Gusblero, terlahir dengan nama (lahir 7 Juli 1967; bernama asli Teguh Soetanto), adalah penulis dan pencipta lagu yang banyak terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan kebudayaan. Gusblero bukan keturunan atau sebutan anak kyai dan bahkan bukan nama sebenarnya. Frasa “gus” yang tidak terpisah dengan “blero” sudah menjelaskan kondisi itu. Ia hanya orang biasa yang mencoba menanggung-jawabi keresahan jiwanya dengan cara sorogan (mendatangi orang-orang alim untuk mendapatkan pencerahan).

Gus Blero
Lahir7 Juli 1967 (umur 57)
temanggung, Indonesia
AsalWonosobo
Genrepop
PekerjaanPenyanyi, pencipta lagu, komposer, produser rekaman, aransir, pengusaha
InstrumenVokal, gitar,
Tahun aktif1992–sekarang
LabelOrlando

Gusblero adalah ketua Lembaga Kebudayaan Masyarakat (LEKAT) Diarsipkan 2023-01-06 di Wayback Machine.. Wadah berkegiatan para seniman yang ada di wilayah Kabupaten Wonosobo.[1] Diarsipkan 2023-01-06 di Wayback Machine.

Tulisan-tulisan yang menjadi sebagian pemahamannya tentang konsep untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dibuat buku “The Khidr Code”, diterbitkan oleh penerbit Taheyya, Yogyakarta, 2007. Buku karyanya yang lain adalah novel “Daun Gugur di Manggarai”, diterbitkan oleh Grahamedia, Jakarta, 2006, "Miscall From Baqa Diarsipkan 2021-10-16 di Wayback Machine." diterbitkan oleh GemaMedia Diarsipkan 2019-03-20 di Wayback Machine., Wonosobo, 2014, dan "Kafilah Syafa'at Diarsipkan 2018-11-12 di Wayback Machine." yang diterbitkan oleh Istana Agency Diarsipkan 2023-06-10 di Wayback Machine., Yogyakarta, 2018.

Proses kreatif bagaimana Gusblero menulis disertakan dalam Antologi Esai Proses Kreatif "Menanam Kata Menuai Asa Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine." yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah, Semarang, 2020.

Latar belakang

sunting

Pada tahun 1986, Gusblero Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine. yang kemudian menetap di Wonosobo merantau ke Yogyakarta untuk menempuh kuliah di Akademi Manajemen Perusahaan (AMP YKPN) Yogyakarta. Akan tetapi kuliah itu hanya dijalaninya beberapa semester. Di Yogyakarta ia tinggal di rumah seniman tari kondang Didik Nini Thowok yang kebetulan masih familinya. Dua tahun di Yogyakarta, Gusblero meneruskan perantauannya ke Jakarta. Di Jakarta, Gusblero bekerja di sebuah bengkel seni Matari Advertising, dan di luar rutinitasnya bekerja, ia juga bergaul dengan beberapa penulis lagu ibu kota. Tahun 1988 Gusblero mulai belajar menulis lagu, dan salah satu lagunya diterima di Puspita Record, berjudul “Konserta Alam”, yang kemudian dimasukkan dalam salah satu album penyanyi Dama Gaok. Tahun 1889, Gusblero kembali ke Wonosobo, lalu mengikuti Lomba Cipta Lagu Pop Se-Jawa Tengah, yang diselenggarakan oleh Tirto Unggul Semarang. Dalam lomba cipta yang diketuai A Riyanto, Is Haryanto, dan Prie GS itu, lagu ciptaannya terpilih sebagai Juara II, yang berjudul “Sebuah Cerita Yang Indah”. Tahun 1990 – 2000, Gusblero membuka bengkel seni Kenari yang membuat handycraft dan kaligrafi, membuat event organizer bernama Orlando (Ora Lali Ndonga), dan juga Wonosabe Wong’s (Paguyuban Orang-orang Wonosobo) yang meliputi usaha jasa periklanan dan penyelenggaraan kegiatan seni pertunjukan dan kebudayaan. Tahun 2000, Gusblero membuat majalah “Suara Demokrasi”, yang mengupas persoalan politik. Dan tahun 2003, Gusblero membuat tabloid “Channel 01”, yang mengusung konten dinamika sosial dimasyarakat Wonosobo. Pada tahun 2007, memprakarsai lahirnya tabloid “Tani Wonosobo” (TAWON), yang secara redaksional ditangani oleh Penyuluh Pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Wonosobo. Tahun 2008, tanpa disangka-sangka salah satu lagu ciptaan Gusblero yang berjudul “Orang Merdeka Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.” masuk dalam sepuluh besar finalis Lomba Cipta Nyanyian Anak Bangsa (LCNAB) 2008 yang diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Lagu yang dalam malam gala final di Teater Tanah Air Taman Mini Indonesia Indah dibawakan oleh penyanyi Baim itu, dalam proses recording berikutnya dinyanyikan sendiri oleh Gusblero. Lagu “Orang Merdeka” ini kemudian juga dijadikan sebagai Public Service Announcement atau Iklan Layanan Masyarakat yang digunakan Depdagri dalam kaitannya menjaga kerukunan dan kesatuan bangsa dalam pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2009. Prestasi dalam lomba cipta lagu ini, mau tidak mau menarik kembali Gusblero dalam pergaulan dibelantara musik, dunia yang selama ini sudah dijauhinya. Tahun 2010 dengan dipandu musisi senior Iwang Noorsaid, Gusblero mencoba peruntungannya terjun didunia musik. Pernah mencoba merekam beberapa lagu di Musica Studio, namun akhirnya proyek ini pun gagal disebabkan adanya pertikaian dalam pihak manajemen. Lagu-lagu yang sudah telanjur di-aransemen itu kemudian digarap ulang bersama beberapa seniman dari Yogyakarta, dan lalu dikemas dalam satu album indie berjudul “Asmara Ndalho Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.” (Cinta Picisan). Album ini tidak jelas kabar akhirnya, yang jelas dalam album ini memuat beragam tema dari cinta, sosial, sampai persatuan kebangsaan. Tahun 2017 Gusblero mengikuti Lomba Cipta Lagu Revolusi Mental, sebuah kegiatan yang digelar oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, dan lagunya yang berjudul “Indonesia Memanggil Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.” terpilih sebagai salah satu Finalis.

Diskografi

sunting

Tidak semua lagu-lagu Gusblero tersimpan rapi dalam album. Ada beberapa lagu religi semisal

Beberapa lagu ciptaan Gusblero lainnya yang bertema aneh-aneh juga bisa ditemukan bertebaran di banyak link, semisal lagu

  • “Hokya-hokya”,
  • “Korban Tradisi”,
  • “Suropedhet”,
  • “Digoyang-goyang”,
  • “Lilo Ligung”,
  • “Jantan”,
  • “Percaya”,
  • “Ngapusi”.

Di luar yang disebutkan ini Gusblero juga membuat lagu daerah yang berjudul

dan juga lagu anak-anak berjudul

Lagu-lagu dalam album “Asmara Ndalho Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.” berisikan sepuluh tembang “Asmara Ndalho Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, “Di Atas Puing Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, “Lola Inzaghi Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, “Kaki Lima Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, “Lagu Bumi Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, “Indonesia Memanggil Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, “Langgam Hidup Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, “Blues Bulan Purnama Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, “Sexy Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.”, dan “Si Tua Baba”.

Tahun 2017 Gusblero menerbitkan Extended Play Diarsipkan 2023-02-10 di Wayback Machine. (mini album) "Penyihir Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine." yang berisikan lima lagu "Bulbul Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.", "Penyihir", "Ijinkan Aku Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.", "Hidup Bagai Roda Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.", "Orang Kecil (Hanya Cinta Kupunya) Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.". Album ini diproduksi indie Manyarkesit.

Gusblero juga menulis puisi yang kemudian dikumpulkan dalam antologi "Syair-syair Serayu Diarsipkan 2023-02-11 di Wayback Machine." dan "Mawar Gunung Diarsipkan 2023-02-11 di Wayback Machine.". beberapa artis yang membawakan puisi Gusblero diantaranya Olivia Zalianty "Tentang Cinta", Jerinx "Hujan Pertama Diarsipkan 2023-08-11 di Wayback Machine.".

Tulisan-tulisan Gusblero yang kemudian dirangkai menjadi satu karya buku, baik “The Khidr Code” maupun “Miscall From Baqa’” diberikan kata pengantar oleh budayawan kondang Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Ini dimungkinkan dari titik pandang, cara pandang, dan sudut pandang kepenulisan, persepsi dan argumentasi yang digunakan Gusblero mirip dengan yang digunakan oleh Kyai Mbeling tersebut.

Referensi

sunting
  1. ^ http://www.tokogunungagung.com/beta/collections/index/1/1/12216[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-21. Diakses tanggal 2017-04-21. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-20. Diakses tanggal 2017-04-21. 

Pranala luar

sunting

Keluarga

sunting

Gusblero memiliki empat anak bernama Isa Maulana Tantra, Ellia Sina, Suryo Atmojo Bonanza Raya, Uyun Kamaratih