Kitab Nahum merupakan salah salah satu kitab di dalam Alkitab dan juga merupakan satu dari sekian banyak kitab dalam Perjanjian Lama. [1] Kitab ini termasuk ke dalam kitab-kitab nubuat nabi kecil. [2] Sejumlah ahli menganggap kitab ini pertama-tama disusun sebagai liturgi Tahun Baru untuk perayaan musim gugur pada tahun 612 sM, sesaat setelah jatuhnya Niniwe. [3] Kitab ini juga dapat diumpamakan sebagai nyanyian lagu pembebasan. [4]

Kitab Nahum sebagai salah satu kitab dalam Alkitab

Nabi Nahum

Nabi Nahum adalah nabi abad pada ketujuh, kira-kira 675-597 sM. [3] Tidak banyak latar belakang pribadi Nahum yang dapat diketahui, termasuk kampung halamannya.[3] Kota Elkosy, yang disebut di awal kitab ini Nahum 1:1), tidak dapat dipastikan identitas letaknya. [5] Sebuah tradisi yang berasal dari abad ke-16 M, menempatkan Elkosy 50 mil di sebelah utara kota modern Mosul, yang terletak dekat reruntuhan kota Niniwe pada sebuah kota yang sekarang disebut sebagai Al-qust. [5] Dari segi lain, Jerome mengidentikkan Elkosy dengan kota El-kanzeh yang terletak di Galilea. [5] Tradisi lain menghubungkan Kapernaum dengan desa Nahum. [5] Penulis-penulis di zaman Bapa-bapa Gereja menempatkan Elkosy di sebelah selatan Yudea. [5] Tradisi pseudo-Epiphani mengusulkan daerah Elkosy sekarang ini terletak di kota Beit Librin. [5] Ada yang mengatakan Elkosy sebagai kampung halaman Nabi Nahum. [3] [6] [7] Atas dasar inilah, sulit untuk menarik kesimpulan mengenai Nabi Nahum, termasuk asal-usulnya. [5] [3] Nama "Nahum" sendiri berarti "penghiburan" atau "berbelas kasihan"/mengasihi" (Yes 57:18). [5]

Latar Belakang

Berkas:Scan000nahum.jpg
Kekaisaran Asyur.
Berkas:Scan0004peta.jpg
Imperium Asyur kira-kita 650 seb. M.

Kitab Nahum ditulis untuk memperingati jatuhnya kota Niniwe, ibukota bangsa Asiria (2 Raj 19:36; Yun 1:2; Yun 3:1). [5] [8] Nabi Nahum bernubuat terhadap Asyur antara tahun 663, ketika tentara Asyurbanipal mengalahkan tentara Mesir dan menjatuhkan ibukotanya serta tahun 612, ketika Niniwe direbut orang Babel.[9] Ada kemungkinan Nahum berkarya di tengah-tengah bangsa Israel, ketika Asyur masih di puncak kekuasaan dan memerintah dengan keras dan kejam melalui serangkaian tindakan dan peraturan yang ketat. [9] Hal ini nyata dengan tindakan Asyur yang memindahkan penduduk-penduduk jajahan mereka dari negeri asal mereka ke negeri yang jauh (kebanyakan diantaranya mati di tengah jalan), memusnahkan bangsa-bangsa yang berani memberontak, menuntut pajak yang berat, dan tidak berkompromi terhadap pembatalan perjanjian [3] [4] Ini terlihat jelas dalam penggambaran kerajaan Asyur yang negatif di kitab ini: digamabrkan bersikap seperti seekor singa betina yang menerkam rezeki rakyat sebagai mangsa untuk anak-anaknya (2:12); pedagangnya seperti belalang pelompat banyaknya (3:16) yang memakan habis keperluan orang yang dijajah; para penjaganya seperti belalang pindahan dan para pegawainya seperti kawanan belalang yang hinggap pada tembok-tembok pada waktu dingin (3:17) yang menindas rakyat; Niniwe merupakan kota penumpah darah yang selalu merampas dan tiada henti menerkam (3:1); Niniwe seperti perempuan sundal yang cantik parasnya dan ahli dalam sihir (3:4). [9] Dalam kondisi yang demikian, Nahum tampil, bernubuat, dan memberitahukan tentang Allah serta mengajar orang-orang Yehuda untuk menanti-nantikan Tuhan, sekalipun masyarakat berada di dalam situasi yang suram. [9]

Struktur dan Isi Kitab Nahum

Secara sederhana atau ringkas, kitab ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian tema besar yakni:[9] [5]

  1. Nahum 1:2-8 menonjolkan aspek dari sifat YHWH
  2. Nahum 1:9-2:2 restorasi atau pemulihan Israel dan Yehuda dari penyerbuan yang mereka alami
  3. Nahum 2:3-3:19 kehancuran kota Niniwe, ibukota kerajaan Assyria

Secara rinci, struktur kitab ini tersusun sebagai berikut:

  • Pemberitahuan secara umum akan penghakiman Niniwe (Nahum 1:2-14)
  1. Nahum 1:2-6Kengerian akan penghakiman Allah
  2. Nahum 1:7-11 Sasaran penghakiman Allah
  3. Nahum 1:12-14 Karakter penghakiman Allah yang semakin dekat
  • Gambaran penghakiman Allah atas Niniwe 2:1-14
  1. Nahum 2:1 Pemberitahuan tentang penghakiman Allah menjadi sukacita bagi Yehuda
  2. Nahum 2:2-8 Kota Niniwe ditaklukkan
  3. Nahum 2:9-11 Niniwe dirampas
  4. Nahum 2:12-14 Niniwe dihina

Pokok ajaran teologis Kitab Nahum

Ada beberapa pokok ajaran teologis singkat yang dapat kita temui dalam kitab Nahum yakni sebagai berikut:

  1. Syair pertama dari kitab ini menggambarkan Allah sebagai hakim untuk seisi dunia sekaligus yang pencemburu, pembalas, dan pendendam bagi mereka yang bersalah.[5] Allah yang maha adil sangat menentang tindakan ketidakadilan dan ketidakberkemanusiaan.[5] Dengan menjalani suatu kehidupan yang beriman, yang ditentukan oleh Allah, maka orang dapat lepas dari kemarahan Allah.[5]
  2. Suatu konsep tabur-tuai yang mana barangsiapa hidup dengan ketidakadilan, ia mati dalam ketidakadilan; barangsiapa hidup dalam kejahatan, akan dirangkul oleh kejahatannya sendiri; barangsiapa hidup dalam perang akan jatuh oleh perang; barangsiapa hidup dengan pedang akan mati dengan pedang.[5] Dengan ini, kitab Nahum berusahakan menekankan akan adanya kesamaan hak dan keadilan bagi semua manusia.[5]
  3. Hubungan antara Allah dengan kehidupan manusia nyata digambarkan dengan jelas melalui penggambaran hubungan antara Allah dengan bangsa Israel dan Yehuda.[5] Gambaran Allah mengasihi umat-Nya menunjukkan bahwa terjadi patokan-patokan etis serta sikap moral sebagai bentuk nyata dari hubungan tersebut.[5]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Indonesia) H. Boschma. 1986. Ringkasan Pengajaran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 9.
  2. ^ (Indonesia) David L. Baker. 1986. Mari Mengenal Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 21
  3. ^ a b c d e f (Indonesia) W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush. 2007. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 363, 364, 368, 191.
  4. ^ a b (Indonesia) Dianne Bergant, Robert J. Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 686.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q (Indonesia) J. Veitch. 1977. Tafsiran Nahum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 9, 10, 15 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Veitch" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  6. ^ (Inggris) John D.W. Watts. 1975. The Books of Joel, Obadiah, Jonah, Nahum, Habakuk, and Zephaniah. London: Cambridge University Press. Hlm. 101
  7. ^ (Indonesia) F.L. Bakker. 1983. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 1/2 Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 246.
  8. ^ (Indonesia) H.H. Rowley. 1991. Atlas Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 37
  9. ^ a b c d e (Indonesia) Dr. C. Barth. 1989. Theologia Perjanjian Lama 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 65, 66.