Solihin Gautama Purwanegara
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Solihin Gautama Purwanegara (21 Juli 1926 – 5 Maret 2024) adalah mantan perwira Tentara Nasional Indonesia dan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dari 1970 sampai 1975. Ia mengawali karier militer ketika masa revolusi sebagai Komandan Tentara Keamanan Rakyat Kabupaten Bogor, kemudian bergabung dengan Divisi Siliwangi.[2] Solihin terkenal dengan gagasannya dalam mengatasi krisis pangan di Indramayu dengan memasyarakatkan padi yang disebut sebagai gogo rancah. Ia tetap aktif dalam politik setelah menjabat sebagai gubernur, menjabat sebagai penasihat Presiden Soeharto hingga tahun 1993. Ia juga sempat bergabung dengan PDI-P setelah jatuhnya Soeharto, dan terlibat dalam kampanye presiden Joko Widodo.
Solihin Gautama Purwanegara | |
---|---|
ᮞᮧᮜᮤᮠᮤᮔ᮪ ᮌᮅᮒᮙ ᮕᮥᮁᮝᮔᮨᮌᮛ | |
Anggota Dewan Pertimbangan Agung | |
Masa jabatan 1993–1998 | |
Presiden | Soeharto |
Gubernur Jawa Barat ke-8 | |
Masa jabatan 14 Februari 1970 – 14 Februari 1975 | |
Wakil | Raden Sabri Gandanegara (1966–1974) Raden Ahmad Nashuhi (1970–1973) |
Gubernur Akademi Militer ke-7 | |
Masa jabatan 1968–1970 | |
Kepala Staf | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Solihin Poerwanegara[1] 21 Juli 1926 Tasikmalaya, Hindia Belanda |
Meninggal | 5 Maret 2024 Bandung, Indonesia | (umur 97)
Makam | Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Maryam Harmain |
Orang tua |
|
Profesi | Tentara |
Nama lain | Mang Ihin |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1945–1978 |
Pangkat | Letnan Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan awal dan pendidikan
Solihin Gautama Purwanegara dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1926, di Tasikmalaya, Keresidenan Priangan, Hindia Belanda (sekarang Jawa Barat, Indonesia). Ia adalah putra dari Abdulgani Poerwanegara, seorang pegawai negeri sipil pada pemerintahan kolonial yang pernah bekerja di Bandung dan Garut, dan Siti Ningrum. Ia belajar di sekolah dasar kolonial (Europeesche Lagere School) dan selama dua tahun di sekolah menengah Belanda (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs Bogor).[3][4]
- Europeesche Lagere School (ELS).
- Meer Uitgebreid Lager Oderwijs (MULO) Bogor.
- Sekolah Menengah Pertama.
- Sekolah Menengah Tinggi.
- Sekolah Staf Komandan Angkatan Darat, 1954.
- US Army Infantry School, 1957.
- Sekolah Staf dan Komando TNI AD, 1969.[5]
Karier militer
Revolusi Nasional Indonesia pecah ketika ia masih di sekolah menengah, dan ia bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia; dia mengikuti ujian akhir dengan seragam tempur. Ia juga berperang melawan Partai Komunis Indonesia setelah Peristiwa Madiun pada tahun 1948.[6] Kemudian, ia ikut serta dalam operasi melawan pemberontakan Darul Islam di Jawa Barat.[7] Awalnya ditugaskan di Komando Daerah Militer III/Siliwangi di Jawa Barat, dengan penugasan di Bangka sebagai komandan batalyon pada tahun 1951 hingga 1953. Ia belajar di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat antara tahun 1953 hingga 1954, mengajar di sana antara tahun 1954 hingga 1956, dan kemudian mengambil kursus satu tahun di Amerika Serikat.[4]
Setelah melanjutkan studi, ia kembali ke Siliwangi dan bertugas di sana hingga tahun 1964. Ia kemudian pindah ke Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin di Sulawesi Selatan, ikut serta dalam operasi melawan Darul Islam cabang Abdul Kahar Muzakkar. Ia menjadi panglima Hasanuddin pada tahun 1965. Dalam sebuah anekdot yang diberikan dalam biografi pendahulunya M. Jusuf, Solihin sedang tertidur di sebuah upacara ketika Jusuf tiba-tiba menunjuk Solihin sebagai penggantinya, dan ajudan Solihin harus membangunkannya untuk memberitahukan pengumuman tersebut.[4][8] Ia kemudian diangkat menjadi gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI Bagian Umum dan Darat) pada 15 Juli 1968.[9] Pangkat terakhirnya di militer adalah letnan jenderal.[8]
- Guru SSKAD, 1954-1956, Bandung
- Panglima Kodam XIV/Hasanuddin, 1964-1968, Makassar
- Gubernur Akabri Umum dan Darat, 1968-1970, Magelang.[10]
- Gubernur Jawa Barat, 1970-1975
- Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan, 1977-1992
- Anggota Dewan Pertimbangan Agung, 1992-1997.
- Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, 1998.
- Pangkat terakhir: Letnan Jenderal, 1978.[11]
Hubungan dengan Ali Sadikin
Solihin hendak sowan ke Letjen KKO Ali Sadikin di Jakarta. Sebagai Gubernur Jawa Barat yang baru, Solihin merasa perlu berkonsultasi dengan Ali Sadikin, tentang bagaimana membangun wilayah. Saat Solihin menjadi Gubernur Jawa Barat pada 1970, Ali Sadikin sudah empat tahun memimpin Jakarta. Prestasi-prestasi Ali Sadikin membangun Jakarta itulah yang membuat Solihin merasa perlu berkonsultasi dengan gubernur ibu kota negara itu.
Pada saat berbincang-bincang itu Solihin merasa dilecehkan. Dalam 'Cendramata 80 Tahun Solihin GP' diceritakan, Solihin GP tersinggung karena Ali Sadikin ingin 'mengambil' wilayah perbatasan yang menurutnya tidak bisa diurus oleh Jawa Barat. "Jawa Barat tidak bisa melakukan pembangunan, sedangkan saya didesak oleh masyarakat agar memperluas daerah perbatasan antara DKI Jakarta dan Jawa Barat. Untuk itu, agar diikhlaskan saja saya membangun daerah perbatasan itu. Apalagi kan kita sama-sama dilahirkan di Jawa Barat," kata Ali Sadikin sambil menunjuk peta Kabupaten Bekasi, Tangerang dan sebagian wilayah Kabupaten Bogor.
Sebagai Gubernur Jawa Barat
Solihin dilantik sebagai gubernur Jawa Barat pada tahun 1970. Wakilnya adalah Nasuhi yang pernah menjadi atasan langsungnya di angkatan bersenjata selama revolusi – Nasuhi adalah komandan batalion dan Solihin adalah komandan kompi di batalion tersebut.[12] Menurut pengakuan Solihin, tak lama kemudian ia diundang ke Jakarta oleh Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Ali Sadikin. Dalam kunjungan Solihin ke sana, Ali mencatat betapa tertinggalnya wilayah Jawa Barat yang berbatasan dengan Jakarta, dan menyatakan bahwa provinsi tersebut harus menyerahkan wilayah perbatasannya ke Jakarta agar bisa lebih berkembang. Solihin mencatat bahwa ia tersinggung dengan hal ini, dan dengan demikian memusatkan perhatiannya pada daerah-daerah tersebut – khususnya Tangerang, Bekasi dan Puncak yang masing-masing sedang dikembangkan untuk industri tekstil, semen, dan pariwisata.[13] Di saat panen padi buruk di Kabupaten Indramayu, Solihin memimpin upaya untuk memperkenalkan metode tanam baru yang mengurangi kebutuhan air para petani.[14][15]
Berbeda dengan praktik standar pemerintahan di Indonesia pada saat itu yang secara langsung memilih pejabat eksekutif berpangkat lebih rendah, Solihin memberikan kelonggaran yang signifikan bagi daerah dalam memilih bupati selama masa jabatannya, selain memberikan kontrol yang lebih besar kepada pemerintah daerah atas pendapatan pajak. Dia juga memprivatisasi perusahaan dan aset publik yang merugi, seperti lahan pertanian yang tidak ditanami.[16] Karena perbedaan pendapat mengenai kebijakan tersebut dengan Menteri Dalam Negeri Amir Machmud, Solihin tidak melanjutkan masa jabatannya untuk kedua kalinya, dan masa jabatan gubernurnya berakhir pada tahun 1975.[17]
Penyerahan mesin Huller untuk mantan pejuang pembantu logistik
Presiden Soeharto menyerahkan mesin Huller (penggiling padi) kepada Hudori dari desa Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Hudori adalah bekas pejuang pembantu logistik yang memberikan makanan kepada pasukan yang dipimpin oleh Gubernur Solihin dan Pangdam Siliwangi, Mayjen. A.J. Witono, dalam perang kemerdekaan.
Hudori kini menjadi petani, dan ketika ditemui Presiden dalam kunjungan incognito-nya beberapa waktu lalu, keadaannya sangat menyedihkan. Penyerahan dilakukan melalui Gubernur Jawa Barat, Solichin GP, di Bina Graha hari Rabu, 6 Mei 1970, Sementara itu sebuah “padi traktor” akan diserahkan kepada desa Karang Luas Lor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah melalui Residen Banyumas. [18]
Kisah petani Jawa Barat tidak mengenal Presiden Soeharto
Presiden Soeharto memulai kunjungan incognito[19] ke Jawa Barat dan Jawa Tengah tanggal 06 April 1970. Kunjungan yang diadakan bertepatan dengan awal pelaksanaan tahun kedua Pelita I ini, merupakan inspeksi langsung Presiden Soeharto di daerah pedesaan.
Tempat-tempat yang ditinjau adalah desa-desa Binong, Subang, Sindang, dan Kertasmaya, semuanya di Provinsi Jawa Barat. Di tempat-tempat tersebut Jenderal Soeharto berdialog dengan para petani, disamping melihat secara langsung pembangunan jalan, pengairan dan irigasi di pedesaan Jawa Barat itu. Satu hal yang perlu dicatat, tak satu pejabat pun di setiap tempat yang ia kunjungi, yang mengetahui kehadiran Pak Harto.
Entah dari mana informasinya, keesokan paginya ketika Pak Harto sedang berdialog dengan salah seorang petani, muncul Gubernur Jawa Barat Solihin G. P. Sesaat setelah berdialog, petani mempersilahkan rombongan Pak Harto untuk singgah di rumahnya. Setiba di rumah petani, Pak Solihin menanyakan, siapa yang sedang berbicara dengan dirinya itu? Petani menjawab, petugas pertanian. Pak Solihin kemudian menunjukkan gambar Presiden Soeharto yang kebetulan dipasang di dinding rumah petani. Dengan perasaan malu, kikuk dan salah tingkah, petani memohon maaf, karena tidak mengenali wajah Presiden Soeharto. [20]
Tim Pemberantasan Korupsi dan Laporan BIMAS
Presiden Soeharto memanggil Gubernur Jawa Barat, Solihin G.P., untuk menghadap dan melaporkan masalah Bimas di daerahnya tanggal 18 Februari 1970. Solihin telah melaporkan kepada Presiden bahwa dari jumlah Rp. 5,8 miliar untuk kredit Bimas di Jawa Barat, telah dapat dikembalikan sebanyak Rp. 4,5 miliar. Sedangkan sisanya yang Rp. 1 miliar lebih itu masih diusut oleh pemerintah daerah Jawa Barat.
Dalam hubungan ini Presiden menginstruksikan agar para pejabat yang terlibat dalam penyalahgunaan uang bimas diajukan ke pengadilan. Keesokan harinya, tanggal 18 Februari 1970 Presiden Soeharto telah memutuskan untuk mempertemukan Team Pemberantasan Korupsi dengan Komisi Empat. [21]
Ajak Soeharto mandi di Sungai
Solihin bercerita bahwa saat menjadi Gubernur Jawa Barat, ia pernah mengajak Presiden Soeharto mandi di sungai.[22] Suatu ketika, Presiden Soeharto mengadakan kunjungan bersama Solihin ke pemukiman suku Baduy. Solihin yang memang dikenal spontan, mengajak Soeharto untuk mandi di sungai. "Mandi di sungai?" Presiden terkejut, tapi senyum. "Iya dong kita mandi di sungai, Pak. Tidak ada tempat lain," kata Solihin.
Presiden Soeharto menuruti kemauan Solihin. Mereka kemudian turun dan mandi di sungai. Berjongkok, bermain air, bahkan hingga buang air di sungai itu. Semuanya tanpa pengawalan dan berlangsung aman-aman saja. Selesai mandi dan sarapan, presiden menonton pertunjukan debus yang memperlihatkan kekebalan orang Baduy.
Sayangnya, pada saat produksi minyak Indonesia sedang tinggi-tingginya kala itu menjadikan Indonesia surplus minyak, dan menyebabkan investasi luar negeri membaik. "Negara kita saat itu menjadi negara yang banyak uang. Lalu, ketika keuangan negara berlimpah, beliau (Soeharto) mulai berpikir apa yang beliau anggap tidak tepat. Yaitu seolah-olah segalanya bisa dicapai dengan uang," kata Solihin. Mulailah Solihin merasa memiliki perbedaan pendapat. Orang-orang yang punya uang bisa langsung menjadi tokoh, tanpa tahu dari mana uangnya. "Pahamlah saya bahwa kami sudah berbeda pola pikir. Saya yang pernah berpikir bahwa beliau adalah Presiden terbaik, seketika itu juga lalu merasa ia adalah the worst president in the world," tuturnya.
Karier selanjutnya
Setelah karier gubernurnya, Solihin sempat pensiun di kawasan pertanian pedesaan,[23] hingga ia diangkat menjadi Sekretaris Presiden Bidang Pengendalian Operasi Pembangunan pada tahun 1977.[24] Ia menjabat dalam kapasitas ini hingga tahun 1993, dan kemudian bergabung dengan Dewan Pertimbangan Agung dan menjadi komisaris utama di sebuah perusahaan patungan antara dua perusahaan milik negara.[25] Ia bergabung dengan PDI-P tak lama setelah jatuhnya Soeharto, dan menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai utusan daerah, tetapi keluar dari PDI-P karena perbedaan pendapat mengenai amandemen Undang-Undang Dasar Indonesia.[26] Sebagai anggota MPR, ia juga menentang pembentukan komisi khusus untuk mengaudit kekayaan pribadi pejabat pemerintah karena dinilai tidak efektif dan hanya membuang-buang dana. Komisi sendiri melaporkan Solihin ke polisi karena penolakannya menyampaikan penilaian atas aset pribadinya.[27] Antara tahun 2000 dan 2004, Solihin juga berkampanye menentang proyek normalisasi tepian sungai Citanduy, bersama dengan menteri kemudian Susi Pudjiastuti.[28][29]
Solihin terus menerima kunjungan dari politisi terkenal setelah pensiun, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo sebelum kampanye presiden mereka pada tahun 2004 dan 2014.[30] Solihin secara terbuka mendukung keberhasilan Widodo sebagai presiden pada pemilihan umum 2014 dan 2019, dan menjadi penasihat tim kampanye Widodo pada 2019.[31][32] Untuk pemilihan umum presiden 2024, ia menjadi bagian tim kampanye Ganjar Pranowo.[33] Solihin menderita strok ringan pada tahun 2017 dan dirawat di rumah sakit, dan Widodo mengunjunginya.[34] Widodo mengunjunginya lagi pada tahun 2018.[35] Solihin semakin tertular COVID-19 pada tahun 2021, dan hoaks menyebar di media sosial yang melaporkan kematiannya.[36]
Masa tua
Terkena stroke
Solihin terbaring sakit dan dilarikan ke RS Advent, Bandung pada 4 Juni 2017.[37] Diagnosa dokter, beliau terkena serangan stroke. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menjenguk pria yang akrab disapa Mang Ihin pada 9 Juni 2017.
Kisah cinta dengan istri
Kisah cinta Solihin dengan istrinya, Maryam Harmain terbilang mirip dengan kisah cinta Habibie Ainun.[38] Hal ini dibuktikan saat mereka berdua dirawat di RS Borremus Bandung, mereka berdua tampak bermesraan dan Solihin juga tampak menggenggam tangan istri.
Wafat
Solihin meninggal dunia pada 5 Maret 2024 saat mendapat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung karena penyakit paru-paru dan ginjal. Dia berusia 97 tahun.[39][40][41] Solihin telah dirawat di rumah sakit selama 15 hari pada saat kematiannya.[42] Ia dimakamkan pada hari yang sama di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung, setelah dimakamkan secara kenegaraan di Markas Komando Daerah Militer III/Siliwangi di Bandung. Solihin meninggalkan seorang istri dan empat orang anaknya.[39]
Penghargaan
Baris ke-1 | Bintang Mahaputera Utama (27 Juli 1982)[43] | Bintang Jasa Pratama (1 Maret 1965)[44] | |
---|---|---|---|
Baris ke-2 | Bintang Gerilya | Bintang Dharma | Bintang Kartika Eka Paksi Nararya |
Baris ke-3 | Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia | Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun | Satyalancana Perang Kemerdekaan I |
Baris ke-4 | Satyalancana Perang Kemerdekaan II | Satyalancana G.O.M I | Satyalancana G.O.M II |
Baris ke-5 | Satyalancana G.O.M IV | Satyalancana G.O.M V | Satyalancana G.O.M VI |
Baris ke-6 | Satyalancana Satya Dharma | Satyalancana Wira Dharma | Satyalancana Penegak |
Baris ke-7 | United Nations Operation in the Congo (UNOC) Medal | Commander of the Order of Orange-Nassau - Belanda (1971) | Order of Diplomatic Service Merit - 3rd Class (Heung-in Medal) - Korea Selatan |
Lihat pula
Rujukan
- ^ “Gautama, Ayo Ikut Mencari Kapten Solihin!” destinasianews.com (24/9/2019)
- ^ Buku tentang Solihin GP https://web.archive.org/web/20230228195904/https://issuu.com/dpklts/docs/solihin_gp_the_trouble_shooter
- ^ The Trouble Shooter: 80 Tahun Solihin G.P. Forum Diskusi Wartawan Bandung & Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda. 2006. hlm. 2–5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-28. Diakses tanggal 2024-03-05.
- ^ a b c Riwayat hidup anggota-anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum 1971. General Elections Commission. 1973. hlm. 699. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-09-13. Diakses tanggal 2024-03-05.
- ^ Koesoemadinata, Iyan, S. (2005). The TROUBLE SHOOTER 80 tahun Solihin G.P. Bandung: FDWB & DPKLTS
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 6.
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 7–8.
- ^ a b "Kisah Lucu Kolonel Solihin GP, Tidur Ngorok di Depan Panglima Malah Ditunjuk Jadi Pangdam". SINDOnews.com. 10 July 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-03. Diakses tanggal 3 January 2023.
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 9.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-20. Diakses tanggal 2016-03-20.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-31. Diakses tanggal 2016-03-20.
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 10.
- ^ Solihin Gautama Poerwanagara – Perjalanan Empat Zaman Si Anak Menak. Tempo Publishing. hlm. 31–34. ISBN 978-623-339-600-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-09-13. Diakses tanggal 2024-03-05.
- ^ Khamdan, Muh (1 April 2022). Politik Identitas dan Perebutan Hegemoni Kuasa: Kontestasi dalam Politik Elektoral di Indonesia. Penerbit A-Empat. hlm. 238. ISBN 978-623-6289-66-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-06. Diakses tanggal 2024-03-05.
- ^ Ramdani, Dian Nugraha (5 March 2024). "Mengenal Padi Gogo Rancah yang Digunakan Solihin GP Atasi Krisis Pangan". detikjabar. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-05. Diakses tanggal 5 March 2024.
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 25.
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 23–24.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-14. Diakses tanggal 2013-09-15.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-17. Diakses tanggal 2013-09-15.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-28. Diakses tanggal 2013-09-15.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-14. Diakses tanggal 2013-09-15.
- ^ Solihin GP, gubernur merakyat ajak Soeharto mandi di sungai Merdeka.com (24/2/2013). Diakses tanggal 6 Juni 2020
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 26–28.
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 29.
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 33–34.
- ^ FDWB & DPKLTS 2006, hlm. 41–42.
- ^ "Solihin GP: KPKPN Hanya Buang Duit". liputan6.com. 27 September 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-30. Diakses tanggal 30 January 2023.
- ^ "Susi Pudjiastuti, Solihin GP & para tokoh Jawa Barat menolak Proyek ADB Sodetan Citanduy tahun 2003". YouTube. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-30. Diakses tanggal 30 January 2023.
- ^ "Benarkah Menteri Susi Pudjiastuti Istri Keenam Solihin GP?". Tempo. 27 February 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-06. Diakses tanggal 30 January 2023.
- ^ Satria, Pandu (10 May 2022). "Mantan Gubernur Jabar Doakan Erick Thohir Sukses Laksanakan Tugas Negara". rilis.id. Diakses tanggal 30 January 2023.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Solihin GP Dukung Jokowi-JK". Republika. 29 May 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-03. Diakses tanggal 3 January 2023.
- ^ "Solihin GP Beberkan Resep Memenangkan Jokowi di Jabar". Bisnis.com. 28 September 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-03. Diakses tanggal 3 January 2023.
- ^ "Mantan Gubernur Jabar Solihin GP Masuk dalam Tim Pemenangan Daerah Ganjar-Mahfud di Jawa Barat". Tribun Jabar. 20 November 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-05. Diakses tanggal 5 March 2024.
- ^ Stefanie, Christie (24 June 2017). "Presiden Jokowi Jenguk Solihin GP". CNN Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-03. Diakses tanggal 3 January 2023.
- ^ Chairunnisa, Ninis (23 February 2018). "Di Bandung, Solihin GP Beri Wejangan ini untuk Jokowi". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-03. Diakses tanggal 3 January 2023.
- ^ Putra, Wisma (1 August 2021). "Solihin GP Diisukan Meninggal, Pihak Keluarga: Hoax". detiknews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-03. Diakses tanggal 3 January 2023.
- ^ Kena Stroke, Mantan Gubernur Jabar Solihin GP Dirawat di RS[pranala nonaktif permanen] Detik.com (9/6/2017). Diakses tanggal 6 Juni 2020
- ^ Mantan Gubernur Jawa Barat, Solihin GP dan Istri Masuk RS, Kisah Cintanya Mirip Ainun dan Habibie hargo.co.id (28/7/2018). Diakses tanggal 6 Juni 2020
- ^ a b Costa, Fabio Maria Lopes (5 March 2024). "Tokoh Nasional Solihin GP Meninggal karena Sakit Paru-paru dan Ginjal". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-05. Diakses tanggal 5 March 2024.
- ^ "Former West Java Governor Solihin GP Dies at 97". Jakarta Globe. 5 March 2024. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-05. Diakses tanggal 5 March 2024.
- ^ "Tokoh Jawa Barat dan Siliwangi Solihin GP tutup usia". Antara News. 5 March 2024. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-05. Diakses tanggal 5 March 2024.
- ^ "RS Advent: Solihin GP jalani perawatan 15 hari sebelum tutup usia". Antara News. 5 March 2024. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-05. Diakses tanggal 5 March 2024.
- ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 4 Oktober 2021.
- ^ Daftar WNI yang Menerima Anugerah Bintang Jasa Tahun 1964 - 2003 (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2019-09-24. Diakses tanggal 4 Oktober 2021.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mashudi |
Gubernur Jawa Barat 1970–1975 |
Diteruskan oleh: Aang Kunaefi |
Jabatan militer | ||
Didahului oleh: Achmad Tahir |
Gubernur Akademi Militer 1968–1970 |
Diteruskan oleh: Sarwo Edhie Wibowo |
Didahului oleh: M. Jusuf |
Panglima Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin 1964–1968 |
Diteruskan oleh: Sayidiman Suryohadiprojo |