Gusblero, terlahir dengan nama (lahir 7 Juli 1967; bernama asli Teguh Soetanto) , adalah penulis dan pencipta lagu yang banyak terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan kebudayaan. Gusblero bukan keturunan atau sebutan anak kyai dan bahkan bukan nama sebenarnya. Frasa “gus” yang tidak terpisah dengan “blero” sudah menjelaskan kondisi itu. Ia hanya orang biasa yang mencoba menanggung-jawabi keresahan jiwanya dengan cara sorogan (mendatangi orang-orang alim untuk mendapatkan pencerahan).

Gus Blero
Berkas:GusBlero.JPG
Informasi latar belakang
Nama lahirTeguh Soetanto
Nama lainGusblero Free
Lahir7 Juli 1967 (umur 57)
Indonesia temanggung, Indonesia
Asaltemanggung
Genrepop
PekerjaanPenyanyi, pencipta lagu, komposer, produser rekaman, aransir, pengusaha
InstrumenVokal, gitar,
Tahun aktif1992–sekarang
LabelOrlando

Tulisan-tulisan yang menjadi sebagian pemahamannya tentang konsep untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dibuat buku “The Khidr Code”, diterbitkan oleh penerbit Taheyya, Yogyakarta, 2007. Buku karyanya yang lain adalah novel “Daun Gugur di Manggarai”, diterbitkan oleh Grahamedia, Jakarta, 2006.

Latar belakang

Pada tahun 1986, Gusblero yang kemudian menetap di Wonosobo merantau ke Yogyakarta untuk menempuh kuliah di Akademi Manajemen Perusahaan (AMP YKPN) Yogyakarta. Akan tetapi kuliah itu hanya dijalaninya beberapa semester. Di Yogyakarta ia tinggal di rumah seniman tari kondang Didik Nini Thowok yang kebetulan masih familinya. Dua tahun di Yogyakarta, Gusblero meneruskan perantauannya ke Jakarta. Di Jakarta, Gusblero bekerja di sebuah bengkel seni Matari Advertising, dan diluar rutinitasnya bekerja, ia juga bergaul dengan beberapa penulis lagu ibukota. Tahun 1988 Gusblero mulai belajar menulis lagu, dan salah satu lagunya diterima di Puspita Record, berjudul “Konserta Alam”, yang kemudian dimasukkan dalam salah satu album penyanyi Dama Gaok. Tahun 1889, Gusblero kembali ke Wonosobo, lalu mengikuti Lomba Cipta Lagu Pop Se-Jawa Tengah, yang diselenggarakan oleh Tirto Unggul Semarang. Dalam lomba cipta yang diketuai A Riyanto, Is Haryanto, dan Prie GS itu, lagu ciptaannya terpilih sebagai Juara II, yang berjudul “Sebuah Cerita Yang Indah”. Tahun 1990 – 2000, Gusblero membuka bengkel seni Kenari yang membuat handycraft dan kaligrafi, membuat event organizer bernama Orlando (Ora Lali Ndonga), dan juga Wonosabe Wong’s (Paguyuban Orang-orang Wonosobo) yang meliputi usaha jasa periklanan dan penyelenggaraan kegiatan seni pertunjukan dan kebudayaan. Tahun 2000, Gusblero bersama dengan Ir. Sarwanto Priadhi membuat majalah “Suara Demokrasi”, yang mengupas persoalan politik. Dan tahun 2003, Gusblero membuat tabloid “Channel 01”, yang mengusung konten dinamika sosial dimasyarakat Wonosobo. Ditahun 2007, memprakarsai lahirnya tabloid “Tani Wonosobo” (TAWON), yang secara redaksional ditangani oleh Penyuluh Pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Wonosobo. Tahun 2008, tanpa disangka-sangka salah satu lagu ciptaan Gusblero yang berjudul “Orang Merdeka” masuk dalam sepuluh besar finalis Lomba Cipta Nyanyian Anak Bangsa (LCNAB) 2008 yang diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Lagu yang dalam malam gala final di Teater Tanah Air Taman Mini Indonesia Indah dibawakan oleh penyanyi Baim itu, dalam proses recording berikutnya dinyanyikan sendiri oleh Gusblero. Lagu “Orang Merdeka” ini kemudian juga dijadikan sebagai Public Service Announcement atau Iklan Layanan Masyarakat yang digunakan Depdagri dalam kaitannya menjaga kerukunan dan kesatuan bangsa dalam pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2009. Prestasi dalam lomba cipta lagu ini, mau tidak mau menarik kembali Gusblero dalam pergaulan dibelantara musik, dunia yang selama ini sudah dijauhinya. Tahun 2010 dengan dipandu musisi senior Iwang Noorsaid, Gusblero mencoba peruntungannya terjun didunia musik. Pernah mencoba merekam beberapa lagu di Musica Studio, namun akhirnya proyek ini pun gagal disebabkan adanya pertikaian dalam pihak manajemen. Lagu-lagu yang sudah terlanjur di-aransemen itu kemudian digarap ulang bersama beberapa seniman dari Yogyakarta, dan lalu dikemas dalam satu album indie berjudul “Asmara Ndalho” (Cinta Picisan). Album ini tidak jelas kabar akhirnya, yang jelas dalam album ini memuat beragam tema dari cinta, sosial, sampai persatuan kebangsaan.

Diskografi

Tidak semua lagu-lagu Gusblero tersimpan rapi dalam album. Ada beberapa lagu religi semisal

  • “Penakluk Zaman”, “Kepada-Mu”,
  • “Cangkir Panas” di-share begitu saja di dunia maya sebagai niatan syair syiar keagamaan.

Beberapa lagu ciptaan Gusblero lainnya yang bertema aneh-aneh juga bisa ditemukan bertebaran di banyak link, semisal lagu

  • “Hokya-hokya”,
  • “Korban Tradisi”,
  • “Suropedhet”,
  • “Digoyang-goyang”,
  • “Lilo Ligung”,
  • “Jantan”,
  • “Percaya”,
  • “Ngapusi”.

Diluar yang disebutkan ini Gusblero juga membuat lagu daerah yang berjudul

  • “Borobudur”,

dan juga lagu anak-anak berjudul

  • “Selamat Pagi Indonesia” dan
  • “Dalam Doa”.

Lagu-lagu dalam album “Asmara Ndalho” berisikan sepuluh tembang “Asmara Ndalho”, “Di Atas Puing”, “Lola Inzaghi”, “Kaki Lima”, “Lagu Bumi”, “Indonesia Memanggil”, “Langgam Hidup”, “Blues Bulan Purnama”, “Sexy”, dan “Si Tua Baba”.

Buku

  • Novel “Daun Gugur di Manggarai”, diterbitkan Grahamedia, Jakarta, 2006
  • Sastra religi “The Khidr Code”, diterbitkan Taheyya, Yogyakarta, 2007
  • Sastra religi “Miscall From Baqa’”, diterbitkan Gemamedia, Wonosobo, 2014

Tulisan-tulisan Gusblero yang kemudian dirangkai menjadi satu karya buku, baik “The Khidr Code” maupun “Miscall From Baqa’” diberikan kata pengantar oleh budayawan kondang Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Ini dimungkinkan dari titik pandang, cara pandang, dan sudut pandang kepenulisan, persepsi dan argumentasi yang digunakan Gusblero mirip dengan yang digunakan oleh Kyai Mbeling tersebut.

Referensi

http://gemamedia-wonosobo.blogspot.com/2014/12/gus-blero-free-penulis-buku-miscall.html

http://www.caknun.com/2015/buku-sejati-si-anak-jadah/

Pranala luar