Bahasa Sunda Pesisir Utara

variasi bahasa Sunda yang digunakan di pantai utara Jawa

Bahasa Sunda Pesisir Utara atau Bahasa Sunda Pantai Utara,[1] (SPU) bisa disingkat menjadi Bahasa Sunda Pantura adalah pengelompokan geografis bentuk-bentuk bahasa Sunda yang hidup sebagai bahasa ibu bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir utara wilayah penuturan bahasa Sunda. Wilayah tersebut meliputi beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Cirebon.[2] Bahasa Sunda Pantura mempunyai struktur bahasa yang kurang lebih sama dengan bahasa Sunda baku, bila ditilik dari sistem morfologi, fonologi, dan sintaksisnya, tidak banyak ditemukan adanya perbedaan. Perbedaan hanya didapat dari sebagian kecil kosakata dan intonasi. Beberapa kata mempunyai bentuk yang sama, tetapi makna berbeda, dan juga sebaliknya.[3]

Bahasa Sunda Pesisir Utara
Basa Sunda Pakaléran
ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮕᮊᮜᮦᮛᮔ᮪
باسا سوندا ڤاكالييران
Bahasa Sunda Pantai Utara
Sampul buku Struktur Bahasa Sunda Pesisir Utara Jawa Barat, terbitan 1983.
Pengucapanbasa sʊnda pakalɛran
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
EtnisSunda (Pakaléran)
Penutur
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
Bentuk awal
Dialek
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottolognort3412
Linguasfer31-MFN-ae
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Dalam pengucapan kalimat, bahasa Sunda Pantura memiliki intonasi khasnya tersendiri yang perbedaannya dapat terdengar dan dibandingkan dengan bahasa Sunda baku, bila dalam bahasa Sunda baku sebuah kalimat berita diakhiri dengan intonasi menurun, maka dalam bahasa Sunda Pantura yang terjadi adalah sebaliknya, kalimat diakhiri dengan intonasi menaik, kadangkala intonasi antara kalimat berita sama dengan intonasi kalimat tanya.[3] Perbedaan lainnya terletak pada beberapa kasus penggunaan preposisi, jika bahasa Sunda baku menggunakan preposisi tina, dalam bahasa Sunda Pantura sering tergantikan dengan ku, contohnya, tulaléna tina inten 'belalainya terbuat dari intan' menjadi tulaléna ku inten.[3]

Secara mendasar, bahasa Sunda Pantura tidak mengenal adanya tingkatan berbahasa seperti pada bahasa Sunda Priangan. Namun, bila penutur bahasa Sunda Pantura berinteraksi dengan penutur bahasa Sunda Priangan, penutur bahasa Sunda Pantura akan berusaha untuk memakai bahasa yang oleh penutur bahasa Sunda Priangan dianggap halus. Bahasa halus yang dalam bahasa Sunda Priangan disebut basa lemes, dalam bahasa Sunda Pantura disebut basa alusan.[4]

Komparasi leksikon

Bahasa Sunda Pantura memiliki sejumlah unsur leksikal yang diketahui khusus digunakan di beberapa daerah tertentu, kata-kata khas yang dimaksud tersebut contohnya diuraikan pada bagian di bawah ini.[5]

Daerah Dialek Baku Indonesia Ref.
Serang tolu tilu tiga [6]
pacung picung picung
nyaru nyiru niru
tambeuri pandeuri belakang
lépca lanjam mata bajak
anten aya ada
dia manéh kamu
mawa-mawa mamawa membawa-bawa
kulup kopéah peci
ngéés héés tidur
gati hésé pisan susah sekali
kasariru kaliru keliru
ngorokan ngurek mengail belut
haok piraku mana boleh
kita abdi saya
Bekasi ngebruk seserahan pemberian mempelai pria kepada mempelai wanita [5]
ngawisir nyecep memberikan uang kepada anak sunat
ngala késang dipingit tidak boleh keluar rumah
diala ngéndong diunduh mantu diangkat menjadi mantu
dépon ngupuk rumah berlantai tanah
ragasi irigasi irigasi
nganjor nyaba bepergian
bahasa alusan basa lemes bahasa halus
Karawang panukuh panyangcang pemberian sebagai pengikat [7]
tegil silih ngora taji muda
nglancow néang bébéné bertandang kepada kekasih
Pamanukan kabibina kabina-bina terlalu
hémpang émpang tebat
ayam hayam ayam
daar dahar makan
kita manéh kamu
luur luhur tinggi
kamarirana kamarina kemarin
Cirebon dalinding galinding roda
matapoé panonpoé matahari
ngentas ngangkat mengangkat
ngagérét ngagusur menarik
moncorot moncorong berkilau
rajin alus bagus
temenan enyaan betul-betul
nemen pisan sangat
olok sok suka

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

Daftar pustaka

Pranala luar