Yon Koeswoyo
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Koesyono bin Koeswoyo atau lebih dikenal dengan nama Yon Koeswoyo (27 September 1940 – 5 Januari 2018) adalah seorang vokalis utama sekaligus pemain rythm guitar dan pendiri grup musik Koes Plus yang sebelumnya bernama Koes Bersaudara. Yon adalah satu-satunya personel asli Koes Plus yang terus aktif dan mempertahankan eksistensi grup musik ini sampai ia meninggal dunia pada bulan Januari 2018.
Yon Koeswoyo | |
---|---|
Lahir | Koesyono 27 September 1940 Tuban, Hindia Belanda |
Meninggal | 5 Januari 2018 Pamulang, Tangerang Selatan | (umur 77)
Pekerjaan | |
Suami/istri | |
Anak | Pernikahan dari Susi Susrini Gerry Koeswoyo David Koeswoyo |
Orang tua | Raden Koeswoyo dan Rr. Atmini |
Karier musik | |
Genre | |
Instrumen |
|
Tahun aktif | 1958–2018 |
Label | Dimita Moulding Company, Ltd, Remaco |
Artis terkait | |
Masa Kecil
suntingYon Koeswoyo adalah anak keenam dari sembilan bersaudara anak dari pasangan R. Koeswojo (Raden Koeswoyo) (10 Oktober 1895 – 6 Agustus 2000) dan Rr. Atmini (16 September 1900 – 3 Desember 1969) asal Tuban. Berikut adalah urutan kakak-beradik keluarga Koeswoyo.
- Tituk (perempuan) (15 Mei 1930), meninggal sewaktu bayi.
- Koesdjono (Djon alias John Koeswoyo) (5 Agustus 1932 – 2 Desember 2022).
- Koesdini (Dien ~ perempuan) (7 Oktober 1934).
- Koestono (Ton alias Tonny Koeswoyo) (19 Januari 1936 – 27 Maret 1987).
- Koesnomo (Nom alias Nomo Koeswoyo) (21 Januari 1938 – 15 Maret 2023).
- Koesyono (Yon alias Yon Koeswoyo) (27 September 1940 – 5 Januari 2018).
- Koesroyo (Yok alias Yok Koeswoyo) (3 September 1943).
- Koestami (Miyi ~ perempuan) (6 Januari 1945).
- Koesmiani (Ninuk ~ perempuan) (16 Januari 1947).
Dari silsilah keluarga, mereka termasuk generasi ketujuh keturunan (trah) Sunan Muria di Tuban. Ibu mereka adalah keponakan dari Bupati Tuban pada zaman penjajahan Belanda.
Masa kecil Yon dilalui di Tuban bersama saudara-saudaranya. Pada tahun 1952 keluarga Koeswoyo pindah ke Jakarta mengikuti mutasi ayah yang berkarier hingga pensiun sebagai pegawai negeri di Kementerian Dalam Negeri. Di Jakarta mereka sekeluarga menempati rumah di Jalan Mendawai III, No. 14, Blok C, Kebayoran baru, Jakarta Selatan.
Karier
suntingKoes Bersaudara
suntingPada awalnya, Yon bersama keempat saudaranya, John, Tonny, Nomo, dan Yok membentuk sebuah grup musik keluarga pada tahun 1958, beranggotakan mereka sendiri meliputi John sebagai pemain bass betot, Tonny sebagai pemain gitar, Nomo sebagai pemain drum, serta Yok dan Yon sendiri pada vokal. Mereka juga sempat dibantu oleh beberapa rekan seperti Tommy Darmo dan Jan Mintaraga yang bergabung dalam band, sampai akhirnya keduanya mengundurkan diri pada tahun 1963. Grup musik ini awalnya bernama Koes Brothers dan disebut-sebut terinspirasi dari grup musik duet "Kalin Twins" dan kemudian Everly Brothers. John sebagai kakak tertua kemudian mengundurkan diri pada tahun 1964, sehingga menyisakan Yon, Tonny, Nomo, dan Yok, nama grup musik kemudian diganti menjadi "Koes Bersaudara", Yon tetap berperan sebagai vokalis utama dan kali ini juga merangkap memainkan rythm guitar.[1][2] Yon sejak awal memang diproyeksikan oleh Tonny untuk menjadi vokalis karena memiliki suara yang bagus, Yon tidak pernah secara khusus diajari oleh Tonny untuk memainkan alat musik gitar, kemampuannya bermain gitar dipelajarinya secara otodidak dengan mengamati permainan gitar Tonny.
Koes Bersaudara sempat berkarya dan menghasilkan beberapa album sampai akhirnya mereka ditangkap oleh aparat dan dipenjara pada tahun 1965, karena dianggap memopulerkan lagu-lagu bernuansa barat atau disebut "ngak ngik ngok" oleh rezim Presiden Soekarno kala itu. Akan tetapi, mereka berempat hanya ditahan beberapa waktu sampai akhirnya dibebaskan sehari sebelum terjadinya G30S-PKI tanpa alasan yang jelas, Yon dan ketiga saudaranya pun kembali berkarya melanjutkan grup musik mereka.
Koes Plus
suntingMeski meraih kesuksesan dalam bermusik, tetapi kehidupan Yon dan ketiga saudaranya tetap dalam kesulitan ekonomi. Pada tahun 1969, sempat terjadi perselisihan antara Tonny dengan Nomo mengenai komitmen bermusik, Nomo yang berjiwa bisnis memandang bahwa musik dan bisnis dapat ditekuni bersama-sama, tetapi Tonny menganggap bahwa bermusik adalah kegiatan yang harus ditekuni secara serius dan totalitas. Tonny tegas memberi 2 pilihan pada Nomo, apakah tetap konsisten bermusik atau mengundurkan diri, Nomo pun memutuskan mengundurkan diri dan memilih berbisnis, Tonny kemudian berusaha mencari pengganti Nomo untuk posisi drum. Yon kemudian bertemu dengan rekannya, Tommy Darmo dan juga Dimas Wahab, yang merekomendasikan agar merekrut seorang pemain drum asal surabaya bernama Kasmuri alias Murry, Yon pun menyampaikan rekomendasi tersebut kepada Tonny, mereka kemudian menemui Murry dan mengetes permainannya. Setelah mengamati permainan drum Murry, Tonny tertarik dan resmi merekrutnya sebagai pemain drum, Tonny menilai pukulan drum Murry begitu keras dan variatif, serta sesuai dengan selera musiknya.
Keputusan Tonny mengeluarkan Nomo dan merekrut Murry ini menimbulkan protes keras dari Yok, ia kecewa dan memutuskan keluar juga sebagai bentuk solidaritas terhadap abangnya, Nomo. Yok tak mau bergabung dengan grup band baru dengan orang di luar keluarga Koeswoyo, ia bersama Nomo bahkan sempat melarang Tonny dan Yon menggunakan alat musik mereka dan meminta supaya grup musik dibubarkan saja. Yon pun sempat merasa sangat bersalah, karena kedua temannya Tommy Darmo dan Dimas Wahab sempat mau dihajar oleh kedua saudaranya itu gara-gara memperkenalkan Murry. Akan tetapi, Tonny tetap bersikeras melanjutkan grup musik barunya bersama Yon, Tonny kemudian merekrut Adji Kartono alias Totok Adji Rachman sebagai pemain bass menggantikan Yok. Yon sendiri tidak mempermasalahkan kehadiran Totok dan Murry sebagai personel dalam grup musik, Yon merupakan satu-satunya adik Tonny yang setia mengikuti karir kakaknya dalam bermusik. Nama grup musik kemudian diganti menjadi "Koes Plus" dan Yon tetap berperan sebagai vokalis utama dan pemain rythm guitar, mereka pun segera berkarya walau dalam keterbatasan dan sukses menghasilkan album pertama mereka, "Dheg Dheg Plas"
Pada awalnya, album pertama Koes Plus tidak terlalu mendapat perhatian, piringan hitam pertama mereka sempat ditolak beberapa penjual musik, lagu-lagu mereka terutama "Kelelawar" bahkan sempat diremehkan. Sampai akhirnya, Yok yang sebelumnya antipati akhirnya bergabung bersama Koes Plus menggantikan Totok sebagai pemain bass. Popularitas Koes Plus lalu menguat setelah mereka tampil di Jambore Band di Senayan, Jakarta tahun 1972, semua peserta menyanyikan lagu berbahasa Inggris, hanya Koes Plus yang berani menyanyikan lagu bahasa Indonesia dan ciptaan mereka sendiri. Popularitas Koes Plus pun melesat dan membuat mereka menjadi kiblat musik pop dan rock and roll di Indonesia selama dekade 1970-an, serta salah satu grup musik yang paling lama berdiri dan produktif menghasilkan banyak lagu dan album.
Reuni "Koes Bersaudara"
suntingMenjelang dekade 1980-an, popularitas Koes Plus mulai melemah, Yon dan kedua saudaranya kembali membentuk grup musik "Koes Bersaudara" bersama Nomo atas saran dari Eugene Timothy selaku produser perusahaan rekaman Remaco yang menjadi tempat mereka bernaung, serta atas permintaan dari keluarga Koeswoyo dan para penggemar mereka. Yon dan keempat saudaranya kembali berkarya bersama-sama dan sukses menghasilkan album, salah satu lagu ciptaan mereka berjudul "Kembali" pun meledak menjadi salah satu lagu hits paling populer, bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu "lagu wajib"nya para penggemar Koes Plus/Bersaudara. Kebersamaan dan kesuksesan Koes Bersaudara era ini juga didukung penuh oleh keluarga, ayah mereka R. Koeswoyo atau juga dikenal sebagai "Koeswoyo Senior" ikut menyumbangkan lagu berjudul "Demi Cinta", kakak tertua John Koeswoyo juga berkontribusi bersama keempat adiknya dalam mengarang lagu berjudul "Haru dan Bahagia". Kesuksesan album reuni pertama ini kemudian berlanjut dengan dirilisnya 4 album berikutnya hingga tahun 1978. Dalam formasi era ini, seluruh personel menyumbangkan lagu dan sebagian menyanyikan sendiri lagu-lagu ciptaannya. Koes Bersaudara mulai era ini mencirikan setiap personelnya membuat lagu dan umumnya menyayikan sendiri lagu ciptaannya. Sayangnya, Koes Bersaudara era ini tidak mampu meraih popularitas tinggi seperti Koes Plus sebelumnya, Yon, Tonny, dan Yok lalu membentuk kembali Koes Plus bersama Murry.
Sekitar tahun 1979 - 1980, Yon dan kedua saudaranya sekali lagi kembali membentuk grup musik "Koes Bersaudara" bersama Nomo dan sempat menghasilkan 2 buah album. Dukungan keluarga bahkan terlihat dengan adanya sumbangan beberapa lagu dari adik bungsu mereka yakni Ninoek Koeswoyo. Namun penjualan album-album ini tak begitu sukses di pasaran. Grup ini pun kembali vakum selama beberapa tahun kemudian. Yon bersama kedua saudaranya kembali mengusung Koes Plus, sedangkan Nomo berkarier sebagai penyanyi solo dan menekuni bisnisnya yang cukup sukses di kala itu.
Yon dan keempat saudaranya kembali membentuk grup musik "Koes Bersaudara" sekali lagi pada tahun 1986 dan sukses menghasilkan 6 buah album pada tahun 1987, mereka sempat meraih kesuksesan dengan salah satu lagu berjudul "Kau Datang Lagi" dari salah satu album. Sayangnya kebersamaan ini tidak berlangsung lama karena pada akhirnya, Tonny Koeswoyo selaku penggagas "Koes Bersaudara" maupun "Koes Plus" meninggal dunia pada tahun yang sama. Sepeninggal Tonny, Koes Bersaudara masih sempat berkarya dan menghasilkan 8 buah album pada tahun 1988, serta 2 buah album pada tahun 2000.
Solo Karier
suntingDalam masa kevakuman Koes Plus dan Koes Bersaudara, Yon sempat merilis album solo. Pada tahun 1981, dengan seizin Tonny ia mengeluarkan solo album yang bertajuk "Lantaran". Dalam hal ini ia dibantu oleh rekannya seorang pemusik dan pencipta lagu Harry Cahyono. Album produksi Sky Record ini berisikan materi 10 lagu. Tidak tanggung-tanggung dari 10 lagu dalam album tersebut 8 di antaranya karya Harry Cahyono (Antara lain: "Lantaran", "Senandung Malam", "Jakarta", dan "Tuan-Tuan") dan dua lagu karya Yon Koeswoyo yaitu "Kota Sunyi" dan "Kesan". Sebagian besar lagu dalam album ini berisi kritik sosial yang disampaikan dengan bahasa abstrak dan tak mudah langsung dicerna. Tidak seperti karya-karya Koes Plus yang sekali dengar langsung dipahami maknanya. Peran Harry Cahyono dengan karya yang sarat kritik sosial ini berulang pada sekitar 27 tahun kemudian pada tahun 2008 melalui album solo Yon Koeswoyo berikutnya yang berjudul "Song of Porong".
Koes Plus Pasca Meninggalnya Tonny Koeswoyo
suntingSepeninggal Tonny Koeswoyo, personel asli Koes Plus terdiri dari Yon, Yok, dan Murry, mereka terus bermusik walau dengan personel pengganti Tonny yang sering berganti-ganti, dan sempat menghasilkan beberapa album baru hingga awal 1990-an. Pada tahun 1993, Koes Plus kembali menarik perhatian publik dengan mengadakan berbagai konser show come-back bersama 1 personel tambahan yaitu Abadi Soesman, konser mereka yang berlangsung sukses membuktikan bahwa Koes Plus masih banyak digemari masyarakat. Selanjutnya, Koes Plus masih sempat berkarya menghasilkan beberapa album dan menggelar konser dengan personel tambahan yang berganti-ganti, Koes Plus juga sempat kembali menarik perhatian publik dengan menggelar konser bersama personel tambahan Deddy Dores pada tahun 1997.
Pada tahun yang sama, Yok Koeswoyo akhirnya memilih mengundurkan diri dan beristirahat dari dunia panggung, sehingga personel asli Koes Plus yang aktif hanya tersisa Yon Koeswoyo sebagai vokalis utama dan pemain rythm guitar, serta Murry sebagai pemain drum. Mereka kemudian dibantu dengan 2 personel tambahan yaitu Andolin Sibuea sebagai pemain keyboard dan lead guitar, serta Jack Kashbie sebagai pemain bass, formasi ini eksis sejak 1998 dan sempat menghasilkan 2 album, formasi ini terus bertahan selama hampir 7 tahun dan bisa dikatakan sebagai salah satu formasi paling awet dan apik pasca meninggalnya Tonny Koeswoyo. Sayangnya, formasi ini terpaksa berakhir pada tahun 2004, karena terjadi perselisihan antara Yon Koeswoyo selaku penerus nama besar "Koeswoyo" dengan ketiga personel lainnya terkait masalah manajemen dan honor yang dianggap semakin samar dan tidak jelas.
Koes Plus Pembaruan
suntingAkhirnya, Yon sebagai vokalis utama dan pemain rythm guitar menjadi satu-satunya personil asli Koes Plus yang aktif dan mempertahankan eksistensi grup musik ini, Yon kemudian merekrut 3 personel baru yang berusia sangat muda dari grup musik pelestari lagu-lagu Koes Plus, mereka terdiri dari Danang sebagai pemain keyboard dan lead guitar, Sony sebagai pemain bass, dan Seno sebagai pemain drum. Formasi yang kemudian diberi nama "Koes Plus Pembaruan" atau "Koes Plus Formasi Millenium" ini eksis sejak 2004 dan mampu bertahan cukup lama, nuansa asli "Koes Plus" tetap terasa karena suara khas Yon Koeswoyo merupakan salah satu karakteristik utama yang membentuk keunikan Koes Plus, formasi baru ini juga sempat menghasilkan beberapa album baru seperti "Song of Porong" dan "Curiga" sebagai album terakhir.[3] Yon juga sempat mengikuti konser reuni Koes Plus bersama Yok dan Murry pada tahun 2013.
Kehidupan pribadi dan sosial
suntingPendidikan terakhir yang sempat ditempuh oleh Yon adalah Universitas Res Publica (sekarang Universitas Trisakti) Jakarta, jurusan Arsitektur pada tahun 1965. Namun tidak selesai, meski sudah tingkat terakhir: Tingkat persiapan.
Di antarasaudaranya, Yon memang termasuk yang telat menikah. Hal itu pernah ia tuangkan dalam lagu ciptaannya berjudul "Hidup Yang Sepi". Lagu yang lahir ketika Yon benar-benar sepi sebagai pria lajang tanpa kekasih. Bahkan ia pernah menyanyikan lagu itu sampai matanya berlinang. Pada masa remaja Yon mengaku sempat merasakan cinta platonik yang dahsyat pada seorang gadis Orang Indo Belanda yang cantik. Gadis itu bahkan hampir menggoyahkan imannya. Namun cinta itu tak berkelanjutan.
Dalam pengakuannya kepada Kick Andy show di stasiun televisi MetroTV pada tahun 2008, terkuak bahwa cinta sejatinya dahulu pernah hinggap pada pemain drum band wanita Dara Puspita yang bernama Susy Nander. Sayang ketika cinta sedang menyala-nyala, Dara Puspita harus melanglang ke manca negara. Cinta mereka akhirnya kandas karena harus berjarak. Kisah cinta Yon dengan personel Dara Puspita diabadikan oleh Tony Koeswoyo dalam judul sebuah lagu mereka "Andaikan Kau Datang" yang dilantunkan Yon.
Yon menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan Susi Susrini, seorang wanita asal Yogyakarta pada tahun 1964. Dari pernikahan ini ia memperoleh 2 orang anak yakni Ulung Gariyas (Gerry) Koeswoyo dan Otmar Veda (David Koeswoyo). David mengikuti jejaknya sebagai penyanyi dengan menjadi vokalis Kelompok Band Junior (Band). Namun pernikahan ini berujung perceraian, karena Susy meninggalkannya di saat Yon sedang terpuruk. Saat itu popularitas Koes Plus menurun pasca kematian Tonny Koeswoyo, kehidupan keluarga Yon semakin sulit. Untuk menghidupi keluarganya, Yon mencoba hidup dengan usaha jual-beli mobil dan penghasilan dari menyewakan rumahnya.
Yon kemudian menikah lagi pada 11 Januari 1993 dengan seorang wanita yang bernama Bonita Angelia. Pada pertengahan 1990-an itu hidupnya masih terbilang pas-pasan. Bahkan ketika istrinya melahirkan, Yon tidak mempunyai uang sama sekali. "Untuk membayar rumah sakit bersalin sebesar satu setengah juta rupiah ia harus meminjam uang, cerita Yon dalam bukunya. Pernikahan kedua ini Yon memperoleh 2 orang anak yang bernama Bela Aron Koeswoyo dan Kenas Koeswoyo. Bahkan kini sang istri yang menggunakan hijab inilah yang menjadi managernya dalam setiap kegiatan bermusiknya bersama Koes Plus.
Sebagaimana saudara-saudaranya yang lain, Yon pun kerap menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membantu perekonomian keluarga abang tertuanya Jon yang banyak berjasa pada permulaan berkecimpungnya mereka dalam dunia musik. Pada usia tua, Yon mulai banyak mengisi hari-harinya dengan berkebun dan melukis. Ia mulai intensif melukis sejak 2001 meski tidak ditujukan untuk komersil. Selain melukis, ia juga masih aktif mencipta lagu dan menyiapkan album baru Koes Plus formasi terakhir yang terus diusungnya.
Kematian dan Warisan
suntingYon Koeswoyo akhirnya meninggal dunia pada tanggal 5 Januari 2018, ia sebelumnya sempat menderita komplikasi penyakit sesak nafas dari kebolongan pada paru-paru, yang mengharuskannya beristirahat total dari bermusik dan berulangkali masuk rumah sakit. Jenazah Yon dimakamkan satu liang lahat di makam kakaknya, Tonny Koeswoyo, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta.[4][5]
Selepas kematian Tonny pada tahun 18987 yang lalu, Yon menjadi satu-satunya personel asli Koes Bersaudara sekaligus Koes Plus yang aktif bermusik sampai akhir hayatnya, eksistensi Koes Plus sebagai grup musik kini berakhir setelah kematiannya. Sebagai bentuk penghormatan kepada Yon, saluran televisi MetroTV membuat sebuah program khusus bertajuk "Koes Plus: Mengenang Yon Koeswoyo" yang ditayangkan pada tanggal 6 Januari 2018. Program ini menampilkan cuplikan tayangan Kick Andy episode "Kembali Bersatu" (2008) yang menampilkan Yon dengan formasi "Koes Plus Pembaruan"nya beserta ketiga saudaranya, John, Nomo, dan Yok, dan Zona Memori (2011) episode "Let's Have Fun With Legend" pada sesi penampilan Koes Plus bersama dengan Yok Koeswoyo dan Petra Sihombing. Kedua cuplikan program ini juga ditampilkan di program The Legend (Metro TV) episode "Koes Plus" (4 September 2021) dengan Yok Koeswoyo sebagai narasumber utama pada program tersebut.
Filmografi
suntingFilm
suntingTahun | Judul | Peran | Keterangan |
---|---|---|---|
1972 | Bing Slamet Setan Djalanan | Sebagai Koes Plus | |
1973 | Ambisi |
Instrumen
suntingReferensi
sunting- ^ https://www.grid.id/read/043598371/john-koesyowo-meninggal-dunia-di-usia-90-tahun-berikut-profil-basis-koes-bersaudara-yang-sempat-kerja-di-perusahaan-kontraktor?page=all
- ^ https://radartuban.jawapos.com/entertainment/864939565/koes-bersaudara-cikal-bakal-koes-plus-dipengaruhi-genre-musik-rolling-stone-the-beatles-everly-brothers
- ^ https://okkyrahardjo.blogspot.com/2012/05/sebuah-catatan-tentang-koes-plus.html
- ^ Nurhayati, Nunuy (5 Januari 2018). "Yon Koeswoyo Meninggal". Tempo.co. Diakses tanggal 5 Januari 2018.
- ^ Setiawan, Aris. "Yon Koeswoyo Sang Legenda". detikcom. Diakses tanggal 2020-03-03.
Daftar pustaka
sunting- Suhana, A. (2014). Kisah dari hati: Koes Plus : tonggak industri musik Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 9789797098254.