Ghadir Khum

Revisi sejak 1 Agustus 2006 18.11 oleh Aday (bicara | kontrib) (Referensi: tambah kategori)

Ghadir Khum (Persia/Arab: غدیر خم) adalah lokasi di Saudi Arabia, tengah-tengah antara Mekkah dan Madinah lebih kurang 200 mil.

Dalam kejadian sejarah menurut tradisi syiah, tempat ini menjadi terkenal sebagai tempat penobatan Ali bin Abu Thalib sebagai Wali dan Khalifah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, yang terjadi setelah Haji Wada' lebih kurang pada tanggal 18 Dzulhijjah, tahun 10 Hijriyah (kurang lebih 15 Maret 632 Masehi).

Haji Wada'

Nabi Muhammad memberitahukan kepada para sahabat dan utusan yang menemuinya, bahwa haji yang akan beliau laksanakan pada tahun itu tampaknya haji terakhir. Karena itu kaum muslimin berlomba-lomba untuk menghadiri haji pada tahun tersebut, yaitu tahun 10 Hijriyah. Ada yang menyatakan terkumpul sekitar 90.000 orang, ada juga 140.000, ada pula 120.000, bahkan ada yang menyatakan lebih dari itu.

Tempat Penobatan

Menurut riwayat dari Zaid bin Arqam, ia berkata:

"Ketika Rasulullah saw kembali dari haji wada' beliau menuju sungai atau wadi yang bernama Ghadir Khum."

Sa'ad bin Abi Waqqash meriwayatkan:

"Kami bersama Rasulullah saw, ketika kami sampai pada sungai yang bernama "Khum" orang-orang berhenti dan menunggu orang-orang yang di belakang mereka, lalu orang-orang yang berada di belakang bergegas ke depan. Setelah orang-orang itu berkumpul di hadapan beliau, beliau bersabda...."

Dapat dipastikan bahwa tempat penobatan Ali di hadapan orang banyak adalah sungai yang bernama Khum.

Ayat Perintah menyampaikan Penobatan Ali sebagai Wali

Jibril turun ke bumi membawa syariat dan kali ini membawa ayat tentang perintah tabligh (menyampaikan penobatan wali) yang berbunyi:

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS al-Maidah:67)

Ayat ini turun pada tanggal 18 Djulhijjah di wadi yang bernama "Khum". Hari itu merupakan hari dimana Rasulullah saw mengukuhkan Ali sebagai sumber ilmu bagi orang banyak, juga sebagai wali dan khalifah pengganti Rasul. Peristiwa itu terjadi pada hari Kamis.[1]

Nas-nas tentang Penobatan Wali dan Khalifajh

Riwayat dari Zaid bin Arqam

"Ketika Rasulullah saw kembali dari haji wada', beliau turun ke tepi wadi Khum, kemudian beliau bersabda,

"Sepertinya ada yang memanggilku dan aku menjawabnya. Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, salah satunya adalah yang lebih agung dari yang lainnya. Yaitu, Kitabullah dan yang lain adalah keturunan, Ahlulbaitku. Perhatikanlah, bagaimana kalian berani menentangku dengan berpaling dari kedua hal tersebut. Keduanya tidak akan berpisah satu sama lainnya".

Kemudian beliau melanjutkan sabdanya,

"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah pemimpinku , dan aku adalah pemimpin bagi setiap orang mukmin". Beliau lantas memegang lengan Ali dan bersabda, "Siapa saja yang sebelumnya menjadikan aku sebagai pemimpin bagi dirinya, maka orang ini -yaitu Ali- adalah juga pemimpin bagi dirinya, Ya Allah jadikanlah wali yang orang-orang yang menjadikan Ali sebagai wali, dan perangilah orang yang memerangi dirinya".[2]

Riwayat dari Sa'ad bin Abi Waqash

Aku mendengar khutbah Rasulullah saw pada hari Jum'at. Beliau memegang lengan Ali dan berkhutbah dengan didahului lafaz pujian kepada Allah Swt, dan memuji-Nya. Kemudian beliau bersabda,

Wahai sekalian manusia, aku adalah wali bagi kalian semua.

Mereka menjawab,

Benar apa yang engkau katakan wahai Rasulullah saw.

Kemudian beliau mengangkat lengan Ali dan bersabda.

Orang ini adalah waliku, dan dialah yang akan meneruskan perjuangan agamaku. Aku adalah wali bagi orang-orang yang mengakui Ali sebagai wali, dan aku juga merupakan orang yang akan memerangi orang yang memeranginya.[3]

Referensi

  1. ^ Rujuk Tarjamat Imam 'Ali bin Abi Thalib dari Tarikh Dimasyq karya Ibnu Asakir, juz 2, hal. 86; ad-Durrul Mantsur fi Tafsiril Qur'an, Jalaluddin Syuthi. asy-Syafi'i, juz 2, hal. 298
  2. ^ al-Manaqib, Khawarizmi, hal. 93; Yanabi'ul Mawaddah, Qunduzi, hal. 32
  3. ^ Khashaish Amirul Mu'minin, an-Nasa'i, hal. 101; ar-Riyadhun Nadhrah, Thabari, juz 2, hal. 282