Kelompok etnik di Indonesia

gambaran umum mengenai berbagai kelompok etnik di Indonesia

Terdapat lebih dari 600 kelompok etnis di kepulauan Indonesia yang multikultural,[1][2] menjadikannya salah satu negara paling beragam di dunia. Sebagian besar dari kelompok etnis ini adalah masyarakat Austronesia, yang terkonsentrasi di Indonesia bagian barat dan tengah, dengan minoritas yang cukup besar adalah masyarakat Melanesia yang terkonsentrasi di Indonesia bagian timur.[3][4][5][6] Dengan populasi yang besar, Indonesia memiliki jumlah penduduk Austronesia dan Melanesia terbesar di dunia.

Orang Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 40% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Indonesia[7] bahkan bermigrasi ke luar negeri seperti ke Malaysia dan Suriname. Orang Sunda, Orang Melayu, orang Batak, orang Madura, orang Betawi, orang Minangkabau, dan orang Bugis adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini.

Banyak juga etnis terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua, memiliki populasi yang hanya beranggotakan ratusan orang. Sebagian besar bahasa daerah masuk dalam golongan rumpun bahasa Austronesia, meskipun demikian sejumlah besar puak di Papua tergolong dalam rumpun bahasa Papua atau Melanesia.

Pembagian kelompok etnik di Indonesia tidak mutlak dan tidak jelas akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling mempengaruhi; sebagai contoh sebagian pihak berpendapat orang Cirebon adalah etnik tersendiri dengan dialek yang khusus pula, sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka hanyalah sub-etnik dari orang Jawa secara keseluruhan. Demikian pula orang Badui dan orang Banten yang sebagian pihak menganggap mereka sebagai bagian dari orang Sunda secara keseluruhan. Contoh lain percampuran kelompok etnik adalah orang Betawi yang merupakan kelompok etnik hasil percampuran berbagai kelompok etnik pendatang baik dari kepulauan Indonesia maupun Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.

Statistik

Klasifikasi awal

Daftar ini disusun dari data mentah sensus tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan klasifikasi awal, yang tidak dimaksudkan menjadi angka yang lengkap dan gabungan untuk kelompok yang lebih kecil di berbagai wilayah:[8][9]

No Suku Jumlah 2010 % Kawasan utama
1 Jawa* 95.217.022 40,22% Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Lampung, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat
2 Sunda 36.701.670 15,50% Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan
3 Batak 8.466.969 3,58% Sumatera Utara, Riau, Kota Batam Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat
4 Asal Sulawesi* 7.634.262 3,22% Sulawesi
5 Madura 7.179.356 3,03% Pulau Madura Jawa Timur, Kalimantan Barat
6 Betawi 6.807.968 2,88% DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten
7 Minangkabau 6.462.713 2,73% Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara
8 Bugis 6.359.700 2,69% Sulawesi Selatan
9 Melayu 5.365.399 2,27% Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung,
10 Asal Sumatera Selatan* 5.119.581 2,16% Sumatera Selatan, Lampung
11 Banten 4.657.784 1,97% Banten
12 Asal NTT* 4.184.923 1,77% Nusa Tenggara Timur
13 Banjar 4.127.124 1,74% Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau
14 Asal Aceh* 4.091.451 1,73% Aceh, Sumatera Utara
15 Bali 3.946.416 1,67% Bali, Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat
16 Sasak 3.173.127 1,34% Nusa Tenggara Barat
17 Dayak 3.009.494 1,27% Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur
18 Tionghoa 2.832.510 1,20% Perkotaan di DKI Jakarta, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, dan Kalimantan Barat
19 Asal Papua* 2.693.630 1,14% Papua, Papua Barat
20 Makassar 2.672.590 1,13% Sulawesi Selatan
21 Asal Sumatra* 2.204.472 0,93% Pulau Sumatra
22 Maluku 2.203.415 0,93% Kepulauan Maluku
23 Asal Kalimantan* 1.968.620 0,83% Pulau Kalimantan
24 Cirebon 1.877.514 0,79% Jawa Barat
25 Jambi 1.415.547 0,60% Jambi
26 Lampung 1.381.660 0,58% Lampung
27 Asal NTB* 1.280.094 0,54% Nusa Tenggara Barat
28 Gorontalo 1.251.494 0,53% Gorontalo
29 Minahasa 1.237.177 0,52% Sulawesi Utara
30 Nias 1.041.925 0,44% Pulau Nias Sumatera Utara
31 Warga Asing 162.772 0,07% Beberapa wilayah di Indonesia
Indonesia 236.728.379 100%

Catatan: Suku asal (*) wilayah atau pulau di luar nama suku yang disebutkan, adalah suku lainnya dari provinsi menurut kawasan atau pulau. Seperti suku di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara dan Maluku.

Klasifikasi baru

Daftar ini disusun dari data mentah yang sama dari sensus 2010, menurut "klasifikasi baru" yang dikembangkan oleh Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) bekerja sama dengan BPS. Klasifikasi baru tersebut mengkategorikan 1.331 suku bangsa yang dikodekan dari sensus ke dalam lebih dari 600 kelompok, bukan hanya 31 kelompok pada klasifikasi awal, menghapus sepenuhnya kategori "suku bangsa dari X" untuk lebih menangkap keragaman demografi suku bangsa Indonesia,[10] mengoreksi kelompok dan subkelompok yang salah tempat,[10] dan berupaya untuk menggabungkan dan memisahkan kelompok sub-suku bangsa ke dalam kelompok suku bangsa dengan mengandalkan sumber-sumber antropologis.[11]

Daftar suku bangsa dengan lebih dari satu juta anggota berdasarkan klasifikasi baru ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Peringkat Suku Bangsa Jumlah Penduduk Persentase
1 Jawa 94.843.073 40,06
2 Sunda 36.704.944 15,51
3 Melayu 8.753.791 3,70
4 Batak 8.466.969 3,58
5 Madura 7.179.356 3,03
6 Betawi 6.807.968 2,88
7 Minangkabau 6.462.713 2,73
8 Bugis 6.415.103 2,71
9 Banten 4.642.389 1,96
10 Banjar 4.127.124 1,74
11 Bali 3.924.908 1,66
12 Aceh 3.404.109 1,44
13 Dayak 3.219.626 1,36
14 Sasak 3.175.006 1,34
15 Tionghoa 2.832.510 1,2
16 Makassar 2.672.590 1,13
17 Cirebon 1.877.514 0,79
18 Lampung 1.376.390 0,58
19 Palembang 1.252.258 0,53
20 Gorontalo 1.251.884 0,53
21 Minahasa 1.240.232 0,52
22 Nias 1.041.925 0,44

Kelompok kecil

Berbagai kawasan di Indonesia memiliki kelompok etnik asli yang menghuni tanah leluhurnya sejak dahulu kala. Akan tetapi karena arus perpindahan penduduk yang didorong budaya merantau, atau program transmigrasi yang digalakkan pemerintah, banyak tempat di Indonesia dihuni oleh kelompok etnik pendatang yang tinggal di luar kawasan tradisional etniknya.

Beberapa suku bangsa menurut pulau

Kelompok etnik pada masa Hindia Belanda

Sejumlah kecil orang India, Arab, dan Tionghoa telah datang dan menghuni beberapa tempat di kepulauan Indonesia sejak dahulu kala pada zaman kerajaan kuno. Akan tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial. Terbentuklah kelompok etnik pendatang yang terutama tinggal di perkotaan dan terbentuk pada masa kolonial Hindia Belanda, yaitu digolongkan dalam kelompok Timur Asing; seperti keturunan Tionghoa, Arab, dan India; serta golongan Orang Indo atau Eurasia yaitu percampuran Indonesia dan Eropa. Orang keturunan Indo kolonial semakin berkurang di Indonesia akibat Perang Dunia II dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Kebanyakan beremigrasi atau repatriasi ke luar negeri seperti ke Belanda atau negara lain.

Kelompok etnik pendatang

  • Tionghoa – Etnik asing minoritas paling signifikan di Indonesia adalah etnik ini. Orang Tionghoa Indonesia sudah menghuni Indonesia sejak abad ke-15 dengan gelombang signifikan pada abad ke-18 dan ke-19 dengan jalur kegiatan perniagaan yang kemudian berpengaruh besar pada kegiatan perdagangan dan perekonomian di Indonesia. Sebagian besar orang Tionghoa terkonsentrasi dalam suatu wilayah yang disebut "Pecinan" di beberapa provinsi Indonesia seperti Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat.
  • Arab – Secara historis, kedatangan orang Arab di Indonesia untuk menyebarkan agama Islam. Banyak yang berasimilasi dengan etnik lokal seperti Betawi, Melayu, Aceh, Minangkabau, Jawa, dan Sunda; namun, beberapa kota di Indonesia memiliki populasi Arab yang signifikan yang melestarikan budaya dan identitas mereka, disebut dengan "Kampung Arab". Daerah ini tersebar di seluruh kota-kota di Indonesia, jumlah yang signifikan dapat ditemukan di Banda Aceh, Padang, Medan, Jakarta, Banten, Bogor, Semarang, Surabaya, Gresik, Banyuwangi, dan banyak kota-kota pesisir lainnya di Indonesia.
  • IndiaEtnik-etnik India juga sudah menetap di Indonesia (terutama Tamil dan Punjabi); namun, tidak sebesar etnik Tionghoa dan Arab. Terkonsentrasi di pusat-pusat kota dengan jumlah yang signifikan, seperti Pasar Baru di Jakarta dan Kampung Keling (sekarang Kampung Madras) di Medan. Daerah signifikan etnik India ini dinamakan "Little India".
  • Indo – Dari leluhur campuran antara etnik-etnik di Indonesia dengan keturunan Eropa (terutama Belanda), mereka muncul selama periode Hindia Belanda. Selama masa kolonial, jumlah mereka lebih besar, tetapi sejak kemerdekaan Indonesia, sebagian besar dari mereka memilih pergi ke Belanda. Orang Indo berkurang jumlahnya sebagai kelompok etnik sejak emigrasi besar dari Indonesia setelah Perang Dunia II.
  • Pakistan – Etnik ini dikenal juga dengan sebutan Khoja, Koja, Kujo, dan Tambol. Orang Koja umumnya berasal dari daerah Cutch, Kathiawar, dan Gujarat, India yang beragama Islam, tetapi mereka lebih memilih Pakistan daripada India karena faktor agama. Mereka berasal dari kasta Ksatria. Pada mulanya, orang Pakistan pergi ke Indonesia untuk keperluan berdagang dan menyebarkan agama Islam, tetapi lama-kelamaan justru betah dan memilih tinggal dan berkeluarga di Indonesia. Di Indonesia daerah signifikan etnik Pakistani dinamakan "Pekojan".
  • Jepang – Orang Jepang telah bermigrasi ke Indonesia sejak era kolonial Hindia Belanda; namun, setelah kekalahan mereka dalam Perang Dunia II, jumlah mereka menurun, meninggalkan sejumlah kecil mantan tentara Jepang yang masih tinggal di Indonesia dan menjadi warga negara Indonesia. Perkembangan orang Jepang baru-baru ini di Indonesia didorong oleh peningkatan bisnis dan investasi Jepang di Indonesia sejak tahun 1970-an dan sebagian besar adalah ekspatriat yang masih mempertahankan kewarganegaraan Jepang mereka. Sejumlah besar ekspatriat Jepang tinggal di Indonesia, terutama di Jakarta dan Bali.
  • Korea – Keberadaan etnik Korea di Indonesia sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Ada salah satu tokoh utama gerakan kemerdekaan Indonesia, ialah Komarudin (nama Korea: Yang Chil-seong; bahasa Korea: 양 칠성; Hanja: 楊 七 性) yang beretnik Korea. Namun, mereka adalah kelompok etnik terbaru di Indonesia. Sebagian besar didorong oleh peningkatan bisnis dan investasi Korea Selatan di Indonesia dan sebagian besar adalah ekspatriat yang masih mempertahankan kewarganegaraan Korea Selatan mereka. Etnik Korea terkonsentrasi dalam satu wilayah yang bernama "Koreatown" di beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Ananta et al. 2015, hlm. 12, 27–28.
  2. ^ "Mengulik Data Suku di Indonesia". Badan Pusat Statistik. 18 November 2015. Diakses tanggal 1 Januari 2021. 
  3. ^ Taylor 2003, hlm. 5–7.
  4. ^ Witton 2003, hlm. 139, 181, 251, 435.
  5. ^ Dawson, B.; Gillow, J. (1994). The Traditional Architecture of Indonesia. London: Thames and Hudson Ltd. hlm. 7. ISBN 978-0-500-34132-2. 
  6. ^ Truman Simanjuntak; Herawati Sudoyo; Multamia R.M.T. Lauder; Allan Lauder; Ninuk Kleden Probonegoro; Rovicky Dwi Putrohari; Desy Pola Usmany; Yudha P.N. Yapsenang; Edward L. Poelinggomang; Gregorius Neonbasu (2015). Diaspora Melanesia di Nusantara. gln.kemdikbud.go.id. Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 978-602-1289-19-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 December 2022. Diakses tanggal 2022-08-24. 
  7. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
  8. ^ "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 31–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 22 Oktober 2021. 
  9. ^ Akhsin Naim, Hendri (2011). Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. ISBN 9789790644175. 
  10. ^ a b Ananta et al. 2015, hlm. 30–31.
  11. ^ Ananta et al. 2015, hlm. 119–122.

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar