Toksisitas logam
Toksisitas logam adalah terjadinya keracunan dalam tubuh manusia yang diakibatkan oleh bahan berbahaya yang mengandung logam beracun.[1] Zat-zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kulit, dan mulut.[1] Pada umumnya, logam terdapat di alam dalam bentuk batuan, bijih tambang, tanah, air, dan udara.[2] Macam-macam logam beracun yaitu air raksa/merkuri (Hg), kromium (Cr), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timah (Pb), nikel (Ni), arsene (As), kobalt (Co), aluminium (Al), besi (Fe), selenium (Se), dan zink (Zn).[3] Kadar logam dalam tanah, air, dan udara rendah.[2] Kadar ini dapat meningkat bila ada aktivitas manusia, seperti penggunaan 25.000-125.00 ton merkuri pertahun.[2]
Penggunaan Logam
Umumnya, logam bermanfaat bagi manusia, karena penggunaannya di bidang industri, pertanian, dan kedokteran.[2] Contohnya, merkuri yang digunakan dalam industri kloralki sebagai katode dalam elektrolisis garam pada air untuk menghasilkan klorin dan natrium hidroksida.[2] Kedua bahan ini, merupakan bahan mentah yang penting dalam industri kimia. Timbal digunakan dalam baterai dan industri kabel.[2] Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran membutuhkan bahan yang kuat, tahan karat, dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium.[2] Sebagian jenis logam merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi.[2] Pada zaman dahulu, logam tertentu, seperti tembaga, besi, dan timah digunakan untuk membuat peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata.[2] Penambangan dan peleburan dilakukan untuk memasok kebutuhan ini.[2] Aktivitas tersebut menyebabkan meningkatnya kadar logam di lingkungan.[2] Aktivitas manusia ini telah mencemari lingkungan, berpengaruh terhadap pekerja di pabrik, dan juga terhadap konsumen yang menggunakan produk-produk berbahan logam.[2]
Proses Kerja Logam Beracun
Enzim
Kerja utama logam adalah menghambat enzim.[4] Efek ini biasanya timbul akibat interaksi antara logam dengan enzim.[4] Enzim juga dapat dihambat oleh logam beracun melalui penghancuran kofaktor logam yang penting dalam enzim.[4] Contohnya, timbal dapat menggantikan zink dalam enzim yang mengandung zink, misalnya asam δ-aminolevulinat hidratase (ALAD).[4] Selain itu, mekanisme lain dalam mengganggu fungsi enzim adalah menghambat sintetisnya.[4] Contohnya, nikel dan platina dapat menghambat asam δ-aminolevulinat sintetase (ALAS), sehingga mengganggu sintesis hem.[4] Hem merupakan zat yang penting bagi hemoglobin dan sitokrom.[4] Enzim dapat dilindungi dari logam beracun dengan pemberian zat pengkelat, misalnya dimerkaprol (BAL), yang akan membentuk ikatan stabil dengan logam.[4]
Organel Subseluler
Umumnya, efek yang ditimbulkan logam beracun merupakan akibat dari reaksi antara logam dan komponen intrasel.[5] Untuk dapat meracuni suatu sel, logam harus memasuki sel.[5] Proses masuknya lebih mudah jika melintasi membran pada logam yang bersifat lipofilik, artinya logam yang dapat memasuki lemak, misalnya metil merkuri. Setelah masuk ke dalam sel, logam dapat mempengaruhi berbagai organel.[5] Contohnya retikulum endoplasma yang mengandung berbagai jenis enzim.[5] Enzim mikrosom ini dihambat oleh banyak logam, misalnya kadmium, kobalt, metil merkuri, dan timah.[5] Logam-logam beracun tersebut merusak struktur retikulum endoplasma.[5] Lisosom merupakan tempat lain bagi kerja logam, misalnya kadmium.[5] Kadmium terkumpul dalam lisosom sel tubulus proksimal ginjal.[5] Dalam lisosom, kompleks kadmium berdegrasi dan melepaskan Cd2+.[5] Ion kadmium menghambat enzim proteolitik dalam lisosom dan menyebabkan cedera sel.[5] Mitokondria juga sering menjadi sasaran logam beracun, karena aktivitas metabolisme dan transportasi membrannya cepat.[5] Enzim-enzim pernapasan dalam organel ini dapat dihambat oleh logam dengan mudah.[5] Beberapa logam memasuki inti sel dan dapat membentuk badan inklusi.[5] Contohnya, banyaknya timbal yang dikandung oleh tubuh, dapat menginduksi badan inklusi dalam nukleus sel tubulus proksimal ginjal.[5] Keadaan ini menyebabkan terjadinya sintesis DNA, RNA, dan protein.[5] Adenokarsinoma ginjal yang diinduksi oleh timbal, diduga disebabkan oleh mekanisme ini.[5] Organel subseluler dapat meningkatkan atau mengurangi pergerakan logam melintasi membran biologis ini, sehingga mempengaruhi tingkat keracunannya.[5] Selain itu, protein tertentu dalam sitosol, lisosom, dan nukleus dapat mengikat logam beracun, misalnya Cd, Pb, dan Hg.[5]
Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas Logam
- Tingkatan konsumsi dan banyaknya logam di alam
Umumnya, makin tinggi kadar logam yang terdapat di alam, makin tinggi pula efek keracunan yang ditimbulkan oleh logam tersebut.[6] Contohnya, kadmium dalam satu dosis tunggal dan besar dapat menginduksi gangguan saluran pencernaan.[6] Asupan kadmium yang berjumlah lebih kecil dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.[6]
- Bentuk kimia
Senyawa anorganik merkuri berpengaruh pada ginjal, sedangkan senyawa metil merkuri dan etil merkuri akan berpengaruh pada susunan saraf.[6] Pada saat ini, senyawa merkuri bersifat lipofitik, sehingga meracuni darah dan otak.[6] Senyawa tetra etil timbal juga dapat mempengaruhi susunan saraf.[6]
- Kompleks protein-logam
Berbagai kompleks protein - logam dibentuk dalam tubuh.[6] Contohnya, kompleks protein-logam yang dibentuk dengan timbal, bismut, dan merkuri-selenium secara mikroskopik dapat terlihat sebagai badan inklusi dalam sel yang tercemar logam.[6] Besi dapat bergabung dengan protein untuk membentuk feritin yang bersifat larut dalam air atau hemosiderin yang tidak larut dalam air. Kadmium dan beberapa logam lain, seperti tembaga dan zink bergabung dengan metalotionein, suatu protein dengan bobot molekul rendah.[6] Kompleks protein kadmium (Cd) tidak begitu beracun, jika dibandingkan dengan Cd2+.[6] Tetapi, dalam sel tubulus ginjal, kadmium-metalotionein melepaskan Cd2+ dan menyebabkan keracunan.[6]
- Faktor usia dan berat badan
Pada orang yang usianya muda,seperti anak-anak, biasanya lebih rentan diserang keracunan logam daripada orang dewasa.[7] Hal ini disebabkan karena kepekaan dan tingkat penyerapan dalam saluran pencernaan pada mereka lebih besar. Selain itu, pada anak-anak yang mempunyai berat badan sangat kecil, lebih mudah diserang oleh racun logam.[7] Faktor-faktor diet yang menyebabkan defisiensi protein, vitamin C, dan vitamin D dapat meningkatkan keracunan logam. Logam timbal dan merkuri, dapat melintasi plasenta dan mempengaruhi janin.[7] Dari penelitian, bayi yang terkena racun logam dalam kandungan ibunya, akan dipengaruhi secara berlebihan daripada ibunya.[7]
Efek Toksik yang Umum
Karsinogenisitas
Karsinogenisitas adalah induksi atau peningkatan neoplasia oleh zat-zat kimia.[8] Neoplasia adalah pembentukan jaringan abnormal yang baru, tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus meski rangsang yang menimbulkannya telah hilang.[8] Beberapa logam bersifat karsinogenik pada manusia dan hewan.[9] Logam-logam tersebut adalah arsen, kromium, berilium, kadmium, dan sisplatin. Logam-logam tersebut bersifat karsinogenik melalui cara kerja ganda, misalnya penggantian Ni2+, Co2+, Cd2+, dan Zn2+ dalam pengubahan protein serta cedera pada sitoskeleton karena logam tertentu yang mempengaruhi ketetapan polimerase dalam biosintesis DNA.[9]
Fungsi Imun
Konsumsi makanan yang mempunyai bahan logam beracun dapat mengakibatkan penghambatan berbagai fungsi imun.[9] Logam-logam lain, seperti berilium, kromium, nikel, emas, merkuri, platina, dan zirkonium dapat menginduksi reaksi hipersensivitas.[9]
Logam | Jenis reaksi | Ciri-ciri klinis | Mekanisme reaksi |
---|---|---|---|
Platina | I | Asma, konjunktivitas, urtikaria, anafilaksis | IgE (protein antibodi alergi) bereaksi dengan antigen dalam sel mast/basofil dan melepaskan amin vasoreaktif |
Emas, garam organik | II | Trombositopenia | IgG (protein antibodi kekebalan tubuh) mengikat komplemen dan antigen dalam sel, mengakibatkan kerusakan sel |
Uap merkuri | III | Glomerulonefritis, proteinuria | Antigen, antibodi, dan endapan komplemen pada permukaan epitel dasar glomerulus |
Kromium, nikel, berilium, zirkonium | IV | Dermatitis kontak, pembentukan granuloma | Sel T (sel penahan tubuh) yang sensitif bereaksi dengan antigen dan menyebabkan reaksi hipersensitivitas tertunda |
Susunan Saraf
Uap logam merkuri dan metil merkuri dengan mudah dapat memasuki susunan saraf dan menginduksi efek racun.[10] Senyawa merkuri anorganik tidak dapat memasuki susunan saraf dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga tidak bersifat neurotoksik (menimbulkan keracunan).[10] Senyawa organik timbal bersifat neurotoksik, sedangkan senyawa timbal anorganik mempengaruhi sistem hem.[10] Pada tingkat pemakaian yang tinggi, senyawa-senyawa ini dapat menginduksi ensefalopati yang mengakibatkan defisit fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil.[10] Logam lain yang bersifat neurotoksik adalah tembaga, trietiltin, emas, litium, dan mangan.[10]
Ginjal
Sebagai organ ekskresi utama dalam tubuh, ginjal juga sering menjadi organ sasaran.[10] Kadmium mempengaruhi sel tubulus proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama urin.[10] Selain itu, kromium, platina, dan senyawa merkuri anorganik juga menginduksi kerusakan ginjal, terutama pada tubulus proksimal.[10]
Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan adalah organ sasaran utama bagi sebagian besar logam.[10] Banyak logam menyebabkan iritasi dan radang saluran napas, bagian yang dipengaruhi bergantung pada jenis logam dan tingkat pemakaian.[10] Pada tingkat pemakaian yang tinggi, kromium mempengaruhi lubang hidung, arsen mempengaruhi bronki, dan berilium mempengaruhi paru-paru.[10]
Logam Beracun
Aluminium (Al)
Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga.[11] Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.[11] Sekitar 20 tahun yang lalu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa aluminium merupakan penyebab penyakit alzheimer.[11] Akibatnya, banyak organisasi dan individu yang mengurangi tingkat pemakaian peralatan dari alumimium.[11] Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa, penelitian yang menyatakan bahwa aluminium merupakan penyebab penyakit alzheimer tidak dapat dipercaya, karena penelitian tersebut tidak memperhitungkan asupan aluminium total yang ada dalam penyakit itu.[11] Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa aluminium sebagai penyebab utama penyakit alzheimer, para peneliti bersepakat untuk melakukan penelitian lebih lanjut lagi.[11] Pada industri manufaktur mobil, perlu diperhatikan keselamatan para pekerja, karena aluminium yang terkandung dalam cairan logam di tempat kerja menyebabkan kanker.[11] Target organ aluminium adalah sistem saraf pusat, ginjal, dan sistem pencernaan.[11]
Barium (Ba)
Barium adalah logam putih berwarna perak yang ditemukan di alam.[12] Barium merupakan kombinasi antara belerang atau karbon dan oksigen.[12] Senyawa barium dapat diproduksi oleh industri, seperti industri minyak dan gas untuk membuat lumpur pengeboran.[12] Barium juga digunakan untuk membuat cat, batu bata, ubin, kaca, dan karet dari barium sulfat.[12] Selain itu, barium digunakan oleh dokter dalam melakukan tes medis dan pengambilan foto sinar-x.[12] Barium masuk ke dalam udara selama proses pertambangan, pemurnian, produksi senyawa barium, dan dari pembakaran batubara serta minyak.[12] Beberapa senyawa barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai.[12] Dampak kesehatan dari senyawa barium yang berbeda tergantung pada kelarutan senyawa barium.[12] Barium yang tidak larut dalam air, tidak berbahaya dan sering digunakan oleh dokter untuk tujuan medis.[12] Senyawa barium yang larut dalam air dapat menyebabkan efek kesehatan yang berbahaya, misalnya kesulitan bernapas, tekanan darah meningkat, perubahan irama jantung, iritasi perut, pembengkakan otak, kelemahan otot, kerusakan hati, ginjal, dan limpa.[12]
Berilium (Be)
Berilium berbentuk keras,keabu-abuan, dan tidak berbau. Di alam, berilium dapat ditemukan dalam senyawa batuan mineral, batubara, tanah, dan debu vulkanik.[12] Lebih dari dua pertiga berilium yang dihasilkan digunakan sebagai agen pengerasan, terutama dengan tembaga.[12] Berilium dicampurkan dengan seng, untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi dan kekuatan tarik.[12] Oleh karena itu berium digunakan pada bagian listrik, mesin, keramik, suku cadang pesawat, cermin, pengembangan energi atom dan senjata nuklir, bahan bangunan konstruksi yang merupakan paduan dengan tembaga, seng, magnesium, mangan dan silikon, kabel berisolasi, peralatan rumah tangga, peralatan laboratorium, bahan kemasan, reflektor, industri kertas, tinta cetak, industri gelas, pemurnian air dalam industri tekstil.[12] Berilium masuk ke udara dari pembakaran batu bara dan minyak.[12] Berilium juga memasuki air dari batu, tanah, dan limbah industri.[12] Beberapa senyawa berilium larut dalam air, tetapi kebanyakan menetap ke dasar sebagai partikel.[12] Kebanyakan berilium dalam tanah tidak naik ke permukaan atau ke dalam tanah tersebut.[12] Menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, seperti, pertambangan atau pengolahan bijih, paduan dan manufaktur kimia dengan berilium, permesinan atau daur ulang logam yang mengandung berilium sangat berbahaya.[12] Tinggi tingkatan berilium di udara menyebabkan kerusakan paru-paru.[12] Berilium diserap perlahan-lahan dari paru-paru ke dalam darah, dan kemudian diangkut ke sistem rangka, hati dan ginjal.[12]
Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan produk sampingan dari pertambangan dan peleburan timah dengan seng.[13] Campuran kadmium dan nikel digunakan dalam pembuatan baterai, plastik PVC, dan pigmen cat.[13] Kadmium juga dapat ditemukan dalam tanah melalui penggunaan pupuk sebagai insektisida dan fungisida.[13] Selain itu, kadmium dapat ditemukan dalam reservoir yang mengandung kerang.[13] Rokok juga mengandung kadmium.[13] Keracunan logam kadmium terdiri dari 15-50% penyerapan melalui sistem pernafasan dan 2-7% melalui sistem pencernaan.[13] Target organ adalah hati, plasenta, ginjal, paru-paru, otak, dan tulang.[13]
Merkuri (Hg)
Elemen merkuri (Hg)berwarna kelabu-perak, sebagai cairan pada suhu kamar dan mudah menguap bila dipanaskan.[1] Hg2+ (senyawa anorganik) dapat mengikat karbon, membentuk senyawa organomerkuri.[1] Metil Merkuri (MeHg) merupakan bentuk penting yang menimbulkan keracunan pada manusia.[1] Industri yang menggunakan logam merkuri adalah :[1]
- Industri yang memproduksi klorin.
- Produksi koustik soda.
- Tambang dan proses biji Hg.
- Metalurgi dan elektroplating (proses pelapisan tembaga-nikel-khrom terhadap logam ferro atau kuningan).
- Pabrik kimia.
- Pabrik tinta.
- Pabrik kertas.
- Penyamakan kulit.
- Pabrik tekstil.
- Perusahaan farmasi.
Sebagian senyawa merkuri yang dilepas ke lingkungan akan diubah menjadi metilmerkuri (MeHg) oleh mikroorganisme dalam air dan tanah.[1] MeHg dengan cepat akan diakumulasikan dalam ikan atau tumbuhan dalam air permukaan.[1] Kadar merkury dalam ikan dapat mencapai 100.000 kali dari kadar air disekitarnya.[1] Orang-orang yang mempunyai potensial terkena merkuri (Hg) diantaranya :[1]
- Pekerja pabrik yang menggunakan Hg.
- Janin, bayi dan anak-anak :
- MeHg dapat menembus plasenta.
- Sistem saraf sensitif terhadap keracunan Hg.
- MeHg pada ASI, maka bayi yang menyusu dapat terkena racun.
- Masyarakat pengkonsumsi ikan yang berasal dari daerah perairan yang tercemar merkury.
Merkuri termasuk bahan teratogenik.[1] MeHg didistribusikan keseluruh jaringan terutama di darah dan otak.[1] MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak, 90 % ditemukan dalam darah merah.[1] Efek toksisitas merkuri terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana merkuri terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor (gerakan fluktuatif gemetar pada tubuh) dan kehilangan daya ingat.[1] MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan.[1] Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terpajan MeHg bisa menderita kerusakan otak dengan akibat :[1]
- Retardasi mental, yaitu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
- Tuli.
- Buta.
- Mikrocephali (campak).
- Cerebral palsy.
- Gangguan menelan makanan.
Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan makanan dapat menyebabkan terjadinya keracunan yang parah.[1] Keracunan merkuri dari lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan berat pada jaringan paru-paru, sedangkan keracunan makanan yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan liver.[1]
Besi (Fe)
Besi merupakan logam berat, karena dengan mengonsumsi suplemen zat besi, anak-anak kecil akan keracunan, misalnya, konsumsi sebanyak 5-9 tablet besi 30 mg.[14] Mengonsumsi sebagian besar makanan yang mengandung besi dapat menimbulkan efek racun, karena besi diserap dengan cepat dalam saluran pencernaan.[14] Sifat korosif dari besi lebih meningkatkan penyerapan racun.[14] Keracunan besi dapat terjadi jika mengonsumsi sulfat merah-tablet yang dilapisi besi atau preparat multivitamin dewasa untuk permen.[14] Sumber-sumber lain dari besi adalah air minum, pipa besi, dan peralatan masak. Target organ adalah hati, sistem kardiovaskular, dan ginjal.[14]
Arsene (As)
Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan.[1] Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain.[1] Senyawa arsen dengan oksigen, klorin atau belerang sebagai arsen inorganik, sedangkan senyawa dengan karbon dan hidrogen sebagai arsen organik.[1] Arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik.[1] Suatu tempat pembuangan limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun bentuk bahan tak diketahui (organik/inorganik).[1] Industri peleburan tembaga atau metal lain biasanya melepas arsen inorganik ke udara.[1] Arsen dalam kadar rendah biasa ditemukan pada kebanyakan fosil minyak, sehingga pembakaran zat tersebut menghasilkan kadar arsen inorganik ke udara.[1] Penggunaan arsen terbesar adalah untuk pestisida.[1] Arsen masuk ke dalam tubuh manusia umumnya melalui makanan/minuman.[1] Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.[1] Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian.[1] Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan.[1] Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare.[1] Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.[1]
Timah(Pb)
Timah adalah logam yang sangat lunak dan digunakan dalam pipa, saluran, dan bahan pematrian selama bertahun-tahun.[15] Jutaan rumah yang dibangun sebelum 1940 masih mengandung timah misalnya, pada permukaan cat, sehingga menyebabkan pelapukan, pengelupasan, dan debu.[15] Setiap tahun, industri memproduksi sekitar 2,5 juta ton timah di seluruh dunia.[15] Sebagian besar timah ini digunakan untuk baterai.[15] Sisanya digunakan untuk penutup kabel, pipa, amunisi, dan bahan bakar aditif.[15] Penggunaan lain adalah sebagai cat pigmen, plastik PVC, x-ray perisai, produksi kaca kristal, dan pestisida.[15] Target organ adalah tulang, otak, darah, ginjal, dan kelenjar tiroid.[15]
Kromium (Cr)
Kromium adalah elemen alami yang ditemukan dalam batuan, tanah, tanaman, hewan, debu vulkanik dan gas.[12] Kromium memiliki tiga bentuk utama, yaitu kromium (0), kromium (III), dan kromium (VI). Kromium (III) merupakan senyawa yang stabil dan terjadi secara alami dalam lingkungan.[12] Kromium (0) tidak terjadi secara alami, sedangkan kromium (VI) jarang terjadi.[12] Senyawa kromium tidak memiliki rasa atau aroma.[12] Kromium (III) adalah nutrisi penting dalam makanan, tapi diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil.[12] Pada awal kehidupan, kromium mineral memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan.[12] Konsepsi kehidupan baru dimulai dengan proses duplikasi dan pembelahan sel yang cepat (mitosis) secara berulang-ulang.[12] Hal ini memerlukan banyak energi.[12] Substansi adenosin trifosfat (ATP) menyediakan energi dalam sel manusia.[12] ATP adalah unit energi dasar sel.[12] Jika tidak ada ATP maka tidak ada duplikasi sel. ATP didapatkan dengan menggabungkan glukosa (gula darah) dan oksigen. Kromium sangat penting untuk membawa molekul insulin glukosa ke dalam sel untuk glikolisis yang merupakan langkah pertama dalam produksi ATP.[12] Pada umumnya, garam sederhana seperti kromium klorida hanya diserap pada tingkat 0,05 %.[12] Para ahli mengatakan bahwa suplemen kromium sangat sulit bagi tubuh untuk metabolisme karena tingkatan yang diserap ini.[12] Dalam bentuk makanan, kromium diserap 10-25 %.[12] Kromium digunakan dalam pembuatan baja, batu bata dalam tungku, pewarna, pigmen untuk meningkatkan ketahanan logam dan krom, penyamakan kulit, dan kayu.[12] Penjualan produk atau bahan kimia yang mengandung kromium dan bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya pembakaran ke udara, tanah, dan air.[12] Partikel menetap di udara dalam waktu kurang dari 10 hari, akan menempel pada partikel tanah, dan dalam air hanya sedikit larut.[12] Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit.[12] Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus.[12] Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru.[12] Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.[12]
Kobalt (Co)
Kobalt adalah senyawa yang terbentuk di alam.[12] Kobalt murni merupakan logam baja berwarna abu-abu, mengkilap, dan keras.[12] Kobalt digunakan dalam industri yang diperoleh dari daur ulang besi bekas yang mengandung kobalt.[12] Proses daur ulang ini digunakan untuk membuat campuran logam, pigmen berwarna, sebagai cat dan porselen yang digunakan pada perlengkapan kamar mandi, peralatan besar, dan peralatan dapur.[12] Vitamin B12 adalah senyawa yang mengandung kobalt dan sangat penting bagi kesehatan.[12] Kobalt juga digunakan sebagai pengobatan untuk anemia, karena dapat memproduksi sel darah merah.[12] Beberapa sumber alami kobalt di lingkungan adalah tanah, debu, dan air laut.[12] Kobalt juga dilepaskan dari pembakaran batu bara, minyak, dan knalpot mobil atau truk.[12] Kobalt memasuki lingkungan dari sumber-sumber alam dan dari pembakaran batubara atau minyak.[12] Kobalt menetap di udara selama beberapa hari.[12] Kobalt bisa tinggal selama bertahun-tahun dalam air dan tanah, sehingga kobalt dapat bergerak dari tanah ke air bawah tanah.[12] Setiap orang dapat terkena kobalt pada tingkat rendah di udara, air, dan makanan.[12] Orang-orang yang tinggal di daerah limbah berbahaya yang mengandung kobalt dapat terkena efek racun kobalt.[12] Pekerja yang membuat produk-produk yang mengandung kobalt dapat mengalami keracunan.[12] Toksisitas akut kobalt dapat diamati sebagai efek pada paru-paru, asma, pneumonia, dan sesak nafas.[12] Pada tahun 1960, beberapa pabrik bir menambahkan kobalt dalam bir untuk menstabilkan busa.[12] Beberapa orang yang minum dalam jumlah besar bir mengalami mual, muntah, dan efek serius pada jantung.[12] Namun, efek pada jantung tidak terlihat pada orang yang mengidap anemia atau wanita hamil.[12]
Nikel (Ni)
Nikel adalah unsur yang sangat berlimpah di alam.[12] Nikel sering ditemukan dalam lingkungan yang dikombinasikan dengan oksigen (oksida) atau belerang (sulfida).[12] Senyawa ini ditemukan dalam semua tanah dan dipancarkan dari gunung berapi.[12] Beberapa logam yang dapat dipadukan dengan nikel adalah besi, tembaga, kromium, dan seng.[12] Paduan ini digunakan dalam pembuatan koin logam, perhiasan, dan dalam industri untuk pembuatan barang logam.[12] Senyawa nikel juga digunakan untuk plating nikel, keramik warna, baterai, dan sebagai katalis yang meningkatkan laju reaksi kimia.[12] Nikel dan senyawanya tidak memiliki karakteristik bau atau rasa.[12] Nikel terdapat di udara, menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan.[12] Sumber utama nikel adalah asap tembakau, knalpot mobil, pupuk, superfosfat, pengolahan makanan, dihidrogenasi lemak-minyak, limbah industri, peralatan masak stainless steel, pengujian perangkat nuklir, baking powder, pembakaran bahan bakar minyak, perawatan gigi dan jembatan.[12] Efek yang ditimbulkan logam nikel adalah serangan asma, bronkitis kronis, sakit kepala, pusing, sesak napas, muntah, nyeri dada, batuk, sesak napas, kejang, bahkan kematian.[12]
Selenium (Se)
Selenium adalah logam yang lazim ditemukan pada batuan dan tanah.[12] Dalam lingkungan, selenium tidak ditemukan dalam bentuk murni.[12] Sebagian besar selenium batuan dikombinasikan dengan mineral sulfida atau dengan perak, tembaga, timah, dan mineral nikel.[12] Selenium merupakan pelindung semua nutrisi.[12] Selenium sangat penting dalam fungsi kelenjar tiroid dan kesehatan jantung.[12] Selenium sulfida terdiri dari bubuk merah-kuning terang yang digunakan dalam sampo anti-ketombe.[12] Industri yang dihasilkan selenide hidrogen adalah gas yang tidak berwarna dengan bau yang tidak enak.[12] Selenium partikel kecil di udara menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan.[12] Selenium menyerupai sulfur dalam sifat fisik dan kimia.[12] Konsentrasi selenium dalam darah 19-25 mikrogram per 100 mililiter.[12] Selenium menyebabkan kanker, leukemia limfositik, paru-paru, pencernaan, usus besar, karsinoma genitourinari, kanker kulit, dan penyakit hodgkins.[12]
Zink (Zn)
Zink (seng) adalah salah satu elemen paling umum di dalam kerak bumi.[12] Zink ditemukan di udara, tanah, dan air, dan terdapat pada semua makanan.[12] Seng murni merupakan logam mengkilap putih kebiruan.[12] Seng digunakan untuk mencegah karat pada sel baterai kering dan dicampur dengan logam lain untuk membuat paduan seperti kuningan dan perunggu.[12] Seng dan paduan tembaga digunakan untuk membuat uang di Amerika Serikat.[12] Senyawa zink banyak digunakan dalam industri untuk membuat cat, karet, pewarna, pengawet kayu, dan salep.[12] Senyawa zink juga digunakan untuk galvanizing lembaran besi sebagai paduan bahan seperti perunggu, kuningan, logam babbitt, perak Jerman, dan paduan khusus untuk die-casting.[12] Selain itu, zink digunakan sebagai lapisan pelindung untuk logam lainnya dalam mencegah korosi, pada peralatan listrik, baterai sel kering, peralatan rumah tangga, percetakan piring, bahan bangunan, pelapis kereta api mobil, perlengkapan otomotif, dan deoxidizing perunggu.[12] Seng dilepaskan ke lingkungan oleh proses alam, namun sebagian besar berasal dari kegiatan orang-orang seperti pertambangan, produksi baja, pembakaran batu bara, dan pembakaran sampah.[12] Senyawa zink dapat pindah ke tanah dan menjadi danau atau sungai.[12] Sebagian besar seng di dalam tanah tetap terikat pada partikel tanah.[12] Seng adalah unsur penting dalam makanan.[12] Toksisitas akut yang ditimbulkan oleh zink adalah kekeringan tenggorokan, batuk, kelemahan, menggigil, demam, mual dan muntah.[12]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af Bahan Beracun, repository. Diakses pada 26 Mei 2010.
- ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris) Bondy, S.C., and Prasad, K.N.(1988). Metal Neurotixcity. Boca Raton, Fla : CRC Press. Page 347.
- ^ Sampah Elektronik, smktelkom. Diakses pada 26 Mei 2010.
- ^ a b c d e f g h (Inggris) Maines, M.D., and Kappas, A. (1977) Metals as Regulators of Heme Metabolism. Science 198 : 1215-1221.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Inggris) Goering, P.L., Mistry, P., and Fowler, B.A. (1987) Mechanism of Metal Toxcity. In: Handbook of Toxicology. Eds. T.J Haley and W.O.Berndt. New York: Hemisphere.
- ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Squibb, K.S., and Fowler, B.A.(1988) Intracellular Metabolism of Circulating Cadmiummetallothionein in the Kidney. Environ. Health Perspect. 54:31-35.
- ^ a b c d (Inggris) Clarkson, T.W.(1981) Dose-Response Realationship for Adult and Prenatal Exposures to Methyl Mercury. In: Measurements of Risks. Eds. G.G.Berg and H.D. Maillie, hlm.111-130.New York:Plenum Press.
- ^ a b (Inggris) Principles for the Testing and Evaluation of Drugs for Carcinogenicity. WHO Tech. Rep. Ser. 426.
- ^ a b c d (Inggris) Sunderman, F.W.Jr., and Barber, A.M. (1988) Fingerloops, Oncogenes and Metals. Ann. Clin. Lab. Sci. 18:267-288.
- ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Bondy, S.C., and Prasad, K.N. (1988) Metal Neurotoxcity. Boca Raton, Fla.: CRC Press.
- ^ a b c d e f g h (Inggris) Anon. Alzheimer's and aluminum: canning the myth. Food Insight 1993 Sep-Oct. Washington, D.C.: International Food Information Council Foundation.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs bt bu bv bw bx by bz ca cb cc cd ce cf cg ch ci cj ck cl cm cn co cp (Inggris) Heavy Metal Toxcity, tuburose. Diakses pada 21 Mei 2010.
- ^ a b c d e f g (Inggris) Gubrelay, U., Mathur, R., Kannan, G.M., Flora, S.J. Role of S-adenosyl-L-methionine in potentiating cadmium mobilization by diethylenetriamine penta acetic acid in mice. Cytobios 2001; 104(406): 99-105.
- ^ a b c d e (Inggris) Ghio, A.J., Kennedy, T.P., Crissman, K.M., Richards, J.H., Hatch, G.E. Depletion of iron and ascorbate in rodents diminishes lung injury after silica. Exp. Lung Res. 1998 Mar-Apr; 24(2): 219-32.
- ^ a b c d e f g (Inggris) Dhir, H., Roy, A.K., Sharma, A., Talukder, G. Modification of clastogenicity of lead and aluminium in mouse bone marrow cells by dietary ingestion of Phyllanthus emblica fruit extract. Mutat. Res. 1990 Jul; 241(3): 305-12.
Pranala luar
- Dartmouth Toxic Metal Research Facility. http://www.dartmouth.edu/~toxmetal/
- OSHA. Safety and Health Topics: Toxic Metals. http://www.osha.gov/SLTC/metalsheavy/index.html