Siburian

salah satu marga Batak Toba
Revisi sejak 23 November 2024 00.10 oleh 140.213.36.50 (bicara) (Hubungan kekerabatan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Siburian (Surat Batak: ᯘᯪᯅᯮᯒᯪᯀᯉ᯲) adalah salah satu marga Batak Toba yang berasal dari Muara, Tapanuli Utara. Leluhur marga Siburian merupakan anak ketiga dari Simatupang.

Hubungan kekerabatan

sunting
 
Tarombo Siburian

Siburian menikah dengan Siboru Manghiut Nauli boru Tamba dan melahirkan dua anak laki-laki yaitu:

  1. Tuan Nahum, menikah dengan boru Tamba dan melahirkan seorang anak laki-laki, yakni Guru Sounangon. Guru Sounangon menikah dengan Naili Br Tamba dan melahirkan seorang anak laki-laki, yaitu Guru Sorarangon.
  2. Tuan Napang, menikah dengan boru Tamba dan melahirkan 2 anak laki-laki yaitu
    1. Tuan Naungkup (Parbaju Bosi), menikah dengan boru Tamba dan melahirkan Ompu Luhutan, Ompu Raja Mingor dan Jonggi Maraja.
    2. Raja Sialaman (Datu Panggana Mora Debata), menikah dengan boru Sibuea dan melahirkan Datu Manongon, Bahut Raja, Saribu Raja dan Datu Ari dan satu anak perempuan yang bernama Siboru Pinta Parhalaan br. Siburian Menikah dengan Siongkal Barita (Sibegu Laos Napitupulu).

Hubungan dengan marga lain

sunting

Siburian adalah cabang dari marga besar Simatupang yang mempunyai 3 anak laki-laki:

  • Togatorop dengan istrinya boru Sipaettua (Partano Naiborngin) yang melahirkan Parbarumbung (Panopo Mas) dan Baginda Mulana.
  • Sianturi, dengan istrinya boru Manurung yang melahirkan Simangonding dan Simataniari.
  • Siburian dengan istrinya boru Tamba yang melahirkan Tuan Nahum dan Tuan Napang.

Beberapa tokoh yang bermarga Siburian, di antaranya adalah:

Referensi

sunting
  • W. M. Hutagalung, "PUSTAHA BATAK, Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak", Penerbit Tulus Jaya, 1991.
  • O.H. Sihite Panderadja "Tarombo Si Raja Batak" (Medan, 11 Pebruari 1941).
  • Ida Cynthia Simatupang "Ahu Marga Simatupang." (PABRS, 2012).
  • Stamboom Marga Togasitorop, Toga Siantoeri, Toga Siboerian (Negeri Oentemoengkoer, 1936).