Clorot
Clorot (cêlorot) adalah penganan, dibuat dari tepung beras yang dicampur gula merah dan santan, dibungkus dengan daun kelapa yang dibentuk seperti kerucut.[1]
Clorot penganan tradisional yang berasal dari Purworejo (Serat Centhini, Jilid II: 366, Pupuh 157:8) | |
Asal | |
---|---|
Nama lain noms | Celorot, cerorot, jelurut, dumbek |
Wilayah | Indonesia, Malaysia, Brunei |
Negara asal | Indonesia |
Pembuat | Kabupaten Purworejo |
Keahlian memasak | Kue |
Rincian | |
Jenis | makanan |
Bahan utama | Tepung beras, santan |
Penganan ini di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai clorot atau cêlorot, dan sering dikaitkan dengan jajanan pasar tradisional Jawa.[2] Disebutkan dalam Serat Centhini, kitab klasik ensiklopedia kebudayaan Jawa dari awal abad XIX, clorot bersama carabikang, awug awug, ampyang, lĕgondhoh, lepet, kupat, mĕndhut, limus, nagasĕkar, pudhak, ĕntul-ĕntul, dan srabi utri merupakan bagian dari aneka penganan yang perlu disiapkan sebagai sajen dalam pertunjukan wayang kulit dan ruwatan (Pupuh 157:8).[3]
Di Bali dan Lombok, kue ini dikenal sebagai cerorot. Di Brunei dan Sabah, kue ini dikenal sebagai jelurut.[4] Clorot biasa ditemukan di Indonesia, Malaysia dan Brunei.[5]
Bahan dan cara memasak
Gula kelapa, daun pandan, garam, dan air direbus sampai matang dan dicampur dengan santan. Cairan manis ini kemudian dituangkan di atas tepung beras dan sagu atau tapioka, kemudiam dicampur secara merata. Janur digulung membentuk kerucut panjang, seperti terompet kecil, digunakan sebagai cetakan. Adonan kemudian dituangkan ke daun kelapa kerucut sampai tiga perempat penuh. Kemudian bagian atas diisi dengan campuran santan kelapa, tepung beras dan garam. Kerucut yang telah terisi dikukus selama 15 menit sampai adonan matang dan mengeras.
Referensi
- ^ "Dari Celorot Sampai Engkak Ketan" (dalam bahasa Indonesian). Femina. Diakses tanggal 19 June 2015.
- ^ "Clorot (Jawa)" (dalam bahasa Indonesian). Sajian Sedap. 15 December 2010. Diakses tanggal 19 June 2015.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Ranggasutrasna, R.Ng. dkk. (1814). Serat Suluk Tambangraras (Serat Centhini) Jil. II: 366 (Pupuh 157:8)
- ^ "Kebudayaan (Brunei)" (dalam bahasa Malay). Papar District Office. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-10-26. Diakses tanggal 17 August 2013.
- ^ Abd. Latip Talib (2006). Beraraklah awan pilu (dalam bahasa Malay). Utusan Publications. hlm. 127–. ISBN 978-967-61-1899-8. Diakses tanggal 17 August 2013.