Amas Madina
Sultan Amas Madina[1] atau Amasa Samawa Dewa Mas Madina atau Sultan-Moeharram-Haroena-r-rasjied[2] (Datu Bala Balong) bin Dewa Mas Bantan (lahir: 20 Maret 1688 Masehi/17 Jumadil awal 1099 Hijriyah) adalah Sultan Sumbawa ke-4 (m. 1702-1725 ).[2][3][4] Putra kedua Dewa Mas Bantan yang bernama Amas Madina alias Amasa Samawa Dewa Mas Madina dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa. Pada masa pemerintahan Amas Madina alias Amasa Samawa Dewa Mas Madina mulai ditata dan diatur dengan baik dasar–dasar pemerintahan menurut adat barenti ko Syara’. Syara’ barenti ko kitabullah, sebagaimana tertuang dalam Manik Kamutar Dewa Masmawa (Piagam) yang meletakkan Tiga Dasar Pokok Pemerintahan:
- Politik, Keamanan dan Pertahanan
- Kemakmuran Rakyat
- Ketakwaan Kepada Allah SWT.
Keluarga
Amasa Samawa Dewa Mas Madina atau Amas Madina menikahi I Rukkia KaraEng Agangjene Arung Barru VII, putri Addituang Sidenreng V (La Mallewai).[1][5][6] Pernikahan ini berlangsung pada hari Kamis tanggal 29 November 1702 (10 Rajab) dan memperolah seorang Putri yang diberinama I Sugiratu Karaeng Bontoparang. Selanjutnya pada tanggal 16 Desember 1704 (10 Syaban) Mas Madiana menikahi Batari Toja Aru Timurung[7] dan pada hari Rabu tanggal 22 Mei 1708 (2 Rabiulawal) Mas Madina menikahi Karaeng Pasi (saudarinya Sirajuddin)[8]
Hidjará sanná 1116. 19 Djoeli, 17 Râbelé-aoewalá, allo ahá. Namamaná KaraëAgaang-djéné(í) ri Karaë-Sambawa I-Soegi.[9][10]
Membangun istana
Dewa Masmawa Sultan Jalaluddin Muhammadsyah I membangun sebuah Istana yang sangat ternama keindahannya yang diberi nama Istana Bala Balong.
Pemakaman
Pada tahun 1722, atas desakan seorang Syekh, Amas Samawa Mas Madina memimpin langsung pasukan perangnya untuk berjihad mengusir penjajah dari bumi Selaparang, pulau Lombok, bersama saudaranya Mas Palembang Dewa Maja Jareweh (Datu Jereweh) dan Jalaluddin Datu Taliwang (Dewa Lengit Ling Gunung Satya). Namun naas, dalam peperangan tersebut Sultan Amas Madina mangkat bersama saudaranya Mas Palembang Dewa Maja Jareweh pada tanggal 28 Jumadilawal/12 Februari 1725. Makam keduanya terdapat di Apitaik, Lombok Timur.[11][12][13][14][15][16][17][18][19][20][21]
Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai Naskah No. 34
Sitti Maryam Rachmat Salahuddin (1999:56) dalam Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai pada Naskah No. 34 yang ditulis sejaman Lalu Muhammad (Sultan Muhammad Kaharuddin II) menulis bahwa pemangku Raja Sumbawa Raja Tua Datu Bala Sawo merupakan cicit Raja Maja Paruwa dan Datu Bala Sawo Dewa Loka Lengit Ling Sampar tidak memiliki keturunan:[22]
Turunan Raja-Raja di Sumbawa
Bahwa ini peringatan turun-temurun bangsa raja yang empunya kerajaan Sumbawa, itulah raja yang bernama Raja Maja Paruwa yang memperanakkan dua orang perempuan, yaitu seorang yang diperistrikan oleh Raja Banjar, maka beranak seorang laki-laki, itulah menjadi Raja Taliwang yang hilang di Tallo'. Kemudian berapa lama antaranya maka matilah istrinya Raja Banjar itu anak Raja Maja Paruwa, maka takdir Allah taala maka diperistrikan pula adik istrinya anak Raja Maja Paruwa, maka diperanakkan lagi seorang laki-laki, itulah yang dinamai Datu Loka menjadi Raja Sumbawa, itulah yang pergi di Mengkasar memperistrikan anak Raja Tallo' Taminar Lampana, yaitu cucunya oleh Yang Dipertuan Kita Mantau Uma Jati ialah Sirajudin, memperanakkan empat orang, seorang bernama Balasawo, dan seorang lagi Raja Sumbawa yang hilang di Bali, dan seorang perempuan bernama [Datu] Tengah, dan seorang lagi bernama Datu Jereweh.
Adapun yang bernama Balasawo itu tiada beranak, dan Raja Sumbawa yang hilang di Bali beranak seorang perempuan bernama Datu Bini. Maka Datu Bini diperistrikan oleh Raja Mengkasar bernama Karaeng Bonto Langkasa, maka beranak seorang perempuan bernama Siti Hadijah, itulah diperistrikan oleh Datu Pengantin anak Raja Taliwang dengan Raja Banjar. Maka ialah beranak seorang laki-laki, itulah Raja Sumbawa yang besar badannya. Maka Raja Sumbawa yang besar badannya itu diperanakkan lagi seorang laki-laki bernama Lalu Muhammad, menjadi Raja Sumbawa sekarang ini adanya.
Seperkara lagi Datu Jereweh saudaranya oleh yang hilang di Bali, maka beranak seorang laki-laki bernama Datu Susun, itulah menjadi raja yang memperistrikan anak raja yang hilang di Bali bernama Datu Bini itu akan tetapi tiada beranak. Dan lagi seperti saudaranya bernama Datu Tengah, itulah yang beranak empat orang, pertama-tama Tuan Kita Manuru Daha, dan kedua Tuan Kita bernama Abdullah yang hilang di Bali, ketiga perempuan Paduka Tallo', dan keempat laki-laki Raja Sumbawa yang empunya kubur di Tanah Taraha, itulah pangkatnya yang tiada berhingga menjadi Raja Sumbawa sampai sekarang ini. Intaha demikianlah adanya. Datu Tengah diperistrikan oleh Tuan Kita Sultan Hasanuddin ma Bata Bou.
Silsilah kekerabatan dengan Kesultanan Gowa dan Kerajaan Tallo
Sultan Amas Madina dan Raja-raja di Sumbawa menurut naskah Hikayat Raja-raja Banjar dan Kotawaringin dan Majelis Adat - Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS) serta Bidang Kebudayaan - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, memiliki leluhur seorang bangsawan dari Kesultanan Banjar yang bernama Raden Subangsa bergelar Pangeran Taliwang yang memiliki seorang putra di Taliwang bernama Amas Mattaram Datu Taliwang dan seorang putera lainnya di Sumbawa Besar bernama Raden Bantan (Dewa Mas Bantan Datu Loka) yang menjadi Sultan Sumbawa ke-3.[11][12][23][24][25][26][27][28][29][30][31][32][33][34][35][36]
RAJA GOWA I ♀ Tumanurung Bainea (±1300) bersama ♂ Karaeng Bayo | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA GOWA II ♂ Tumassalangga Barayang | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA GOWA III ♂ I Puang Loe Lembang | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA GOWA IV ♂ I Tuniata Banri | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA GOWA V ♂ Karampang ri Gowa | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA GOWA VI ♂ Tunatangka'/Tunarangka' Lopi | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA GOWA VII ♂ Batara Gowa Tuniawanga ri Parallakkenna | RAJA TALLO I ♂ Karaeng Loe ri Sero Tuniawanga ri Sero | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA TALLO II ♂ Karaeng Tunilabu ri Suriwa | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA TALLO III ♂ I-Mangayoangberang Karaeng Pasi' Karaeng Tunipasuruq ri Talloq | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KARAENG TALLO IV & BICARA BUTTA GOWA ♂ I Mappatakakatana Daeng Padulu' Karaeng Pattingalloang Tumamenang ri Makkoayang | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA BIMA XXVII SULTAN BIMA I ♂ Sultan Abdul Kahir Rumata (Ma) Bata Wadu | RAJA TALLO VII ♂ I-Mallingkaan Daeng Mannyonri Karaeng Matoaya Sultan Abdullah Awalul Islam Tumenanga ri Agamana | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ I Patimang (I Sani) Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je'ne (Dg. Nisabbeng) | RAJA BIMA XXVIII SULTAN BIMA II ♂ Sultan Abi'l Khair Sirajuddin Mantau Uma Jati (Yang punya rumah jati) | RAJA TALLO VIII ♂ I-Manginyarrang Daeng Makkio Karaeng Kanjilo Sultan Abdul Jafar Muzaffar Tumammalinga ri Timoro Tumenanga ri Tallo | RAJA TALLO IX ♂ I Mangadacinna I Daeng Baqle Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud Tumenanga ri Bontobiraeng | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Karaeng Bontojene | SULTAN SUMBAWA 1 m. 1675-1705 ♂ Mas Pamayan (Mas Cini) | ♀ Karaëng-Panaïkang Daëng-Niá (anak Lómó) | ♀ I Lo'mo' Sitti Aminah Daengta Daeng Bau Karaeng Bonto Matte'ne (Petta Bau Bone) | RAJA TALLO X ♂ I-Mappaiyo Daeng Mannyauru' Sultan Harun Al Rasyid Tumenanga ri Lampana
♀ I Pangka Dampu Karaeng Bonto Matte'ne | ♀ I Mangurangi Karaeng Tamasanga | ♂ Abdul Hamid Karaeng-Karoenroeng to menanga ri ujung tana | ♀ Sira Daéng Talélé Karaéng Ballajawa | ♂ Aru Palakka | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Karaëng-Bontowa II Sietti Moetiatoe-d-dien (putri Karaëng-Balló oleh Karaëng-Lakijoeng) | SULTAN SUMBAWA 3 m. 1675-1705 ♂ Raden Bantan Dewa Mas Bantan Datu Loka (saudara dari Amas Mattaram Datu Taliwang) (wafat Mei 1713) | ♀ Halimah Daeng Tomi Karaeng Tannasanga menikah 29 Juni 1684 | ♀ Isabaro Daeng Mattinri Karaeng Bontoramba | ♂ La Mallewai Arung Ujungpulu Arung Berru Addatuang Sidenreng ke-5 Matinroe ri Tana Maridie (m. 1700 - 1720) | ♂ Karaëng-Mandallé Daeng Toelolo Ibrahim (anak Lómó-Galorang) | ♂ Karaëng-Bonto-manaí | ♀ Daëng-Mami | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Dewa Isa Karaëng-Barong-patola wafat 8 Juni1718 | ♂ Daëng Mamoentoeli Aroe Kadjoe II Ahmad putra Aroe-Teko dari Saëná Daëng-Toondji[37] | ♀ Batari Toja Daeng Talaga Aru Timurung Datu ri Chitta, Sultanah Zainab Zulkiyahtuddin, Raja Bone XX m. 1724-1749 )[38] | SULTAN SUMBAWA 4 m. 17025 – 1725 DATU TALIWANG ♂ Sultan-Moeharram-Haroena-r-rasjied I Amasaq Amas Samawa Dewa Mas Madina Sultan Amas Madina Dewa Apit Aik (wafat 12 Februari 1725) | ♀ I Rakkia Karaeng Kanjenne Addatuang Sidenreng VI Arung Berru VII (m. 1720 - 1740) | RAJA TALLO XII (1709–1714) ♂ I Mappau'rangi Daeng Mannuntungi Karaeng Boddia Sultan Sirajuddin | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Karaëng-Bulo-Bulo | KARAENG BONTOLANGKASA 06 ♂ I-Mappaseeppé Daëng-Mamaro Opu Mangnguluang Karaëng-Bonto-lângkasá 06 | SULTAN SUMBAWA 8 m. 1758-1761 ♀ Dewa Masmawa Sultanah Siti Aisyah I Sugiratu Karaeng Bonto Parang | SULTAN SUMBAWA 7 m. 1758 ♀ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin I Datu Poro | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA 9 m. 1762 – 1765 ♂ Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II[17]
Dewa Pangeran[17] (+ 1765) | ♀ Siti Khadijah[39]
Datu Baing | ♀ Karaëng-Bonto-masoegi[40] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA X m. 1765 ♂ Dewa Masmawa Sultan Mahmud Pangeran Mahmud Dewa Pangeran
♀ Ratoe Laija Putri Sara(nama lahir) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XIII m. 1795-1816 DATU TALIWANG ♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II Pangeran Muhammad Lalu Muhammad Datu Bau Balo
♀ Lala Amatollah binti ♂ Karaeng Manippi Datu Bonto Mangape = ♀ Lala Intan Ratu Nong Sasir | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XV m. 1837-1883 ♂ Dewa Masmawa Sultan Lalu Muhammad Amaroe'llah (kakak dari Dewa Masmawa Sultan Lalu Mesir SULTAN SUMBAWA XIV m. 1836-1837)
♀ Lala Rante Patolah binti Muhammad Yakub Ruma Kapenta Wadu bin Tureli Donggo Mawa'a Kadi (Abdul Nabi) Raja Bicara Bima | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA MUDA SUMBAWA Gelar: Datu Raja Muda Daeng Maskuncir Nama lengkap Raja Muda: ♂ Maskuncir Datu Lolo Nama panggilan: Daeng Manassa
♀ Datu Balasari | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XVI m. 1882-1931 Gelar abhiseka: Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III Dewa Marhum
Gelar: Dewa Maraja Bini Nama lengkap Permaisuri: ♀ Siti Maryam Daeng Risompa Nama panggilan: Datu Ritimu binti Daeng Padusung bin Sultan Amrullah Sultan Sumbawa XIV m. 1837-1883 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XVII m. 1931-1975) Gelar abhiseka: Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III Nama lengkap Sultan: ♂ Kaharuddin Daeng Raja Dewa Nama panggilan: Daeng Manurung
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XVIII m. 2011-sekarang
Gelar Permaisuri: Dewa Maraja Bini Nama lengkap Permaisuri: ♀ Andi Bau Tenri Djadjah Nama panggilan: Datu Tenri (b. 23 Oktober 1946) binti Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene = Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo[41] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Daeng Sarrojini Naidu
♂ Sentot Agus Priyanto | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raehan Omar Hasani Priyanto | ♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto | ♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lihat pula
Daftar pustaka
- Gibson, Thomas (2007). Islamic Narrative and Authority in Southeast Asia: From the 16th to the 21st century. 11 W 42nd St, New York, NY 10036, USA: Springer Publishing. ISBN 978-0230605084.
Rujukan
- ^ a b Daeng Patunru, Abdurrazak (1972). Sedjarah Gowa. Indonesia. hlm. 162.
- ^ a b J. Noorduyn (1987). J. Noorduyn, ed. Bima en Sumbawa (Volume 129 dari Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde). 129. Indonesia: BRILL. hlm. 18. ISBN 9067652296. ISSN 1572-1892.ISBN 9789067652292
- ^ Stokvis, Anthony Marinus Hendrik Johan (1888). Manuel d'histoire, de généalogie et de chronologie de tous les états du globe, depuis les temps les plus reculés jusqu'à nos jours (dalam bahasa Prancis). Brill. hlm. 380.
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Sultan-sultan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ Mukhlis Paeni, Edward Lamberthus Poelinggomang, Ina Mirawati (2002). Batara Gowa: messianisme dalam gerakan sosial di Makassar. Indonesia. hlm. 107. ISBN 9794205141.
- ^ Daeng Patunru, Abdurrazak (1969). "Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Tenggara". Sedjarah Gowa. Indonesia: Jajasan Kebudajaan Sulawesi Selatan dan Tenggara. hlm. 242.
- ^ 16 Desêmberé, 19 Sabang, allo arabâ. Naboentieng KaraëSambawa ri Aroe-Timoeroeng. Hidjará sanná 1116.
- ^ 22 Maï, 2 Râbelé-aoewalá, allo arabâ. Nasikalabini KaraëSambawa Karaë-Pasi. Hidjará sanná 1120.
- ^ William Cummings, ed. (2011). The Makassar Annals (dalam bahasa Inggris). 35. Diterjemahkan oleh William Cummings. Indonesia: BRILL. hlm. 162. ISBN 9004253629. ISSN 0067-8023.ISBN 9789004253629
- ^ "Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 28. Martinus Nijhoff. 1880. hlm. 50.
- ^ a b "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ a b "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ Ben Cahoon. "Indonesian Traditional States II". WORLD STATESMEN.org. Diakses tanggal 3 Juni 2019.
- ^ "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia (dalam bahasa Inggris). hlm. 57. Diakses tanggal 2019-01-05.
- ^ "Sejarah Kesultanan Sumbawa". Website Resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Diakses tanggal 2019-08-06.
- ^ "Sambangi Taliwang, Raja Gowa Tallo Sebut Silsilah Taliwang-Gowa Tallo Punya Hubungan Erat". kabarntb.com. Diakses tanggal 2019-19-06.
- ^ a b c d "Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah". Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1978. hlm. 54.
- ^ Mantja, Lalu (1984). Sumbawa pada masa dulu: suatu tinjauan sejarah. Indonesia: Rinta.
- ^ Annabel Teh Gallop (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 542.
- ^ Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat. Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 126.
- ^ "Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (Indonesia), Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Indonesia), Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi Jakarta (Indonesia)". Berita penelitian arkeologi, Masalah 11-14. Indonesia: Proyek Pelita Pengembangan Media Kebudayaan, Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 1977. hlm. 10.
- ^ Rachmat Salahuddin, Sitti Maryam (1999). Henri Chambert-Loir, ed. Bo' Sangaji Kai: catatan kerajaan Bima. Indonesia: Ecole française d'Extrême-Orient : Yayasan Obor Indonesia, 1999. hlm. 56. ISBN 9794613398. ISBN 978-979-461-339-9
- ^ https://www.scribd.com/doc/190123982/Hikayat-Banjar
- ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Hikajat Bandjar: A study in Malay historiography (dalam bahasa Inggris). Bibliotheca Indonesica, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), Martinus Nijhoff.
- ^ Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar (dalam bahasa Melayu). Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
- ^ Rosyadi, Sri Mintosih, Soeloso, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Indonesia) (1993). Hikayat Banjar dan Kotaringin. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. hlm. 139.
- ^ (Belanda) Cense, Anton Abraham (1928). De kroniek van Bandjarmasin. C.A. Mees. hlm. 54.
- ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Johannes Jacobus Ras, ed. Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography (dalam bahasa Inggris). Martinus Nijhoff.
- ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Bibliotheca Indonesica (dalam bahasa Inggris). 1. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde.
- ^ Rogayah A. Hamid, Etty Zalita Zakaria. Inti sari karya klasik (dalam bahasa Melayu). 1. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. ISBN 9836295062. ISBN 9789836295064
- ^ Hikayat Banjar, Siri karya sastera klasik untuk remaja (dalam bahasa Melayu). Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. 2004. ISBN 9836280146. ISBN 9789836280145
- ^ "Museum Negeri Lambung Mangkurat". Hikayat Banjar Volume 1 dari Seri penerbitan Museum Negeri Lambung Mangkurat. Indonesia: Museum Negeri Lambung Mangkurat. 1981.
- ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 23. Ter Lands-drukkerij: 199.
- ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 51. Ter Lands-drukkerij: 199.
- ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 51. Becht: 199.
- ^ Hoëvel, Wolter Robert (1861). "Wolter Robert Hoëvel". Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). 23. Ter Lands-drukkerij. hlm. 199.
- ^ Farid, A. Zainal Abidin. Capita Selecta: Sejarah Sulawesi Selatan. ISBN
- ^ https://portalbugis.wordpress.com/more/raja-bone/raja-bone-17/
- ^ a b Rachmat Salahuddin, Sitti Maryam (1999). Henri Chambert-Loir, ed. Bo' Sangaji Kai: catatan kerajaan Bima. Indonesia: Ecole française d'Extrême-Orient : Yayasan Obor Indonesia. hlm. 56. ISBN 9794613398. ISBN 9789794613399
- ^ http://gowa-negeri1001cerita.blogspot.com/2014/11/silsilah-raja-raja-gowa.html
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Lahirnya Kesultanan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
Pranala luar
- https://www.geni.com/people/I-Mappasempa-Daeng-Mamaro-Opu-Mangnguluang-Karaeng-Bontolangkasa/6000000054557739880
- http://onesearch.id/Record/IOS3765.SULSE000000000089230
- http://id.rodovid.org/wk/Orang:305086 Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II (Gusti Mesir Abdurrahman)
- http://laporancuaca.blogspot.co.id/2015/09/bangsa-dari-awan.html
- http://aryheritage.blogspot.co.id/2016/11/makam-makam-tua-di-pulausumbawa-nusa.html