Rwanda
Rwanda (/[invalid input: 'icon']ruːˈɑːndə/ or /[invalid input: 'icon']ruːˈændə/), secara resmi Republik Rwanda (Kinyarwanda: Repubulika y'u Rwanda; bahasa Prancis: République du Rwanda), adalah sebuah negara di Afrika Tengah. Negara ini terletak beberapa derajat di bawah garis khatulistiwa dan berbatasan dengan Uganda, Tanzania, Burundi, serta Republik Demokratik Kongo. Semua wilayah Rwanda berada pada elevasi tinggi, dengan didominasi oleh pegunungan di bagian barat, sabana di bagian timur, dan berbagai danau tersebar di seluruh negeri. Iklimnya hangat hingga subtropis, dengan dua musim hujan dan musim kemarau per tahun.
Republik Rwanda | |
---|---|
Lokasi Rwanda (hijau tua) – di Afrika (biru muda & kelabu tua) | |
Ibu kota | Kigali 1°56′S 30°35′E / 1.933°S 30.583°E |
Bahasa resmi | |
Kelompok etnik |
|
Agama |
|
Pemerintahan | Kesatuan kediktatoran otoriter partai dominan presidensial republik konstitusional |
• Presiden | Paul Kagame |
Édouard Ngirente | |
Legislatif | Parlemen |
Senat | |
Umutwe w'Abadepite | |
Kemerdekaan | |
• Dari Belgia | 1 Juli 1962 |
• Bergabung di PBB | 18 September 1962 |
• Konstitusi saat ini | 26 Mei 2003 |
Luas | |
- Total | 26.338 km2 (149) |
5,3 | |
Penduduk | |
- Perkiraan 2021 | 12.955.736[3] (76) |
- Sensus Penduduk 2012 | 10,515,973[4] |
470/km2 (22) | |
PDB (KKB) | 2022 |
- Total | $37,211 miliar[5] |
$2.405[5] | |
PDB (nominal) | 2022 |
- Total | $12,06 miliar[5] |
$910[5] | |
Gini (2016) | 43,7[6] sedang |
IPM (2019) | 0,543[7] rendah · 160th |
Mata uang | Franc Rwanda (FRw) ( RWF ) |
Zona waktu | Waktu Afrika Tengah (CAT) (UTC+2) |
Lajur kemudi | kanan |
Kode telepon | +250 |
Kode ISO 3166 | RW |
Ranah Internet | .rw |
Penduduk Rwanda relatif muda dan masih didominasi pedesaan, sementara kepadatan penduduknya merupakan salah satu yang tertinggi di Afrika. Di Rwanda terdapat tiga kelompok: Hutu, Tutsi, dan Twa. Twa adalah suku Pygmy yang tinggal di hutan dan merupakan nenek moyang dari penduduk paling pertama Rwanda, namun para ahli masih belum sepakat mengenai asal usul dan perbedaan antara Hutu dan Tutsi; beberapa meyakini bahwa keduanya merupakan kasta sosial, sementara yang lain memandangnya sebagai ras atau suku. Kekristenan adalah agama mayoritas di Rwanda, dan bahasa utamanya adalah Bahasa Kinyarwanda, yang dituturkan oleh sebagian besar penduduk Rwanda. Sistem pemerintahan di Rwanda adalah sistem presidensial. Presiden Rwanda adalah Paul Kagame dari Partai Front Patriotik Rwanda (FPR), yang mulai berkuasa pada tahun 2000. Rwanda memiliki tingkat korupsi yang rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangganya, namun organisasi-organisasi kemanusiaan menyatakan penindasan terhadap golongan oposisi, intimidasi, dan pelarangan dalam kebabasan berpendapat. Negara ini telah diperintah oleh pemerintah administrasi hierarki yang ketat sejak masa pra-kolonial. Di sana sekarang ada 5 provinsi, yang digariskan oleh batas yang digambar pada tahun 2006.
Pemburu-pengumpul menetap menetap di wilayah ini pada Zaman Batu dan Zaman Besi, diikuti oleh Suku Bantu. Penduduk pun bersatu, pertama-tama sebagai klan lalu menjadi kerajaan. Kerajaan Rwanda mendominasi dari masa pertengahan abad ke-18, dengan raja-raja Tutsi yang menguasai yang lain secara militer, memusatkan kekuasaan, dan kemudian mengesahkan kebijakan anti-Hutu. Jerman menjajah Rwanda pada tahun 1884, diikuti oleh Belgia, yang menginvasi pada tahun 1916 saat Perang Dunia I. Kedua negara Eropa tersebut memerintah melalui raja-raja dan menetapkan kebijakan pro-Tutsi. Penduduk Hutu memberontak pada tahun 1959, membantai Suku Tutsi dalam jumlah besar dan akhirnya mendirikan negara bebas yang didominasi oleh Hutu pada tahun 1962. Front Patriotik Rwanda yang dipimpin oleh Tutsi melancarkan Perang Saudara Rwanda pada tahun 1990, lalu diikuti oleh Pembantaian Rwanda tahun 1994. Dalam peristiwa tersebut, ekstremis Hutu membunuh sekitar 500.000 sampai 1 juta (perkiraan) Tutsi dan kaum Hutu moderat.
Ekonomi Rwanda mengalami kekacauan selama Pembantaian Rwanda 1994, namun setelah itu menguat. Ekonominya didasarkan terutama pada sektor agrikultur. Kopi dan teh merupakan komoditas ekspor yang menjadi sumber devisa utama. Pariwisata merupakan sektor yang berkembang pesat dan kini merupakan sumber devisa utama; di negara ini gorila pegunungan dapat dikunjungi dengan aman, dan wisatawan siap membayar mahal untuk memperoleh izin melacak gorila. Musik dan tari merupakan bagian penting dalam budaya Rwanda, terutama drum dan tari intore. Seni dan kerajinan tradisional juga dibuat di seluruh negeri, seperti imigongo, seni kotoran sapi yang unik.
Sejarah
Manusia mulai menetap di wilayah yang saat ini dikenal sebagai Rwanda setelah zaman es terakhir, antara periode Neolitik sekitar tahun 8000 SM atau periode lembab panjang yang berlangsung hingga sekitar tahun 3000 SM.[8] Bukti permukiman pemburu-pengumpul yang tersebar dari zaman batu akhir telah ditemukan, yang kemudian diikuti oleh pemukim Zaman Besi yang jumlahnya lebih besar, yang membuat tembikar berlesung dan alat besi.[9][10] Orang-orang tersebut merupakan ennek moyang Twa, sekelompok pemburu-pengumpul pygmy aborigin yang masih menetap di Rwanda hingga kini.[11] Antara tahun 700 SM dan 1500 M, sejumlah orang Bantu bermigrasi ke Rwanda, dan mulai menebang hutan untuk pertanian.[12][11] Kelompok Twa yang tinggal di hutan kehilangan tempat tinggal mereka dan pindah ke leren pegunungan.[13] Terdapat beberapa teori mengenai migrasi Bantu; menurut satu teori, pemukim pertama adalah orang Hutu, sementara orang Tutsi bermigrasi belakangan dan merupakan kelompok ras yang berbeda, kemungkinan berasal dari kelompok Kushitik.[14] Sementara itu, berdasarkan teori alternatif, migrasi berlangsung perlahan, dan kelompok yang datang berintegrasi dan tidak menaklukan masyarakat yang sudah ada.[15][11] Berdasarkan teori ini, pemisahan antara Hutu dan Tutsi baru muncul belakangan dan merupakan pemisahan kelas dan bukan rasial.[16][17]
Bentuk organisasi sosial pertama di wilayah Rwanda adalah klan (ubwoko).[18] Sistem klan ada di seluruh wilayah Danau Besar, dan terdapat sekitar dua puluh klan di wilayah Rwanda.[19] Klan tidak dibatasi oleh garis silsilah atau wilayah geografis, dan di sebagian besar klan terdapat orang Hutu, Tutsi, dan Twa.[19] Dari abad ke-15, klan mulai bersatu menjadi kerajaan;[20] pada tahun 1700, terdapat sekitar delapan kerajaan di Rwanda.[21] Salah satu di antaranya, yaitu Kerajaan Rwanda dikuasai oleh klan Nyiginya Tutsi yang menjadi semakin dominan pada pertengahan abad ke-18.[22] Kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-19 di bawah masa kekuasaan Raja Kigeli Rwabugiri. Rwabugiri menaklukan beberapa negara yang lebih kecil, memperluas wilayah ke barat dan utara,[23][22] serta melancarkan reformasi administratif; salah satunya adalah ubuhake, yang mengharuskan pelindung Tutsi untuk menyerahkan ternak, dan maka status istimewa, kepada klien Hutu atau Tutsi dan memperoleh jasa ekonomi dan personal sebagai gantinya.[24] Reformasi lain adalah uburetwa, yaitu sistem corvée yang mengharuskan Hutu bekerja untuk kepala suku Tutsi.[23] Perubahan yang dilancarkan oleh Rwabugiri mengakibatkan munculnya jurang antara Hutu dan Tutsi.[23] Status orang Twa lebih baik daripada masa pra-kerajaan, dengan beberapa di antaranya menjadi penari di istana kerajaan,[13] namun jumlah mereka terus berkurang.[25]
Konferensi Berlin tahun 1884 menetapkan wilayah Rwanda sebagai bagian dari Kekaisaran Jerman, sehingga memulai masa penjajahan. Penjelajah Gustav Adolf von Götzen adalah orang Eropa pertama yang menjelajahi negara ini pada tahun 1894; ia menyeberang dari wilayah tenggara hingga Danau Kivu dan bertemu dengan sang raja.[26][27] Jerman tidak banyak mengubah struktur sosial Rwanda, namun menancapkan kekuasaan dengan mendukung raja dan hierarki yang ada serta mendelegasikan kekuasaan kepada kepala suku setempat.[28] Tentara Belgia mengambil alih Rwanda dan Burundi selama Perang Dunia I, dan memulai periode penjajahan yang lebih langsung.[29] Belgia menyerdehanakan dan memusatkan struktur kekuasaan,[30] serta memulai proyek berskala besar dalam bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan pengawasan agrikultur, termasuk tanaman baru dan pemutakhiran tekhnik agrikultur untuk mengurangi kelaparan.[31] Baik orang Jerman maupun orang Belgia mendukung supremasi Tutsi, serta menganggap Hutu dan Tutsi sebagai ras yang berbeda.[32] Pada tahun 1935, Belgia memperkenalkan kartu identitas yang melabeli setiap orang sebagai Tutsi, Hutu, Twa, atau dinaturalisasi. Sementara sebelumnya seorang Hutu yang kaya dapat menjadi Tutsi yang terhormat, kartu identitas menghentikan perpindahan antara kedua kelas.[33]
Belgium terus menguasai Rwanda sebagai Wilayah Kepercayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia II, dengan mandat untuk mengawal kemerdekaan.[34][35] Ketegangan menguat antara Tutsi, yang mendukung kemerdekaan awal, dan pergerakan emansipasi Hutu, yang berujung kepada Revolusi Rwanda 1959: aktivis Hutu mulai membunuh orang Tutsi, dan memaksa lebih dari 100.000 orang mengungsi ke negara tetangga.[36][37] Pada tahun 1962, Belgia yang kini pro-Hutu mengadakan referendum dan pemilihan umum, dan mereka memilih menghapuskan monarki. Rwanda dipisahkan dari Burundi dan memperoleh kemerdekaan pada tahun 1962.[38] Kekerasan berlanjut karena Tutsi yang mengungsi mulai menyerang dari negara tetangga dan Hutu membalas dengan pembunuhan dan penindasan berskala besar.[39] Pada tahun 1973, Juvénal Habyarimana melancarkan kudeta dan mulai berkuasa. Diskriminasi pro-Hutu berlanjut, namun kesejahteraan ekonomi meningkat sementara kekerasan terhadap orang Tutsi berkurang.[40] Orang Twa tetap termarjinalisasi, dan pada tahun 1990 hampir sepenuhnya diusir dari hutan oleh pemerintah; banyak yang kemudian menjadi pengemis.[41] Sementara itu, jumlah penduduk Rwanda yang meningkat dari 1,6 juta pada tahun 1934 menjadi 7,1 juta pada tahun 1989 mengakibatkan munculnya persaingan memperebutkan tanah.[42]
Pada tahun 1990, Front Patriotik Rwanda, pemberontak yang kebanyakan terdiri dari pengungsi Tutsi, menyerang Rwanda utara, dan memulai Perang Saudara Rwanda.[43] Kedua pihak mampu mencapai keunggulan selama perang,[44] namun pada tahun 1992 perang telah melemahkan kekuasaan Habyarimana; demonstrasi besar-besaran memaksanya untuk berkoalisi dengan oposisi dan akhirnya menandatangani Persetujuan Arusha 1993 dengan Front Patriotik Rwanda.[45] Gencatan senjata berakhir pada tanggal 6 April 1994 ketika pesawat Habyarimana ditembak di dekat Bandar Udara Kigali, sehingga menewaskan sang presiden.[46] Penembakan ini memicu Genosida Rwanda, yang meletus dalam selang waktu beberapa jam. Selama sekitar 100 hari, sekitar 500.000 hingga 1.000.000[47] Tutsi dan Hutu moderat dibantai dalam serangan yang telah direncanakan dengan baik atas perintah pemerintahan interim.[48] Banyak orang Twa yang juga dibunuh, meskipun tidak ditarget secara langsung.[41] Front Patriotik Rwanda memulai kembali serangan mereka, menguasai negara perlahan-lahan, dan berhasil menguasai seluruh Rwanda pada pertengahan Juli.[49] Tanggapan internasional terhadap Genosida Rwanda sangat minim karena negara-negara besar merasa enggan untuk memperkuat pasukan pemelihara perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sudah kewalahan.[50] Ketika Front Patriotik Rwanda mengambil alih kekuasaan, kurang lebih dua juta Hutu mengungsi ke negara tetangga, terutama Zaire, karena takut akan pembalasan;[51] selain itu, angkatan bersenjata yang dipimpih oleh Front Patriotik Rwanda merupakan salah satu partisipan utama dalam Perang Kongo Pertama dan Kedua.[52] Di Rwanda sendiri, periode rekonsiliasi dan keadilan dimulai, dengan didirikannya Pengadilan Kriminal Internasional untuk Rwanda dan pendirian kembali Gacaca, sistem pengadilan desa tradisional. Selama tahun 2000-an, ekonomi, jumlah wisatawan, dan Indeks Pembangunan Manusia Rwanda meningkat pesat[53][54] antara 2006 dan 2011 angka kemiskinan berkurang dari 57 hingga 45 persen,[55] dan tingkat kematian anak-anak menurun dari 180 per 1000 kelahiran pada tahun 2000 2000 menjadi 111 per 1000 kelahiran pada tahun 2009.[56]
Politik dan pemerintahan
Presiden Rwanda adalah kepala negara,[57] dan punya beragam wewenang seperti membuat kebijakan bersama Kabinet,[58] menjalankan prerogatif belas kasihan,[59] mengomandi angkatan bersenjata,[60] menegosiasikan dan meratifikasi traktat,[61] menandatangani perintah presiden,[62] dan menyatakan perang atau keadaan darurat.[60] Presiden dipilih melalui pemilihan umum setiap tujuh tahun,[63] serta dapat menunjuk Perdana Menteri dan anggota Kabinet.[64] Presiden Rwanda saat ini adalah Paul Kagame, yang mulai berkuasa setelah pendahulunya, Pasteur Bizimungu, mengundurkan diri pada tahun 2000. Kagame kemudian memenangkan pemilihan umum tahun 2003 dan 2010,[65][66] meskipun organisasi hak asasi manusia mengkritik pemilu tersebut karena adanya penekanan politik dan kebebasan berpendapat.[67]
Konstitusi Rwanda saat ini ditetapkan melalui referendum nasional pada tahun 2003, yang menggantikan konstitusi transisional yang berlaku semenjak tahun 1994.[68]Konstitusi saat ini mengamanatkan sistem pemerintahan multi partai dan politik yang didasarkan atas demokrasi dan pemilihan umum.[69] Namun, konstitusi juga mengatur partai politik. Menurut Pasal 54, organisasi politik tidak boleh didasarkan kepada ras, etnis, suku, klan, daerah, seks, agama, atau pembagian lain yang dapat mengarah kepada diskriminasi.[70] Pemerintah juga telah menetapkan hukum yang mengkriminalkan ideologi genosida, yang meliputi intimidasi, pidato fitnah, penolakan genosida, dan pengejekan korban.[71] Menurut Human Rights Watch, hukum tersebut secara efektif menjadikan Rwanda negara satu partai, karena "di bawah selubung mencegah genosida lain, pemerintah menunjukkan ketidaktoleran terhadap perbedaan pendapat yang paling mendasar".[72] Amnesty International juga bersikap kritis dan menyatakan bahwa hukum ideologi genosida telah digunakan untuk "membungkam perbedaan pendapat, termasuk kritik terhadap partai FPR yang sedang berkuasa dan tuntutan keadilan terhadap kejahatan perang yang dilakukan oleh FPR".[73]
Parlemen Rwanda terdiri dari dua kamar. Parlemen membuat undang-undang dan diamanatkan oleh konstitusi untuk mengawasi kegiatan Presiden dan Kabinet.[74] Kamar bawah adalah Dewan Perwakilan, yang terdiri dari 80 anggota yang menjabat selama lima tahun. Dua puluh empat dari jabatan tersebut disiapkan khusus untuk perempuan, yang dipilih melalui majelis pejabat pemerintahan daerah gabungan; tiga kursi lain disiapkan untuk anak muda dan orang cacat; 53 kursi sisanya dipilih melalui hak pilih universal di bawah sistem perwakilan proporsional.[75] Setelah pemilihan umum tahun 2008, terdapat 45 perwakilan perempuan, sehingga menjadikan Rwanda satu-satunya negara yang mayoritas anggota parlemennya perempuan.[76] Kamar atas adalah Senat, yang terdiri dari 26 kursi. Anggotanya dipilih oleh berbagai lembaga. Minimal tiga puluh persen senator haruslah perempuan. Senator menjabat selama delapan tahun.[77]
Sistem hukum Rwanda banyak didasarkan dari sistem hukum sipil Jerman serta Belgia dan hukum adat.[78] Yudikatif independen dari eksekutif,[79] walaupun Presiden dan Senat terlibat dalam penunjukkan hakim Mahkamah Agung.[80] Human Rights Watch telah memuji pemerintah Rwanda karena kemajuan dalam penegakan keadilan seperti penghapusan hukuman mati[81] namun juag anggota pemerintahan dituduh melakukan campur tangan terhadap yudikatif, seperti penunjukan hakim yang didasari motif politik, penyalahgunaan wewenang jaksa, dan tekanan terhadap hakim agar membuat keputusan tertentu.[82] Menurut konstitusi terdapat dua jenis pengadilan: biasa dan khusus.[83] Pengadilan biasa meliputi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan pengadilan daerah, sementara pengadilan khusus meliputi pengadilan militer dan pengadilan tradisional Gacaca, yang didirikan kembali untuk mempercepat pengadilan tersangka pelaku genosida.[84]
Tingkat korupsi Rwanda relatif rendah bila dibandingkan dengan sebagian besar negara Afrika lainnya; pada tahun 2010, menurut Transparency International, Rwanda adalah negara terbersih kedelapan dari 47 negara di Afrika Sub-Sahara dan terbersih ke-66 dari 178 negara di dunia.[85] Konstitusi mengamanatkan Ombudsman untuk mencegah dan memberantas korupsi.[86][87] Pejabat (termasuk Presiden) juga diharuskan oleh konstitusi untuk mendeklarasikan kekayaan mereka kepada Ombudsman dan umum; apabila tidak, jabatannya akan ditangguhkan.[88]
Pembagian administratif
Hierarki ketat telah diterapkan semenjak masa pra-penjajahan.[89] Sebelum penjajahan, Raja (Mwami) menetapkan sistem provinsi, distrik, bukit, dan ketetanggaan.[90] Konstitusi Rwanda membagi negara ini berdasarkan provinsi (intara), distrik (uturere), kota besar, munisipalitas, kota kecil, sektor (imirenge), sel (utugari), dan desa (imidugudu); pembagian daerah dan perbatasannya diatur oleh Parlemen.[91]
Kelima provinsi berperan sebagai penengah antara pemerintahan nasional dan distrik untuk memastikan agar kebijakan nasional juga diterapkan di tingkat distrik. "Kerangka Strategis Desentralisasi Rwanda" yang dikembangkan oleh Menteri Pemerintahan Daerah membebankan tanggung jawab kepada rpovinsi untuk "mengatur masalah pemerintahan di Provinsi, dan juga pemantauan dan evaluasi."[92] Setiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur, yang ditunjuk oleh Presiden dan disetujui oleh Senat.[93] Distrik-distrik bertanggung jawab untuk mengatur layanan umum dan pengembangan ekonomi. Distrik dibagi menjadi sektor, yang bertanggung jawab akan layanan umum yang dimandatkan oleh distrik.[94] Di tingkat distrik dan sektor terdapat sebuah dewan yang dipilih secara langsung dan dijalankan oleh komite eksekutif yang dipilih oleh dewan tersebut.[95] Sel dan desa adalah daerah tingkat terkecil, dan berperan sebagai penghubung antara rakyat dengan sektor.[94] Semua penduduk dewasa merupakan anggota dari dewan sel lokal, yang juga dikepalai oleh komite eksekutif yang dipilih oleh dewan tersebut.[95] Sementara itu, kota Kigali merupakan sebuah otoritas tingkat provinsi yang mengatur perencanaan kota.[92]
Perbatasan saat ini ditetapkan pada tahun 2006 untuk mendesentralisasikan kekuasaan dan menghapuskan kaitan dengan sistem lama dan genosida. Struktur lama yang terdiri dari dua belas provinsi yang berpusat di sekitar kota-kota besar digantikan oleh lima provinsi yang didasarkan kepada geografi.[96] Provinsi tersebut adalah Provinsi Utara, Provinsi Selatan, Provinsi Timur, Provinsi Barat, dan Munisipalitas Kigali di pusat.
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ "Rwanda: A Brief History of the Country". United Nations. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2018. Diakses tanggal 4 April 2018.
- ^ "Religions in Rwanda | PEW-GRF". globalreligiousfutures.org.
- ^ National Institute of Statistics of Rwanda. "Size of the resident population". National Institute of Statistics of Rwanda. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 June 2022. Diakses tanggal 15 June 2022.
- ^ National Institute of Statistics of Rwanda 2014, hlm. 3.
- ^ a b c d "World Economic Outlook Database, April 2022". www.imf.org. International Monetary Fund. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 February 2021. Diakses tanggal 8 August 2020.
- ^ World Bank (XII).
- ^ Human Development Report 2020 The Next Frontier: Human Development and the Anthropocene (PDF). United Nations Development Programme. 15 December 2020. hlm. 343–346. ISBN 978-92-1-126442-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 December 2020. Diakses tanggal 16 December 2020.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 44.
- ^ Dorsey 1994, hlm. 36.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 45.
- ^ a b c Mamdani 2002, hlm. 61.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 58.
- ^ a b King 2007, hlm. 75.
- ^ Prunier 1995, hlm. 16.
- ^ Mamdani 2002, hlm. 58.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 69.
- ^ Shyaka, hlm. 10–11.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 88.
- ^ a b Chrétien 2003, hlm. 88–89.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 141.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 482.
- ^ a b Chrétien 2003, hlm. 160.
- ^ a b c Mamdani 2002, hlm. 69.
- ^ Prunier 1995, hlm. 13–14.
- ^ Prunier 1995, hlm. 6.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 217.
- ^ Prunier 1995, hlm. 9.
- ^ Prunier 1995, hlm. 25.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 260.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 270.
- ^ Chrétien 2003, hlm. 276–277.
- ^ Appiah & Gates 2010, hlm. 450.
- ^ Gourevitch 2000, hlm. 56–57.
- ^ United Nations (II).
- ^ United Nations (III).
- ^ Gourevitch 2000, hlm. 58–59.
- ^ Prunier 1995, hlm. 51.
- ^ Prunier 1995, hlm. 53.
- ^ Prunier 1995, hlm. 56.
- ^ Prunier 1995, hlm. 74–76.
- ^ a b UNPO 2008, History.
- ^ Prunier 1995, hlm. 4.
- ^ Prunier 1995, hlm. 93.
- ^ Prunier 1995, hlm. 135–136.
- ^ Prunier 1995, hlm. 190–191.
- ^ BBC News (III) 2010.
- ^ Henley 2007.
- ^ Dallaire 2005, hlm. 386.
- ^ Dallaire 2005, hlm. 299.
- ^ Dallaire 2005, hlm. 364.
- ^ Prunier 1995, hlm. 312.
- ^ BBC News (VI) 2010.
- ^ UNDP (III) 2010.
- ^ RDB (I) 2009.
- ^ National Institute of Statistics of Rwanda 2012.
- ^ United Nations Statistics Division.
- ^ CJCR 2003, article 98.
- ^ CJCR 2003, article 117.
- ^ CJCR 2003, article 111.
- ^ a b CJCR 2003, article 110.
- ^ CJCR 2003, article 189.
- ^ CJCR 2003, article 112.
- ^ CJCR 2003, articles 100–101.
- ^ CJCR 2003, article 116.
- ^ Lacey 2003.
- ^ BBC News (IV) 2010.
- ^ HRW 2010.
- ^ Media High Council.
- ^ CJCR 2003, article 52.
- ^ CJCR 2003, article 54.
- ^ National Commission for the Fight against Genocide 2008, hlm. 1.
- ^ Roth 2009.
- ^ Amnesty International 2010.
- ^ CJCR 2003, article 62.
- ^ CJCR 2003, article 76.
- ^ UNIFEM 2008.
- ^ CJCR 2003, article 82.
- ^ CIA (I) 2012.
- ^ CJCR 2003, article 140.
- ^ CJCR 2003, article 148.
- ^ HRW & Wells 2008, I. Summary.
- ^ HRW & Wells 2008, VIII. Independence of the Judiciary.
- ^ CJCR 2003, article 143.
- ^ Walker March 2004.
- ^ Transparency International 2010.
- ^ CJCR 2003, article 182.
- ^ Office of the Ombudsman.
- ^ Asiimwe 2011.
- ^ OAU 2000, hlm. 14.
- ^ Melvern 2004, hlm. 5.
- ^ CJCR 2003, article 3.
- ^ a b MINALOC 2007, hlm. 8.
- ^ Southern Province.
- ^ a b MINALOC 2007, hlm. 9.
- ^ a b MINALOC 2004.
- ^ BBC News (I) 2006.
Referensi
- Adekunle, Julius (2007). Culture and customs of Rwanda. Westport, Conn.: Greenwood Press. ISBN 978-0-313-33177-0.
- African Development Bank (AfDB) (2009-11-19). "AfDB Approves Funding for Burundi-Rwanda-Tanzania Railway Project Study". Diakses tanggal 2012-02-16.
- African Development Bank (AfDB) (2011-08-26). "Boosting Rwanda's Energy Sector: AfDB, other Lenders Commit USD 91.25 million to Kivuwatt Project". Diakses tanggal 2012-03-02.
- African Development Bank (AfDB); Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Development Centre (2006). African Economic Outlook (edisi ke-5). Paris: OECD Publishing. ISBN 978-92-64-02243-0.
- Al Jazeera (2007-09-20). "Rwanda blames DR Congo for violence". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Amnesty International (2010). "Human Rights in Republic of Rwanda". Diakses tanggal 2012-03-15.
- Anyango, Gloria I. (4 February 2010). "The Barbecue Chef who masters his roast". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Appiah, Anthony; Gates, Henry Louis (2010). Encyclopedia of Africa, Volume 1 (edisi ke-illustrated). Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-533770-9.
- Asiimwe, Bosco R (2011-09-28). "Gov't to sanction officials who failed to declare wealth". The New Times. Diakses tanggal 2012-03-14.
- Auzias, Dominique (2007). Rwanda (dalam bahasa French). Paris: Petit Futé. ISBN 978-2-7469-2037-8.
- BBC News (I) (2006-01-03). "Rwanda redrawn to reflect compass". Diakses tanggal 2012-02-16.
- BBC News (II) (2006-03-31). "Team reaches Nile's 'true source'". Diakses tanggal 2012-02-16.
- BBC News (III) (2010-01-12). "Hutus 'killed Rwanda President Juvenal Habyarimana'". Diakses tanggal 2012-02-16.
- BBC News (IV) (2010-08-11). "Rwanda President Kagame wins election with 93% of vote". Diakses tanggal 2012-02-16.
- BBC News (V) (25 November 2011). "Rwanda country profile". Diakses tanggal 2012-02-16.
- BBC News (VI) (2010-08-27). "Q&A: DR Congo conflict". Diakses tanggal 2012-02-27.
- BBC News (VII) (2011-11-03). "Rwanda gives DR Congo back tonnes of smuggled minerals". Diakses tanggal 2012-04-12.
- BBC Weather. "Kigali". BBC News. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Best Country Reports (2007). "Temperature Map of Rwanda". World Trade Press. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Birakwate, Bruno (2012-03-26). "Google Maps to promote Rwanda's tourism". Rwanda Focus. Diakses tanggal 2012-04-03.
- Bowdler, Neil (2010-05-14). "Apprentice adviser Nick Hewer's Rwanda mission". BBC News. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Boyd, J. Barron (1979). "African Boundary Conflict: An Empirical Study". African Studies Review. 22 (3): 1–14. ISSN 0002-0206. JSTOR 523892.
- Briggs, Jimmy (2004). "A dance of hope in Rwanda". Dance Magazine. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Briggs, Philip; Booth, Janice (2006). Rwanda – The Bradt Travel Guide (edisi ke-3rd). London: Bradt Travel Guides. ISBN 978-1-84162-180-7.
- Butera, Saul (2010-01-09). "MTN Rwanda deploys new Internet technology". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Butera, Saul (2011-03-17). "Mobile subscribers rise 51%". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Butera, Saul (2011-04-06). "MTN, Tigo Reaping From Rwandatel Misery". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Central Intelligence Agency (CIA) (I) (2012). "Rwanda". The World Factbook. Diakses tanggal 2012-04-02.
- Central Intelligence Agency (CIA) (II). "Rank Order – Area". The World Factbook. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Central Intelligence Agency (CIA) (III) (2011). "Rank Order – Life expectancy at birth". The World Factbook. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Central Intelligence Agency (CIA) (IV) (2012). "Rank Order – Population". The World Factbook. Diakses tanggal 2012-04-02.
- Chrétien, Jean-Pierre (2003). The Great Lakes of Africa: Two Thousand Years of History. Cambridge, Mass.: MIT Press. ISBN 978-1-890951-34-4.
- Clark, Phil (2010-08-05). "Rwanda: Kagame's power struggle". The Guardian. London. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Coleman, Isobel (2010-04-07). "Rwanda: Road to Recovery". The Huffington Post. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Commission Juridique Et Constitutionnelle Du Rwanda (CJCR) (2003-05-26). "Constitution of the Republic of Rwanda". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-25. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Dallaire, Roméo (2005). Shake Hands With The Devil: The Failure of Humanity in Rwanda. London: Arrow. ISBN 978-0-09-947893-5.
- Delawala, Imtiyaz (2001-09-07). "What Is Coltan?". ABC News: Nightline. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Department of State (I) (2004). "Background Note: Rwanda". Background Notes. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Department of State (II) (2007). "Rwanda". International Religious Freedom Report 2007. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Department of State (III) (2012). "Background Note: Rwanda". Background Notes. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Directorate General of Immigration and Emigration, Republic of Rwanda. "General Information" (PDF). Diakses tanggal 2012-03-07.
- Dorsey, Learthen (1994). Historical Dictionary of Rwanda. Metuchen, N.J.: Scarecrow Press. ISBN 978-0-8108-2820-9.
- Embassy of Rwanda in Japan. "Akagera National Park". Diakses tanggal 2012-02-29.
- Embassy of Rwanda in Sudan. "Sudan and Rwanda public holidays". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Encyclopædia Britannica (2010). "Rwanda". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Fletcher, Pascal (2009-11-30). "Rwanda accepted into Commonwealth only 15 years after genocide". The Scotsman. Edinburgh. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Food and Agriculture Organization / World Food Programme (FAO / WFP) (1997-07-01). "Special Report: FAO/WFP Crop and Food Supply Assessment Mission to Rwanda". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Francophonie. "Welcome to the International Organisation of La Francophonie's official website". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Freedom House (2011). "Freedom in the World: Rwanda". Diakses tanggal 2012-03-15.
- Gahindiro, John (2008-06-02). "Making "Umuganda" More Useful". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Global Nature Fund. "Lake Ihema". Diakses tanggal 2012-02-29.
- Gourevitch, Philip (2000). We Wish To Inform You That Tomorrow We Will Be Killed With Our Families (edisi ke-Reprint). London; New York, N.Y.: Picador. ISBN 978-0-330-37120-9.
- Grainger, Sarah (2007-06-18). "East Africa trade bloc expanded". BBC News. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Henley, Jon (2007-10-31). "Scar tissue". The Guardian. London. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Heuler, Hilary (2011-12-12). "Uganda, Rwanda Move to Mend Troubled Relations". Voice of America News. Diakses tanggal 2012-03-26.
- Human Rights Watch (HRW); Wells, Sarah (2008). Law and reality: progress in judicial reform in Rwanda. ISBN 978-1-56432-366-8. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Human Rights Watch (HRW) (2010-08-02). "Rwanda: Silencing Dissent Ahead of Elections". Diakses tanggal 2012-02-28.
- International Development Association (IDA). "Rwanda: Bringing Clean Water to Rural Communities". Diakses tanggal 2012-02-16.
- International Monetary Fund (IMF) (I) (2011). "Gross domestic product based on purchasing-power-parity (PPP) per capita GDP, Rwanda, 1994". World Economic Outlook Database. Diakses tanggal 2012-02-16.
- International Monetary Fund (IMF) (II) (2011). "Rwanda". Diakses tanggal 2012-04-20.
- International Union for Conservation of Nature (IUCN) (2011). "IUCN welcomes Rwanda as new State Member". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Jefremovas, Villia (1995). "Acts of Human Kindness: Tutsi, Hutu and the Genocide". Issue: A Journal of Opinion. 23 (2): 28–31. doi:10.2307/1166503. ISSN 0047-1607. JSTOR 1166503.
- Jørgensen, Sven Erik (2005). Lake and reservoir management. Amsterdam: Elsevier. ISBN 978-0-444-51678-7.
- Kigali City. "Kigali at a glance". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Kigali Health Institute (KHI) (2012-03-22). "About KHI". Diakses tanggal 2012-04-26.
- King, David C. (2007). Rwanda (Cultures of the World). New York, N.Y.: Benchmark Books. ISBN 978-0-7614-2333-1.
- Lacey, Marc (2003-08-26). "Rwandan President Declares Election Victory". New York Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Lavelle, John (2008-07-05). "Resurrecting the East African Shilling". East African Business Week. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Majyambere, Gertrude (2010-05-14). "Rwandatel's Landline Telephony Increases By 7 Percent". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Mamdani, Mahmood (2002). When Victims Become Killers: Colonialism, Nativism, and the Genocide in Rwanda. Princeton, N.J.: Princeton University Press. ISBN 978-0-691-10280-1.
- Mbabazi, Linda (2008-05-11). "Hip Hop Dominating Music Industry". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- McGreal, Chris (2009-01-16). "Why Rwanda said adieu to French". The Guardian. London. Diakses tanggal 2012-02-16.
- McNeil, Donald G. (2010-06-14). "In Desperately Poor Rwanda, Most Have Health Insurance". The New York Times. New York, N.Y. Diakses tanggal 2012-04-26.
- Media High Council, Republic of Rwanda. "Constitution of June 2003". Diakses tanggal 2012-02-29.
- Mehta, Hitesh; Katee, Christine (2005). "Virunga Massif Sustainable Tourism Development Plan" (PDF). International Gorilla Conservation Programme (IGCP). Diakses tanggal 2012-02-16.
- Melvern, Linda (2004). Conspiracy to Murder: The Rwandan Genocide (edisi ke-Revised). London; New York, N.Y.: Verso Books. ISBN 978-1-85984-588-2.
- Milmo, Cahal (2006-03-29). "Flashback to terror: Survivors of Rwandan genocide watch screening of Shooting Dogs". The Independent. London. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Ministry of Agriculture (MINAGRI), Republic of Rwanda (2006-06-10). "Livestock production". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Ministry of Education (MINEDUC), Republic of Rwanda (2010-07-13). "Achievements (2003–2010)" (PDF). Diakses tanggal 2012-02-16.
- Ministry of Finance and Economic Planning (MINECOFIN), Republic of Rwanda (2002). "Poverty Reduction Strategy Paper". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Ministry of Infrastructure (MININFRA), Republic of Rwanda (2009). "Electricity". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Ministry of Local Government (MINALOC), Republic of Rwanda (2004). "Administrative Units". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Ministry of Local Government (MINALOC), Republic of Rwanda (2007). "Rwanda Decentralization Strategic Framework". Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-08-31. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Mukaaya, Eddie (2009-01-15). "Mining industry generated $93 million in 2008". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Munyakazi, Augustine; Ntagaramba, Johnson Funga (2005). Atlas of Rwanda (dalam bahasa French). Oxford: Macmillan Education. ISBN 0-333-95451-3.
- Musoni, Edwin (2010-07-28). "Kagame Promises 12 Years of Free Education". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Nakayima, Lillian (2010-06-23). "Nkombo Island's Hope for the Future". The New Times. Diakses tanggal 2012-03-02.
- Namata, Berna (2008-12-28). "Rwanda to restock water bodies with fisheries". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Namata, Berna (2010-08-03). "Franc Weakens Against the U.S. Dollar". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Nantaba, Eriosi (2010-10-18). "Rwanda services sector boosts GDP". East African Business Week. Diakses tanggal 2012-02-16.
- National Census Service (2003). "The General Census of Population and Housing, Rwanda" (PDF). Diakses tanggal 2012-02-16.
- National Commission for the Fight against Genocide, Republic of Rwanda (2008-10-15). "Law No 18/2008 Of 23/07/2008 Relating to the Punishment of the Crime of Genocide Ideology". Diakses tanggal 2012-03-26.
- National Institute of Statistics of Rwanda (2012). "The third Integrated Household Living Conditions Survey (EICV 3) – Main indicators Report". Diakses tanggal 2012-03-16.
- Nielsen, Hannah; Spenceley, Anna (2010). "The success of tourism in Rwanda – Gorillas and more" (PDF). African Success Stories Study. World Bank & SNV Netherlands Development Organisation. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Nile Basin Initiative (2010). "Nile Basin Countries". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Ntambara, Paul (2009-12-09). "Minister Irked By Big Number of Grass-Thatched Houses". The New Times. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Nzabuheraheza, François Dominicus (2005). "Milk Production and Hygiene in Rwanda". African Journal of Food, Agriculture, Nutrition and Development (AJFAND). 5 (2). ISSN 1684-5374. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Office of the Ombudsman, Republic of Rwanda. "Office of the Ombudsman". Diakses tanggal 2012-03-14.
- Onyango, Emma (2012-02-13). "Airtel to launch in Rwanda". East African Business Week. Diakses tanggal 2012-03-07.
- Organization of African Unity (OAU) (2000). "Rwanda – The preventable genocide" (PDF). The Report of International Panel of Eminent Personalities to Investigate the 1994 Genocide in Rwanda and Surrounding Events. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Percival, Valerie; Homer-Dixon, Thomas (1995). "Environmental Scarcity and Violent Conflict, The Case of Rwanda". Occasional Paper: Project on Environment, Population and Security. University of Toronto. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Prunier, Gérard (1995). The Rwanda Crisis, 1959–1994: History of a Genocide (edisi ke-2nd). London: C. Hurst & Co. Publishers. ISBN 978-1-85065-243-4.
- Reporters Without Borders (2010-04-14). "Two leading independent weeklies suspended for six months". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Reuters (2011-03-16). "Rwanda completes $95 mln fibre optic network". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Richards, Charles (1994-07-24). "Rwanda: Question Time: How could it happen?: Rebellion, slaughter, exodus, cholera: the catastrophe in Rwanda is beyond our worst imaginings. Who is to blame? Who are the Hutus and Tutsis? Can peace ever be restored? Some answers ..." The Independent. London. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Roth, Kenneth (2009-04-11). "The power of horror in Rwanda". Human Rights Watch. Diakses tanggal 2012-03-26.
- Royal Museum for Central Africa (RMCA). "Ingoma". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Rwanda Development Board (RDB) (I) (2009-01-06). "Tourism and Conservation Performance in 2008". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Rwanda Development Board (RDB) (II) (2010-05-07). "World Environment Day & Kwita Izina". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Rwanda Development Board (RDB) (III) (2011). "Highlights of Tourist Arrivals in Rwanda January–June 2011" (PDF). Diakses tanggal 2012-03-16.
- Rwanda Development Board (RDB) (IV). "National Parks". Diakses tanggal 2012-03-01.
- Rwanda Development Gateway. "National Ballet – Urukerereza". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Rwanda Environment Management Authority (REMA) (Chapter 2) (2009). "Chap II. Population, Health and human settlements". Rwanda State of Environment and Outlook Report. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Rwanda Environment Management Authority (REMA) (Chapter 5) (2009). "Chap V. Biodiversity and Genetic Resources". Rwanda State of Environment and Outlook Report. Diakses tanggal 2012-03-17.
- RwandAir. "Flights Schedule". Diakses tanggal 2012-03-02.
- Samuelson, Beth Lewis; Freedman, Sarah Warshauer (2010). "Language policy, multilingual education, and power in Rwanda" (PDF). Language Policy. 9 (3): 191–215. doi:10.1007/s10993-010-9170-7. ISSN 1568-4555.
- Shyaka, Anastase. "The Rwandan Conflict: Origin, Development, Exit Strategies" (PDF). National Unity and Reconciliation Commission, Republic of Rwanda. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Southern Province. "Governor". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Streissguth, Thomas (2007). Rwanda in Pictures. Minneapolis, Minn.: Twenty-First Century Books. ISBN 978-0-8225-8570-1.
- Transit Transport Coordination Authority of the Northern Corridor (TTCA) (2004–06). "Investment Opportunities in the Northern Corridor with emphasis in Transport Infrastructure" (PDF). OECD. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Transparency International (2010). "Corruption Perceptions Index 2010 Results". Diakses tanggal 2012-02-16.
- United Nations (I). "United Nations Member States". Diakses tanggal 2012-02-16.
- United Nations (II). "International Trusteeship System". Diakses tanggal 2012-02-28.
- United Nations (III). "Trust and Non-Self-Governing Territories (1945–1999)". Diakses tanggal 2012-02-28.
- United Nations Development Fund for Women (UNIFEM) (2008-09-22). "Rwandan Women Secure 56% of Parliamentary Seats in Historic Election Result". Diakses tanggal 2012-02-16.
- United Nations Development Programme (UNDP) (I) (2007). "Assessment of Development Results: Rwanda" (PDF). 2. Diakses tanggal 2012-02-16.
- United Nations Development Programme (UNDP) (II) (2011). "Human Development Index Trends, 1980–2011" (PDF). Diakses tanggal 2012-02-16.
- United Nations Development Programme (UNDP) (III) (2010). "Human Development Index Trends, 1980–2010" (PDF). Diakses tanggal 2012-02-29.
- United Nations Statistics Division. "Under-five mortality rate (U5MR)". UN Data. Diakses tanggal 2012-03-16.
- United States Agency for International Development (USAID) (2008). "Rwanda: Water and Sanitation Profile" (PDF). Diakses tanggal 2012-02-16.
- Université Laval (2010). "Rwanda: Aménagement linguistique dans le monde" (dalam bahasa French). Diakses tanggal 2012-02-16.
- Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO) (2008-03-25). "Batwa". Diakses tanggal 2012-02-16.
- USA Today (2008-10-29). "Congolese army claims attack by Rwandan troops". Diakses tanggal 2012-02-16.
- Walker, Robert (2004-03-30). "Rwanda still searching for justice". BBC News. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Walker, Robert (2004-04-01). "Rwanda's religious reflections". BBC News. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Wildlife Conservation Society (WCS). "Birds endemic to the Albertine Rift" (PDF). Albertine Rift Programme. Diakses tanggal 2012-02-16.
- Wiredu, Kwasi; Abraham, William E.; Irele, Abiola; Menkiti, Ifeanyi (2006). A companion to African philosophy. Malden, Mass.: Wiley-Blackwell. ISBN 978-1-4051-4567-1.
- World Bank (I). "Rwanda". Data. Diakses tanggal 2012-02-16.
- World Bank (II). "Internet users (per 100 people)". Data. Diakses tanggal 2012-02-16.
- World Bank (III). "School enrollment, tertiary (% gross)". Data. Diakses tanggal 2012-02-16.
- World Health Organisation (WHO) (2009). WHO Country Cooperation Strategy, 2009–2013: Rwanda (PDF). ISBN 978-92-9031-135-5.
- World Health Organisation (WHO) (2008). "Sharing the burden of sickness: mutual health insurance in Rwanda". Bulletin of the World Health Organization. 86 (11): 817–908. ISSN 0042-9686.
- World Resources Institute (WRI) (2006). "Agriculture and Food: Country profile – Rwanda". EarthTrends: The Environmental Information Portal. Diakses tanggal 2012-02-16.
- World Resources Report (2011). "Maintenance of Hydropower Potential in Rwanda Through Ecosystem Restoration" (PDF). Diakses tanggal 2012-02-16.
- World Trade Organization (WTO) (2004-09-30). "Continued reforms and technical assistance should help Rwanda in its efforts to achieve a dynamic economy". Trade policy review: Rwanda. Diakses tanggal 2012-02-16.
- World Wide Fund for Nature (WWF) (2001). "Terrestrial Ecoregions: Albertine Rift montane forests (AT0101)". Diakses tanggal 2012-02-16.
Pranala luar
- (Inggris) CIA World Factbook - Rwanda
- (Inggris) Konflik di Rwanda
- (Inggris) Rwanda di AllAfrica.com