Stasiun Gambir

stasiun kereta api di Indonesia


Stasiun Gambir (GMR) (atau juga disebut Stasiun Jakarta Gambir) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Gambir, Gambir, Jakarta Pusat, tepatnya di timur Monumen Nasional (Monas), serta terhubung dengan akses jalan menuju Monas. Stasiun yang terletak pada ketinggian +16 meter ini termasuk ke dalam Daerah Operasi I Jakarta dan sebagai salah satu dari lima stasiun kereta api utama di Provinsi DKI Jakarta. Stasiun ini menempati lahan seluas 1,2 hektare (3,0 ekar)[4] serta terletak di sebelah barat Gedung Kwartir Nasional Pramuka serta GPIB Immanuel Gambir. Stasiun ini melayani kereta api antarkota kelas eksekutif beserta sebagian kecil kelas campuran menghubungkan Jabodetabek dengan Bandung, Yogyakarta, Malang di lintas selatan, Semarang dan Surabaya di lintas utara Jawa.

Stasiun Gambir
Kereta Api Indonesia

Tampak depan Stasiun Gambir, 2022.
Lokasi
Koordinat6°10′36.178″S 106°49′49.829″E / 6.17671611°S 106.83050806°E / -6.17671611; 106.83050806
Ketinggian+16 m
Operator
Otoritas transitBadan Pengelola Transportasi Jabodetabek
Letak
km 5+540 lintas Jakarta KotaManggaraiBogor/Nambo[1]
Jumlah peronDua peron pulau antara jalur 1 dan 2 maupun jalur 3 dan 4 yang sama-sama tinggi
Jumlah jalur4 (jalur 2 dan 3: sepur lurus)
Layanan
Konstruksi
Jenis strukturLayang
Akses difabelYa
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe A[2]
Sejarah
Dibuka15 September 1871
Dibangun kembali5 Juni 1992
Nama sebelumnya
  • Station Weltevreden
  • Station Batavia-Koningsplein
Penumpang
202416.290/hari (layanan antarkota KAI[a])
Peringkat2
Layanan penghubung
Halte sebelumnya Transjakarta Halte berikutnya
Pejambon
Perjalanan satu arah
Koridor 2
transfer di Gambir
Istiqlal
Kwitang Koridor 2
transfer di Gambir 2
Balai Kota
Perjalanan satu arah
Koridor 2
transfer di Gambir 2
Fasilitas dan teknis
FasilitasJalur difabel Eskalator Lift Tangga naik/turun Layanan pelanggan Musala Toilet Mesin tiket Area merokok Pemesanan langsung di loket Cetak tiket mandiri Isi baterai Parkir Pertokoan/area komersial Galeri ATM Ruang/area tunggu Ruang kerja bersama Restoran Penginapan VIP Tempat naik/turun Sistem pengenalan wajah Air minum 
Tipe persinyalan
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pada masa Hindia Belanda, nama stasiun ini adalah Stasiun Weltevreden, yang kemudian berganti nama menjadi Stasiun Batavia Koningsplein setelah dilakukan perbaikan pada dasawarsa 1930-an. Pada dasawarsa 1950-an, nama stasiun ini kembali mengalami perubahan menjadi Stasiun Gambir dan kemudian dilakukan perbaikan besar-besaran menjadi stasiun jalur layang pada tahun 1988 hingga tahun 1992. Pasca hari raya Idulfitri tahun 2012, stasiun ini tidak melayani pemberhentian layanan Commuter Line kecuali dalam keadaan mendesak maupun gangguan operasi di petak antara Stasiun Juanda dan Gondangdia.[5] Di Stasiun Gambir tersedia layanan bus DAMRI yang mana salah satu rute yang dimilikinya menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Berdasarkan jumlah penumpang kereta api antarkota yang dirilis PT Kereta Api Indonesia (KAI) antara Januari–Oktober 2024, Stasiun Gambir menjadi stasiun kereta api tersibuk kedua di Indonesia dengan mencatatkan 2.531.864 penumpang naik dan 2.355.125 penumpang turun.[a]

Sejarah

Stasiun atas tanah (1871–1992)

 
Stasiun Koningsplein/Weltevreden NIS dengan gaya Indische/Neoklasik.
 
Stasiun Batavia-Koningsplein pada tahun 1937, sudah direnovasi dengan arsitektur art deco.
 
Suasana Stasiun Gambir pada tahun 1986, sebelum dilakukan pembangunan ulang menjadi stasiun jalur layang.

Stasiun ini merupakan stasiun kereta api yang terletak di ruas pertama jalur kereta api Batavia–Buitenzorg yang diresmikan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu ruas BataviaWeltevreden. Pada awalnya, stasiun ini diperkirakan merupakan stasiun kecil (halte) yang diresmikan pada 15 September 1871, bersamaan dengan pembukaan ruas pertama jalur tersebut.[7][8] Halte ini dulu sangat kecil dan sederhana.

Perhentian ini kemudian digantikan dengan Stasiun Weltevreden yang lebih menetap, dibuka pada 4 Oktober 1884 di tempat Stasiun Gambir kini berada.[9] Sampai tahun 1906, stasiun ini merupakan stasiun pemberangkatan untuk tujuan Bandung dan Surabaya. Pada bangunan stasiun ini mempunyai atap yang bertumpu pada bantalan besi cor menurut rancangan SS, demikian keterangan pada tahun 1881. NIS hingga saat itu tidak menempatkan atap-atap jenis tersebut, sementara SS telah menempatkannya di beberapa tempat.[10][11] Pada tahun 1928, setelah pengambilalihan SS pada tahun 1913, stasiun tersebut diperbesar dan pada satu tahun kemudian mengalami perubahan besar-besaran sehingga memiliki gaya bangunan Art Deco. Atap penutup diperpanjang pada tahun 1928 hingga ke sisi utara sepanjang 55 meter. Pada 16 November 1937, stasiun tersebut diresmikan sebagai Stasiun Batavia Koningsplein dan nama stasiun pun kemudian diubah menjadi Stasiun Gambir per tahun 1950.[11][12][13]

Stasiun ini tidak mengalami perubahan bentuk setelah kemerdekaan Indonesia hingga pada pertengahan dasawarsa 1980-an.

Jalur layang dan masa depan (1992-sekarang)

Pada Februari 1988, bersamaan dengan pembangunan jalur layang Jakarta KotaManggarai, stasiun lama dibongkar dan diganti dengan bangunan baru yang masih ada hingga saat ini. Pada 5 Juni 1992, Presiden Soeharto beserta ibu negara Siti Hartinah dan jajaran pemerintahan meresmikan Stasiun Gambir baru dengan menaiki KRL dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota.[14] Terdapat 4 jalur di Stasiun Gambir saat sudah menjadi jalur layang, dan bangunan stasiun ini sepenuhnya modern dengan sentuhan panel berwarna hijau pupus yang sampai hari ini masih dipertahankan. Warna cat tidak mengalami perubahan, hanya tiang peron saja yang mengalami pewarnaan ulang menjadi hijau lumut. Proyek ini telah menghabiskan dana sebesar Rp432,5 miliar rupiah dan belum sepenuhnya selesai pada saat diresmikan, hingga akhirnya bisa beroperasi penuh setahun kemudian.[15][16] Setelah pembangunan stasiun layang selesai, jalur kereta di bawah mulai dicabut dan kawasan yang pada awalnya merupakan emplasemen Stasiun Gambir lama sudah beralih menjadi halaman parkir mobil mulai tahun 1994.

Berdasarkan rencana induk yang dibuat oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, stasiun ini direncanakan untuk digunakan sebagai stasiun khusus pemberhentian KRL saja. Rencana induk tersebut kembali muncul ketika Stasiun Manggarai direncanakan untuk digunakan sebagai stasiun pemberhentian akhir kereta api penumpang non-KRL, yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan antrean kereta api penumpang di jalur layang yang terkadang mengganggu perjalanan KRL Commuter Line. Sebagai akibat dari rencana tersebut, maka Kemenhub memutuskan untuk memisahkan jalur kereta api non-KRL dan KRL Commuter Line setelah pembangunan stasiun tersebut selesai.[17][18] Dengan selesainya pembangunan stasiun tersebut sebagai stasiun sentral, nantinya semua kereta penumpang antarkota yang memiliki stasiun ujung di Stasiun Gambir akan dipindahkan ke Stasiun Manggarai pada tahun 2025.[19][20]

Mulai Februari 2022 sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens tipe SSI di sepanjang jalur layang tersebut sudah digantikan dengan yang terbaru produksi PT Len Industri.

Bangunan dan tata letak

 
Bekas rel untuk restoran Stasiun Gambir, 2018.
 
Bekas rel untuk restoran Stasiun Gambir.

Stasiun Gambir memiliki empat jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 merupakan sepur lurus. Di lahan bekas stasiun yang lama, terdapat 2 buah rel dengan bantalan besi. Diketahui, rel tersebut terpasang sejak 2010-an, dan direncanakan akan digunakan untuk restoran. Namun, hal tersebut tidak jadi dilaksanakan.

Lantai 3 Jalur 1   Keberangkatan dan kedatangan kereta api antarkota
Jalur berjalan langsung      Commuter Line Bogor
Peron pulau
Jalur 2 Sepur lurus arah Jakarta Kota
  Keberangkatan dan kedatangan kereta api antarkota
Jalur berjalan langsung      Commuter Line Bogor
Jalur 3   Keberangkatan dan kedatangan kereta api antarkota
Jalur berjalan langsung      Commuter Line Bogor
Sepur lurus arah Manggarai
Peron pulau
Jalur 4   Keberangkatan dan kedatangan kereta api antarkota
Jalur berjalan langsung      Commuter Line Bogor
Lantai 2 Area komersial, kios retail, dan Rail Transit Suite
Lantai 1 Pintu utara dan selatan, pintu tiket, mesin tiket, serta loket

Pasca hari raya Idulfitri tahun 2012, stasiun ini tidak lagi dijadikan sebagai stasiun pemberhentian bagi KRL Commuter Line, tetapi dialihkan ke stasiun terdekatnya, yaitu Stasiun Gondangdia dan Stasiun Juanda.[5]

Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Aula utama, loket, restoran, toko, serta mesin ATM terdapat pada tingkat pertama. Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restoran cepat saji dan kafetaria, sedangkan peron dan jalur kereta berada pada tingkat ketiga. Karena stasiun ini termasuk stasiun besar, maka pengumuman diberitahukan dengan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris.

Saat Ignasius Jonan menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, sempat direncanakan untuk membuat sebuah restoran dengan menggunakan unit kereta asli di area parkiran Stasiun Gambir. Calon rel pun sudah selesai dipasang, dan rencananya akan menggunakan unit bekas KRL Rheostatik angkatan tahun 1978 dari Stasiun Purwakarta sebagai restorannya. Calon unit KRL Rheostatik yang akan dipakai ini sempat dipisahkan dengan tumpukan-tumpukan KRL afkir lainnya dan disimpan di dalam depo lokomotif Purwakarta, karena rencananya akan dibawa ke Stasiun Gambir. Namun, rencana restoran ini tidak pernah terealisasikan, hanya relnya saja yang sempat dipasang. Calon unit KRL Rheostatik yang sudah disimpan di dalam depo lokomotif Purwakarta pun juga tidak pernah dibawa kesini, dan berakhir dirucat seperti unit-unit KRL Rheostatik afkir lainnya. Bekas calon rel untuk restoran ini masih terlihat pada tahun 2018, hingga akhirnya dibongkar pada suatu waktu.

Stasiun ini kini dilengkapi dengan Rail Transit Suite, yaitu hotel transit dikelola KAI Wisata khusus untuk para penumpang kereta api yang hendak beristirahat serta kamar mandi untuk para penumpang kereta api yang hendak mandi setelah kereta api sampai di tujuan.[21]

Pada 28 September 2022, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah melakukan uji coba sistem pengenalan wajah pada proses keberangkatan kereta api antarkota di Stasiun Bandung dan per 10 Juli 2023, Stasiun Gambir sudah menerapkan sistem tersebut bersama sembilan stasiun KA utama Pulau Jawa lainnya seperti Stasiun Cirebon, Semarang Tawang, serta Surabaya Pasarturi di lintas utara, sedangkan di jalur selatan Pulau Jawa seperti Stasiun Purwokerto, Yogyakarta, Solo Balapan, Madiun, Surabaya Gubeng, dan Malang.[22] Pada 1 September 2023, Stasiun Gambir mengubah pola keberangkatan dimana pintu selatan stasiun dikhususkan untuk penumpang yang menggunakan sistem pengenalan wajah setelah mendaftar melalui aplikasi Access by KAI maupun loket pendaftaran di stasiun, sedangkan pintu utara stasiun hanya dikhususkan bagi penumpang menggunakan cara konvensional, yakni membawa kertas boarding pass, e-tiket dari pihak ketiga beserta KTP yang berlaku. Sekarang sistem pengenalan wajah sudah diterapkan di pintu utara stasiun.[23]

Ciri khas

Stasiun Gambir memiliki ciri khas berupa bel bersuara lagu instrumental "Kicir-Kicir" yang sering diputar pada setiap kedatangan kereta api antarkota.

Layanan kereta api

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 3 November 2024.

Lintas selatan Jawa
Nama kereta api Kelas Relasi perjalanan Keterangan
Eksekutif
Argo Parahyangan Luxury Gambir Bandung Hanya KA 52
Eksekutif
Panoramic Hanya KA 40
Eksekutif
Purwojaya Eksekutif Cilacap Via CirebonPurwokerto
Taksaka Luxury Yogyakarta
Eksekutif
Argo Lawu Luxury Solo Balapan
Eksekutif
Argo Dwipangga Luxury
Eksekutif
Manahan Eksekutif Via CirebonPurwokerto

Beroperasi pada hari Kamis–Minggu dan hari libur nasional dengan dua kali keberangkatan

Argo Semeru Compartment Suite Surabaya Gubeng Via CirebonYogyakarta
Eksekutif
Bima Compartment Suite
Eksekutif
Gajayana Luxury Malang
Eksekutif
Campuran
Argo Parahyangan Panoramic Bandung Hanya KA 36 dan 50
Eksekutif Gambir
Ekonomi Premium
Papandayan Panoramic Garut Via BandungCibatu
Eksekutif
Ekonomi Premium
Pangandaran Panoramic Banjar Via BandungTasikmalaya
Eksekutif
Ekonomi Premium
Lintas utara Jawa
Nama kereta api Kelas Relasi perjalanan Keterangan
Eksekutif
Argo Cheribon Luxury Gambir Cirebon KA 31F-32F beroperasi pada hari libur nasional dengan jadwal siang
Eksekutif
Argo Sindoro Eksekutif Semarang Tawang Via CirebonTegal
Argo Muria
Argo Merbabu Via CirebonTegal

Perjalanan kereta api menuju Semarang hanya pada jadwal siang, sedangkan sebaliknya hanya pada pagi hari.

Argo Bromo Anggrek Luxury Surabaya Pasarturi Via CirebonSemarang Tawang
Eksekutif
Sembrani Luxury
Eksekutif
Brawijaya Priority Malang Via Semarang TawangSolo Jebres
Eksekutif
Pandalungan Eksekutif Jember Via Semarang TawangSurabaya Pasarturi
Campuran
Argo Cheribon Eksekutif Gambir Cirebon KA 24 menuju Cirebon hanya berhenti di Cikampek dan Arjawinangun

KA 22 menuju Cirebon hanya berhenti di Terisi

Ekonomi
Eksekutif KA 29F-30F beroperasi pada hari libur nasional dengan jadwal malam
Ekonomi
Eksekutif Tegal Hanya pada jadwal pagi dan petang
Ekonomi

Antarmoda pendukung

Jenis angkutan umum Trayek Tujuan
BRT Transjakarta   Monumen Nasional-Pulo Gadung (di halte Gambir dan Gambir 2)
Bus kota Transjakarta 6H Terminal Senen-Lebak Bulus (di halte Gambir)
1P Terminal Senen-Bundaran Senayan
2P Terminal Senen-Simpang Temu Dukuh Atas
Bus wisata Transjakarta BW2 Monas Explorer (Monumen Nasional–Masjid Istiqlal)
Mikrotrans Transjakarta JAK 10B Stasiun CikiniStasiun Gondangdia (via Kramat Raya–Kwitang)
Perum DAMRI JA Connexion Stasiun Gambir–Bandara Soekarno-Hatta
JR Connexion Stasiun Gambir–Ruko Kemang Pratama

Akses jalan tol

Jalan tol Gerbang tol km
Jalan Tol Lingkar Dalam Kota Jakarta Rawamangun 4,8
Jembatan Lima 10,1

Galeri

Catatan kaki

  1. ^ a b Data penumpang harian diperoleh dari menjumlahkan angka penumpang naik dan turun, kemudian dibagi 10, kemudian dibagi lagi dengan 30.[6]

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF) (46). Korean Society for Railways. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-02-27. Diakses tanggal 2020-05-09. 
  4. ^ Santia, T. (2023-05-18). "Canggih, Pemeriksaan Tiket Kereta di Stasiun Gambir Pakai Pindai Wajah". liputan6.com. Diakses tanggal 2024-10-18. 
  5. ^ a b "KRL tak Berhenti di Gambir dan Pasar Senen". Republika. Jakarta: Mahaka Media. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-25. Diakses tanggal 2018-05-24. 
  6. ^ Media, Kompas Cyber (2024-11-14). "Pasar Senen Jadi Stasiun KA Terpadat Sepanjang 2024". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-11-14. 
  7. ^ Lohanda, Mona. (2007). Sejarah para pembesar mengatur Batavia (edisi ke-Cet. 1). Depok: Masup Jakarta. ISBN 978-979-25-7295-7. OCLC 225750927. 
  8. ^ Burgerlijke Openbare Werken (1896). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij. 
  9. ^ "Bekendmaking Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij". Java-bode. 1884-10-04. hlm. 3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-07. 
  10. ^ Ensikopedi Jakarta. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, DKI Jakarta. 2005. hlm. 417. 
  11. ^ a b Tjandrasasmita, Uka (2000). Sejarah Perkembangan Kota Jakarta. Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran, DKI Jakarta. hlm. 50. 
  12. ^ "Kroniek der Indische Spoorwegen 1–15 September 1937: Naamsverandering van twee stations te Batavia". Spoor en Tramwegen (dalam bahasa Belanda). Vol. 21. 12 Oktober 1937. hlm. 483. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-06. Diakses tanggal 2020-05-03. 
  13. ^ Buku Djarak Singkat. Djawatan Kereta Api. 1950. 
  14. ^ Rudi, Alsadad (30 Agustus 2013). Syatiri, Ana Shofiana, ed. "Setelah 22 Tahun, Proyek Jalur Layang Kereta Jakarta Dilanjutkan". Kompas.com. Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-30. Diakses tanggal 30 Agustus 2017. 
  15. ^ Kayang, U. (2019). Keping-keping Kota. Bantul: Basabasi. hlm. 92. 
  16. ^ "Kereta Layang: Melayang di Atas Jalur Kumuh". Majalah Tempo. 22: 32. 1992. 
  17. ^ Kusuma, Hendra. "Gambir Hanya Layani KRL dan Kereta Khusus Mulai 2021". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08. 
  18. ^ Anwar, Muhammad Choirul. "Mulai 2021, Naik KRL Bisa Berhenti di Stasiun Gambir". CNBC Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08. 
  19. ^ Anwar, Muhammad Choirul. "Meraba Masa Depan Stasiun Gambir & Manggarai, Sekeren Apa Ya?". CNBC Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08. 
  20. ^ Hamdani, Trio. "Mengintip Suasana Stasiun Manggarai yang Bakal Gantikan Gambir". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08. 
  21. ^ "Ini Penampakan Hotel Transit Berbintang di Stasiun Gambir". detikcom. Detikcom. [pranala nonaktif permanen]
  22. ^ Sri Rahayu, Isna (9 Juni 2023). "Boarding Kereta Api Hanya dengan "Face Recognition", Registrasinya Kurang dari 1 Menit". Kompas.com. Jakarta: KG Media. Diakses tanggal 10 Juli 2023. 
  23. ^ "Siap-Siap, Mulai 1 September 2023, Gate Selatan Stasiun Gambir Khusus Layani Face Recognition Boarding, Pendaftarannya Bisa di Aplikasi Access by KAI" (Siaran pers). Jakarta: PT Kereta Api Indonesia (Persero). 31 Agustus 2023. 

Pranala luar

Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Juanda Jakarta Kota–Bogor–
Padalarang
Lintas Jakarta segmen Jakarta Kota–Manggarai
Gondangdia
menuju Padalarang