Ritus Bizantin

konsep peribadatan kekristenan
Revisi sejak 7 Maret 2010 17.49 oleh Stevenvictor (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Eastern Christianity}} '''Ritus Bizantium''', terkadang disebut '''Ritus Konstantinopel''' atau '''Ritus Konstantinopolitan''', adalah ritus liturgi yang ki...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ritus Bizantium, terkadang disebut Ritus Konstantinopel atau Ritus Konstantinopolitan, adalah ritus liturgi yang kini digunakan (dalam pelbagai bahasa) oleh semua Gereja Ortodoks Timur dan Gereja-Gereja Katolik-Yunani (Gereja-Gereja Katolik Timur yang menggunakan ritus Bizantium). Ritus ini berkembang di kota Konstantinopel (sekarang Istanbul), yang sebelumnya bernanya Bizantium. Ritus ini adalah ritus liturgi terbesar kedua dalam dunia Kristen, dan ritus liturgi terbanyak kedua yang digunakan di seluruh dunia sesudah Ritus Romawi.

Ritus Bizantium terdiri atas Liturgi-Liturgi Suci, Ibadat Harian, bentuk-bentuk pelayanan Misteri Suci (sakramen), doa, pemberkatan, dan eksorsisme, yang berkembang dalam Gereja di Konstantinopel. Termasuk juga gaya arsitektur, ikon, musik liturgi, vestimentum, dan tradisi yang berkembang selama berabad-abad dalam praktik ritus ini.

Beberapa karakteristik yang membedakan Ritus Konstantinopolitan dari Ritus Romawi adalah penggunaan roti beragi untuk Ekaristi (lihat azimos), imam yang menikah di paroki-paroki (lihat selibat), peran penting bagi diakon dalam peribadatan, dan mementingkan monastisisme. Tidak seperti kebanyakan Gereja Barat, mayoritas ibadat-ibadat umat Kristiani Timur dilantunkan bukan didaraskan. Seturut tradisi, umat tetap berdiri selama ibadat berlangsung, dan sebuah ikonostasis berdiri sebagai sekat pemisah antara ruang suci dan seluruh bagian lain gedung Gereja. Umat sangat aktif dalam ibadat, mereka kerap membungkuk dan bersujud, dan leluasa berpindah tempat dalam gedung Gereja selama ibadat berlangsung.

Kitab Suci berperan penting dalam peribadatan Bizantium, bukan saja ada bacaan-bacaan harian melainkan juga terdapat banyak kutipan dari Alkitab selama ibadat berlangsung. Seluruh Psalterium dilantunkan tiap pekan, dan dua kali sepekan selama Puasa Besar.

Aturan-aturan berpuasa lebih ketat daripada di Barat. Pada hari-hari puasa, umat tidak saja berpantang daging, tetapi juga berpantang telur, dan susu serta hasil-hasil olahannya. Pada banyak hari puasa mereka juga berpantang ikan, anggur dan minyak untuk memasak. Ritus Konstantiopel menjalankan empat masa puasa: Puasa Besar, Puasa Natal, Puasa Para Rasul, dan Puasa Dormisi. Selain itu, hampir setiap hari Rabu dan Jumat selama setahun merupakan hari-hari puasa. Banyak biara juga menjadikan hari Minggu sebagai hari puasa.

Sejarah

Ada dua tradisi liturgi purba yang menjadi sumber semua Ritus Timur (serta Ritus Galikan di Barat): Ritus Aleksandria di Mesir dan Ritus Antiokhia di Suriah. Kedua ritus ini bersumber langsung dari tata cara Gereja Perdana. Ritus Konstantinopel sendiri bersumber dari Ritus Antiokhia. Sebelum keuskupan Konstantinopel ditingkatkan menjadi Patriarkat oleh Konsili Konstantinopel Pertama pada 381, yurisdiksi tertinggi di Asia Kecil adalah Patriarkat Antiokhia. Setelah konsili tersebut mengangkat Keuskupan Konstantinopel ke jenjang primasi di Timur, dengan kalimat "Uskup Konstantinopel ... akan memiliki prerogatif kehormatan setelah Uskup Roma; karena Konstantinopel adalah Roma Baru",[1] Ritus Konstantinopolitan lama-kelamaan menjadi tata cara standar di semua tempat yang berada di bawah yurisdiksinya.

 
Fresko Basil Agung di katedral Ohrid. Santo ini digambarkan sedang mengkonsekrasi persembahan dalam Liturgi Suci yang dinamakan menurut namanya.

Tradisi Gereja Konstantinopel mengaitkan Liturgi Suci tertua dari dua Liturgi Suci yang dimilikinya dengan St. Basil Agung (wafat 379), Metropolitan Kaisarea di Kapadokia. Tradisi ini diteguhkan oleh kesaksian beberapa pujangga kuna, beberapa di antaranya sezaman dengan Basil.

Kalender

Siklus-tetap dari tahun liturgi dimulai pada 1 September. Ada pula siklus-bergerak Siklus Paskah yang ditetapkan sesuai penentuan tanggal Paskah, yakni hari terpenting dalam setahun. Silang-menyilang antara dua siklus ini, diimbuhi beberapa siklus yang lebih kecil mempengaruhi tata-cara peribadatan dari hari ke hari sepanjang satu tahun.

Menurut tradisi, Gereja-Gereja Ortodoks Timur dan Katolik Bizantium mempergunakan Kalender Julian dalam perhitungan tanggal-tanggal hari raya mereka. Sejak 1924 Patriarkat Konstantinopel melakukan penyesuaian pada tahun liturginya guna menyelaraskan siklus tetapnya dengan Kalender Gregorian yang moderen. Akan tetapi siklus Paskah tetap dihitung berdasarkan Kalender Julian. Kalender penyesuaian ini dikenal sebagai Kalender Julian Revisi. Tindakan Konstantinopel diteladani oleh Gereja Yunani serta sejumlah Gereja otokefalus. Kini beberapa Gereja terus mengikuti Kalender Julian sementara yang lain mengikuti Kalender Julian Revisi. Hanya Gereja Ortodoks Finlandia yang telah mengadopsi perhitungan Paskah ala Barat(lihat computus); semua Gereja Ortodoks lainnya, dan sejumlah Gereja Katolik Timur merayakan Paskah pada waktu yang sama, seturut aturan kuna.

Daftar Gereja-Gereja dari tradisi liturgi Bizantium

Gereja-Gereja Ortodoks Timur

 
Katedral Ortodoks Rusia Tritunggal Maha Kudus, Chicago.
Hanya Gereja-Gereja otokefalus (swa-kepala) yang terdaftar; Gereja-Gereja otonom dianggap berada di bawah Gereja induk mereka. Gereja-Gereja yang mengikuti Kalender Julian secara ekslusif ditandai dengan *, yang tidak sepenuhnya mengikuti Kalender Julian ditandai dengan (*).

Gereja-Gereja Katolik-Yunani

Gereja-Gereja partikular ini dipandang sebagai Gereja-Gereja sui iuris (otonom) dalam persekutuan penuh dengan Tahta Suci

Referensi

  1. ^ Konsili Konstantinopel Pertama, Kanon III

Pranala luar