Tim nasional sepak bola Indonesia

Semoga sampah Indonesia kalah telak dari Filipina Sabtu ini dan tersingkir dari babak penyisihan grup Piala Asean 2024 kkk

Tim nasional sepak bola Indonesia mewakili Indonesia di sepak bola internasional. Tim ini dikontrol oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dan merupakan anggota dari Konfederasi Sepak Bola Asia. Sebelum kemerdekaan pada 1945, tim ini menggunakan nama tim nasional sepak bola Hindia Belanda. Dengan nama itulah, tim ini bermain di Piala Dunia FIFA 1938 di Perancis, dimana mereka kalah dari Hongaria di babak pertama dan tak pernah lagi lolos setelahnya.

Tim nasional sepak bola Indonesia
Lencana kaos/Lambang Asosiasi
PelatihAlfred Riedl
KaptenBoaz Solossa
Penampilan terbanyakBambang Pamungkas (85)
Pencetak gol terbanyakBambang Pamungkas (37)
Kode FIFAIDN
Peringkat FIFA
Terkini161 Steady 0
Tertinggi75 (September 1998)
Terendah170 (Oktober 2012)
Peringkat Elo
Terkini143
Warna pertama
Warna kedua
Pertandingan internasional pertama
Belanda Hindia-Belanda 1–0 Singapura
(Batavia, Hindia Belanda; 28 Maret 1921)[1]
 India 3-0 Indonesia 
(New Delhi, India; 4 Maret 1951)[2]
Kemenangan terbesar
Indonesia Indonesia 12–0 Filipina 
(Seoul, Korea Selatan; 22 September 1972)
Indonesia Indonesia 13–1 Filipina 
(Jakarta, Indonesia; 23 Desember 2002)
Kekalahan terbesar
 Bahrain 10–0 Indonesia Indonesia
(Riffa, Bahrain, 29 Februari 2012)
Piala Dunia
Penampilan1 (Pertama kali pada 1938)
Hasil terbaikBabak 1 (1938, sebagai Hindia-Belanda)
Piala Asia
Penampilan4 (Pertama kali pada 1996)
Hasil terbaikBabak 1 (1996, 2000, 2004, 2007)

Sejarah

Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) pada tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) milik seseorang yang berketurunan Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia milik bumiputra. Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) sebuah organisasi sepak bola orang-orang Belanda di Hindia Belanda menaruh hormat kepada PSSI lantaran SIVB yang memakai bintang-bintang dari NIVB kalah dengan skor 2-1 melawan VIJ.

NIVU yang semula memandang sebelah mata PSSI akhirnya mengajak bekerjasama. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Pascapersetujuan perjanjian ini, berarti secara de facto dan de jure Belanda mengakui PSSI. Perjanjian itu juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi pucuk organisasi sepak bola di Hindia Belanda. Salah satu butir di dalam perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke Piala Dunia, dimana dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya. NIVU melakukan hal tersebut karena tak mau kehilangan muka, sebab PSSI pada masa itu memiliki tim yang kuat. Dalam pertandingan internasional, PSSI membuktikannya. Pada 7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya Maladi, Djawad, Moestaram, Sardjan, berhasil menahan imbang 2-2 tim Nan Hwa dari Cina di Gelanggang Union, Semarang. Padahal Nan Hwa pernah menyikat kesebelasan Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim PSSI mulai kesohor.

Atas tindakan sepihak dari NIVU ini, Soeratin Sosrosoegondo, ketua PSSI yang juga aktivis gerakan nasionalisme Indonesia,sangat geram. Ia menolak memakai nama NIVU. Alasannnya, kalau NIVU diberikan hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang Belanda. Tapi FIFA mengakui NIVU sebagai perwakilan dari Hindia Belanda. Akhirnya PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian Gentlemen’s Agreement saat Kongres di Solo pada 1938.

Maka sejarah mencatat mereka yang berangkat ke Piala Dunia Perancis 1938 mayoritas orang Belanda. Mereka yang terpilih untuk berlaga di Perancis, yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir (kapten). Mereka diasuh oleh pelatih sekaligus ketua NIVU, Johannes Mastenbroek. Mo Heng, Nawir, Soedarmadji adalah pemain-pemain pribumi yang berhasil memperkuat kesebelasan Hindia Belanda, tetapi bertanding di bawah bendera kerajaan Nederland. [3]

Indonesia pada tahun 1938 (di masa penjajahan Belanda) sempat lolos dan ikut bertanding di Piala Dunia 1938. Waktu itu Tim Indonesia di bawah nama Dutch East Indies (Hindia Belanda), peserta dari Asia yang pertama kali lolos ke Piala Dunia. Indonesia tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938 hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia (Hindia Belanda) dan Jepang karena saat itu dunia sepak bola Asia memang hampir tidak ada. Namun, Indonesia akhirnya lolos ke final Piala Dunia 1938 tanpa harus menyepak bola setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan Cina.

Pada waktu itu tim ini menggunakan seragam berwarna oranye dan bercelana putih seperti warna seragam yang dipakai kesebelasan Belanda.[4]

Skuat Piala Dunia 1938

Pelatih: Johannes van Mastenbroek.

Nama Klub Posisi
Tan "Bing" Mo Heng Hua Chiao Tsing Nien Hui (HCTNH) Malang[5] Penjaga gawang
L.N. Van Beuzekom

Digantikan oleh Jack Samuels[6]

Hercules Batavia Penjaga gawang
Dorst Tidak diketahui Pemain belakang
J. Harting Houdt Braaf Stand (HBS) Soerabaja Pemain belakang
Frans G. Hu Kon Sparta Bandung[7] Pemain belakang
Jack Kolle

Digantikan oleh Teilherber[8]

Tidak diketahui Pemain belakang
Jack Samuels

Menggantikan L.N. Van Beuzekom[9]

Excelsior Soerabaja Pemain belakang
G.H.V.L. Faulhaber Djocoja Djogjakarta Pemain tengah
Frans Alfred Meeng Sportvereniging Binnenlands Bestuur (SVBB) Batavia Pemain tengah
Achmad Nawir (C) Houdt Braaf Stand (HBS) Soerabaja Pemain tengah
Anwar Sutan Voorwaarts Is Ons Streven (VIOS) Batavia Pemain tengah
G. van den Burgh Semarang Voetbal Vereniging (SVV) Semarang Pemain tengah
Tan Hong Djien Tiong Hoa Soerabaja Pemain depan
Tan See Han Houdt Braaf Stand (HBS) Soerabaja Pemain depan
Isaac "Tjaak" Pattiwael Voetbal Vereniging (VV) Jong Ambon Tjimahi Pemain depan
Suvarte Soedarmadji Houdt Braaf Stand (HBS) Soerabaja Pemain depan
M.J. Hans Taihuttu Voetbal Vereniging (VV) Jong Ambon Tjimahi Pemain depan
Teilherber

Menggantikan Jack Kolle[10]

Djocoja Djogjakarta Pemain depan
R. Telwe Houdt Braaf Stand (HBS) Soerabaja Pemain depan
Herman Zomers[11] Hercules Batavia Pemain depan

Pertandingan melawan Hongaria

Pada 5 Juni 1938, sejarah mencatat pembantaian tim Hungaria terhadap Hindia Belanda. Mereka bermain di Stadion Velodrome Municipale, Reims, Perancis. Sekitar 10.000 penonton hadir menyaksikan pertandingan ini. Sebelum bertanding, para pemain mendengarkan lagu kebangsaan masing-masing. Kesebelasan Hindia Belanda mendengarkan lagu kebangsaan Belanda Het Wilhelmus. Karena perbedaan tinggi tubuh yang begitu mencolok, walikota Reims menyebutnya, "saya seperti melihat 22 atlet Hungaria dikerubungi oleh 11 kurcaci."

Meski strategi tak bisa dibilang buruk, tapi Tim Hindia Belanda tak dapat berbuat banyak. Pada menit ke-13, jala di gawang Mo Heng bergetar oleh tembakan penyerang Hongaria Vilmos Kohut. Lalu hujan gol berlangsung di menit ke-15, 28, dan 35. Babak pertama berakhir 4-0. Nasib Tim Hindia Belanda tamat pada babak kedua, dengan skor akhir 0-6. Pada saat itu Piala Dunia memakai sistem knock-out.

Meskipun kalah telak, surat kabar dalam negeri, Sin Po, memberikan apresiasinya pada terbitan mereka, edisi 7 Juni 1938 dengan menampilkan headline: "Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi Perlawanan Gagah".[12]

Setelah penampilan perdana itu, Indonesia tidak pernah lagi masuk babak pertama Piala Dunia FIFA, dengan hasil paling memuaskan adalah Sub Grup III Kualifikasi Piala Dunia FIFA 1986. Ketika itu Indonesia hampir lolos ke Piala Dunia 1986 tetapi Indonesia kalah di partai final kualifikasi melawan Korea Selatan dengan agregat 1-6.

Era 1950

Setelah era Perang Dunia kedua, pada tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan mereka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah itu, sepak bola Indonesia mengalami kemajuan di Asia. Mereka berhasil lolos ke Olimpiade Melbourne 1956. Indonesia berhasil melaju ke perempat final dan bertemu dengan raksasa dunia ketika itu, Uni Soviet yang ketika itu dikapteni oleh kiper terbaik dunia ketika itu, Lev Yashin. Ketika itu mereka berhasil menahan Uni Soviet 0-0. Namun pada akhirnya Indonesia harus kalah dengan skor 4-0 pada pertandingan kedua. Prestasi ini adalah prestasi tertinggi Indonesia dalam sejarah sepak bola di Indonesia.

Pada tahun 1958, Indonesia juga merasakan hasil terbaik di Kualifikasi Piala Dunia 1958 dimana Indonesia berhasil mengalahkan China pada ronde pertama. Namun mereka menolak untuk bertanding melawan Israel pada ronde kedua dikarenakan alasan politis. Sejak saat itu, Indonesia tidak pernah ikut dalam kualifikasi piala dunia hingga tahun 1970.

Uniknya, setelah bertanding di kualifikasi piala dunia, Indonesia berhasil meraih medali perunggu di Asian Games 1958 setelah pada perebutan tempat ketiga berhasil mengalahkan India 4-1.

Era 1960-1970

Pada era ini, lahirlah pesepak bola Indonesia yang terkenal di Asia antara lain Soetjipto Soentoro, Max Timisela, Jacob Sihasale, Kadir, Iswadi Idris, Andjiek Ali Nurdin, dan Yudo Hadianto. Diantara mereka yang paling fenomenal adalah Soetjipto Soentoro. Ia adalah pemain tersukses di Indonesia dengan membawa Indonesia menjadi raja sepak bola Asia.

Ketika itu Indonesia berhasil menjuarai berbagai turnamen yaitu Turnamen Merdeka 1961, 1962, 1969, Piala Emas Agha Khan 1966, dan Piala Raja 1968. Indonesia juga berhasil meraih medali perak dalam Asian Games 1966.

Bahkan pemain Indonesia ada yang dipanggil AFC untuk menjadi bagian dari skuat Asia All Stars pada tahun 1967-1968. Mereka adalah Soetjipto Soentoro yang bertindak sebagai penyerang bayangan sekaligus sebagai kapten, Jacob Sihasale sebagai penyerang tengah, Iswadi Idris bertindak sebagai penyerang sayap kanan, dan Kadir sebagai penyerang sayap kiri. Ketika itu, mereka adalah kuartet tercepat yang pernah dimiliki Indonesia.

Era 1970-1990an

Era ini merupakan era dimana sepak bola Indonesia masih menjadi negara terkuat di Asia. Indonesia berhasil menjuarai Piala Pesta Sukan 1972 di Singapura untuk terakhir kali. Namun Indonesia sempat berjaya ketika mereka berhasil mengalahkan tim asal Amerika Latin, Uruguay.

Ketika itu Indonesia berhasil mengalahkan Uruguay dengan skor 2-1. Beruntung ketika itu, Indonesia memiliki pemain yang bertalenta yang sangat mumpuni seperti Ronny Paslah, Sutan Harhara, Ronny Pattinasarany, Risdianto, Andi Lala, Anjas Asmara, Waskito dan pemain bekas angkatan Soetjipto Soentoro.

Setelah itu sepak bola Indonesia berangsur mengalami penurunan. Terakhir mereka menjuarai SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Di kualifikasi Piala Dunia, prestasi terbaik hanya diraih ketika Indonesia berhasil lolos ke putaran final. Namun harus kandas di tangan Korea Selatan dengan agregat 1-6.

Di Asian Games, Indonesia berhasil meraih medali perunggu setelah menembus semifinal tetapi kalah dari Kuwait pada partai perebutan tempat ketiga. Pemain pada masa itu yang terkenal adalah Ricky Yakobi. Tendangannya volinya yang mengejutkan lawan ketika Indonesia melawan Uni Emirat Arab dengan jarak yang cukup jauh di luar kotak penalty.

Piala Asia

Di kancah Piala Asia Indonesia pertama kali tampil di putaran final pada tahun 1996 di Uni Emirat Arab (UAE). Indonesia berhasil membuat kejutan di pertandingan pertama dengan berhasil menahan imbang Kuwait 2-2, tetapi akhirnya tersingkir di penyisihan grup setelah kalah 2-4 dari Korea Selatan dan kalah 0-2 dari tuan rumah UAE. Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Piala AFF

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim unggulan. Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua pada tahun 2000, 2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak peraih runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.

Kostum

 
 
 
 
 
 
 
 
Kostum Indonesia bergaya timnas Belanda yang digunakan dalam Piala Dunia FIFA 1938
 
Jersey tim sepakbola Indonesia pada tahun 1981

Kostum tim nasional Indonesia tidak hanya merah-putih sebab ada juga putih-putih, biru-putih, dan hijau-putih. Menurut Bob Hippy, yang ikut memperkuat timnas sejak tahun 1962 hingga 1974, kostum Indonesia dengan warna selain merah-putih itu muncul ketika PSSI mempersiapkan dua tim untuk Asian Games IV-1962, Jakarta.

Saat itu ada dua tim yang diasuh pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnic, yakni PSSI Banteng dan PSSI Garuda. Yang Banteng, yang terdiri dari pemain senior saat itu, seperti Maulwi Saelan, Djamiat Dalhar, dan Tan Liong Houw, selain menggunakan kostum merah-putih juga punya kostum hijau-putih. Sedangkan tim Garuda, yang antara lain diperkuat Omo, Anjik Ali Nurdin, dan Ipong Silalahi juga dilengkapi kostum biru-putih. Tetapi, setelah terungkap kasus suap yang dikenal dengan "Skandal Senayan", sebelum Asian Games IV-1962, pengurus PSSI hanya membuat satu timnas. Itu sebabnya, di Asian Games IV-1962, PSSI sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa karena kemudian kedua tim itu dirombak. Selanjutnya digunakan tim campuran di Asian Games.

Mulyadi (Fan Tek Fong), asisten pelatih klub UMS, yang memperkuat timnas mulai tahun 1964 hingga 1972, menjelaskan bahwa setelah dari era Asian Games, sepanjang perjalanan timnas hingga tahun 1970-an, PSSI hanya mengenal kostum merah-putih dan putih-putih. Begitu juga ketika timnas melakukan perjalanan untuk bertanding di sejumlah negara di Eropa pada tahun 1965. Saat itu setiap kali bermain, tim nasional hanya menggunakan merah-putih dan putih-putih dengan gambar Garuda yang besar di bagian dada hingga ke perut. Seragam hijau-putih kembali digunakan saat mempersiapkan kesebelasan pra-Olimpiade 1976, dan kemudian digunakan pada arena SEA Games 1981 Manila. "Begitu juga ketika Indonesia bermain di Thailand, di mana saat itu Indonesia menjadi runner-up Piala Raja 1981," kata Ronny Pattinasarani yang memperkuat PSSI tahun 1970-1985.

Di Piala Asia 2007 yang digelar mulai 8 Juli hingga Minggu 29 Juli, Nike juga telah mendesain kostum tim nasional Indonesia, tetapi kali ini bukan hijau-putih, melainkan putih-hijau. Tentu tetap dengan detail yang sama, seperti Garuda yang selalu bertengger di dada.

 
 
 
 
 
 
2010 All reds home kit
 
 
 
 
 
 
 
2008-2010 away kit
 
 
 
 
 
 
 
2008-2010 home kit

Dan pada kostum Timnas Indonesia terakhir yang dibuat Nike pada 2010 untuk Piala Suzuki AFF 2010, motif baru kembali diperkenalkan. Pada kostum ini, terdapat Burung Garuda besar yang membentang hampir di seluruh bagian depan kostum yang tidak berwarna tetapi memiliki garis-garis yang memiliki warna hitam cenderung abu-abu. Sementara pada kostum kedua yang berwarna Putih-Hijau, terdapat motif yang sama, tetapi garis-garis pada burung Garuda berwarna abu-abu muda.

Pertandingan dan hasil

Tanggal Lawan Skor Tempat Ajang Pencetak gol
Indonesia
31 Januari   Yordania
0–5
Stadion Internasional Amman, Amman (A) Persahabatan
6 Februari   Irak
0–1
Stadion Al-Rashid, Dubai (A) Kualifikasi Piala Asia AFC 2015
23 Maret   Arab Saudi
1–2
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (H) Kualifikasi Piala Asia AFC 2015 Solossa   5'
7 Juni   Belanda
0–3
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (H) Persahabatan
14 Juli   Arsenal
0–7
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (H) Persahabatan1
20 Juli   Liverpool
0–2
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (H) Persahabatan1
14 Agustus   Filipina
2-0
Stadion Manahan, Surakarta (H) Persahabatan Nwokolo   31' Roby   67'
15 Oktober   Tiongkok
1-1
Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta (H) Kualifikasi Piala Asia AFC 2015 Solossa   67'
1 November   Kirgizstan
4-0
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (H) Persahabatan Zulham   27', 37'
Bonai   66'
Jufriyanto   70'
10 November   April 25
0–2
Persahabatan1
15 November   Tiongkok
0-1
Stadion Provinsi Shaanxi, Xi'an (A) Kualifikasi Piala Asia AFC 2015
19 November   Irak
0-2
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (H) Kualifikasi Piala Asia AFC 2015   Australia
50-0
Stadion Demang Lehman, Martapura Persahabatan
  • 1 Bukan pertandingan internasional FIFA 'A'

Stadion

 
Stadion Gelora Bung Karno

Terletak di Jakarta, stadion kandang bagi timnas Indonesia adalah Gelora Bung Karno yang berkapasitas 88.000 penonton. Stadion ini merupakan stadion terbesar di Indonesia, stadion terbesar kedua di Asia Tenggara dan stadion sepak bola terbesar kesembilan di dunia. Stadion ini dibangun pada tahun 1960 untuk Asian Games 1962 dan pembangunannya didukung oleh pemerintah Uni Soviet, dengan pinjaman lunak sebesar US $ 12,5 juta. Stadion ini selesai setelah dua tahun dan secara resmi dibuka pada tanggal 24 Agustus 1962.[13]

Stadion lainnya yang digunakan meliputi:

Rekor turnamen

Pemain

Skuat saat ini

Berikut 23 pemain yang dipanggil untuk mengikuti Kualifikasi Piala Asia AFC 2015 melawan Arab Saudi pada 5 Maret 2014 di Stadion Pangeran Abdullah al-Faisal, Jeddah, Arab Saudi.

Caps dan gol diperbarui dari 19 November 2013, setelah pertandingan melawan Irak.

0#0 Pos. Nama Pemain Tanggal lahir (umur) Tampil Gol Klub
1GK I Made Wirawan 1 Desember 1981 (umur 43) 6 0   Persib Bandung
1GK Kurnia Meiga 7 Mei 1990 (umur 34) 2 0   Arema Cronous
1GK Andritany Ardhiyasa 26 Desember 1991 (umur 32) 0 0   Persija Jakarta

2DF Muhammad Roby 12 September 1985 (umur 39) 27 1   Putra Samarinda
2DF Hamka Hamzah 29 Januari 1984 (umur 40) 27 0   PKNS
2DF Zulkifli Syukur 3 Mei 1984 (umur 40) 19 0   Mitra Kukar
2DF Novan Sasongko 26 November 1989 (umur 35) 10 0   Semen Padang
2DF Victor Igbonefo 10 Oktober 1985 (umur 39) 6 0   Arema Cronous
2DF Achmad Jufriyanto 7 Februari 1987 (umur 37) 4 1   Persib Bandung
2DF Diego Muhammad 8 Agustus 1990 (umur 34) 2 0   Mitra Kukar
2DF Alfin Tuasalamony 13 November 1992 (umur 32) 0 0   Persebaya Surabaya

3MF Firman Utina 15 Desember 1981 (umur 43) 53 5   Persib Bandung
3MF Muhammad Ridwan 8 Juli 1980 (umur 44) 33 4   Persib Bandung
3MF Ahmad Bustomi 13 Juli 1985 (umur 39) 23 0   Arema Cronous
3MF Raphael Maitimo 17 Maret 1984 (umur 40) 10 1   Mitra Kukar
3MF Zulham Zamrun 19 Februari 1988 (umur 36) 4 2   Mitra Kukar
3MF Imanuel Wanggai 23 Februari 1988 (umur 36) 3 0   Persipura Jayapura
3MF I Gede Sukadana 18 Oktober 1987 (umur 37) 0 0   Arema Cronous
3MF Irsyad Maulana 27 September 1993 (umur 31) 0 0   Arema Cronous
3MF Manahati Lestusen 17 Desember 1993 (umur 31) 0 0   Persebaya Surabaya

4FW Cristian Gonzáles 30 Agustus 1976 (umur 48) 19 11   Arema Cronous
4FW Greg Nwokolo 3 Januari 1986 (umur 38) 4 1   Persebaya Surabaya
4FW Ferdinand Sinaga 18 September 1988 (umur 36) 4 0   Persib Bandung

Baru dipanggil

Para pemain berikut telah dipilih untuk skuad Indonesia dalam 12 bulan terakhir dan masih tersedia untuk seleksi.

Pos. Nama pemain Tanggal lahir (usia) Tampil Gol Klub Panggilan terakhir
GK Choirul Huda 2 Juni 1979 (umur 45) 0 0   Persela Lamongan v.   Irak, 19 November 2013
GK Dian Agus Prasetyo 3 Agustus 1985 (umur 39) 3 0   Mitra Kukar v.   Irak, 19 November 2013
GK Jandia Eka Putra 14 Juli 1987 (umur 37) 0 0   Semen Padang v   Tiongkok, 15 Oktober 2013
GK Syamsidar 15 Juli 1982 (umur 42) 4 0   PSM Makassar v   Arab Saudi, 23 Maret 2013

DF Supardi Nasir 9 April 1983 (umur 41) 15 0   Persib Bandung v.   Irak, 19 November 2013
DF Benny Wahyudi 20 Maret 1986 (umur 38) 12 0   Arema Cronous v.   Irak, 19 November 2013
DF Fachrudin Aryanto 19 Februari 1989 (umur 35) 7 0   Persepam Madura United v.   Irak, 19 November 2013
DF Ruben Sanadi 8 Januari 1987 (umur 37) 6 0   Persipura Jayapura v.   Irak, 19 November 2013
DF Hasyim Kipuw 9 Mei 1988 (umur 36) 4 0   Persebaya Surabaya v.   Irak, 19 November 2013
DF Ngurah Nanak 28 Juli 1988 (umur 36) 0 0   Persija Jakarta v.   Irak, 19 November 2013
DF Firdaus Ramadhan 8 Mei 1988 (umur 36) 0 0   Sriwijaya v   Tiongkok, 15 Oktober 2013
DF Abdul Rahman Sulaiman 14 Mei 1988 (umur 36) 1 0   Persib Bandung v   Filipina, 14 Agustus 2013
DF Ricardo Salampessy 18 Februari 1984 (umur 40) 31 0   Persebaya Surabaya v.   Belanda, 7 June 2013
DF Hengky Ardiles 20 Mei 1981 (umur 43) 5 0   Semen Padang v   Belanda, 7 June 2013

MF Tony Sucipto 12 Februari 1986 (umur 38) 12 1   Persib Bandung v.   Irak, 19 November 2013
MF Muhammad Taufiq 29 November 1986 (umur 38) 15 0   Persib Bandung v.   Irak, 19 November 2013
MF Juan Revi 4 Juni 1986 (umur 38) 1 0   Arema Cronous v.   Irak, 19 November 2013
MF Slamet Nurcahyono 11 Juli 1983 (umur 41) 4 0   Persepam Madura United v.   Irak, 19 November 2013
MF Vendry Mofu 10 September 1989 (umur 35) 11 2   Sriwijaya v   Tiongkok, 15 Oktober 2013
MF Yustinus Pae 19 Juni 1983 (umur 41) 2 0   Persipura Jayapura v   Tiongkok, 15 Oktober 2013
MF Andik Vermansyah 23 November 1991 (umur 33) 9 1   Selangor FA v   Filipina, 14 Agustus 2013
MF Stefano Lilipaly 10 Januari 1990 (umur 34) 1 0   Almere City v   Filipina, 14 August 2013
MF Ian Kabes 13 Mei 1986 (umur 38) 5 0   Persipura Jayapura v   Belanda, 7 June 2013
MF Hendro Siswanto 12 Maret 1990 (umur 34) 1 0   Arema Cronous v   Belanda, 7 June 2013
MF Ponaryo Astaman 25 November 1979 (umur 45) 62 2   PSM Makassar v   Arab Saudi, 23 March 2013

FW Boaz Solossa 16 Maret 1986 (umur 38) 30 8   Persipura Jayapura v.   Irak, 19 November 2013
FW Samsul Arif 14 Januari 1985 (umur 39) 10 0   Arema Cronous v.   Irak, 19 November 2013
FW Tantan 6 Agustus 1982 (umur 42) 1 0   Persib Bandung v.   Irak, 19 November 2013
FW Nur Iskandar 7 Desember 1986 (umur 38) 3 0   Semen Padang v.   Irak, 19 November 2013
FW Titus Bonai 4 Maret 1989 (umur 35) 8 1   Persipura Jayapura v.   Irak, 19 November 2013
FW Patrich Wanggai 27 Juni 1988 (umur 36) 2 1   T–Team v   Filipina, 14 Agustus 2013
FW Sergio van Dijk 6 Agustus 1982 (umur 42) 2 0   Sepahan v   Belanda, 20 Juli 2013
FW Irfan Bachdim 11 Agustus 1988 (umur 36) 23 6   Ventforet Kofu v   Arab Saudi, 23 Maret 2013

Pemain Terkenal

Penampilan Terbanyak

# Pemain Karier Penampilan Gol
1 Bambang Pamungkas 1999–2012 78 38
2 Soetjipto Soentoro 1965-1970 68 57
3 Ponaryo Astaman 2003–2010 61 2
4 Kurniawan Dwi Yulianto 1995–2005 60 31
= Hendro Kartiko 1996–2011 57 0
6 Bima Sakti 1995–2001 56 11
7 Widodo C Putro 1991–1999 55 15
8 Robby Darwis 1987–1997 53 6
= Ismed Sofyan 2000-2009 53 3
= Agung Setyabudi 1993–2004 53 1

* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).

Pencetak gol terbanyak

# Nama Karier Gol (penampilan) Rata/Pertandingan
1 Soetjipto Soentoro 1965–1970 57 (68) 0.49
2 Bambang Pamungkas 1999–sekarang 36 (77) 0.47
3 Kurniawan Dwi Yulianto 1995–2005 31 (60) 0.52
4 Rocky Putiray 1991–2004 17 (41) 0.41
5 Budi Sudarsono 2001–2009 16 (46) 0.35
6 Widodo C. Putro 1991–1999 15 (55) 0.27
7 Fachry Husaini 1988–1997 13 (42) 0.31
= Uston Nawawi 1997–2004 13 (43) 0.30
= Ilham Jayakesuma 2004–2007 13 (18) 0.72
10 Zaenal Arif 2002–2007 12 (22) 0.55
11 Bima Sakti 1995–2001 11 (56) 0.2

* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).

Kapten

Pemain Periode
Achmad Nawir 1938
Soetjipto Soentoro 1965-1970
Iswadi Idris 1970-1971
Anwar Ujang 1971-1974
Iswadi Idris 1974-1980
Ronny Pattinasarany 1980-1985
Herry Kiswanto 1985–1987
Ricky Yacobi 1987–1990
Ferril Raymond Hattu 1991–1992
Robby Darwis 1993–1995
Sudirman 1996
Robby Darwis 1997
Aji Santoso 1998–2000
Bima Sakti 2001
Agung Setyabudi 2002-2004
Ponaryo Astaman 2004-2008
Charis Yulianto 2008–2010
Firman Utina 2010–2011
Bambang Pamungkas 2011–2012
Syamsidar 2012
Elie Aiboy 2012-2013
Boaz Solossa 2013-sekarang

Rekor Turnamen

Referensi

Pranala luar