Tim nasional sepak bola Indonesia

tim nasional sepak bola pria yang mewakili Indonesia

Tim nasional sepak bola Indonesia mewakili Indonesia di sepak bola internasional. Tim ini dikontrol oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dan merupakan anggota dari Konfederasi Sepak Bola Asia. Sebelum kemerdekaan pada 1945, tim ini menggunakan nama tim nasional sepak bola Hindia Belanda. Dengan nama itulah, tim ini bermain di Piala Dunia FIFA 1938 di Perancis, dimana mereka kalah dari Hongaria di babak pertama dan tak pernah lagi lolos setelahnya.

Tim nasional sepak bola Indonesia
Lencana kaos/Lambang Asosiasi
Pencetak gol terbanyakSoetjipto Soentoro (57)
Kode FIFAIDN
Peringkat FIFA
Terkini163 Penurunan 7
Tertinggi75 (September 1998)
Terendah170 (Oktober 2012)
Peringkat Elo
Terkini143
Warna pertama
Warna kedua
Pertandingan internasional pertama
Belanda Hindia-Belanda 1–0 Singapura
(Batavia, Hindia Belanda; 28 Maret 1921)[1]
 India 3-0 Indonesia 
(New Delhi, India; 4 Maret 1951)[2]
Kemenangan terbesar
 Indonesia 13–1 Filipina 
(Jakarta, Indonesia; 23 Desember 2002)

 Indonesia 12–0 Filipina 
(Seoul, Korea Selatan; 22 September 1972)

 Indonesia 10–1 Republik Cina Republik Tiongkok
(Kuala Lumpur, Malaysia; 18 Agustus 1968)
Kekalahan terbesar
 Bahrain 10–0 Indonesia 
(Riffa, Bahrain, 29 Februari 2012)
Piala Dunia
Penampilan1 (Pertama kali pada 1938)
Hasil terbaikBabak 1 (1938, sebagai Hindia-Belanda)
Piala Asia
Penampilan4 (Pertama kali pada 1996)
Hasil terbaikBabak 1 (1996, 2000, 2004, 2007)

Sejarah

Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) pada tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) milik seseorang yang berketurunan Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia milik bumiputra. Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) sebuah organisasi sepak bola orang-orang Belanda di Hindia Belanda menaruh hormat kepada PSSI lantaran SIVB yang memakai bintang-bintang dari NIVB kalah dengan skor 2-1 melawan VIJ.

NIVU yang semula memandang sebelah mata PSSI akhirnya mengajak bekerjasama. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Pascapersetujuan perjanjian ini, berarti secara de facto dan de jure Belanda mengakui PSSI. Perjanjian itu juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi pucuk organisasi sepak bola di Hindia Belanda. Salah satu butir di dalam perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke Piala Dunia, dimana dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya. NIVU melakukan hal tersebut karena tak mau kehilangan muka, sebab PSSI pada masa itu memiliki tim yang kuat. Dalam pertandingan internasional, PSSI membuktikannya. Pada 7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya Maladi, Djawad, Moestaram, Sardjan, berhasil menahan imbang 2-2 tim Nan Hwa dari Cina di Gelanggang Union, Semarang. Padahal Nan Hwa pernah menyikat kesebelasan Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim PSSI mulai kesohor.

Atas tindakan sepihak dari NIVU ini, Soeratin Sosrosoegondo, ketua PSSI yang juga aktivis gerakan nasionalisme Indonesia,sangat geram. Ia menolak memakai nama NIVU. Alasannnya, kalau NIVU diberikan hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang Belanda. Tapi FIFA mengakui NIVU sebagai perwakilan dari Hindia Belanda. Akhirnya PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian Gentlemen’s Agreement saat Kongres di Solo pada 1938.

Maka sejarah mencatat mereka yang berangkat ke Piala Dunia Perancis 1938 mayoritas orang Belanda. Mereka yang terpilih untuk berlaga di Perancis, yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir (kapten). Mereka diasuh oleh pelatih sekaligus ketua NIVU, Johannes Mastenbroek. Mo Heng, Nawir, Soedarmadji adalah pemain-pemain pribumi yang berhasil memperkuat kesebelasan Hindia Belanda, tetapi bertanding di bawah bendera kerajaan Nederland. [3]

Indonesia pada tahun 1938 (di masa penjajahan Belanda) sempat lolos dan ikut bertanding di Piala Dunia 1938. Waktu itu Tim Indonesia di bawah nama Dutch East Indies (Hindia Belanda), peserta dari Asia yang pertama kali lolos ke Piala Dunia. Indonesia tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938 hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia (Hindia Belanda) dan Jepang karena saat itu dunia sepak bola Asia memang hampir tidak ada. Namun, Indonesia akhirnya lolos ke final Piala Dunia 1938 tanpa harus menyepak bola setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan Cina.

Berkas:Dutch East Indies players 1938.jpg
Pemain Hindia Belanda di Piala Dunia 1938, saat melawan Hungaria

Pertandingan melawan Hongaria

Pada 5 Juni 1938, sejarah mencatat pembantaian tim Hungaria terhadap Hindia Belanda. Mereka bermain di Stadion Velodrome Municipale, Reims, Perancis. Sekitar 10.000 penonton hadir menyaksikan pertandingan ini. Sebelum bertanding, para pemain mendengarkan lagu kebangsaan masing-masing. Kesebelasan Hindia Belanda mendengarkan lagu kebangsaan Belanda Het Wilhelmus. Karena perbedaan tinggi tubuh yang begitu mencolok, walikota Reims menyebutnya, "saya seperti melihat 22 atlet Hungaria dikerubungi oleh 11 kurcaci."

Meski strategi tak bisa dibilang buruk, tapi Tim Hindia Belanda tak dapat berbuat banyak. Pada menit ke-13, jala di gawang Mo Heng bergetar oleh tembakan penyerang Hongaria Vilmos Kohut. Lalu hujan gol berlangsung di menit ke-15, 28, dan 35. Babak pertama berakhir 4-0. Nasib Tim Hindia Belanda tamat pada babak kedua, dengan skor akhir 0-6. Pada saat itu Piala Dunia memakai sistem knock-out.

Meskipun kalah telak, surat kabar dalam negeri, Sin Po, memberikan apresiasinya pada terbitan mereka, edisi 7 Juni 1938 dengan menampilkan headline: "Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi Perlawanan Gagah".[4]

Setelah penampilan perdana itu, Indonesia tidak pernah lagi masuk babak pertama Piala Dunia FIFA, dengan hasil paling memuaskan adalah Sub Grup III Kualifikasi Piala Dunia FIFA 1986. Ketika itu Indonesia hampir lolos ke Piala Dunia 1986 tetapi Indonesia kalah di partai final kualifikasi melawan Korea Selatan dengan agregat 1-6.

Era 1950

Setelah era Perang Dunia kedua, pada tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan mereka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah itu, sepak bola Indonesia mengalami kemajuan di Asia. Mereka berhasil lolos ke Olimpiade Melbourne 1956. Indonesia berhasil melaju ke perempat final dan bertemu dengan raksasa dunia ketika itu, Uni Soviet yang ketika itu dikapteni oleh kiper terbaik dunia ketika itu, Lev Yashin. Ketika itu mereka berhasil menahan Uni Soviet 0-0. Namun pada akhirnya Indonesia harus kalah dengan skor 4-0 pada pertandingan kedua. Prestasi ini adalah prestasi tertinggi Indonesia dalam sejarah sepak bola di Indonesia.

Pada tahun 1958, Indonesia juga merasakan hasil terbaik di Kualifikasi Piala Dunia 1958 dimana Indonesia berhasil mengalahkan China pada ronde pertama. Namun mereka menolak untuk bertanding melawan Israel pada ronde kedua dikarenakan alasan politis. Sejak saat itu, Indonesia tidak pernah ikut dalam kualifikasi piala dunia hingga tahun 1970.

Uniknya, setelah bertanding di kualifikasi piala dunia, Indonesia berhasil meraih medali perunggu di Asian Games 1958 setelah pada perebutan tempat ketiga berhasil mengalahkan India 4-1.

Era 1960-1970

Pada era ini, lahirlah pesepak bola Indonesia yang terkenal di Asia antara lain Soetjipto Soentoro, Max Timisela, Jacob Sihasale, Kadir, Iswadi Idris, Andjiek Ali Nurdin, Yudo Hadianto, dll. Diantara mereka yang paling fenomenal adalah Soetjipto Soentoro. Ia adalah pemain tersukses di Indonesia dengan membawa Indonesia menjadi raja sepak bola Asia.

Ketika itu Indonesia berhasil menjuarai berbagai turnamen yaitu Turnamen Merdeka 1961, 1962, 1969, Piala Emas Agha Khan 1966, dan Piala Raja 1968. Indonesia juga berhasil meraih medali perak dalam Asian Games 1966.

Bahkan pemain Indonesia ada yang dipanggil AFC untuk menjadi bagian dari skuat Asia All Stars pada tahun 1967-1968. Mereka adalah Soetjipto Soentoro yang bertindak sebagai Penyerang Bayangan sekaligus sebagai kapten, Jacob Sihasale sebagai penyerang tengah, Iswadi Idris bertindak sebagai penyerang sayap kanan, dan Kadir sebagai penyerang sayap kiri. Ketika itu, mereka adalah kuartet tercepat yang pernah dimiliki Indonesia.

Era 1970-1990an

Era ini merupakan era dimana sepak bola Indonesia masih menjadi negara terkuat di Asia. Indonesia berhasil menjuarai Piala Pesta Sukan 1972 di Singapura untuk terakhir kali. Namun Indonesia sempat berjaya ketika mereka berhasil mengalahkan tim asal Amerika Latin, Uruguay.

Ketika itu Indonesia berhasil mengalahkan Uruguay dengan skor 2-1. Beruntung ketika itu, Indonesia memiliki pemain yang bertalenta yang sangat mumpuni seperti Ronny Paslah, Sutan Harhara, Ronny Pattinasarany, Risdianto, Andi Lala, Anjas Asmara, Waskito dan pemain bekas angkatan Soetjipto Soentoro.

Setelah itu sepak bola Indonesia berangsur mengalami penurunan. Terakhir mereka menjuarai SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Di kualifikasi Piala Dunia, prestasi terbaik hanya diraih ketika Indonesia berhasil lolos ke putaran final. Namun harus kandas di tangan Korea Selatan dengan agregat 1-6.

Di Asian Games, Indonesia berhasil meraih medali perunggu setelah menembus semifinal tetapi kalah dari Kuwait pada partai perebutan tempat ketiga. Pemain pada masa itu yang terkenal adalah Ricky Yakobi. Tendangannya volinya yang mengejutkan lawan ketika Indonesia melawan Uni Emirat Arab dengan jarak yang cukup jauh di luar kotak penalty.

Piala Asia

Di kancah Piala Asia Indonesia pertama kali tampil di putaran final pada tahun 1996 di Uni Emirat Arab (UAE). Indonesia berhasil membuat kejutan di pertandingan pertama dengan berhasil menahan imbang Kuwait 2-2, tetapi akhirnya tersingkir di penyisihan grup setelah kalah 2-4 dari Korea Selatan dan kalah 0-2 dari tuan rumah UAE. Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Piala AFF

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim unggulan. Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua pada tahun 2000, 2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak peraih runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.

Kostum

Kostum tim nasional Indonesia tidak hanya merah-putih sebab ada juga putih-putih, biru-putih, dan hijau-putih. Menurut Bob Hippy, yang ikut memperkuat timnas sejak tahun 1962 hingga 1974, kostum Indonesia dengan warna selain merah-putih itu muncul ketika PSSI mempersiapkan dua tim untuk Asian Games IV-1962, Jakarta.

Saat itu ada dua tim yang diasuh pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnic, yakni PSSI Banteng dan PSSI Garuda. Yang Banteng, yang terdiri dari pemain senior saat itu, seperti Maulwi Saelan, Djamiat Dalhar, dan Tan Liong Houw, selain menggunakan kostum merah-putih juga punya kostum hijau-putih. Sedangkan tim Garuda, yang antara lain diperkuat Omo, Anjik Ali Nurdin, dan Ipong Silalahi juga dilengkapi kostum biru-putih. Tetapi, setelah terungkap kasus suap yang dikenal dengan "Skandal Senayan", sebelum Asian Games IV-1962, pengurus PSSI hanya membuat satu timnas. Itu sebabnya, di Asian Games IV-1962, PSSI sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa karena kemudian kedua tim itu dirombak. Selanjutnya digunakan tim campuran di Asian Games.

Mulyadi (Fan Tek Fong), asisten pelatih klub UMS, yang memperkuat timnas mulai tahun 1964 hingga 1972, menjelaskan bahwa setelah dari era Asian Games, sepanjang perjalanan timnas hingga tahun 1970-an, PSSI hanya mengenal kostum merah-putih dan putih-putih. Begitu juga ketika timnas melakukan perjalanan untuk bertanding di sejumlah negara di Eropa pada tahun 1965. Saat itu setiap kali bermain, tim nasional hanya menggunakan merah-putih dan putih-putih dengan gambar Garuda yang besar di bagian dada hingga ke perut. Seragam hijau-putih kembali digunakan saat mempersiapkan kesebelasan pra-Olimpiade 1976, dan kemudian digunakan pada arena SEA Games 1981 Manila. "Begitu juga ketika Indonesia bermain di Thailand, di mana saat itu Indonesia menjadi runner-up Piala Raja 1981," kata Ronny Pattinasarani yang memperkuat PSSI tahun 1970-1985.

Di Piala Asia 2007 yang digelar mulai 8 Juli hingga Minggu 29 Juli, Nike juga telah mendesain kostum tim nasional Indonesia, tetapi kali ini bukan hijau-putih, melainkan putih-hijau. Tentu tetap dengan detail yang sama, seperti Garuda yang selalu bertengger di dada.

Dan pada kostum Timnas Indonesia terakhir yang dibuat Nike pada 2010 untuk Piala Suzuki AFF 2010, motif baru kembali diperkenalkan. Pada kostum ini, terdapat Burung Garuda besar yang membentang hampir di seluruh bagian depan kostum yang tidak berwarna tetapi memiliki garis-garis yang memiliki warna hitam cenderung abu-abu. Sementara pada kostum kedua yang berwarna Putih-Hijau, terdapat motif yang sama, tetapi garis-garis pada burung Garuda berwarna abu-abu muda.

Rekor turnamen

Rekor penampilan di Kejuaraan Sepak Bola ASEAN

Kompetisi ini dulu dikenal sebagai Tiger Cup Sekarang bernama AFF Suzuki Cup

Hasil pertandingan

Di bawah ini adalah hasil seluruh pertandingan sepakbola yang dijalankan timnas Indonesia terhadap negara yang terdaftar di FIFA.[5][6]

Staff Kepelatihan

Staff Kepelatihan Saat ini

Manajer   Mesak Manibor
Pelatih Kepala     Rahmad Darmawan Jacksen F. Tiago
Asisten Pelatih 1   Fabio Oliveira
Pelatih Kiper   Haryanto
Pelatih Fitness (Consultant)   Raymond Verheijen
Physioterapis   Mathias Ibo
Pelatih Kepala U-23   Aji Santoso
Asisten Pelatih U-23   Aji Santoso
Pelatih Kepala U-19   Cesar Payovich
Asisten Pelatih U-19   Jorge Anon

Daftar Pelatih Tim Nasional Indonesia

Periode Asal Negara Nama Pelatih
1938   Belanda Johannes Christoffel van Mastenbroek
1951-1953   Singapura Choo Seng Quee
1954-1964   Yugoslavia Antun Pogačnik
1966-1970   Indonesia E.A. Mangindaan
1970   Indonesia Endang Witarsa
1971-1972   Turki Yusuf Balik
1972-1974   Indonesia Suwardi Arland
1974   Indonesia Djamiat Dalhar
1974-1975   Indonesia Aang Witarsa
1975-1976   Belanda Wiel Coerver
1976-1978   Indonesia Suwardi Arland
1978-1979   Belanda Frans Van Balkom
1979-1980   Polandia Marek Janota
1980-1981   Jerman Bernd Fischer
1981-1982   Indonesia Harry Tjong
1982-1983   Indonesia Sinyo Aliandoe
1983-1984   Indonesia M. Basri, Iswadi Idris dan Abdul Kadir
1985-1987   Indonesia Bertje Matulapelwa
1987   Indonesia Sinyo Aliandoe
1987-1991   Rusia Anatoli Polosin
1991-1993   Yugoslavia Ivan Toplak
1993-1995   Italia Romano Mattè
1995-1996   Indonesia Danurwindo
1996-1997   Belanda Henk Wullems
1998   Indonesia Rusdy Bahalwan
1999   Jerman Bernard Schumm
1999-2000   Indonesia Nandar Iskandar
2000-2001   Indonesia Benny Dollo
2002-2004   Bulgaria Ivan Venkov Kolev
2004-2007   Inggris Peter Withe
2007   Bulgaria Ivan Venkov Kolev
2008-2010   Indonesia Benny Dollo
2010-2011   Austria Alfred Riedl
2011-2012   Belanda Wim Rijsbergen
2012   Indonesia Aji Santoso
2012-2013   Indonesia Nil Maizar
2013-   Argentina Luis Manuel Blanco
2013-   Indonesia Rahmad Darmawan

Pemain Tim Nasional Indonesia

Skuat

Daftar nama pemain berikut adalah para pemain yang dipanggil untuk Kualifikasi Piala Asia 2013 pada tanggal Doha, Qatar.

Jumlah penampilan dan gol akurat per 28 November 2012, setelah pertandingan menghadapi Singapura.

# Pos. Pemain Tanggal lahir (Umur) Penampilan Gol Klub
12 1GK Wahyu Tri Nugroho 27 Juli 1986 (umur 38) 2 0   Persiba Bantul
22 1GK Endra Prasetya 1 Mei 1981 (umur 43) 4 0   Persebaya 1927
1 1GK Muhammad Tommy 3 Oktober 1997 (umur 27) 0 0   Persipon Pontianak
2 2DF Handi Ramdhan 24 Juni 1983 (umur 41) 6 0   Persija Jakarta (IPL)
4 2DF Novan Setyo Sasongko 26 November 1989 (umur 35) 7 0   Semen Padang
5 2DF Nopendi 15 November 1986 (umur 38) 3 0   Persiba Bantul
6 2DF Fachrudin Aryanto 19 Februari 1989 (umur 35) 4 0   PSS Sleman
13 2DF Wahyu Wijiastanto 31 Mei 1986 (umur 38) 9 0   Semen Padang
18 2DF Valentino Telaubun 21 November 1984 (umur 40) 2 0   Bontang
3 3MF Raphael Maitimo 17 Maret 1984 (umur 40) 2 1   Capelle
7 3MF Muhammad Taufiq 29 November 1986 (umur 37) 7 0   Persebaya 1927
8 3MF Elie Aiboy (c) 20 April 1979 (umur 45) 47 8   Semen Padang
14 3MF Rasyid Bakri 17 Januari 1991 (umur 33) 3 0   PSM Makassar
21 3MF Andik Vermansyah 23 November 1991 (umur 33) 3 1   Persebaya 1927
26 3MF Vendry Mofu 10 September 1989 (umur 35) 6 2   Semen Padang
28 3MF Oktovianus Maniani 27 Oktober 1990 (umur 34) 21 3 Unattached
33 3MF Tonnie Cusell 4 Februari 1983 (umur 41) 1 0   GVVV
9 4FW Samsul Arif 14 Januari 1985 (umur 39) 8 0 Unattached
10 4FW Irfan Bachdim 11 Agustus 1988 (umur 36) 20 6   Persema Malang
20 4FW Bambang Pamungkas (v-c) 10 Juni 1980 (umur 44) 84 37   Persija Jakarta
25 4FW Cornelius Geddy 25 Juni 1986 (umur 38) 1 0   Persija Jakarta (IPL)
29 4FW Muhammad Rahmat 28 Mei 1988 (umur 36) 4 0   PSM Makassar
34 4FW Jhon van Beukering 29 September 1983 (umur 41) 1 0   Presikhaaf

Baru dipanggil

Berikut merupakan para pemain yang juga dipanggil ke dalam skuat Indonesia dalam dua belas bulan terakhir dan masih dapat berpartisipasi untuk seleksi.

Pos. Pemain Tanggal lahir (Umur) Penampilan Gol Klub Panggilan Terakhir
GK Syamsidar 15 Juli 1982 (umur 42) 4 0   Mitra Kukar v   Vietnam, 16 Oktober 2012
GK Markus Haris Maulana 14 Maret 1981 (umur 43) 38 0   PSMS Medan (IPL) v   Filipina, 5 Juni 2012
GK Jandia Eka Putra 14 Juli 1987 (umur 37) 0 0   Semen Padang Piala Internasional Palestina 2012
GK Andi Muhammad Guntur 31 Oktober 1990 (umur 34) 1 0   PSM Makassar v   Bahrain, 29 Februari 2012
DF Hengky Ardiles 20 Mei 1981 (umur 43) 5 0   Semen Padang v   Vietnam, 16 Oktober 2012
DF Diego Michiels 8 Agustus 1990 (umur 34) 2 0   Persija Jakarta (IPL) v   Vietnam, 16 Oktober 2012
DF Rusdiansyah 14 Agustus 1985 (umur 39) 0 0   Persis Solo (LPIS) v   Vietnam, 15 September 2012
DF Satrio Syam 1 Oktober 1986 (umur 38) 1 0   PSM Makassar v   Filipina, 5 June 2012
DF Abdul Rahman 14 Mei 1988 (umur 36) 1 0   Sriwijaya v   Bahrain, 29 Februari 2012
DF Gunawan Dwi Cahyo 20 April 1989 (umur 35) 1 0   Arema Indonesia (IPL) v   Bahrain, 29 Februari 2012
DF Rasul Zainuddin 10 Desember 1990 (umur 33) 0 0   PSM Makassar v   Bahrain, 29 Februari 2012
DF Sigit Meiko Susanto 25 Mei 1990 (umur 34) 0 0   Persibo Bojonegoro v   Bahrain, 29 Februari 2012
MF Arthur Irawan 3 Maret 1993 (umur 31) 0 0   Espanyol B v   Cameroon U23, 17 November 2012
MF Hendra Bayauw 23 Maret 1993 (umur 31) 5 2   Semen Padang v   Vietnam, 16 Oktober 2012
MF Jajang Paliama 6 Juni 1984 (umur 40) 3 0   Semen Padang v   Vietnam, 16 Oktober 2012
MF Lucky Wahyu 1 April 1990 (umur 34) 1 0   Persija Jakarta (IPL) v   Filipina, 5 Juni 2012
MF Rusdi Malawat 20 September 1988 (umur 36) 1 0   Persija Jakarta (IPL) v   Filipina, 5 Juni 2012
MF Slamet Nurcahyo 11 Juli 1983 (umur 41) 2 0   Persiba Bantul Piala Internasional Palestina 2012
MF Abdul Musawir 18 Mei 1984 (umur 40) 0 0   Persiraja Banda Aceh Piala Internasional Palestina 2012
MF Kim Jeffrey Kurniawan 23 Maret 1990 (umur 34) 0 0   Persema Malang Piala Internasional Palestina 2012
MF Aditya Putra Dewa 11 Juni 1990 (umur 34) 1 0   PSM Makassar v   Bahrain, 29 Februari 2012
MF Rendy Irawan 26 April 1987 (umur 37) 1 0   Persebaya 1927 v   Bahrain, 29 Februari 2012
MF Ricky Ohorella 31 Desember 1990 (umur 33) 1 0   Semen Padang v   Bahrain, 29 Februari 2012
MF Abdul Abanda Rahman 20 Februari 1990 (umur 34) 0 0   Madiun Putra v   Bahrain, 29 Februari 2012
FW M. Nur Iskandar 7 Desember 1986 (umur 37) 4 0   Semen Padang v   Vietnam, 16 Oktober 2012
FW Titus Bonai 4 Maret 1989 (umur 35) 4 0   Semen Padang v   Vietnam, 15 September 2012
FW Yosua Pahabol 7 November 1993 (umur 31) 0 0   Semen Padang v   Vietnam, 15 September 2012
FW Patrich Wanggai 27 Juni 1988 (umur 36) 1 1   Persipura Jayapura v   Filipina, 5 Juni 2012
FW Ferdinand Sinaga 18 September 1988 (umur 36) 4 0   Persisam Putra Samarinda v   Bahrain, 29 Februari 2012
FW Sergio van Dijk 6 Agustus 1982 (umur 42) 0 0   Persib Bandung

Daftar Pemain Dalam Proses Naturalisasi

Pemain Terkenal

Penampilan Terbanyak

# Pemain Karier Penampilan Gol
1 Bambang Pamungkas 1999–2012 78 38
2 Soetjipto Soentoro 1965-1970 68 57
3 Ponaryo Astaman 2003–2010 61 2
4 Kurniawan Dwi Yulianto 1995–2005 60 31
= Hendro Kartiko 1996–2011 57 0
6 Bima Sakti 1995–2001 56 11
7 Widodo C Putro 1991–1999 55 15
8 Robby Darwis 1987–1997 53 6
= Ismed Sofyan 2000-2009 53 3
= Agung Setyabudi 1993–2004 53 1

* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).

Pencetak gol terbanyak

# Nama Karier Gol (penampilan) Rata/Pertandingan
1 Soetjipto Soentoro 1965–1970 57 (68) 0.49
2 Bambang Pamungkas 1999–sekarang 36 (77) 0.47
3 Kurniawan Dwi Yulianto 1995–2005 31 (60) 0.52
4 Rocky Putiray 1991–2004 17 (41) 0.41
5 Budi Sudarsono 2001–2009 16 (46) 0.35
6 Widodo C. Putro 1991–1999 15 (55) 0.27
7 Fachry Husaini 1988–1997 13 (42) 0.31
= Uston Nawawi 1997–2004 13 (43) 0.30
= Ilham Jayakesuma 2004–2007 13 (18) 0.72
10 Zaenal Arif 2002–2007 12 (22) 0.55
11 Bima Sakti 1995–2001 11 (56) 0.2

* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).

Kapten

Pemain Periode
Soetjipto Soentoro 1965-1970
Iswadi Idris 1970-1971
Anwar Ujang 1971-1974
Iswadi Idris 1974-1980
Ronny Pattinasarany 1980-1985
Herry Kiswanto 1985–1987
Ricky Yacobi 1987–1990
Ferril Raymond Hattu 1991–1992
Robby Darwis 1993–1995
Sudirman 1996
Robby Darwis 1997
Aji Santoso 1998–2000
Bima Sakti 2001
Agung Setyabudi 2002-2004
Ponaryo Astaman 2004-2008
Charis Yulianto 2008–2010
Firman Utina 2010–2011
Bambang Pamungkas 2011–2012
Syamsidar 2012
Elie Aiboy 2012-sekarang

Rekor Turnamen

Referensi

Pranala luar