenal ganas dan mengakibatkan banyak rakyatnya mati kelaparan, dibuang ke kamp-kamp konsentrasi di Siberia, atau ditembak mati oleh aparat pemerintah (terutama NKVD). Stalin juga membunuh banyak orang yang dianggapnya sebagai pembangkang, termasuk golongan militer. Pembersihan Besar-Besaran pada tahun 1937 adalah yang terburuk. Selain itu, ia turut memprakarsai industrialisasi Uni Soviet meski lebih ditujukan untuk kepentingan militer.

Pada tahun 1939, Soviet menandatangani pakta non-agresi dengan Nazi Jerman yang memberi jalan bagi Uni Soviet untuk mencaplok bagian timur Polandia, negara-negara Baltik, dan Bessarabia. Pencaplokan Soviet atas Polandia diwarnai dengan adanya Pembantaian Katyn, pembunuhan massal 20.000 orang Polandia oleh NKVD. Walaupun demikian, isi fakta ini dilanggar oleh Nazi Jerman dengan menyerang Uni Soviet pada bulan Juni 1941 dalam Operasi Barbarossa. Setelah mengalami kekalahan demi kekalahan, Tentara Merah berhasil menahan serbuan Nazi pada tahun 1943 dan akhirnya berhasil mengusir mereka dari Eropa Timur. Daerah-daerah yang dulunya dikuasai Nazi, termasuk sebagian Jerman, direbut oleh Soviet. Walaupun lebih dari 20 juta rakyat Uni Soviet terbunuh dalam Perang Patriotik Raya, dunia mulai memperhitungkan kekuatan angkatan bersenjata Soviet.

Pascaperang, Uni Soviet mengubah strategi pendudukannya di Eropa Timur, dari militer ke dominasi politik dan ekonomi meskipun tentara Soviet tetap ditempatkan di negara-negara tersebut hingga keruntuhannya kelak. Strateginya adalah menunjuk rezim pro-komunis setempat untuk memerintah negara-negara tersebut di bawah pengawasan Moskwa. Selain itu, Soviet juga berusaha mengembangkan pengaruhnya ke luar negeri, terutama ke beberapa negara tetangganya seperti Finlandia dan Afganistan. Hal ini memicu reaksi negatif dari negara-negara Barat yang berakibat dimulainya Perang Dingin. Dalam masa yang sama, Stalin berusaha membangun kembali ekonomi Soviet yang porak poranda akibat perang sambil meneruskan kebijakan lamanya, yaitu membangun industri berat dan militer serta menindas para pembangkang. Pada masa inilah, Uni Soviet mulai berkonfrontasi dengan kekuatan Barat dengan mendukung Korea Utara dalam Perang Korea pada tahun 1950.

Era Khrushchev

Stalin meninggal pada tahun 1953 dan digantikan oleh Nikita Khrushchev. Pada masanya, ia mengubah kebijakan Stalin yang tergolong kejam melalui proses destalinisasi dan berusaha memperbaiki hubungan dengan negara-negara Barat. Meskipun demikian, konfrontasi dengan Barat tetap ada. Pada masa inilah terjadi perlombaan angkasa dan senjata nuklir. Khrushchev dilengserkan dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis dan Kepala Negara Uni Soviet pada tahun 1964 setelah Krisis Rudal Kuba setahun sebelumnya yang nyaris memicu perang nuklir antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat.

Era Brezhnev

 
Leonid Brezhnev dan Jimmy Carter menandatangani Traktat SALT II.

Setelah Khrushchev dilengserkan, Uni Soviet kembali dipimpin secara bersama-sama oleh Leonid Brezhnev

sebagai Sekretaris Jenderal, Alexei Kosygin sebagai Perdana Menteri, dan Nikolai Podgorny sebagai Ketua Presidiumhingga 1970 saat Brezhnev mengangkat dirinya sebagai pemimpin tunggal. Pada tahun 1968, Uni Soviet dan negara-negara anggota Pakta Warsawa menginvasi Cekoslowakia untuk mencegah meluasnya reformasi Musim Semi Praha.

Pada masanya, Brezhnev memulai politik détente yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dengan negara-negara Barat. Walaupun demikian, ia tetap berusaha mengembangkan pengaruh Soviet dengan mendukung salah satu pihak yang pro-komunisme, sosialisme, atau anti-Barat dalam berbagai konflik global dan perang saudara seperti mendukung negara-negara Arab dalam konflik melawan Israel, Vietcong dan Tentara Rakyat Vietnam dalam Perang Vietnam yang juga didukung oleh Tiongkok, MPLA di Angola, FRELIMO di Mozambik, SWAPO di Namibia, serta pemerintahan Sandinista di Nikaragua. Selain itu, ia juga menghidupkan kembali beberapa kebijakan Stalin yang bertumpu pada pembangunan industri berat dan militer.

Era Brezhnev juga dikenal sebagai "Masa Stagnasi" karena birokrasi Soviet yang kaku saat itu menghalangi inovasi dan pembaruan dalam segala bidang, terutama bidang politik, ekonomi, dan teknologi. Pada tahun 1980, pecah Perang Soviet-Afganistan yang mengakhiri kebijakan détente sehingga membuat Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Jimmy Carter dan Ronald Reagan memperbarui ketegangan dan melanjutkan perlombaan senjata.

Era Gorbachev

Setelah meninggal pada tahun 1982, kedudukan Brezhnev digantikan oleh Yuri Andropov dan Konstantin Chernenko yang masing-masing meninggal saat menjabat pada tahun 1984 dan 1985. Pasca-kematian Chernenko, Politbiro mengangkat Mikhail Gorbachev sebagai Sekretaris Jenderal pada bulan Maret 1985 yang menandai hadirnya generasi kepemimpinan yang baru. Di bawah Gorbachev yang relatif masih muda, para teknokrat berorientasi pembaruan yang telah mengawali karier mereka sejak masa kepemimpinan Khrushchev, dengan segera memperkuat kekuasaan di lingkungan Partai Komunis, memberikan momentum baru untuk liberalisasi politik dan ekonomi, serta mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan Barat.

Pada saat Gorbachev memperkenalkan glasnost (keterbukaan politik), perestroika (restrukturisasi ekonomi), dan uskoreniye (percepatan pembangunan ekonomi), perekonomian Uni Soviet mengalami inflasi tersembunyi yang diperparah oleh maraknya pasar gelap. Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan sebagai negara adidaya dalam bidang militer, spionase, dan bantuan bagi negara-negara sahabat, telah banyak membebani perekonomian Uni Soviet. Gelombang baru industrialisasi yang didasarkan pada teknologi informasi membuat Uni Soviet kelabakan mengadopsi teknologi Barat dan mencari kredit untuk mengatasi keterbelakangannya.

Undang-Undang Koperasi yang diberlakukan pada bulan Mei 1988 merupakan salah satu kejutan dalam agenda pembaruan ekonomi Gorbachev. Untuk pertama kalinya sejak Kebijakan Ekonomi Baru yang digagas oleh Lenin, negara mengizinkan kepemilikan pribadi perusahaan dalam bidang jasa, manufaktur, dan perdagangan luar negeri.

Glasnost memberi kebebasan berbicara dan berpendapat secara lebih besar. Kebebasan pers mulai diterapkan serta ribuan tahanan politik dibebaskan dari kamp-kamp kerja paksa. Tujuan utama Gorbachev mengadakan glasnost adalah untuk menekan kaum konservatif yang menentang kebijakan restrukturisasi ekonominya. Melalui berbagai keterbukaan, debat, dan partisipasinya, Gorbachev berharap rakyat Soviet akan mendukung setiap langkah pembaruannya.

Pada bulan Januari 1987, Gorbachev menyerukan demokratisasi dengan memperkenalkan unsur-unsur demokrasi seperti pemilihan umum dengan banyak calon dalam dinamika politik Uni Soviet. Pada bulan Juni 1988, dalam Kongres Partai Komunis Uni Soviet XIX, Gorbachev menggulirkan pembaruan-pembaruan radikal yang dimaksudkan untuk mengurangi kendali Partai Komunis terhadap aparat pemerintah. Pada bulan Desember 1988, Majelis Agung Uni Soviet menyetujui pembentukan Kongres Perwakilan Rakyat yang sebelumnya telah ditetapkan dalam amendemen Konstitusi Soviet 1977 sebagai badan legislatif yang baru. Pemilihan umum anggota kongres diadakan di Uni Soviet pada bulan Maret dan April 1989. Pada tanggal 15 Maret 1990, Gorbachev terpilih sebagai Presiden Uni Soviet yang pertama.

Krisis dan kejatuhan

Upaya Gorbachev untuk merampingkan sistem komunis memang membawa harapan, tetapi tidak dapat dikendalikan sehingga mengakibatkan serangkaian peristiwa yang akhirnya ditutup dengan pembubaran Uni Soviet. Kebijakan perestroika dan glasnost yang mulanya dimaksudkan sebagai alat untuk merangsang perekonomian Uni Soviet malah menimbulkan akibat-akibat yang tak diharapkan.

Penyensoran media yang tak lagi ketat akibat glasnost menyebabkan Partai Komunis tidak dapat berbuat banyak saat media mulai menyingkap masalah-masalah sosial dan ekonomi yang telah lama disangkal dan ditutup-tutupi oleh pemerintah. Masalah seperti perumahan yang buruk, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, polusi, pabrik-pabrik yang sudah ketinggalan zaman sejak masa Stalin dan Brezhnev, serta korupsi yang sebelumnya diabaikan oleh media resmi, kini mendapatkan perhatian yang semakin besar. Laporan-laporan media juga menyingkap kejahatan yang dilakukan oleh rezim Stalin seperti gulag dan Pembersihan Besar-Besaran. Selain itu, perang di Afganistan dan kekeliruan penanganan Bencana Chernobyl semakin merusak citra pemerintah. Keyakinan masyarakat terhadap sistem pemerintahan Soviet semakin melemah sehingga mengancam integritas Uni Soviet.

Pertikaian antarnegara anggota Pakta Warsawa membuat Uni Soviet tidak mampu lagi mengandalkan negara-negara satelitnya untuk melindungi perbatasannya. Pada tahun 1989, Doktrin Brezhnev ditanggalkan dan kebijakan untuk tidak ikut campur urusan dalam negeri negara-negara satelitnya di Eropa Timur dijadikan sebagai pengganti. Hal itu membuat pemerintahan di negara-negara satelit Uni Soviet di Eropa Timur kehilangan jaminan bantuan dan intervensi Soviet apabila rakyatnya memberontak. Pada akhirnya, pemerintahan berhaluan komunis di Bulgaria, Cekoslowakia, Hungaria, Jerman Timur, Polandia, dan Rumania yang berkuasa sejak akhir Perang Patriotik Raya runtuh.

Uni Soviet juga mulai mengalami pergolakan saat rakyat mulai merasakan akibat politik dari glasnost. Meski sudah dilakukan berbagai upaya untuk meredamnya, ketidakstabilan di Eropa Timur mau tidak mau menyebar ke negara-negara yang tergabung dalam Uni Republik Sosialis Soviet. Dalam pemilihan umum untuk memilih anggota dewan regional di republik-republik Uni Soviet, kaum nasionalis dan tokoh pembaruan radikal banyak yang terpilih.

Bangkitnya nasionalisme segera menghidupkan kembali ketegangan antaretnis di berbagai republik Soviet yang semakin memperlemah cita-cita persatuan rakyat Soviet. Sebagai contoh, pada bulan Februari 1988, pemerintah Nagorno-Karabakh, RSS Azerbaijan, yang didominasi oleh etnis Armenia, meloloskan keputusan yang menyatakan penggabungan wilayahnya dengan RSS Armenia. Kekerasan terhadap orang-orang Azerbaijan diliput dan ditayangkan oleh televisi Soviet sehingga memicu adanya pembantaian terhadap orang-orang Armenia di Sumqayit. Ketegangan antaretnis ini kelak akan menjadi cikal bakal radikalisme dan terorisme pasca-keruntuhan Uni Soviet.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi ekonomi semakin memburuk. Meski perestroika dianggap berani dalam konteks sejarah Uni Soviet, upaya Gorbachev untuk melakukan pembaruan ekonomi tidak begitu radikal dan dinilai terlambat untuk membangun kembali ekonomi negara yang sangat lesu pada akhir tahun 1980-an. Berbagai terobosan dalam hal desentralisasi memang berhasil dicapai, tetapi Gorbachev dan timnya sama sekali tidak merombak kebijakan-kebijakan ekonomi warisan Stalin seperti pengendalian harga, mata uang rubel yang tidak dapat dipertukarkan, tidak diakuinya kepemilikan pribadi, dan monopoli pemerintah atas sebagian besar sarana produksi.

Pada tahun 1990, pemerintah Uni Soviet praktis telah kehilangan seluruh kendalinya terhadap kondisi-kondisi ekonomi. Pengeluaran pemerintah meroket karena perusahaan tak menguntungkan yang memerlukan bantuan dari negara semakin bertambah, sedangkan subsidi harga-harga kebutuhan pokok terus berlanjut. Perolehan pajak menurun, terutama karena adanya kampanye antialkohol dan desentralisasi. Pemerintah pusat yang tidak dapat lagi membuat kebijakan produksi, khususnya dalam industri pemenuhan kebutuhan pokok, menyebabkan lenyapnya rantai produsen dengan pemasok sementara rantai yang baru belum terbentuk. Jadi, bukannya merampingkan sistem, program desentralisasi Gorbachev justru menyebabkan kemacetan proses produksi.

Pembubaran

Pada tanggal 7 Februari 1990, Komite Pusat Partai Komunis setuju untuk melepaskan monopoli atas kekuasaannya. Republik-republik anggota Uni Soviet mulai menegaskan kedaulatan nasional mereka terhadap Moskwa dan mulai melancarkan "perang undang-undang" dengan pemerintah pusat. Dalam hal ini, pemerintahan republik-republik anggota Uni Soviet, terutama Trio Baltik, yaitu Estonia, Lituania, dan Latvia, membatalkan semua undang-undang federal jika undang-undang itu bertentangan dengan undang-undang setempat, menegaskan kendali mereka terhadap perekonomian setempat, dan menolak membayar pajak kepada pemerintah pusat di Moskwa. Gejolak ini menyebabkan macetnya ekonomi karena garis pasokan ekonomi dalam negeri rusak sehingga perekonomian Uni Soviet semakin merosot.

Pada pertengahan Agustus 1991, kelompok garis keras di lingkungan Partai Komunis Uni Soviet bekerja sama dengan KGB mengadakan sebuah percobaan kudeta terhadap Gorbachev, tetapi gagal. Pada tanggal 8 Desember 1991, Presiden RSFS Rusia, RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia menandatangani Piagam Belavezha yang menandakan pembubaran kesatuan dan digantikan fungsinya oleh Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS). Sementara ada banyak perdebatan mengenai siapa yang berhak membubarkan Uni Soviet, Gorbachev meletakkan jabatannya sebagai Presiden Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991 dan memberikan kekuasaannya kepada Boris Yeltsin. Puncaknya, Majelis Agung Uni Soviet membubarkan dirinya pada tanggal 26 Desember 1991 yang sekaligus menandakan bubarnya Uni Soviet sebagai suatu federasi, hanya terpaut empat hari sebelum hari jadinya yang ke-69.

Politik

Terdapat tiga tingkat kekuasaan di Uni Soviet: kekuasaan legislatif yang dijalankan oleh Majelis Agung, pemerintah yang dijalankan oleh Dewan Menteri, serta Partai Komunis, satu-satunya partai yang legal dan menjadi pembuat kebijakan utama di negara tersebut.[13]

Pembagian administratif

Secara konstitusional, Uni Soviet merupakan gabungan dari 14 Republik Sosialis Soviet (RSS) dan Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia (RSFS Rusia), meski kekuasaan Partai Komunis yang sangat besar membuat sebutan "uni" menjadi hanya sekadar nama saja.[13] Traktat Pembentukan Uni Soviet ditandatangani pada tanggal 30 Desember 1922 oleh pemimpin empat republik, yaitu RSFS Rusia, RSFS Transkaukasia, RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia. Pada tahun 1924, saat pelaksanaan program delimitasi nasional di Asia Tengah, dibentuklah RSS Uzbekistan dan RSS Turkmenistan, menempati daerah yang dulunya merupakan bagian dari RSSO Turkestan di RSFS Rusia dan dua dependensi Soviet, RSR Khwarezmia dan RSR Bukhara. Pada tahun 1929, dibentuklah RSS Tajikistan, terpisah dari RSS Uzbekistan. Dengan berlakunya Konstitusi 1936, anggota RSFS Transkaukasia, yaitu Georgia, Armenia, dan Azerbaijan, ditingkatkan statusnya menjadi republik, sedangkan Kazakhstan dan Kirgizstan dipisahkan dari RSFS Rusia.[14]

Selanjutnya, pada bulan Agustus 1940, dibentuklah RSS Moldova yang menempati daerah yang dulunya milik RSS Ukraina serta daerah Bessarabia dan Bukovina Utara. Uni Soviet juga mencaplok negara-negara Baltik, lalu membentuk RSS Estonia, RSS Latvia, dan RSS Lituania. RSS Karelo-Finlandia dipisahkan dari RSFS Rusia pada bulan Maret 1940, tetapi disatukan kembali pada tahun 1956. Antara bulan Juli 1956 hingga September 1991, ada 15 republik anggota Uni Soviet.[15] Meski sebenarnya semua republik mempunyai kedudukan yang sama, nyatanya Uni Soviet didominasi oleh RSFS Rusia sebagai republik yang paling besar dan kuat. Oleh karena itu, hingga tahun 1980-an, banyak orang yang salah kaprah menyebut Uni Soviet sebagai "Rusia".

Peta Uni Soviet beserta Administrasinya pada Tahun 1956-1991

# Republik Peta Uni Soviet (1956–1991)
1   RSFS Rusia  
2   RSS Ukraina
3   RSS Byelorusia
4   RSS Uzbekistan
5   RSS Kazakhstan
6   RSS Georgia
7   RSS Azerbaijan
8   RSS Lituania
9   RSS Moldova
10   RSS Latvia
11   RSS Kirgizstan
12   RSS Tajikistan
13   RSS Armenia
14   RSS Turkmenistan
15   RSS Estonia

Militer

Di bawah Hukum Militer September 1925, Angkatan Bersenjata Soviet terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, Direktorat Politik Negara Gabungan (OGPU) dan Pasukan Dalam Negeri. OGPU kemudian menjadi independen dan pada tahun 1934 bergabung dengan polisi rahasia NKVD, sehingga pasukan internalnya berada di bawah kepemimpinan bersama komisariat pertahanan dan internal. Setelah Perang Dunia II, Pasukan Rudal Strategis (1959), Pasukan Pertahanan Udara (1948) dan Pasukan Pertahanan Sipil Nasional (1970) dibentuk, yang menduduki peringkat pertama, ketiga, dan keenam dalam sistem kepentingan resmi Soviet (Pasukan darat kedua, Angkatan Udara keempat, dan Angkatan Laut kelima).

Tentara memiliki pengaruh politik terbesar. Pada tahun 1989, mereka memiliki dua juta tentara yang terbagi antara 150 divisi bermotor dan 52 divisi lapis baja. Hingga awal 1960-an, angkatan laut Soviet adalah cabang militer yang agak kecil, tetapi setelah Krisis Karibia, di bawah kepemimpinan Sergei Gorshkov, angkatan itu berkembang secara signifikan. AL Soviet menjadi terkenal dengan penggunaan kapal penjelajah tempur dan kapal selam. Pada tahun 1989, melayani 500.000 orang. Angkatan Udara Soviet berfokus pada armada pembom strategis dan selama situasi perang adalah untuk memberantas infrastruktur musuh dan kapasitas nuklir. Angkatan udara juga memiliki sejumlah pesawat tempur dan pembom taktis untuk mendukung tentara dalam perang. Pasukan rudal strategis memiliki lebih dari 1.400 rudal balistik antarbenua (ICBM), yang ditempatkan di antara 28 pangkalan dan 300 pusat komando.

Pada periode pasca perang, Tentara Soviet terlibat langsung dalam beberapa operasi militer di luar negeri. Operasi ini termasuk penindasan pemberontakan di Jerman Timur (1953), revolusi Hongaria (1956) dan invasi Cekoslowakia (1968). Uni Soviet juga berpartisipasi dalam perang di Afghanistan antara tahun 1979 dan 1989.

Di Uni Soviet, wajib militer umum diterapkan, artinya semua laki-laki berbadan sehat berusia 18 tahun ke atas wajib militer.

Program Luar Angkasa

Hak Asasi

Ekonomi

 
DneproGES, salah satu pembangkit listrik tenaga air di Uni Soviet.

Uni Soviet adalah negara pertama yang mengadopsi sistem ekonomi terencana, di mana produksi dan distribusi dilakukan secara terpusat dan dikendalikan oleh pemerintah. Sistem ekonomi terencana yang diterapkan pada masa-masa awal kekuasaan Bolshevik adalah peraturan Perang Komunisme yang di antaranya termasuk nasionalisasi industri, penyatuan distribusi hasil produksi, rekuisisi koersif produksi pertanian, dan percobaan menghilangkan peredaran uang, termasuk perusahaan pribadi dan perdagangan bebas. Peraturan itu ternyata malah menyebabkan perekonomian Rusia pra-Uni Soviet kolaps sehingga pada tahun 1921, Lenin menggantinya dengan Kebijakan Ekonomi Baru yang melegalkan kembali perdagangan bebas dan kepemilikan bisnis secara kecil-kecilan. Perekonomian pun dengan cepat bangkit kembali.[16]

Pada awal tahun 1940-an, perekonomian Uni Soviet menjadi relatif makmur, tetapi hanya sedikit produk buatan Soviet yang diperdagangkan secara global.[17] Setelah pembentukan Blok Timur, perdagangan dengan negara lain mulai meningkat. Meski demikian, sistem perekonomian Soviet masih berdasar pada harga tetap dan monopoli perdagangan luar negeri oleh negara.[18] Gandum dan barang kebutuhan rumah tangga merupakan barang impor utama Uni Soviet pada tahun 1960-an.[17] Selama perlombaan senjata pada masa Perang Dingin, Uni Soviet banyak menghabiskan anggarannya untuk belanja militer. Pada masa itu, Uni Soviet juga menjadi pengekspor senjata terbesar ke negara-negara Dunia Ketiga. Banyak sumber daya Soviet dalam jumlah besar yang dialokasikan ke negara-negara sosialis.[17]

Sejak tahun 1930-an hingga kolaps pada akhir tahun 1980-an, Uni Soviet secara praktis hampir tidak pernah mengubah kebijakan ekonominya. Perekonomian disusun secara terpusat, lalu dilaksanakan oleh Gosplan dan diorganisasikan dalam rencana lima tahun. Pada praktiknya, rencana ini sering kali tidak berjalan sebagaimana mestinya karena banyaknya intervensi dari penguasa. Semua keputusan ekonomi ditentukan oleh pemimpin politik.

Beberapa layanan dasar untuk masyarakat didanai oleh pemerintah, misalnya layanan pendidikan dan kesehatan. Di sektor industri, industri alat berat dan pertahanan diberikan prioritas lebih tinggi daripada barang kebutuhan rumah tangga.[19] Barang kebutuhan rumah tangga di luar kota-kota besar terkadang mengalami kelangkaan, yang ada pun bermutu rendah dan tidak banyak pilihan. Dengan sistem ekonomi terpusat, pelanggan hampir tidak berpengaruh dalam proses produksi sehingga perubahan permintaan terhadap barang oleh konsumen yang pendapatannya lebih tinggi tidak dapat dilakukan.[20]

Meski statistik dan pertumbuhan ekonomi Uni Soviet sulit diperkirakan secara pasti,[21][22] diperkirakan ekonomi Soviet terus tumbuh hingga pertengahan tahun 1980-an. Selama dekade 1950-an dan 1960-an, pertumbuhan ekonominya lumayan tinggi dan sebanding dengan negara-negara Barat.[23] Akan tetapi, setelah tahun 1970-an, pertumbuhan ekonomi itu mulai stagnan meski masih tumbuh secara positif.[16]

Pada tahun 1987, Mikhail Gorbachev mencoba memperbaiki dan mereformasi ekonomi melalui program perestroika. Kebijakan itu melonggarkan kendali negara atas perusahaan, tetapi tidak diikuti dengan insentif pasar sehingga terjadi penurunan tajam pada hasil produksi. Perekonomian negara yang sudah terpengaruh akibat berkurangnya nilai ekspor minyak pada tahun 1980-an mulai kolaps. Akan tetapi, hampir sebagian besar properti masih dimiliki pemerintah setelah bubarnya Uni Soviet.[16][20] Sejak berakhirnya Perang Dunia II hingga pembubarannya, perekonomian Uni Soviet merupakan yang terbesar kedua di dunia berdasarkan PDB (PPP),[24] meski jika dilihat berdasarkan PDB per kapitanya, Uni Soviet masih berada di bawah negara-negara Barat.[25]

Energi

 
Perangko Uni Soviet yang memperingati 30 tahun berdirinya Badan Energi Atom Internasional.

Kebutuhan bahan bakar di Uni Soviet turun pada tahun 1970-an sampai 1980-an.[26] Sejarawan David Wilson mengatakan bahwa industri gas akan memenuhi 40 persen produksi bahan bakar Soviet di akhir abad ke-20. Teori ini akhirnya tidak terbukti karena Uni Soviet bubar sebelum abad ke-20 berakhir.[27] Secara teoretis, semestinya Uni Soviet akan mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar 2-2,5 persen pada dekade 1990-an karena ladang energinya yang besar.[28]

Pada tahun 1991, Uni Soviet memiliki jalur pipa sepanjang 82.000 km untuk menyalurkan minyak bumi dan 206.500 km untuk menyalurkan gas alam.[29] Uni Soviet merupakan negara pengekspor minyak bumi dan turunannya, gas alam, logam, kayu, produk pertanian, senjata, mesin, serta peralatan militer.[30] Pada tahun 1970-an dan 1980-an, Uni Soviet sangat bergantung pada ekspor minyak mentah untuk mendapatkan dana.[17] Puncaknya, pada tahun 1988, Uni Soviet menjadi produsen terbesar dan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi.[31]

Ilmu pengetahuan dan teknologi

 
Perangko Uni Soviet yang menggambarkan orbit Sputnik.

Uni Soviet memberikan perhatian besar pada ilmu pengetahuan dan teknologi selain perekonomiannya,[32] misalnya dengan meluncurkan satelit luar angkasa pertama di dunia. Meski demikian, sebagian besar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini ditujukan untuk kepentingan militer.[19] Lenin percaya bahwa Soviet tidak akan pernah bisa menjadi negara maju jika tidak mengembangkan teknologi. Pemerintah Uni Soviet mewujudkan kata-kata Lenin itu dengan mengembangkan organisasi penelitian, pengembangan, dan jaringan secara masif. Pada tahun 1989, ilmuwan Soviet menjadi yang terbaik di dunia dalam banyak bidang seperti fisika energi, beberapa cabang kedokteran, matematika, metalurgi, dan teknologi militer. Akan tetapi, karena rencana pengembangan negara dan birokrasi yang kaku, Uni Soviet secara teknologi masih berada di belakang negara-negara maju lainnya dalam bidang kimia, biologi, dan komputer.

Transportasi

 
Bendera Aeroflot pada era Soviet.

Transportasi merupakan komponen penting dalam perekonomian Uni Soviet yang dibuktikan dengan tersedianya berbagai moda transportasi darat, laut, dan udara.[29] Pemusatan ekonomi pada akhir tahun 1920-an dan 1930-an berhasil mengembangkan infrastruktur secara besar-besaran, terutama dengan dibentuknya Aeroflot, perusahaan penerbangan milik negara.[33]

Transportasi kereta api di Uni Soviet dulunya merupakan transportasi rel terbesar dan paling banyak digunakan di dunia,[34] pengembangannya juga lebih baik daripada negara-negara Barat.[35] Pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an, para ekonom Soviet menganjurkan pembangunan lebih banyak jalan untuk memberi alternatif transportasi selain kereta api yang sudah kelebihan beban sekaligus meningkatkan anggaran negara.[36] Jaringan jalan dan industri mobil tidak berkembang,[37][38] jalan-jalan di luar kota besar pun berkualitas buruk.[39] Proyek perawatan jalan Soviet terbukti tidak dapat menjaga kualitas jalan di negara itu.[39] Di sisi lain, industri otomotif mengalami pertumbuhan lebih tinggi daripada konstruksi jalan yang tersedia.[40] Jaringan jalan yang dibiarkan berkualitas buruk membuat pertumbuhan permintaan terhadap transportasi publik semakin tinggi.[41]

Armada kapal dagang Soviet merupakan salah satu yang terbesar di dunia.[29][[

Kritik

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Hough, Jerry F. “The ‘Dark Forces," the Totalitarian Model, and Soviet History.” The Russian Review, vol. 46, no. 4, 1987, pp. 397–403
  2. ^ Bergman, Jay. “Was the Soviet Union Totalitarian? The View of Soviet Dissidents and the Reformers of the Gorbachev Era.” Studies in East European Thought, vol. 50, no. 4, 1998, pp. 247–281.
  3. ^ "Law of the USSR of March 14, 1990 N 1360-I 'On the establishment of the office of the President of the USSR and the making of changes and additions to the Constitution (Basic Law) of the USSR'". Garant.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 October 2017. Diakses tanggal 12 July 2010. 
  4. ^ Bridget O'Laughlin (1975) Marxist Approaches in Anthropology Annual Review of Anthropology Vol. 4: hlm. 341–370 (Oktober 1975)
    William Roseberry (1997) Marx and Anthropology Annual Review of Anthropology, Vol. 26: hlm. 25–46 (Oktober 1997)
  5. ^ a b Robert Service. Stalin: A Biography. 2004. ISBN 978-0-330-41913-0
  6. ^ Crile, George (2003). Charlie Wilson's War: The Extraordinary Story of the Largest Covert Operation in History. Atlantic Monthly Press. ISBN 0-87113-854-9. 
  7. ^ Holloway, David (1996). Stalin and the Bomb. Yale University Press. hlm. 18. ISBN 978-0-300-06664-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-23. 
  8. ^ Turner 1987, hlm. 23
  9. ^ Byrd, Peter (2003). "Cold War (seluruh bab)". Dalam McLean, Iain; McMillan, Alistair. The Concise Oxford Dictionary of Politics. Oxford University Press. ISBN 0-19-280276-3. Diakses tanggal 16 Juni 2008. 
  10. ^ "Russia is now a party to any Treaties to which the former Soviet Union was a party, and enjoys the same rights and obligations as the former Soviet Union, except insofar as adjustments are necessarily required, e.g. to take account of the change in territorial extent. […] The Russian federation continues the legal personality of the former Soviet Union and is thus not a successor State in the sense just mentioned. The other former Soviet Republics are successor States." United Kingdom Materials on International Law 1993, BYIL 1993, hlm. 579 (636).
  11. ^   Klein, Henri F. (1920). "Soviet". Dalam Rines, George Edwin. Encyclopedia Americana. 
  12. ^ "Buku Fakta CIA 1990". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-27. Diakses tanggal 2015-03-13. 
  13. ^ a b Sakwa, Richard. Soviet Politics in Perspective, 2nd Edition. London–New York: Routledge, 1998.
  14. ^ Adams, Simon (2005). Russian Republics. Black Rabbit Books. hlm. 21. ISBN 978-1-58340-606-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2013-11-02. 
  15. ^ Feldbrugge, Ferdinand Joseph Maria (1993). Russian Law: The Rnd of the Soviet system and the Role of Law. Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 94. ISBN 0-7923-2358-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2013-11-02. 
  16. ^ a b c Gregory, Paul R. (2004). The Political Economy of Stalinism: Evidence from the Soviet Secret Archives. Cambridge University Press. hlm. 218–20. ISBN 0-521-53367-8. 
  17. ^ a b c d "Reconstruction and Cold War". Library of Congress Country Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-09. Diakses tanggal 23 Oktober 2010. 
  18. ^ IMF dan OECD (1991). A Study of the Soviet Economy. 1. International Monetary Fund. hlm. 9. ISBN 0-14-103797-0. [pranala nonaktif permanen]
  19. ^ a b "Economy". Library of Congress Country Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-04. Diakses tanggal 23 Oktober 2010. 
  20. ^ a b Hanson, Philip. 2003. The Rise and Fall of the Soviet Economy: An Economic History of the USSR from 1945. London: Longman.
  21. ^ Bergson, Abram (1997). "How Big was the Soviet GDP?". Comparative Economic Studies. 39 (1): 1–14. doi:10.1057/ces.1997.1. 
  22. ^ Harrison, Mark (1993). "Soviet Economic Growth Since 1928: The Alternative Statistics of G. I. Khanin". Europe–Asia Studies. 45 (1): 141–167. doi:10.1080/09668139308412080. 
  23. ^ Gvosdev, Nikolas (2008). The Strange Death of Soviet communism: A Postscript. Transaction Publishers. ISBN 1-4128-0698-4. 
  24. ^ Central Intelligence Agency (1991). "GDP – Million 1990". The World Factbook. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-09. Diakses tanggal 12 Juni 2010. 
  25. ^ Central Intelligence Agency (1992). "GDP Per Capita – 1991". The World Factbook. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-19. Diakses tanggal 12 Juni 2010. 
  26. ^ Wilson, David (1983). The Demand for Energy in the Soviet Union. Rowman and Littfield. hlm. 105–108. ISBN 978-0-7099-2704-4. 
  27. ^ Wilson, 1983, hlm. 297.
  28. ^ Wilson, 1983, hlm. 297–299.
  29. ^ a b c Central Intelligence Agency (1991). "Soviet Union – Communications". The World Factbook. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-05. Diakses tanggal 20 October 2010. 
  30. ^ Central Intelligence Agency (1992). "Soviet Union – Economy". The World Factbook. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-05. Diakses tanggal 23 Oktober 2010. 
  31. ^ Hardt, John Pearce; Hardt, John P. (2003). Russia's Uncertain Economic Future: With a Comprehensive Subject Index. M.E. Sharpe. hlm. 233. ISBN 0-7656-1208-9. 
  32. ^ "Science and Technology". Library of Congress Country Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-04. Diakses tanggal 23 Oktober 2010. 
  33. ^ Highman, Robert D.S.; Greenwood, John T.; Hardesty, Von (1998). Russian Aviation and Air Power in the Twentieth Century. Routledge. hlm. 134. ISBN 978-0-7146-4784-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2013-08-26. 
  34. ^ Wilson, 1983, hlm. 205.
  35. ^ Wilson, 1983, hlm. 201.
  36. ^ Ambler, Shaw and Symons 1985, hlm. 166–67.
  37. ^ Ambler, Shaw dan Symons, 1985, hlm. 165.
  38. ^ Ambler, Shaw and Symons 1985, hlm. 168.
  39. ^ a b Ambler, Shaw dan Symons, 1985, hlm. 167.
  40. ^ Ambler, Shaw dan Symons, 1985, hlm. 169.
  41. ^ IMF dan OECD, 1991, hlm. 56.