Pempek

sejenis panganan berbahan ikan dan tepung
Revisi sejak 24 Desember 2024 00.55 oleh Great achievement (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan by 2001:448A:11A3:1D67:F0E9:F6ED:9DCE:ED7A (bicara) (TW))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pempek, mpek-mpek, atau dalam bahasa Indonesia gaul empek-empek, adalah makanan khas Palembang, Sumatera Selatan. Proses pembuatannya yakni dibuat dari daging ikan Tenggiri bisa juga ikan gabus yang digiling lembut, dicampur tepung kanji atau tepung sagu, serta dengan penambahan komposisi bahan lain seperti telur, bawang putih yang dihaluskan, penyedap rasa, dan garam. Pempek biasanya disajikan dengan kuah yang disebut cuko yang memiliki rasa asam, manis, dan pedas.[1]

Pempek
Pempek kapal selam dan keriting sedang disirami kuah cuko.
Tempat asalIndonesia
DaerahPalembang, Sumatera Selatan
Bahan utamaDaging ikan, tapioka, telur ayam, air matang, garam
VariasiPempek kapal selam (pempek telok besak), pempek telok kecik, pempek keriting, pempek lenjer, pempek kulit, pempek tahu, pempek adaan, pempek pistel, pempek udang, pempek belah, pempek panggang, pempek lenggang, dsb.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pada tahun 1880-an, para penjual pempek biasa memikul satu keranjang penuh sambil berjalan kaki berkeliling menjajakan dagangannya. Saat ini pempek didagangkan oleh pedagang kaki lima maupun restoran. Para penjual pempek dapat ditemukan dengan mudah di beberapa daerah pada provinsi Sumatra Selatan hingga Bengkulu.[2]

Cara memakan pempek yang benar adalah dengan mengunakan mangkuk kecil sebagai tempat cukonya (cuka dalam bahasa Indonesia) lalu pempek dicocolkan. Cuko kemudian diseruput untuk menambah rasanya nikmatnya.[3] Pelengkap yang lain untuk menyantap pempek adalah mentimun segar yang diiris dadu dan mie kuning terkadang ada tambahan cabai bubuk untuk ekstra pedas.[1]

Sejarah pempek

sunting

Pempek mempunyai sejarah yang unik dan tidak dapat dilepaskan dari masuknya para perantau Tionghoa ke Palembang semasa pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam ketika dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II pada abad ke-16 Masehi. Berdasarkan cerita masyarakat, pempek dijual keliling kota oleh seseorang asal Tionghoa yang sering dipanggil Apek di kisaran tahun 1617 M. Apek sendiri di dalam Bahasa Tionghoa memiliki arti paman atau laki-laki tua, Apek sendiri pada saat itu berusia sekitar 65 tahun.[4]

Apek yang tinggal di pinggiran Sungai Musi dan memiliki ide untuk memanfaatkan potensi ikan yang melimpah, dengan mengolahnya menjadi makanan selain digulai dan digoreng. Hingga akhirnya, Apek mengolah ikan hasil tangkapannya dan mencampurnya dengan tepung. Mirip dengan makanan bakso yang dibawa pedagang Tiongkok ke Palembang. Setelah itu Apek pun berkeliling menjual produk hasil buatannya yang pada saat itu belum memiliki nama. Saat ada yang ingin membeli, mereka akan memanggil Apek dengan ujung namanya saja, yaitu "peek..peek", hingga akhirnya menjadi asal mula nama pempek. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa sejarah pempek melibatkan akulturasi kebudayaan kuliner dari Tiongkok.[5]

Pempek sendiri adalah adaptasi Palembang dari ngo hiang dan kekkian, yang sama-sama merupakan makanan olahan dari ikan. Namun alih-alih disajikan ke dalam sup atau digoreng saja, pempek terkenal akan cuko, yaitu saus dengan rasa manis, asam dan pedas.

Bahan-bahan

sunting
 
Adonan pempek

Pada awalnya pempek dibuat dari daging ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida (hingga ditetapkan sebagai spesies yang dilindungi pada tahun 2021[6]), ikan tersebut lalu diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.

Pada perkembangan selanjutnya, beberapa jenis ikan sungai lainnya juga dapat digunakan, misalnya ikan putak, toman, dan kehung. Dipakai juga jenis ikan laut seperti tenggiri, kakap merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah. Bahkan ada juga yang menggunakan ikan sarden, ikan lele serta ikan tuna putih.

Penyajian pempek ditemani oleh kuah saus berwarna hitam kecokelat-cokelatan, yang disebut cuka atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, ebi (udang kering), cabai rawit tumbuk, bawang putih, dan garam. Bagi masyarakat asli Palembang dan sekitaran Sumatra lainnya, cuko dari dulu dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya pendatang dari luar Pulau Sumatra maka saat ini banyak ditemukan cuko dengan rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas. Pelengkap yang lain untuk menyantap makanan khas ini adalah mentimun segar yang diiris dadu, ebi, dan juga mie kuning.

Jenis-jenis pempek

sunting
 
Pempek Tunu, telah dipanggang dan siap dimakan

Jenis pempek yang terkenal adalah "pempek kapal selam", yaitu pempek yang diisi dengan telur ayam dan digoreng dalam minyak panas. Ada juga yang lain seperti pempek lenjer, pempek bulat (atau terkenal dengan nama "ada'an"), pempek kulit ikan, pempek pistel (berisi irisan pepaya muda rebus yang sudah ditumis dan dibumbui), pempek telur kecil, pempek tahu, pempek tunu, pempek dos dan pempek keriting.

Dari satu adonan pempek, ada banyak makanan yang bisa dihasilkan, bergantung baik pada komposisi maupun proses pengolahan akhir dan pola penyajian. Di antaranya adalah laksan, tekwan, model, celimpungan dan lenggang. Laksan dan celimpungan disajikan dalam kuah yang mengandung santan; sedangkan model dan tekwan disajikan dalam kuah berisi kepingan jamur kuping, kepala udang, bengkuang, serta ditaburi irisan daun bawang, seledri, dan bawang goreng dan bumbu lainnya. Varian baru juga sudah mulai dibuat orang, misalnya saja kreasi pempek keju, pempek baso sapi, pempek sosis serta pempek lenggang keju yang dipanggang di wajan anti lengket.

Popularitas Pempek

sunting

Pempek tidak hanya populer di Palembang atau Sumatera Selatan saja, beberapa daerah di sekitar Sumatera Selatan, seperti Riau, Lampung, dan Bangka Belitung. Beberapa pempek di daerah-daerah tersebut bahkan memiliki cita rasa yang berbeda jika dibandingkan pempek yang ada di Palembang. Bahan utama pempek di Bangka misalnya lebih banyak berasal dari ikan laut jika dibandingkan pempek di Palembang yang banyak di antaranya menggunakan ikan air tawar. Hal ini diperngaruhi kondisi geografis dari kedua wilayah yang berbeda, di mana perairan wilayah Palembang didominasi sugai, sedangkan di Bangka yang notabene merupakan daerah kepulauan, dikelilingi oleh lautan[7].

Galeri

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Budi, Candra Setia, ed. (2021-02-07). "Mengenal Asal Usul Nama Pempek, Makanan Khas Palembang, Ini Ceritanya". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-12-07. 
  2. ^ Nuraini, Senjie (23 Oktober 2023). "Bagaimana Cara Membuat Pempek Tidak Keras? Simak di Sini". Fimela. Diakses tanggal 04 Januari 2024. 
  3. ^ Tim Redaksi, Kompas (08 Maret 2023). "3 Cara Makan Pempek, Rekomendasi dari Penjual". Kompas. Diakses tanggal 04 Januari 2024. 
  4. ^ Tim Redaksi, Sverse. "Sejarah Pempek Palembang". Sriwijaya Verse. Diakses tanggal 08 Januari 2024. 
  5. ^ "Menelusuri Sejarah Pempek Palembang, Jenis-Jenisnya, dan Resep!". www.orami.co.id. 2021-08-18. Diakses tanggal 2023-12-02. 
  6. ^ Tiofani, Krisda (2021-09-07). Agmasari, Silvita, ed. "Apa Itu Ikan Belida, Bahan Baku Pempek yang Kini Masuk Hewan Dilindungi?". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-11-25. 
  7. ^ Prodjo, Wahyu Adityo (2017). "Inilah Perbedaan Pempek Bangka dan Palembang". Kompas. Diakses tanggal 2024-11-25.