Kereta api Bima

layanan kereta api di Indonesia
Untuk Bima sebagai tokoh Mahabharata, lihat Bima (Mahabharata). Untuk kegunaan lainnya, lihat Bima (disambiguasi).

Kereta api Bima merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk melayani lintas GambirSurabaya Gubeng melalui PurwokertoYogyakarta dan sebaliknya.

Kereta api Bima
KA BIMA
GAMBIR - SURABAYA GUBENG PP
Kereta api Bima yang ditarik lokomotif CC206 15 02 JNG melintas di petak TambunCibitung
Informasi umum
Jenis layananKereta api antarkota
StatusBeroperasi
Daerah operasiDaerah Operasi I Jakarta
PendahuluBintang Fadjar dan Bintang Sendja (1961-1967)
Mulai beroperasi1 Juni 1967; 56 tahun lalu (1967-06-01)
Operator saat iniPT Kereta Api Indonesia
Jumlah penumpang harian800-1.000 penumpang per hari (rata-rata)[butuh rujukan]
Lintas pelayanan
Stasiun awalGambir
Jumlah pemberhentianLihatlah di bawah.
Stasiun akhirSurabaya Gubeng
Jarak tempuh817 km
Waktu tempuh rerataSekitar 13 jam
Frekuensi perjalananSatu kali pergi pulang sehari
Jenis relRel berat
Pelayanan penumpang
KelasEksekutif
Pengaturan tempat duduk50 tempat duduk disusun 2-2
kursi dapat direbahkan dan diputar
Fasilitas restorasiAda
Fasilitas observasiKaca panorama dupleks, dengan blinds, lapisan laminasi isolator panas.
Fasilitas hiburanAda
Fasilitas lainLampu baca, toilet, alat pemadam api ringan, rem darurat, penyejuk udara, peredam suara.
Teknis sarana dan prasarana
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasional60 s.d. 100 km/jam
Pemilik jalurDitjen KA, Kemenhub RI
Nomor pada jadwal71-72

Kereta api Bima pertama kali diluncurkan pada 1 Juni 1967—mengawali sejarah pengoperasian kereta api yang dilengkapi penyejuk udara berfreon di Indonesia. Pada 2002, kereta api Bima sempat beroperasi menggunakan bekas rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo sebelum beroperasi menggunakan rangkaian kereta keluaran 2016 buatan PT INKA.

Sejarah

Awal pengoperasian kereta api

Layanan kereta tidur

Kereta api Bima pertama kali beroperasi pada 1 Juni 1967 yang dilengkapi kereta tidur berwarna biru buatan Waggonbau Görlitz, Jerman Timur. Pada awalnya, lintas pelayanan kereta api ini mengikuti arah pendahulunya, Bintang Fadjar dan Bintang Sendja—melalui Semarang kemudian Kedungjati. Setelah beberapa minggu berikutnya, dilakukan perubahan lintas pelayanan, yaitu melalui lintas PurwokertoYogyakarta.[1]

Selama 1960-an hingga awal 1980-an, kereta api Bima beroperasi dengan susunan rangkaian kereta: 1 buah lokomotif (bercorak hijau-kuning PNKA/PJKA), 2 kereta tidur kelas I (SAGW), 2 kereta tidur kelas II (SBGW), 1 kereta makan (FW), 1 kereta pembangkit (DPW), dan 1 kereta bagasi. Kereta tidur SAGW—diperuntukkan bagi penumpang yang membayar tiket termahal—dilengkapi jendela lebar dengan lorong dan kompartemen yang luas, serta fasilitas lain seperti lemari pakaian, wastafel, serta tempat tidur yang dapat dilipat menjadi tempat duduk dan menghadap arah perjalanan,[1] sedangkan kereta tidur SBGW dilengkapi kaca jendela yang lebih pendek, fasilitas tempat tidur sebanyak tiga tingkat, serta tempat merokok di koridor. Fasilitas yang disediakan pada kereta makan saat itu berupa makanan dengan sistem tuslah serta bagian dalam yang menyerupai restoran.[1] Kualitas layanan kereta api Bima saat itu dianggap "sejajar dengan kualitas hotel berbintang sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran untuk penginapan dan transportasi".[2]

Penghapusan layanan kereta tidur

Karena alasan sosial, PJKA melakukan penggantian kereta tidur SAGW dengan dua rangkaian kereta kelas eksekutif buatan suatu pabrik di Arad, Rumania bernomor seri K1-847xx (dibuat pada 1984, nomor baru: K1 0 84 xx[catatan 1])—diyakini sebagai "kereta kelas eksekutif terburuk yang pernah dimiliki oleh PJKA" karena kursi yang kurang nyaman dan tidak dapat diputar sehingga dapat "menurunkan kualitas layanan kereta api tersebut"—serta dirangkaikan secara bersamaan dengan kereta tidur SBGW.[3] Terdapat sisa kereta tidur SAGW yang sempat digunakan pada layanan PJKA lainnya, seperti kereta api Mutiara Utara, Senja, atau Mutiara Selatan sebelum dilakukan perombakan menjadi kereta kelas eksekutif. Tiga kereta di antaranya menjadi kereta kenegaraan—kini telah dirombak menjadi kereta pariwisata, antara lain kereta "Nusantara", "Bali", dan "Toraja".

Setelah dilakukan penghapusan layanan kereta tidur SAGW, kereta api Bima tetap beroperasi dengan susunan rangkaian kereta kelas eksekutif dan kereta tidur SBGW hingga akhir 1980-an. Kereta tidur SBGW berhenti beroperasi pada awal 1990-an kemudian semua kereta tidur yang tidak terpakai tersebut dirombak menjadi kereta kelas eksekutif biasa—menghilangkan fasilitas tempat tidur kemudian diganti dengan tempat duduk. Sistem penomoran bekas kereta tidur SAGW dan SBGW diubah menjadi K1-67xxx (K1 0 67 xx).[catatan 1]

Peran kereta tidur SAGW maupun SBGW kemudian digantikan oleh kereta kuset (couchette)—kereta kelas ekonomi buatan pabrik Nippon Sharyo yang telah ada sejak 1964 dilakukan perbaikan dengan menambahkan pendingin ruangan, sekat ruangan, serta memasang tempat tidur paten.

Pengoperasian kereta api saat ini

Layanan kereta api kelas eksekutif (1995–sekarang)

 
Kereta api Bima saat menggunakan rangkaian kereta lama buatan PT INKA keluaran 1995 hingga 2016
 
Kereta api Bima akan memasuki Surabaya Gubeng dari Malang, 2019

Pada 1995, peluncuran salah satu layanan kereta api Argo, JS950 Argo Bromo, dapat menyebabkan beberapa penumpang memilih layanan kereta api Argo karena ia memiliki waktu tempuh yang lebih cepat—ia beroperasi melalui lintas utara Jawa mengikuti pendahulunya (Mutiara Utara dan Suryajaya).

Dengan adanya layanan kereta api Argo Bromo Anggrek dengan rangkaian kereta buatan PT INKA keluaran 1997 menyebabkan persediaan untuk pengoperasian kereta api Argo Bromo menjadi berlimpah sehingga rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo sempat dialihkan untuk pengoperasian kereta api ini—rangkaian kereta tersebut sewaktu-waktu digunakan apabila rangkaian kereta Argo Bromo Anggrek mengalami masalah. Setelah dilakukan penambahan rangkaian kereta api Argo Bromo Anggrek pada 2001 serta layanan kereta api JS950 Argo Bromo dihapus, bekas rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo digunakan sepenuhnya untuk pengoperasian kereta api ini mulai 2002 hingga 2016.

Lintas pelayanan kereta api ini diperpanjang hingga Stasiun Malang sejak 6 Februari 2014.[4] Sejak 21 Juli 2016, kereta api ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta kelas eksekutif buatan PT INKA keluaran 2016 yang dilengkapi dengan bogie TB-1014 (K10).

Mulai 10 Juli 2020, kereta api Bima juga berhenti di Stasiun Bekasi untuk melayani penumpang. Per 1 September 2020, rute kereta api ini dikembalikan lagi menjadi seperti semula.

Lokomotif

Pada masa PNKA hingga PJKA, lokomotif BB200, BB201, atau CC200 sempat digunakan sebagai lokomotif penarik kereta api ini. Namun, lokomotif BB301 dan BB304 lebih sering digunakan untuk menarik kereta api ini hingga ia mulai menggunakan lokomotif CC201 buatan General Electric pada 1977.

Pada rentang tahun 1995 hingga 2013, lokomotif CC203 dan CC204 sering digunakan sebagai penarik kereta api ini sebelum digantikan dengan CC206 mulai 2013.

Data teknis

Lintas pelayanan GambirSurabaya Gubeng melalui Yogyakarta pp.
Lokomotif CC206
Susunan rangkaian kereta
Kereta nomor Kereta pembangkit (P) 1 2 3 4 Kereta makan (M1) 5 6 7 8 Kereta bagasi (B)
Keterangan Kereta penumpang kelas eksekutif (K1 2016) Kereta penumpang kelas eksekutif (K1 2016)
Catatan: Susunan rangkaian kereta dapat berubah sewaktu-waktu

Tarif

Tarif kereta api Bima berkisar antara Rp265.000,00–Rp700.000,00, bergantung pada jarak yang ditempuh penumpang, subkelas/posisi tempat duduk dalam rangkaian kereta, serta hari-hari tertentu seperti akhir pekan dan libur nasional yang dapat dipesan sebelum hari keberangkatan.

Selain itu, terdapat tarif khusus yang berlaku dua jam sebelum keberangkatan di lintas berikut :

Jadwal perjalanan

Jadwal perjalanan kereta api Bima per 1 September 2020 (revisi Gapeka 2019).

KA 71 Bima
(Surabaya Gubeng–Gambir)
KA 72 Bima
(Gambir–Surabaya Gubeng)
Stasiun Tiba Berangkat Stasiun Tiba Berangkat
Surabaya Gubeng - 17.00 Gambir - 16.40
Mojokerto 17.36 17.40 Bekasi 17.14 17.16
Jombang 18.02 18.05 Jatibarang 19.08 19.10
Kertosono 18.21 18.24 Cirebon 19.42 19.49
Nganjuk 18.44 18.46 Purwokerto 21.44 21.54
Madiun 19.26 19.40 Kroya 22.21 22.24
Solo Balapan 20.56 21.01 Gombong 22.58 23.06
Yogyakarta 21.49 22.00 Kutoarjo 23.50 00.10
Kebumen 23.20 23.32 Yogyakarta 00.59 01.09
Purwokerto 00.34 00.41 Solo Balapan 01.56 02.01
Cirebon 02.33 02.40 Madiun 03.19 03.27
Jatibarang 03.09 03.11 Nganjuk 04.06 04.08
Bekasi 05.04 05.06 Kertosono 04.28 04.31
Jatinegara 05.23 05.25 Jombang 04.47 04.50
Gambir 05.40 - Mojokerto 05.13 05.17
Surabaya Gubeng 05.54 -

Galeri

Insiden

Pada Oktober 2010, kereta api Bima bersinggungan dengan rangkaian kereta api Gaya Baru Malam Selatan paling belakang yang belum terparkir penuh di Stasiun Purwosari.[5]

Pada 8 September 2015 pukul 05.20 WIB, kereta api Bima menabrak mobil bak terbuka yang menerobos pintu perlintasan di Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Akibatnya, jadwal kereta api jarak jauh dan KRL menjadi terganggu.[6]

Pada 10 November 2015, seorang ibu beserta anaknya tewas tertabrak kereta api Bima pada perlintasan tanpa palang pintu di Kramatjegu, Taman, Sidoarjo setelah pulang dari pasar.[7]

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ a b Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 tahun 2010.

Referensi

  1. ^ a b c Kereta api Express Malam Bima
  2. ^ Seno, Adjie (2017-02-01). "Mengenal Eksotisme Layanan Kereta Tidur di Indonesia". KabarPenumpang.com. Diakses tanggal 2020-04-29. 
  3. ^ Raharjo, Paksi Suryo (2018-04-17). "Kembalinya Kereta Tidur di Jalur Kereta Indonesia". MerahPutih. Diakses tanggal 2020-02-24. 
  4. ^ "Surabaya-Malang Dilayani Kereta Eksekutif Bima". Tempo. 2014-02-02. Diakses tanggal 2020-04-29. 
  5. ^ Di Solo, KA Bima Tabrak KA Gaya Baru
  6. ^ Tempo: Kereta Bima Tabrak Mobil di Cipinang, KA Komuter Terhambat
  7. ^ Sindo: Ibu dan Anak Tewas Tertabrak KA Bima di Perlintasan Tanpa Pintu

Pranala luar