Kabupaten Alor

kabupaten di Indonesia

Koordinat: 8°13′09″S 124°31′10″E / 8.21917°S 124.51944°E / -8.21917; 124.51944


Kabupaten Alor adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota Alor berada di Kalabahi. Penduduk Alor berjumlah sekitar 211.872 jiwa (2020), sedangkan luasnya adalah 2.928,88 km².[3] Kabupaten ini berbentuk kepulauan dan dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke Samudera Pasifik. Pada tahun 2006, PAD kabupaten ini sebesar Rp. 13 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi 5,9% dan pendapatan per kapita Rp. 1.200.000,-[8]

Kabupaten Alor
Jalan di daerah Maritaing
Jalan di daerah Maritaing
Motto: 
Terwujudnya Masyarakat yang Sejahtera Beriman, Adil, Mandiri, Melalui Kepemerintahan yang Baik Dalam Kerekatan Hubungan Sosial Budaya dan Wawasan Lingkungan
Peta
Kabupaten Alor di Kepulauan Sunda Kecil
Kabupaten Alor
Kabupaten Alor
Peta
Kabupaten Alor di Indonesia
Kabupaten Alor
Kabupaten Alor
Kabupaten Alor (Indonesia)
Koordinat: 8°15′S 124°45′E / 8.25°S 124.75°E / -8.25; 124.75
Negara Indonesia
ProvinsiNusa Tenggara Timur
Tanggal berdiri9 Agustus 1956[1]
Dasar hukumUU Nomor 69 Tahun 1958[1]
Ibu kotaKalabahi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiAmon Djobo
 • Wakil BupatiImran Duru
Luas
 • Total2.928,88 km2 (1,130,85 sq mi)
Populasi
 • Total211.872
 • Kepadatan72/km2 (190/sq mi)
Demografi
 • AgamaKristen 74,90%
Protestan 71,79%
Katolik 3,11%
Islam 25,04%
Hindu 0,06%[4][5]
 • BahasaIndonesia, Alor
 • IPMKenaikan 61,37 (2021)
sedang[6]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode pos
85811-85881
Kode BPS
5307
Kode area telepon(+62)386
Pelat kendaraanDH xxxx F*
Kode Kemendagri53.05
APBDRp 1.120.798.236.134,-[7]
PADRp 57.578.228.000,-
DAURp 584.312.762.000,- (2021)
Situs webwww.alorkab.go.id

Sejarah

Menurut cerita yang beredar di masyarakat Alor, kerajaan tertua di Kabupaten Alor adalah kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Suatu ketika, kedua kerajaan ini terlibat dalam sebuah Perang Magic. Mereka menggunakan kekuatan-kekuatan gaib untuk saling menghancurkan. Munaseli mengirim lebah ke Abui, sebaliknya Abui mengirim angin topan dan api ke Munaseli. Perang ini akhirnya dimenangkan oleh Munaseli. Konon, tengkorak raja Abui yang memimpin perang tersebut saat ini masih tersimpan dalam sebuah goa di Mataru. Kerajaan berikutnya yang didirikan adalah kerajaan Pandai yang terletak dekat kerajaan Munaseli dan Kerajaan Bunga Bali yang berpusat di Alor Besar. Munaseli dan Pandai yang bertetangga, akhirnya juga terlibat dalam sebuah perang yang menyebabkan Munaseli meminta bantuan kepada raja kerajaan Majapahit, mengingat sebelumnya telah kalah perang melawan Abui.[butuh rujukan]

Sekitar awal tahun 1300-an, satu detasmen tentara bantuan kerajaan Majapahit tiba di Munaseli tetapi yang mereka temukan hanyalah puing-puing kerajaan Munaseli, sedangkan penduduknya telah melarikan diri ke berbagai tempat di Alor dan sekitarnya. Para tentara Majapahit ini akhirnya banyak yang memutuskan untuk menetap di Munaseli, sehingga tidak heran jika saat ini banyak orang Munaseli yang bertampang Jawa. Peristiwa pengiriman tentara Majapahit ke Munaseli inilah yang melatarbelakangi disebutnya Galiau (Pantar) dalam buku Negarakartagama karya Mpu Prapanca yang ditulisnya pada masa jaya kejayaan Majapahit (1367). Buku yang sama juga menyebut Galiau Watang Lema atau daerah-daerah pesisir pantai kepulauan. Galiau yang terdiri dari 5 kerajaan, yaitu Kui dan Bunga Bali di Alor serta Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan di pesisir pantai ini diyakini memiliki hubungan dekat antara satu dengan lainnya, bahkan raja-raja mereka mengaku memiliki leluhur yang sama.

Pendiri ke 5 kerajaan daerah pantai tersebut adalah 5 putra Mau Wolang dari Majapahit dan mereka dibesarkan di Pandai. Yang tertua di antara mereka memerintah daerah tersebut. Mereka juga memiliki hubungan dagang, bahkan hubungan darah dengan aliansi serupa yang terbentang dari Solor sampai Lembata. Jalur perdagangan yang dibangun tidak hanya di antara mereka tetapi juga sampai ke Sulawesi, bahkan ada yang menyebutkan bahwa kepulauan kecil di Australia bagian utara adalah milik jalur perdagangan ini. Mungkin karena itulah beberapa waktu lalu sejumlah pemuda dari Alor Pantar melakukan pelayaran ke pulau Pasir di Australia bagian utara. Laporan pertama orang-orang asing tentang Alor bertanggal 8–25 Januari 1522 adalah Pigafetta, seorang penulis bersama awak armada Victoria sempat berlabuh di pantai Pureman, Kecamatan Alor Barat Daya. Ketika itu mereka dalam perjalanan pulang ke Eropa setelah berlayar keliling dunia dan setelah Magelhaen, pemimpin armada Victoria mati terbunuh di Philipina. Pigafetta juga menyebut Galiau dalam buku hariannya. Observasinya yang keliru adalah penduduk pulau Alor memiliki telinga lebar yang dapat dilipat untuk dijadikan bantal sewaktu tidur. Pigafetta jelas telah salah melihat payung tradisional orang Alor yang terbuat dari anyaman daun pandan. Payung ini dipakai untuk melindungi tubuh sewaktu hujan.

Demografi

Populasi

Tahun
2006
2007
2018
[3]
Jumlah pria 89.025 90.008 99.694
Jumlah wanita 87.984 88.956 104.686
Total 177.009 178.964 204.380
Pertumbuhan penduduk - 1,09% 12,43%
Kepadatan penduduk 60,64 jiwa/km2 61,10 jiwa/km2 69,78 jiwa/km2

Agama

Persentasi Agama di Kabupaten Alor 2021[4][5]
Agama persen
Protestan
  
71,79%
Islam
  
25,04%
Katolik
  
3,11%
Hindu
  
0,06%
Lainnya
  
0,00%

Sejarah Keagamaan

Sebelum masuknya agama-agama besar, penduduk Alor menganut paham animisme dan dinamisme. Mereka menyembah matahari (Larra/Lera), bulan (Wulang), sungai (Neda/dewa air), hutan (Addi/dewa hutan), dan laut (Hari/dewa laut). Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri hingga akhir tahun 2020, mayoritas penduduk kabupaten Alor adalah penganut agama Kristen sebanyak 74,87% dimana Protestan 71,75% dan sebahagian Katolik 3,12%. Sementara pemeluk agama Islam juga cukup banyak, sekitar 25,07%, dan selebihnya adalah pemeluk agama Hindu 0,06% dan Buddha, kurang dari 0,01%.[4]

Agama Islam

Agama Islam masuk ke Alor melalui desa Gelubala (sekarang Baranusa) di Pulau Pantar, melalui kehadiran seorang mubaligh dari Kesultanan Ternate bernama Mukhtar Likur pada tahun 1522. Data ini diperkuat oleh catatan seorang anak buah penjelajah dunia Ferdinand Magellan dari Portugal bernama Fegafetta yang singgah di Alor pada tahun 1522 dalam pelayarannya kembali ke Eropa. Dia mencatat bahwa di Kepulauan Alor, tepatnya di Pulau Pantar, mereka telah menemukan suatu komunitas Islam yang tinggal di kampung bernama Maloku, Baranusa. Dari tempat ini Islam mulai menyebar ke arah timur dan masuk ke desa-desa di Alor lainnya seperti Bungabali (sekarang Alor Besar), Alor Kecil, Dulolong dan lainnya.[butuh rujukan]

Pada tahun 1523 tibalah lima Gogo bersaudara dari Ternate bernama Iang Gogo, Kima Gogo, Karim Gogo, Sulaiman Gogo dan Yunus Gogo disertai seorang mubaligh lainnya bernama Abdullah. Mereka memiliki misi yang sama dengan Mukhtar Likur, yaitu menyebarkan ajaran Islam di kepulauan Alor. Untuk mencapai tujuan ini, mereka berpisah dan menyebar ke berbagai desa di Alor. Iang Gogo menetap di Bungabali (Alor Besar), Kima Gogo di Malua/Kui/Lerabaing, Karim Gogo di Malaga (nama Portugis untuk Nuha Beng atau Ternate Alor), Sulaiman Gogo di Panje (Pandai) - sebuh desa pantai di ujung paling utara Pulau Pantar, sedangkan Yunus Gogo dan Abdullah menetap di Gelubala, Baranusa.

Tiga desa pertama yang memeluk agama Islam berada di Bungabali Alor Besar (Laffong Beng), Alor Kecil (Laffo Kisu) dan Dulolong (Dalolu). Menurut catatan, cepatnya proses ketiga desa ini memeluk agama Islam adalah karena ketiga desa ini dibangun oleh satu keluarga yang sama, yaitu keturunan dari Sakubala Duli dan istrinya Bui Munangbela. Di Alor Besar Iang Gogo meninggalkan suatu peninggalan bersejarah, yaitu sebuah kitab suci Al Quran yang ditulis tangan. Al Quran ini ditulis di kertas kulit kayu. Saat ini Al Quran tersebut disimpan oleh Saleh Panggo Gogo yang merupakan generasi ke-13 keturunan Iang Gogo.

Agama Kristen

Agama Kristen pertama kali masuk Alor pada masa administrasi Controleur Bouman pada tahun 1908 ketika seorang pendeta berkebangsaan Jerman, D.S. William-Bach, tiba dengan kapal Canokus dan kemudian kegiatan penyebaran agama Kristen dari Pantai Dulolong. Gereja pertama di Alor dibangun pada tahun 1912, dinamai Gereja Kalabahi (sekarang dikenal sebagai Gereja Pola). Kayu-kayu bangunan gereja ini berasal dari Kalimantan dan menurut catatan dikerjakan oleh para tukang Muslim , bukti dari adanya toleransi antar-umat beragama di Alor sejak dulu.[butuh rujukan]

Dari tahun 1950-an hingga tahun 1980-an para misionaris Kristen silih berganti datang ke Alor dan bekerja sebagai pendeta, perawat bahkan dokter. Dua diantaranya adalah suami-istri Dr. De Jong yang bekerja di RSUD Kalabahi. Dalam bukunya "Brieven aan Alor" (Surat-surat ke Alor) Dr. De Jong menceritakan pengalamannya selama hidup dan bekerja di Alor. Dokter asal Jerman lainnya, Dr. Kleven bahkan memberi nama lokal Alor, Loni, untuk putrinya.

Agama Buddha

Agama Buddha pertama kali masuk ke Alor melalui para pedagang Tionghoa. Orang Cina pertama yang menjejakkan kakinya di bumi Alor adalah Ong Keng Tjau atau lebih dikenal dengan julukan OKT. Ia tiba di Alor pada tahun 1908 dari kota Fuzhou, Provinsi Fujian,Cina, dan menetap di Alor Kecil untuk memuali usaha hasil bumi. Dengan berpindahnya pusat pemerintahan, kegiatan perniagaan OKT juga dipindahkan ke Kalabahi pada tahun 1911.[butuh rujukan]

Komunitas Cina yang dibentuk oleh OKT dengan cepat membaur dengan komunitas lokal. OKT sendiri sempat menikahi wanita lokal bernama Ina Lipu yang beragama Islam. Penyebaran ajaran agama Budha di Alor pun lebih bersifat internal, yaitu hanya berkembang di kalangan warga Cina dan keturunannya saja.

Geografi

Kabupaten Alor secara geografis terletak di antara 125°48" -123°48" BT dan antara 8°6"-8°36" LS. Kabupaten ini berada di wilayah timur laut provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah Kabupaten Alor terdiri atas sembilan pulau. Terdapat 3 pulau besar yang telah dihuni penduduk, yakni: Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Pura dan kemudian ada enam pulau kecil, yaitu Pulau Tereweng, Pulau Ternate, Pulau Nuha Kepa, Pulau Buaya, Pulau Kangge dan Pulau Kura. Luas wilayah yang dimiliki Kabupaten Alor adalah 2.928,88 km².[9]

Batas Wilayah

Sebagai daerah kepulauan paling timur Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor berbatasan dengan:

Utara Laut Flores
Timur Wilayah kabupaten Maluku Barat Daya[10]
Selatan Selat Ombai dan Timor Leste
Barat Selat Lomblen dan Kabupaten Lembata

Topografi

Topografi Kabupaten Alor adalah merupakan konfigurasi wilayah daratan yang bergunung dan berbukit dengan iklim yang variatif sehingga cocok untuk pengembangan aneka komoditi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Alor adalah:

  • Kemiringan di atas 40 derajat: 64,25%
  • Kemiringan 15–40 derajat: 25,61%
  • Kemiringan 3–15 derajat: 8,69%
  • Kemiringan 0–3 derajat: 3,45%

Jenis tanah di Kabupaten Alor temasuk Vulkanik muda sehingga kaya unsur hara dengan struktur tanah yang gembur dan subur. Solum tanah sedang sampai dalam, sehingga tanah lebih stabil dengan kemampuan menahan air tinggi dan dapat diusahakan berbagai jenis tanaman. Kondisi geografi Kabupaten Alor berkonfigurasi bergunung-gunung dan memberikan variasi iklim yang berbeda dan sangat menguntungkan bagi daerah dan rakyat dalam pengembangan tanaman produksi.[9]

Iklim

Seluruh wilayah Kabupaten Alor masuk dalam kategori iklim sabana tropis (Aw). Dalam jangka waktu setahun, durasi musim penghujan berlangsung relatif cukup singkat, yakni dari bulan Desember hingga bulan Maret, sedangkan musim kemarau mempunyai periode yang cukup panjang yakni ≥7 bulan. Oleh karena iklimnya yang cukup kering, periode hari hujan per satu bulannya biasanya ≤20 hari. Suhu udara di wilayah Kabupaten Alor berkisar antara 21°–33 °C dengan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±74%.[11][12]

Data iklim Alor, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 31.3
(88.3)
31.2
(88.2)
31.6
(88.9)
32
(90)
31.9
(89.4)
31.3
(88.3)
30.7
(87.3)
30.9
(87.6)
31.6
(88.9)
32.6
(90.7)
33.2
(91.8)
32.4
(90.3)
31.73
(89.14)
Rata-rata harian °C (°F) 27.8
(82)
27.5
(81.5)
27.5
(81.5)
27.6
(81.7)
27.4
(81.3)
26.4
(79.5)
25.5
(77.9)
25.8
(78.4)
26.4
(79.5)
27.8
(82)
28.9
(84)
28.6
(83.5)
27.27
(81.07)
Rata-rata terendah °C (°F) 24.3
(75.7)
23.7
(74.7)
23.4
(74.1)
23.1
(73.6)
22.9
(73.2)
21.5
(70.7)
20.3
(68.5)
20.8
(69.4)
21.3
(70.3)
23
(73)
24.5
(76.1)
24.9
(76.8)
22.81
(73.01)
Curah hujan mm (inci) 283
(11.14)
253
(9.96)
194
(7.64)
134
(5.28)
95
(3.74)
53
(2.09)
52
(2.05)
32
(1.26)
37
(1.46)
54
(2.13)
137
(5.39)
234
(9.21)
1.558
(61,35)
Rata-rata hari hujan 19 18 15 10 7 4 3 2 2 5 11 17 113
% kelembapan 83 82 80 76 73 68 64 62 65 72 77 81 73.6
Rata-rata sinar matahari harian 5.3 6.3 6.9 8.1 7.9 8.4 9.2 9.6 9.6 8.9 7.7 6.2 7.84
Sumber #1: WeatherOnline[13]
Sumber #2: BMKG[14]

Pemerintahan

Daftar Bupati Alor

No. Potret Nama
(masa hidup)
Mulai menjabat Selesai menjabat Prd. Jabatan Sebelumnya Wakil Bupati Ket.
sebelum dilakukan pemilihan bupati Alor, Syarif Abdullah menjabat sebagai Pejabat Sementara Bupati Alor (12 Juni 1959−3 Juni 1960)
1   John Bastian Denu 3 Juni 1960 22 Maret 1962 I Tidak Ada
selama masa peralihan ini, Hendrik Soleman Giri dan Petrus Doeka menjadi Pejabat Sementara Bupati Alor (22 Maret 1962−28 Maret 1963)
2   Umbu Marthinus Diky Tarapanjang 28 Maret 1963 27 Oktober 1967 II Anggota DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tidak Ada
3   Jacob Octovianus Ledo,
B.A.
(l. 1935)
27 Oktober 1967 11 Juli 1972 III Anggota Badan Pemerintahan Harian Kabupaten Kupang
selama masa peralihan ini, Umbu S. Pekudjawang menjadi Pejabat Sementara Bupati Alor (11 Juli 1972−15 September 1973)
4   Drs.
Umbu Soruh Pekudjawang
(1939-2022)
15 September 1973 16 Oktober 1978 IV Pejabat Sementara Bupati Alor Tidak Ada
5   Drs.
Jackobus Djobo
(l. 1940)
16 Oktober 1978 6 Februari 1984 V Anggota DPR-RI
6   Letkol. CZI.
Teddy Soetedjo
(1936-2021)
6 Februari 1984 6 Februari 1989 VI Komandan Distrik Militer 1601/Sumba Timur
7   Drs.
Hosea Dally
(1945-2014)
6 Februari 1989 6 Februari 1994 VII Sekretaris Wilayah Daerah Ngada
7 Februari 1994 15 Maret 1999 VIII
8   Ir.
Ansgerius Takalapeta
(l. 1954)
15 Maret 1999 15 Maret 2004 IX Kepala Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Kabupaten Alor
Drs.
Simeon Thobias Pally

(sejak 2001)

16 Maret 2004 16 Maret 2009 X Drs.
Abraham Maulaka
9   Drs.
Simeon Thobias Pally
(l. 1954)
16 Maret 2009 16 Maret 2014 XI Wakil Bupati Alor Drs. H.
Jusran Muhamad Tahir
10   Drs.
Amon Djobo
(l. 1960)
17 Maret 2014 17 Maret 2019 XII Asisten Administrasi Setda. Kab. Alor Imran Duru,
M.Pd.

(Sampai 2023)

[ket. 1]
17 Maret 2019 5 November 2023 XIII [15]
Lowong

(Sejak 2023)

selama masa peralihan ini, Sekretaris Daerah Kabupaten Alor, Soni O. Alelang bertugas sebagai Pelaksana Harian Bupati Alor (5−12 November 2023)
selama masa peralihan ini, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT, Zeth Sony Libing bertugas sebagai Pelaksana Harian Bupati Alor (sejak 13 November 2023)

Legenda

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Alor dalam dua periode terakhir.[16][17]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 1   1
Gerindra 2   3
PDI-P 4   4
Golkar 5   3
NasDem 3   4
Berkarya (baru) 1
PKS 3   1
Perindo (baru) 2
PPP 2   2
PSI (baru) 1
PAN 1   1
Hanura 2   2
Demokrat 3   3
PBB 1   1
PKPI 3   1
Jumlah Anggota 30   30
Jumlah Partai 12   15

Kecamatan

Kabupaten Alor terdiri dari 18 Kecamatan, 17 Kelurahan, dan 158 Desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 209.974 jiwa dengan luas wilayah 2.864,60 km² dan sebaran penduduk 73 jiwa/km².[18][19]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Alor, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
53.05.18 Abad Selatan 7 Desa
53.05.02 Alor Barat Laut 1 18 Desa
Kelurahan
53.05.03 Alor Barat Daya 1 12 Desa
Kelurahan
53.05.04 Alor Selatan 1 13 Desa
Kelurahan
53.05.07 Alor Tengah Utara 14 Desa
53.05.05 Alor Timur 1 9 Desa
Kelurahan
53.05.08 Alor Timur Laut 8 Desa
53.05.10 Kabola 1 4 Desa
Kelurahan
53.05.15 Lembur 6 Desa
53.05.12 Mataru 7 Desa
53.05.06 Pantar 1 10 Desa
Kelurahan
53.05.09 Pantar Barat 7 Desa
53.05.17 Pantar Barat Laut 7 Desa
53.05.16 Pantar Tengah 10 Desa
53.05.14 Pantar Timur 11 Desa
53.05.11 Pulau Pura 1 5 Desa
Kelurahan
53.05.13 Pureman 4 Desa
53.05.01 Teluk Mutiara 10 6 Desa
Kelurahan
TOTAL 17 158

Lambang Daerah

Lambang Daerah Kabupaten Alor ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1975, sebagai berikut: Lambang Daerah berbentuk lukisan “Perisai Segi Lima” dan di dalam lukisan

Perisai Segi Lima terdapat:

Untaian padi, kelopan dan bunga kapas pada ujung-ujung untaian padi dan kelopak serta bunga kapas terdapat:

  • Bintang persegi lima serta pangkal-pangkalnya terdapat:

Tiga lilitan dan pita terbentang dengan tulisan Kabupaten Alor

  • Panah yang ditempatkan agak melintang memisahkan warna dasar perisai merah biru

Lambang dengan tata warna sebagai berikut:

  • Perisai Segi Lima berwarna dasar merah dan biru bergaris pinggir tebal warna hitam
  • Mesbah berwarna putih hitam
  • Beringin hijau tua dan pohon berwarna coklat tanah
  • Panah berwarna hitam
  • Rumah adat berwarna coklat tua
  • Moko berwarna hitam
  • Untaian padi berwarna Kuning
  • Kelopak kapas berwarna hijau dan bunga kapas berwarna putih
  • Bintang bersudut lima berwarna kuning emas
  • Pita terbentang berwarna putih dan garis hitam pada pinggir bagian atas
  • Tiga lilitan tali berwarna hitam

Arti Lambang & Warna

  • Perisai Segi Lima berwarna dasar merah biru dengan garis pinggir tebal berwarna hitam melukiskan Jiwa Nasionalis masyarakat Kabupaten Alor yang suci dan berani dimana segala usaha ditujukan untuk kepentingan nasional yang berlandaskan falsafah Pancasila dalam satu kesatuan wawasan nusantara serta hakikat kesuburan Kabupaaten Alor.
  • Pohon Beringin berwarna hijau tua dengan batang berwarna coklat tanah dan mesbah berwarna putih hitam yang tidak terpisahkan mencerminkan perlindungan hidup seutuhnya dalam kehidupan rohani dan jasmani dalam ruang lingkup Kabupaten Alor.
  • Rumah Adat berwarna coklat tua dan Moko berwarna hitam juga tidak dapat diartikan secara terpisah-pisah dimana rumah adat tempat menyimpan benda-benda pusaka dari suatu suku mencerminkan tanda sejarah dan kebudayaan serta bernilai ekonomis.
  • Bintang bersudut lima berwarna kuning emas mencerminkan Ketuhanan Yang Maha Esa berdasarkan falsafah Pancasila yang luhur dan agung.
  • Panah yang ditempatkan agak melintang memisahkan warna merah dan biru mencerminkan jiwa dinamika rakyat Kabupaten Alor pada laut dalam Nusa Tenggara Timur.
  • Untaian padi 20 dan bunga kapas 12, mesbah susunan batunya berurutan dari atas ke bawah dengan ukuran: tebal lurus = 1, deretan batu = 9, deretan batu = 5, deratan batu = 8, melambangkan hari tanggal dan tahun lahirnya Kabupaten Alor, yakni 20 Desember 1958.
  • Pita terbentang berwarna putih tertulis Kabupaten Alor dalam warna hitam.
  • Tiga lilitan tali berwarna hitam pada pangka-pangkal untaian padi dan kelopak serta bunga kapas mencerminkan Pulau Alor, Pulau Pantar dan pulau-pulau kecil disekitarnya yang bersatu padu dalam persatuan perjuangan.

Transportasi

Bandara

Bandara Mali memilki panjang landasan/arah/PCN: 1.600 x 30 m /03-21/ 22 FCZU. Tergolong kelas IV/A dengan kemampuan bisa untuk mendarat jenis Pesawat C-212, ATR 42, Fokker-50 dan memiliki terminal domestik seluas 500 m2 [butuh rujukan], Perusahaan penerbangan yang melayani Kupang-Alor-Kupang adalah TransNusa Aviation Mandiri dgn jenis Pesawat Fokker-50 & ATR 42-600.

Pelabuhan

Pelabuhan Baranusa memiliki panjang dermaga dengan panjang 64 meter.[20] Selain Baranusa, terdapat juga pelabuhan laut di Kalabahi dan Maritaing, dalam TA. 2011 dibangun pula pelabuhan duliono di Kota Kalabahi. Sementara untuk pelabuhan Penyeberangan terdapat di Kalabahi yang dikelola oleh UPT Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Dan dalam TA. 2011 dibangun pula pelabuhan pelabuhan penyeberangan di Pulau Pantar yanitu di Baranusa berdampingan dengan pelabuhan laut yang eksis (Dishub Prov. NTT)

Pariwisata

Tempat Wisata

Alor memiliki nama yang pendek hanya empat huruf tetapi keindahan di darat dan di bawah lautnya sangatlah panjang bahkan tak cukup satu minggu untuk menggapainya. Alor begitu penuh kejutan sekaligus mengagumkan mulai dari taman bawah laut, budaya moko, suku tradisional di pegunungan, hingga Al-Quran tertua di Asia Tenggara.

Karang dan biota laut yang mempesona merupakan suguhan wisata andalan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Kebeningan air laut yang dihuni karang dan ikan warna-warni membuat laut Alor terkenal ke seantero jagat. Taman laut Alor disebut-sebut terbaik kedua di dunia setelah Kepulauan Karibia.

Taman Laut

Taman Laut di antara Pulau Alor dan Pantar. Mudah dijangkau dengan transportasi darat maupun transportasi laut dari kota Kalabahi. Jarak dari darat 14–19 km sedangkan jarak dari laut sekitar 15 menit. Kawasan ini Memiliki 18 titik selam yang disebut Baruna’s Dive Sites at Alor, yaitu:

  1. Baruna’s Point
  2. Never – Never Wall
  3. Cave Point
  4. Barrel Sponge Wall
  5. Mola – mola Point
  6. Night Snacks
  7. Alor Expree / Alor Dreaming
  8. Rocky Point
  9. Three Coconuts
  10. Moving Pictures
  11. Eagle Ray Point
  12. Rahim’s Point
  13. Tuna Channel
  14. Anemone Country
  15. Sharks Reeway
  16. Octopus Garden
  17. Captain’s Choice
  18. The Refrigerator

Memiliki air laut yang bersih, biota laut yang beraneka ragam, terdapat titik selam yang dapat dinikmati pada malam hari dan taman laut kelas dunia menurut Karl Muller dalam Bukunya East of Bali.

Kampung Tradisional Takpala

Kampung tradisional Takpala terletak di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor. Perjalanan ke Takpala dari Bandar Udara Mali, Alor bisa ditempuh dengan ojek sepeda motor. Jika dengan kendaraan umum dari Terminal Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, bisa menggunakan bus jurusan Bukapiting lalu turun di Takalelang.[butuh rujukan][21]

Spanduk selamat datang ke kampung tradisional Takpala menyambut di depan jalan mendaki beraspal menuju Takpala. Perjalanan dari Takalelang menuju Takpala memerlukan waktu sekitar 15 menit jika berjalan kaki. Sebagai kampung tradisional, Takpala memiliki 12 rumah adat dan merupakan tujuan wisata Alor yang telah ditata cukup baik. Masuk kawasan Takpala tidak dipungut retribusi sedikit pun.

Di Takpala bisa dijumpai kehidupan yang sangat bersahaja. Masyarakat menyandarkan kebutuhan sehari-hari pada hasil hutan, sehingga ketika berkunjung di siang hari, suasana kampung tampak sepi karena penduduknya pergi ke hutan mencari kebutuhan hidup.

Jika sebelum kunjungan para wisatawan memberitahukan terlebih dahulu ke dinas wisata setempat, maka warga Takpala bisa diorganisasi untuk menyuguhkan tarian Lego-lego. Tarian ini dilakukan secara massal, bergandengan tangan secara melingkar. Tetabuhan gong dan moko mengiringi gerak rancak para penari.

Pantai Mali

Letaknya disebelah timur kota Kalabahi kira-kira 15 km dibagian selatan bandar udara Mali. Memiliki pasir putih dan air laut yang bersih serta karang-karang laut yang indah.

Pantai Deere

Letaknya di bagian utara Bandara Mali, bisa ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4. Berpotensi besar karena pasir putih dan air laut yang bersih dan lingkungan yang mendukung, tetapi sayangnya belum dikelola secara baik dan profesional.

Pantai Maimol

Berjarak kurang lebih 8 km dari kota Kalabahi, Maimol sebagai kampung nelayan tradisional, memiliki potensi cukup baik, namun belum dikelola secara profesional.

Kuliner

Secara pasti kuliner khas Alor adalah kenari, jagung titi, dan kue rambut. Ketiga kudapan ringan tersebut mudah Anda jumpai di pasar tradisional Kalabahi. Untuk mendapatkan ketiganya sekaligus dalam satu kardus cukup Rp50.000,-

Kue Rambut

Kue rambut bentuknya mirip gumpalan rambut dan biasanya menjadi teman minum kopi atau teh. Kudapan ini terbuat dari adonan tepung tapioka, tepung beras, air gulan pohon lontar, dan gula pasir. Untuk membuatnya tipis seperti rambut adalah melalui cetakan berbahan kaleng yang dasarnya dilubangi seperti saringan lalu diteteskan ke wajan yang telah diisi minyak panas. Adonan dibentuk seperti kerucut dengan melipatnya kemudian digoreng.

Jagung Bose

Jagung bose diolah dari jagung berbiji putih yang direndam di air kapur sirih. Kulit arinya dibuang lalu bulir jagung dijemur, direbus hingga matang kemudian disiram santan. Bubur jagung ini biasanya menjadi dinikmati bersama ikan bakar atau sebagai pengganti nasi.

Makanan khas Alor ada juga hasil olahan jagung lainnya yaitu jagung titi. Terbuat dari biji jagung yang dipipil bijinya menjadi bulir kemudian disangrai dalam kuali tanah liat dengan tungku kayu. Berikutnya ditumbuk perlahan (dititi) dengan batu hingga pipih. Biasanya jagung titi dinikmati bersama kenari.

Lodeh jantung pisang adalah kuliner khas Alor yang patut dicicipi. Berupa bagian dalam jantung pisang kepok yang dipilih dan dipilah kemudian dicampur bumbu kaldu yang nikmat.[22]

Pesona Alor

Di daratan Pulau Alor berdiam beberapa suku tradisional Flores dengan adat-istidat yang tidak banyak berubah sejak zaman batu, bahkan salah satunya masih menyimpan tradisi membuat pakaian dari kulit pohon (pakaian ka). Kemegahan budaya Alor dapat Anda jumpai pada suku Takpala yang tinggal di Desa Lembur Barat, Alor Tengah Utara. Suku adat ini masih memegang teguh tradisi dengan mempertahankan rangkaian bangunan adat berbentuk limas beratap daun kelapa, ditopang empat pilar dalam bingkai pohon asam dan berdinding anyaman bambu. Desa ini didiami suku Abui sebagai suku terbesar di Alor dengan dua rumah adat sebagai simbol utama dan 13 rumah gudang (lumbung pangan).[butuh rujukan]

Salah satu kekayaan budaya di Nusa Tenggara atau Sunda Kecil adalah wilayah ini memiliki banyak sekali bahasa daerah (baca: bahasa suku). Di Pulau Alor ada puluhan bahasa dari suku yang mendiami kampung-kampungnya. Banyaknya bahasa di Alor telah ditelaah oleh peneliti bahasa mancanegara sejak tahun 1930-an.

... . Alor memiliki air laut yang bersih, biota laut yang beraneka ragam, dan terdapat titik-titik selam yang dapat dinikmati pada malam hari. Alor adalah taman laut kelas dunia.

— Karl Muller, "East Of Bali"

Di pesisir pantai Alor, ada sebuah desa yang menyimpan Al-Quran tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Al-Quran tersebut terbuat dari kulit kayu dan pewarna alam dengan usia diperkirakan lebih dari 800 tahun. Al-Quran tua ini pernah sekali keluar dari Alor pada April 2011 untuk dipamerkan dalam Festival Legu Gam, Ternate, melalui Kesultanan Ternate.

Luas Pulau Alor adalah 2.119,7 km² dengan jumlah penduduk sekira 181.913 jiwa (2010). Kabupaten Alor sendiri merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 20 pulau dalam 17 kecamatan. Ada 9 pulau yang telah dihuni, yaitu: Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Pura, Pulau Tereweng, Pulau Ternate, Kepa, Pulau Buaya, Pulau Kangge, dan Pulau Kura. 11 pulau lainnya tidak berpenghuni, masing-masing Pulau Sikka, Pulau Kapas, Pulau Batang, Pulau Lapang, Pulau Rusa, Pulau Kambing, Pulau Watu Manu, Batu Bawa, Pulau Batu Ille, Pulau Ikan Ruing dan Pulau Nubu.

Alor termasuk salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia karena berbatasan dengan Timor Leste dan Selat Ombay di sebelah selatan. Alor adalah kepulauan yang dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke Samudera Pasifik. Di bagian Utara Alor berbatasan dengan Laut Flores, di bagian Barat dengan Selat Lomblen dan Kabupaten Lembata, serta di bagian Timur dengan kepulauan Maluku Tenggara Barat.

Wilayah Pulau Alor mempunyai ketinggian rata-rata sekira 6 hingga 1700 meter di atas permukaan laut dengan iklim semiarid, yaitu terjadi pergantian musim yang periodenya tidak seimbang. Setiap tahun musim hujannya singkat selama 3–5 bulan dan musim kemaraunya panjang 7-8 bulan. Sungai-sungai di Pulau Alor terbilang pendek dan sempit serta mengalir ke arah utara dan selatan lalu bermuara di Laut Flores, Selat Ombai dan Teluk Kalabahi.

Saat ini Kabupaten Alor terdiri dari 17 kecamatan dengan kondisi daratan yang berbukit dan bergunung sehingga memberi variasi iklim yang berbeda tetapi bermanfaat untuk beragam tanaman produksi. Beberapa tanaman yang dibudidayakan adalah: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kelapa, kopi, jambu mente, cengkih, kemiri, pinang, vanili, kakao, pala, dan lada

Keindahan alam dan keramahan masyarakat di pulau ini seakan menyatu dan membingkiskan pengalaman yang berkesan. Kadang dalam kesederhanaan dapat Anda termukan kedekatan hati dan kesan yang mendalam. Berkunjung ke Alor akan memberi Anda pengalaman menikmati alam yang indah dan sentuhan interaksi masyarakatnya yang ramah. Hal itu seperti banyak disebut orang-orang bahwa kepanjangan Alor adalah: Alam Lestari dan Orang Ramah.[23]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 7 Desember 2021. 
  2. ^ a b c d "Permendagri no.137 tahun 2017". 27 Desember 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-19. Diakses tanggal 12 Juni 2018. 
  3. ^ a b c "Kabupaten Alor Dalam Angka 2021" (pdf). www.alorkab.bps.go.id. BPS Kabupaten Alor. hlm. 7, 38. Diakses tanggal 15 Juni 2021. 
  4. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 15 Juni 2021. 
  5. ^ a b "Jumlah Pemeluk Agama Di Kabupaten Alor". alorkab.go.id. Diakses tanggal 20 Mei 2021. 
  6. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diakses tanggal 7 Desember 2021. 
  7. ^ "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diakses tanggal 2018-07-06. 
  8. ^ The Jakarta Post edisi 22 Oktober 2007[pranala nonaktif permanen], diakses 22 Oktober 2007
  9. ^ a b "Profil Kabupaten Alor" (PDF). Diakses tanggal 18 September 2020. 
  10. ^ Sumber: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2008
  11. ^ "Iklim Kabupaten Alor". Diakses tanggal 12 Agustus 2020. 
  12. ^ "Kondisi Iklim Alor". Diakses tanggal 12 Agustus 2020. 
  13. ^ "KALABAHI, INDONESIA". WeatherOnline. Diakses tanggal 13 Agustus 2020. 
  14. ^ "Buletin Prakiraan Musim Hujan 2022-2023 Provinsi NTT – Normal Curah Hujan Kabupaten Alor Zona Musim 475 & 476 periode 1991-2020". BMKG – Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang. September 2022. hlm. 22. Diakses tanggal 23 September 2022. 
  15. ^ Kaha, Kornelis. Sujatmiko, Edy, ed. "Gubenur NTT lantik bupati-wakil bupati Alor". ANTARA News. Diakses tanggal 2019-04-29. 
  16. ^ Perolehan Kursi DPRD Alor 2014-2019
  17. ^ Perolehan Kursi DPRD Alor 2019-2024
  18. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  19. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  20. ^ Praditya, Ilyas Istianur (2 Oktober 2015). "Perkuat Tol Laut, NTT Punya Pelabuhan Penyeberangan Baru". liputan6.com. Diakses tanggal 6 Juni 2021. 
  21. ^ DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN ALOR. "Kampung Tradisional Takpala". Alorkab.go.id. Diakses tanggal 20 Mei 2022. 
  22. ^ (Indonesia) "Alor: Dicumbu Keindahan Alam dan Budaya yang Mempesona di Timur Flores~Kuliner". Diarsipkan dari versi asli (html) tanggal 2012-07-11. Diakses tanggal 2012-12-7. 
  23. ^ (Indonesia) "Alor: Dicumbu Keindahan Alam dan Budaya yang Mempesona di Timur Flores" (html). Diakses tanggal 2012-12-7. 

Pranala luar


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "ket.", tapi tidak ditemukan tag <references group="ket."/> yang berkaitan