Abdullah Ahmad Badawi
Artikel ini HARAM |
---|
Artikel ini perlu diterjemahkan dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia. |
Dato' Seri Abdullah bin Haji Ahmad Badawi (lahir 26 November 1939) adalah Perdana Menteri Malaysia saat ini.[1] Perdana Menteri Abdullah juga menjabat Presiden United Malays National Organisation (UMNO), sebuah partai politik di Malaysia yang berkuasa. Ia juga memimpin parlemen koalisi pemerintahan Barisan Nasional. Ia secara secara tak resmi dipanggil Pak Lah atau Mr Clean. Ia menggantikan Tun Dr. Mahathir bin Mohamad.
Abdullah Hj. Ahmad Badawi | |
---|---|
Perdana Menteri Malaysia | |
Masa jabatan 31 Oktober 2003 – 3 April 2009 | |
Penguasa monarki | Sirajuddin Mizan Zainal Abidin |
Deputi Perdana Menteri Malaysia | |
Masa jabatan Januari 1999 – 31 Oktober 2003 | |
Anggota Parlemen Malaysia dapil Kepala Batas | |
Mulai menjabat 1978 | |
Presiden Organisasi Nasional Malaysia Bersatu | |
Masa jabatan September 2004 – 26 Maret 2009 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 26 November 1939 Bayan Lepas, Penang, Malaysia |
Partai politik | Organisasi Nasional Malaysia Bersatu-National Front |
Suami/istri | Endon Mahmood Ambak (Deceased) Jeanne Danker |
Penghargaan
| |
Sunting kotak info • L • B |
Ia juga Ketua Organisasi Konfrensi Islam (OKI).
Abdullah terlahir kepada sebuah keluarga penting di Kepala Batas, Penang. Dia menerima gelar Sarjana Seni dalam Kajian Islam dari Universitas Malaya pada 1964. Setelah lulus, dia bergabung dengan Korps Pemerintahan dan Diplomatik Malaysia (nama resmi untuk pegawai negeri). Dia mundur pada tahun 1978 untuk menjadi anggota parlemen untuk wilayah pemilihan Kepala Batas, yang masih dia pegang hingga hari ini.
Abdullah secara tak resmi dipanggil dengan sebutan Pak Lah. Pemerintah Malaysia telah mengeluarkan pernyataan bahwa sang perdana menteri tidak boleh dirujuk dengan panggilan ini dalam artikel-artikel resmi dan media massa, namun nama panggilan tersebut masih digunakan secara tak resmi. Abdullah juga adalah ketua umum Gerakan Non-Blok, dan telah memegang jabatan tersebut sejak dia menjabat sebagai perdana menteri.
Keputusan pemerintah pimpinannya atas penghentian beberapa proyek mega-infrastruktur, termasuk sebuah jembatan ke Singapura membuat Mahathir Mohammad jengkel. Ini mengejutkan masyarakat Malaysia dan menciptakan sebuah perasaan khawatir mengingat kedudukan Mahathir yang mendapat gelar "Tun" setelah tidak lagi menjabat perdana menteri. Mencermati langkah demikian, pada 19 Juni 2006, dewan tertinggi partai UMNO menyatakan secara bulat mendukung penuh langkah Abdullah Badawi sebagai perdana menteri.
Koran Harakah pada Januari 2007 menampilkan fotonya bersentuhan tangan dengan Michelle Yeoh dalam sebuah jamuan makan malam pada lomba perahu layar di Terengganu bulan Desember 2006. Aparat pemerintah menyita koran oposisi Partai Islam Se-Malaysia itu dari lapak-lapak. Namun, aparat menyatakan bahwa penyitaan dilakukan karena koran tersebut seharusnya hanya beredar di kalangan anggota partainya saja.
Kontroversi
Setelah gerakan untuk menuduh orang-orang prominen seperti Eric Chia dan Isa Abdul Samad dengan korupsi, usaha pemerintahan Abdullah untuk memberantas korupsi dikatakan menjadi kurang transparen. Ia adalah didebatkan sama ada Abdullah masih terus melawan korupsi secara diam-diam ataupun dia telah sengaja melambatkan usaha dalam menghapuskan korupsi. Walaupun Abdullah mengatakan bahwa dia mengalu-alukan komentar atau kritis yang membantu memperbaiki pemerintahannya, dia telah memberi amaran kepada Mukhriz Mahathir yang mengkritis kebijakan ekonomisnya pada rapat agung UMNO 2006. [1] Dia juga coba mengawal sumber-sumber “bawah tanah” seperti situs web, forum dan blog, menganggap mereka yang mengkritisnya melalui media ini sebagai “orang tanpa kredibilitas”. [2]
Kontroversi mengenai Mahathir
Pada 2005, ia telah dikatakan bahwa di bawah pemerintahan Abdullah, terdapat suatu peningkatan yang signifikan dalam kes-kes kronism mengenai pemberian permit import (AP) untuk mobil buatan luar Malaysia. Bekas Pemerintah Mahathir telah menyahut investigasi ke dalam isu tersebut. Kemudian, Mahathir mengkritis Abdullah karena membatalkan banyak projek pembangunan yang dimulakan oleh Mahathir, contohnya pembangunan jembatan untuk menggantikan kosway yang menghubungi Malaysia dan Singapura. [3] Mahathir juga mengatakan bahwa Abdullah telah asalnya memberi kelulusan kepada Republic of Singapore Air Force untuk terbang ke kawasan Malaysia dan menjual pasir kepada Singapura sebagai pertukaran bagi perjanjian untuk pembangunan jembatan. Mahathir melihat ini sebagai suatu tindakan yang “menjual” keluruhan Malaysia.
Pada 2006, Mahathir meneruskan kritisnya terhadap Abdullah, menuduh bahwa kebebasan Media di bawah Abdullah telahpun berkurangan. Mahathir juga menambah bahawa media enggan menyiarkan komen Mahathir. Mahathir telah menyalahkan Abdullah karena memecahkan janji yang dibuat oleh Abdullah terhadap berkenaan kebijakan kerajaan dan dalam kritisnya yang paling kuat setakat ini, mengatakan bahwa Abdullah telah mengkhianati kepercayaannya. Mahathir kesal karena memilih Abdullah sebagai penggantinya dan mengatakan bahawa dia pada asalnya inginkan timbalan Abdullah, Najib Tun Razak untuk menggantikannya. Najib yang ketika itu pada suatu kunjungan resmi ke India, segera menyatakan sokongan tidak terhingga kepada Abdullah. [4] [5]
Baru-baru ini (waktu Oktober 2006), Mahathir menyalahkan Abdullah karena telah mengamalkan suatu tabiat menipu. [6] Ia bermula ketika Abdullah telah dilaporkan mempunyai masalah dengan membuat keputusan yang efektif. Oleh itu, dia selalu menghadapi masalah apabila keputusannya menimbulkan kontroversi di kalangan orang Malaysia. Satu contohnya adalah keputusannya untuk membatalkan pembangunan jembatan yang sepatutnya menggantikan Kosway Singapura-Johor. Dalam pengumumannya, dia senantiasa menggunakan perkataan “rakyat”, dengan menganggap bahawa semua rakyat menyokong kesemua keputusannya tanpa ragu.
Pengkritis telah membandingkan pemerintahan Abdullah dengan pemerintahan Mahathir, mencadang bahawa Mahathir adalah lebih berjaya dalam mengekalkan keharmonian di kalangan etnis-etnis Malaysia. [7]
Abdullah juga sering dikritik oleh blogger Malaysia dan media luar negara karena sentiasa mendiamkan diri dengan kritis terhadapnya. Dia telah bersumpah untuk menindak keras ke atas protester yang pro-demokrasi dan memberi sokongannya kepada polisi untuk menghapuskan protes dan menangkap peserta dalam protes. [8] Ia telah diikuti oleh suatu seri larangan media berkenaan beberapa perhimpunan pro-demokrasi aman seperti Perhimpunan Bersih 2007 yang diadakan pada 10 November 2007. Media tempatan yang dikawal oleh kerajaan Malaysia tidak menyiarkan hal itu (dengan penuh) sedangkan ia telah diperihalkan oleh media luar negara seperti Al-Jazeera, Reuters, BBC dan CNN. Abdullah kemudian menyatakan bahwa dia pantang dicabar. [9]
Penghargaan
- Doktor Honoris Causa dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatulah Jakarta untuk bidang pemikiran Islam, 24 Juli 2006.
Kutipan
Saya memperkenalkan Islam hadhari atau Islam perdaban, pendekatan menuju Islam menyeluruh dan progresif. Islam tak hanya sebagai agama, tetapi juga acuan hidup.
Pranala luar
Rujukan
|- style="text-align: center;"
|- style="text-align:center;"
|width="30%" align="center" rowspan="1"|Didahului oleh:
Anwar Ibrahim
|width="40%" style="text-align: center;" rowspan="1"|Wakil Perdana Menteri Malaysia
1999-2003
|width="30%" align="center" rowspan="1"|Diteruskan oleh:
Najib Tun Razak
|-
|}
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mahathir bin Mohamad |
Perdana Menteri Malaysia 2003 – 2009 |
Diteruskan oleh: Najib Razak |
Didahului oleh: Anwar Ibrahim |
Deputi Perdana Menteri Malaysia 1999 – 2003 |
Diteruskan oleh: Najib Razak |